Anda di halaman 1dari 3

ASAL MUASAL TUHAN

Oleh: Hamid Rosyadi

Saya awali dengan pertanyaan, "Apa sih alam semesta itu?" Alam semesta adalah
keseluruhan materi, energi, ruang, dan waktu yang ada padanya.

Zaman dahulu ketika ajaran agama belum ada serta terminologi atau istilah Tuhan dan
Dewa belum muncul, manusia pada kala itu memiliki pertanyaan spiritual yang sangat
mendasar yakni "Dari mana asal-usul semua yang ada ini?", pertanyaan lain dengan
pengertian yang sama ialah "Dari mana awal mula alam semesta ini?". Maka timbul lah
pandangan sebagai jawabannya. Secara garis besar ialah:

Yang pertama adalah mereka yang memiliki pandangan bahwa alam semesta
diciptakan. Pandangan ini memunculkan konsekuensi logis yang rumit dan pelik.
Karena manakala berpikir bahwa alam semesta diciptakan maka sebagai konsekuensi
logis harus ada entitas sebagai penciptanya yang kemudian entitas tersebut disebutnya
dengan istilah Tuhan dan atau Dewa. Tidak berhenti sampai di sini saja namun berlanjut
dengan pertanyaan lainnya "Apakah Tuhan berkuasa mengatur alam semesta ?". Timbul
lagi pertanyaan yang lebih spesifik "Lalu di mana Tuhan ?", "Seperti apa wujud Tuhan?",
"Tuhan pria atau wanita?" Dan pertanyaan-pertanyaan lanjutan lain terus bermunculan
dan semakin memuskilkan untuk dijawab. Hingga seiring berjalannya waktu muncul
banyak konsep ketuhanan dari banyak agama dan kepercayaan maka dari sini mulai
RUWET! TAMBAH RUWET!! SEMAKIN RUWET!!!

Yang kedua adalah mereka yang berpandangan bahwa alam semesta terbentuk dengan
sendirinya. Pemikiran ini lebih simpel karena tidak punya konsekuensi logis.

Sementara yang ketiga adalah mereka yang berpandangan bahwa alam semesta tidak
berawal dan juga tidak berakhir dengan kata lain alam semesta bersifat kekal.
Pandangan seperti ini lebih mungkin mengarah ke pemikiran panteisme.

Begitulah pandangan orang-orang dahulu guna mencari jawaban tentang asal-usul


alam semesta sebagai pangkal pertanyaan spiritual. Jauh berbeda dengan persepsi
kekinian yang mana banyak orang menganggap bahwa pangkal pertanyaan spiritualnya
adalah tentang keberadaan Tuhan bukan tentang asal-usul alam semesta. Namun tak
bisa serta merta disalahkan juga, karena mereka terlahir dan besar di saat zaman sudah
terdapat banyak agama sehingga membentuk kerangka berpikir bahwa "orang tidak
percaya Tuhan ada" karena menegasi klaim dari konsep ketuhanan agama-agama, yang
mana dianggap tidak logis, tidak rasional, tidak ilmiah, tidak terbukti dlsb sebagai motif
dasar. Sementara orang dahulu tidak percaya Tuhan karena memiliki pandangan bahwa
alam semesta terbentuk dengan sendirinya.

Andai kita terlahir di tempat manakala tidak satupun terdapat agama dan kepercayaan
serta belum ada istilah 'Tuhan', tentu pertanyaan spiritualnya bukan tentang keberadan
Tuhan dan dewa, melainkan tentang asal-usul semua yang ada di alam semesta ini,
bukan?

PENTING!

Dari seluruh perdebatan tentang Tuhan sejauh ini, sadar dan pahamkah anda bahwa
istilah TUHAN dan atau DEWA yang digambarkan mahakuasa itu muncul karena
konsekuensi logis dari hasil pemikiran bahwa ALAM SEMESTA DICIPTAKAN? Ini sangat
penting dan mendasar sekali. Ketika Anda memahami ini maka Anda akan
menertawakan mereka yang menganalogikan Tuhan dengan Doraemon, Ultraman,
Superman dan lain sebagainya yang tidak saja mereka karakter fiktif namun juga tidak
dinisbahkan sebagai pencipta alam semesta. Tidak peduli apa nama lain Tuhan; Allah,
Yesus, Roh Kudus, Bapa, Yahweh, Dewa, dlsb. Itu semua analog dengan Tuhan karena
nisbahnya adalah entitas pencipta alam semesta. Maka kalau mau runut berdialektika
yakni antara ateis dan teis, cukup pada subjek dialektika "Tuhan ada atau tidak?"
sementara subjek dialektika "Tuhan mana yang benar?" adalah domain antar teis,
sebab ini berkaitan dengan konsep agama. Lucu sekali jika mendapati ateis debat soal
konsep agama, karena ateis tidak mungkin bisa berdebat secara proporsional sebab
berangkat dari paradigma bahwa Tuhan tidak ada. Ada sikap antipati terhadap
keberadaan Tuhan sedari awal. Kalau Tuhan saja dianggap tidak ada, buat apa berdebat
soal konsep ketuhanan agama? Lebih efisien langsung sebut saja konsep agama adalah
KEBOHONGAN BESAR, selesai. Karenanya kembali lah ke pangkal substansi
dialektikanya "Alam semesta diciptakan, terbentuk dengan sendirinya atau kekal artinya
tidak berawal dan berakhir?".

Sekarang coba Anda nalar, apakah betul saya telah membuat klaim tentang keberadaan
Tuhan.
Melihat dan mengamati alam semesta berdasar rujukan sains bahwa alam semesta ini
tersistem dan terstruktur mekanisme kerjanya. Maka saya menyimpulkan bahwa
mustahil alam semesta yang tersistem cara kerjanya ada dengan sendirinya secara
acak dan serampangan, dengan kata lain alam semesta ini adalah by design. Atas dasar
pandangan alam semesta by design maka konsekuensi logisnya berarti harus ada
designernya. Designer ini lah yang kemudian diberikan nama term i.e. "Tuhan (God) atau
dewa (god)". Apakah saya mengeklaim Tuhan ada? Tidak! Mengeklaim alam semesta
diciptakan mungkin iya. Inilah akar pemikiran keberadaan Tuhan. Berbeda jika saya
sebut ada Tuhan bernama Allah, Yahweh, Yesus, Tuhan Bapa, Roh Kudus, berikut dewa-
dewi pada agama dan kepercayaan lain dengan deskripsi dan tipikal masing-masing
pada setiap konsep agama, maka ini adalah klaim yang memang tak bisa diverifikasi
kebenarannya.

Nah cukup sudah. Sebagai penutup dengan ini saya mengajak pembaca sekalian untuk
menyingkirkan dulu agama berikut konsepnya serta istilah Tuhan. Di hadapan kita
hanya ada realitas bahwa kita hidup, berpikir, ada alam semesta dan sains sebagai
petunjuk, sehingga dengan demikian kita bisa berkontemplasi secara lebih jernih,
serius dan mendalam mengenai hakikat kehidupan tanpa harus melibatkan konsep
agama dan istilah Tuhan. Sehingga Anda tidak terjebak pada konsep agama dan term
"Tuhan" itu sendiri yang mana membuat kesimpulan Anda tidak murni dalam menalar.

Tembusan:
https://www.facebook.com/100000887514904/posts/5079179978788202/?mibextid=r
S40aB7S9Ucbxw6v

Anda mungkin juga menyukai