Anda di halaman 1dari 8

LEMBAR JAWABAN TUGAS 2

“Pendidikan Kewadganegaraan”

Nama : Hamid Rosyadi


NIM : 045190053
Semester : 2 (Dua)
Program Studi : Sastra Inggris

UNIVERSITAS TERBUKA
Jalan Pondok Cabe Raya, Pondok Cabe Udik, Kecamatan Ciputat,
Kota Tangerang Selatan, Banten 15418
1. Frasa Identitas Nasional berasal dari kata identitas dan nasional. Identitas secara harfiah
berarti ciri, tanda, atau jatidiri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya
dengan yang lain (KBBI). Sedangkan kata nasional merupakan identitas yang melekat pada
komunitas yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti budaya,
agama, bahasa maupun non fisik seperti keinginan, cita-cita dan tujuan. Istilah identitas nasional
atau identitas bangsa melahirkan tindakan kelompok (collective action yang diberi atribut
nasional) yang diwujudkan dalam bentuk-bentuk organisasi atau pergerakan-pergerakan yang
diberi atribut-atribut nasional (ICCE, 2005:25).

Menurut Kaelan (2007), identitas nasional pada hakikatnya adalah manisfestasi nilai-nilai
budaya yang tumbuh serta berkembang dalam aspek kehidupan satu bangsa dengan ciri-ciri khas,
dan dengan ciri-ciri yang khas tersebut, suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam
kehidupannya. Nilai-nilai budaya yang berada dalam sebagian besar masyarakat dalam suatu
negara dan tercermin di dalam identitas nasional, bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam
kebekuan normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu yang terbuka, yang cenderung terus-
menerus berkembang karena cita-cita menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat
pendukungnya. Implikasinya adalah bahwa identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka
untuk diberi makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang
berkembang dalam masyarakat. Artinya, bahwa identitas nasional merupakan konsep yang terus
menerus direkonstruksi atau dekonstruksi tergantung dari jalannya sejarah. Hal itu terbukti di
dalam sejarah kelahiran faham kebangsaan (nasionalisme) di Indonesia yang berawal dari
berbagai pergerakan yang berwawasan parokhial seperti Boedi Oetomo (1908) yang berbasis
subkultur Jawa, Sarekat Dagang Islam (1911) yaitu entrepreneur Islam yang bersifat ekstrovet
dan politis dan sebagainya yang melahirkan pergerakan yang inklusif yaitu pergerakan nasional
yang berjati diri “Indonesianess” dengan mengaktualisasikan tekad politiknya dalam Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928. Dari keanekaragaman subkultur tadi terkristalisasi suatu core culture
yang kemudian menjadi basis eksistensi nation-state Indonesia, yaitu nasionalisme. Identitas
nasional sebagai suatu kesatuan ini biasanya dikaitkan dengan nilai keterikatan dengan tanah air
(ibu pertiwi), yang terwujud identitas atau jati diri bangsa dan biasanya menampilkan
karakteristik tertentu yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain, yang pada umumnya dikenal
dengan istilah kebangsaan atau nasionalisme. Rakyat dalam konteks kebangsaan tidak mengacu
sekadar kepada mereka yang berada pada status sosial yang rendah akan tetapi mencakup seluruh
struktur sosial yang ada. Semua terikat untuk berpikir dan merasa bahwa mereka adalah satu.
Bahkan ketika berbicara tentang bangsa, wawasan kita tidak terbatas pada realitas yang dihadapi
pada suatu kondisi tentang suatu komunitas yang hidup saat ini, melainkan juga mencakup
mereka yang telah meninggal dan yang belum lahir. Dengan perkataan lain bisa disebut bahwa
hakikat identitas nasional kita sebagai bangsa di dalam hidup berbangsa dan bernegara adalah
Pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas,
misalnya dalam Pembukaan beserta UUD 1945, sistem pemerintahan yang diterapkan, nilai-nilai
etik, moral, tradisi serta mitos, ideologi, dan lain sebagainya yang secara normatif diterapkan di
dalam pergaulan baik dalam tataran nasional maupun internasional.

Sebagai contoh identitas nasional Indonesia; bendera negara, dasar falsafah negara yaitu
Pancasila, lagu kebangsaan, bahasa nasional, dlsb.

2. Notonagoro berpendapat, bahwa asal mula bahan (causa materialis) Pancasila berasal dari
adat-istiadat, kebudayaan, dan agama-agama yang terdapat di Indonesia. Pemikiran Notonagoro
tersebut memiliki kebenaran yang nyata. Hal ini diperoleh lewat analisis setiap sila-sila Pancasila
memuat kandungan unsur adat-istiadat, unsur kebudayaan dan unsur agamaagama yang dianut
oleh bangsa Indonesia. Dengan penemuan ini, unsur-unsur adat-istiadat, unsur kebudayaan yang
sekarang sering disebut sebagai kearifan lokal yang terdapat dalam sila-sila Pancasila perlu
dilestarikan, demi mempertahankan eksistensi Pancasila sebagai ideologi negara.

Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia, pertama kali termuat dalam Piagam Jakarta, yang
dihasilkan oleh Panitia Sembilan. Setelah melalui proses panjang, akhirnya Pancasila disahkan
pada 18 Agustus 1945, dalam sidang PPKI.
Awal mula terbentuknya Pancasila bisa dipahami lewat empat teori, yakni kausa materialis atau
asal mula bahan, kausa formalis atau asal mula bentuk, kausa efisien atau asal mula karya, serta
kausa finalis atau asal mula tujuan.

Menurut Arianus Harefa dan Sodialman Daliwu dalam buku Teori Pendidikan Pancasila yang
Terintegrasi Pendidikan Anti Korupsi (2020), kausa materialis atau asal mula bahan, berarti
bangsa Indonesia merupakan asal muasal bahan pembentukan Pancasila. Lebih spesifik; nilai
kebiasaan, kebudayaan, adat istiadat, serta agama dalam bangsa Indonesia dijadikan bahan dasar
untuk penyusunan Pancasila. Bisa dikatakan Pancasila berasal dari kepribadian serta pandangan
hidup bangsa Indonesia.

3. Penerapan nilai Pancasila penting untuk diaplikasikan dan diimplementasikan oleh seluruh
warga Indonesia. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pengamalan nilai-nilai Pancasila dapat berupa sikap yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-
hari. Nilai Pancasila juga harus diterapkan baik dalam pergaulan dengan sesama manusia
maupun lingkungan sekitar.

Dalam hal ini tentu saja menyesuaikan dengan agama yang kita anut serta kepercayaan yang
dimiliki oleh setiap orang. Adapun contoh penerapannya seperti:

A. Sila Pertama
1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai agama serta kepercayaan masing-
masing.

2. Hormat melindungi dan bekerja sama antara pemeluk agama dan para penganut kepercayaan,
meski berbeda-beda.

B. Sila Kedua

1. Senantiasa menjaga adab atau kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti kita dalam
berbagai kondisi.

2. Mengadakan gerakan penghijauan di lingkungan tertentu khususnya tempat tinggal dan


lainnya.

C. Sila Ketiga

Kita sebagai masyarakat negara Indonesia harus selalu mengedepankan tujuan persatuan,
persatuan, serta kepentingan bagi negara dibandingkan kepentingan sebagai individu. Sebagai
contoh:

1. Cinta pada tanah air untuk menjaga persatuan dan kesatuan di tengah masyarakat karena
menyadari bahwa kita bertanah air yang satu, Indonesia.

2. Mencintai dan mengonsumsi produk dalam negeri agar perekonomian di dalam negara
menjadi lebih maju.
3. Mengutamakan segala kepentingan negara yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan
pembangunan nasional Indonesia.

D. Sila Keempat

Semestinya kita selalu menyimpan atau mengutamakan kepentingan bersama ataupun negara.
Contoh penerapannya yakni:

1. Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat dilaksanakan bersifat


kekeluargaan.

2. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan serta meningkatkan kesadaran akan tanggung


jawab para pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup tersebut.

E. Penerapan Sila ke-5

Masyarakat Indonesia harus selalu bersikap adil dalam pengambilan keputusan dan lain
sebagainya. Adapun contoh penerapannya, yakni:

1. meningkatkan kepekaan sosial dengan mengadakan kegiatan yang dapat membantu sesama,
seperti bakti sosial, donor darah, konser amal, dan lain sebagainya.
2. Berusaha untuk adil dalam aktivitas apapun yang kita lakukan dan seperti apapun orang yang
kita hadapi, jangan sampai kita memberikan perlakuan yang tidak adil pada siapapun.

4. Nilai Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia artinya Pancasila memberikan karakter
yang khas kepada bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang membedakan bangsa
Indonesia dari bangsa lain.

Nilai dan ajaran moral yang dikandung Pancasila pun hendaknya diimplementasikan dan
dijalankan dalam keseharian. Menurut Totok Sugiarto, dkk dalam buku Ensiklopedia Pancasila
(2021), arti dari Pancasila sebagai kepribadian bangsa adalah Pancasila lahir bersamaan dengan
bangsa Indonesia. Sebagai kepribadian bangsa berarti nilai-nilai Pancasila merupakan ciri khas
bangsa Indonesia, baik dalam berperilaku, bertindak maupun berpikir.

Pancasila sebagai kepribadian bangsa juga berarti bahwa Pancasila merupakan ciri khas yang
membedakan Indonesia dengan negara lain. Contoh; Indonesia memiliki ideologi negara, berupa
Pancasila. Sementara negara lain tidak memilikinya atau mengusung ideologi lain. Selain itu,
peranan Pancasila sebagai kepribadian bangsa, yakni memotivasi perilaku, sikap, dan perbuatan
masyarakat Indonesia dalam keseharian. Motivasi ini, secara langsung maupun tidak, akan
membantu masyarakat Indonesia untuk mewujudkan cita-cita luhur serta tujuan bangsa.
Kesimpulannya, ada tiga fungsi Pancasila sebagai kepribadian bangsa, yaitu;

- Menjadi cerminan jati diri bangsa.

- Ciri khas bangsa Indonesia.

- Memotivasi perilaku, sikap, dan perbuatan ke arah positif bagi masyarakat Indonesia dalam
keseharian.
Referensi:

▪︎MKDU4111

▪︎https://www.gramedia.com/literasi/identitas-nasional/

▪︎https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/12/04/02200071/contoh-identitas-nasional-
indonesia

▪︎https://www.kompas.com/skola/read/2021/09/01/134500269/4-teori-asal-mula-pancasila-
beserta-penjelasannya

▪︎https://www.merdeka.com/trending/contoh-dan-penerapan-nilai-nilai-pancasila-dalam-
kehidupan-sehari-hari-kln.html

▪︎http://lib.lemhannas.go.id/public/media/catalog/

▪︎https://www.kompas.com/skola/read/2023/01/17/080000069/fungsi-pancasila-sebagai-
kepribadian-bangsa

Anda mungkin juga menyukai