Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM


DOSEN PENGAMPU: Bachrul Ulum,S.Pd.,M.Pd.I

Kelompok 1:

Hesty Febya Wulandari (22161562001)


Afifah Afra Amatullah (22161562003)
Oktaviana Dyah Palupi (22161562007)
Muhamad Taufiq Hidayat (22161562079)

PRODI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS


SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS
BHINEKA PGRI TULUNGAGUNG
ABSTRAK

Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi
Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu
Takdir, dan Hakim bagi semesta alam. Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Luhur dan
Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang esa. Menurut Al-Quran, Ia semakin dekat pada
manusia daripada urat nadi manusia. Ia menjawab bagi yang membutuhkan dan
memohon pertolongan bila mereka berdoa pada-Nya.

Dalam al-Quran kata “Tuhan” dipakai untuk sebutan tuhan selain Allah, seperti
menyebut berhala, hawa nafsu, dan dewa. Namun kata “Allah” adalah sebutan khusus
dan tidak dimiliki oleh kata lain selain- Nya, kerena hanya Tuhan Yang Maha Esa
yang wajib wujudNya itu yang berhak menyandang nama tersebut, selain-Nya tidak
1
ada, bahkan tidak boleh. Hanya Dia juga yang berhak memperoleh keagungan dan
kesempurnaan mutlak, sebagaimana tidak ada nama yang lebih agung dari nama-Nya
itu. Keesaan Allah dapat dibuktikan dengan tiga bagian pokok, yaitu kenyataan wujud
yang tampak, rasa yang terdapat dalam jiwa manusia,dan dalil-dalil logika Kenyataan
wujud yang tampak al-Quran menggunakan seluruh wujud sebagai bukti, khususnya
keberadaan alam raya ini dengan segala isinya. Secara logis hanya ada satu Tuhan.
Apabila Tuhan lebih dari satu maka hanya satu saja yang tampil sebagai yang pertama,
dan juga seandainya ada dua pencipta, maka akan kacau ciptaan, karena jika masing-
masing pencipta menghendaki sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang lain, maka
kalau keduanya berkuasa, ciptaan pun akan kacau atau tidak akan mewujud; kalau
salah satu mengalahkan yang lain, maka yang kalah bukan Tuhan; dan apabila mereka
berdua bersepakat, maka itu merupakan bukti kebutuhan dan kelemahan mereka,
sehingga keduanya bukan Tuhan, karena Tuhan tidak mungkin membutuhkan sesuatu
atau lemah atas sesuatu.

Kata kunci : Tuhan,Allah swt,Al Qur’an

1 Syafieh, S. (2017). Tuhan dalam Perspektif Al-Qur’an. Jurnal At-Tibyan: Jurnal Ilmu
Alqur’an
Dan Tafsir , 1(1), 143-

1
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Dalam sejarah Yunani, tertulis bahwa pengkajian tentang eksistensi Tuhan


menempati tempat yang khusus dalam bidang pemikiran filsafat Beragam aliran
2
konsep tentang ketuhanan tercantum didalamnya.

Manusia merupakan ciptaan tuhan yang paling sempurna. Manusia


menganggap keberadaan diri mereka juga keberadaan alam semesta yang sudah
ada ketika mereka terlahir ke dunia adalah sebagai pertanda bahwa ada kekuatan
Maha dasyat,yang tidak bisa di nalar oleh manusia,serta yang sudah menciptakan
dunia beserta isinya.Dibandingkan dengan mahkluk lain manusia diberikan akal
dan pikiran sehingga mereka dapat menggunakan akal dan pemikirannya untuk
mengkaji hal hal yang menggugah rasa keingintahuan mereka.

Tuhan yang haikiki adalah Tuhan yang disampaikan oleh para Nabi dan
Rasul yakni,Tuhan hakiki itu bukan di langit dan dibumi, bukan di alam, tetapi
3
Dia meliputi semua tempat debgan segala wujud

B. Rumusan Masalah

1. Seperti apakah konsep ketuhanan dalam islam?


2. Bagaimana sejarah pemikiran manusia tentang ketuhanan?
3. Bagaimana pembuktian wujud tuhan dalam islam?
4. Apa saja aliran aliran teologi dalam islam?
C. Tujuan

1. Mengetahui konsep ketuhanan dalam islam.


2. Mengetahui sejarah sejarah pemikiran manusia tentang tuhan dalam islam.
3. Mengetahui pembuktian wujud tuhan dalam islam.
4. Mengetahui aliran aliran teologi dalam islam.

2 Jurnal Teologi dan studi Pastoral (Barimah-Apau,1989:29-31)


3 Islam alternatif.net

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.HIPOTESA ADANYA TUHAN

Pada esensinya, Tuhan dipahami sebagai zat Mahakuasa. Beragam konsep


tentang Tuhan yang tidak mengarah kepada kesepakatan konsensus ini yang
mengarahkan kepada banyaknya gagasan tentang siapa sosok Tuhan dari beragam
kalangan atau perspektif dalam sejarah babakan manusia.

Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha
Tinggi yang nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang
Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.

Tema ketuhanan dalam perbincangan di ranah filosofis sendiri menjadi salah


satu tema besar dalam sejarah perkembangan filsafat. Immanuel Kant sendiri
menyatakan bahwa kebenaran yang terkandung dalam keberadaan Tuhan ini ialah
kebenaran yang postulat, yakni kebenaran yang tertinggi dalam tingkat kebenaran,
kebenaran yang tidak terbantahkan dan kebenaran yang sifatnya sendiri berada di
luar jangkauan kebenaran indra ataupun ilmu pengetahuan. Dengan demikian,
tujuan hidup manusia menurut Kant ialah untuk mencapai moral yang luhur,
bukan berdasarkan belas kasihan, karena nilai belas kaishan ini tidaklah bernilai,
melainkan kesadaran akan kebebasannya sebagai manusia di semasa hidupnya.
Tuhan membuat manusia sebagai makhluk sempurna dan setiap individu ini
4
memiliki bagian dari kebahagiaan yang harus ia capai

Adanya beragam gagasan dari berbagai tokoh ataupun pandangan kultural ini
membuat jalan-jalan kebenaran untuk mengetahui siapa sosok Tuhan lewat agama
yang kita kenal hingga saat ini. Berikut adalah hipotesis – hipotesis adanya tuhan :

1.Alam semesta pasti ada yang menciptakan

4 SPL Tjahjadi 2009

3
Menurut banyak sekali studi, alam semesta ini sebenarnya tak akan bisa bertahan
lebih dari satu detik. Sebagai contoh, Big Bang seharusnya memproduksi jumlah
yang sama antara matter dan antimatter, dan jika tidak semesta akan hancur.
Namun sebaliknya jumlah matter justru lebih banyak dan alam semesta tercipta.
Hal ini sama sekali tak bisa dijelaskan ilmuwan. Dalam teori lain yang
menyangkut partikel Higgs Boson atau 'Partikel Tuhan', tak pernah bisa dijelaskan
bagaimana benda apapun termasuk alam semesta mendapatkan massa mereka.
Tanpa adanya massa alam semesta pun tak akan ada secara nyata.

Selain itu, kombinasi jarak antara planet-planet di Tata surya kita adalah hal yang
cukup jadi misteri. Bumi berada pada jarak yang pas pada matahari sehingga tak
terlalu dekat hingga membakar, dan terlalu jauh hingga membeku. Belum lagi
jarak antar planet seperti ke Jupiter, yang mampu membantu Bumi untuk menarik
komet dan asteroid untuk menjauhi dan tidak menghantam Bumi.

2.Kehidupan kita diatur layaknya simulasi komputer

Pada tahun 2003, seorang filsuf bernama Nick Bostrom mengungkapkan bahwa
alam semesta adalah simulasi komputer. Teori ini diterima oleh para pegiat sains
yakni Elon Musk dan Neil deGrasse Tyson. Hal ini mendukung pendapat bahwa
selalu harus ada yang membangun dan mengatur simulasi tersebut. Karena alam
semesta dipercaya akan menemui titik kehancurannya, banyak ilmuwan yang
percaya bahwa manusia dapat mendeteksi batas-batas alam semesta. Hal ini
dilakukan ilmuwan Jerman yang mencoba fokus pada sinar kosmik yang fragmen
atomnya berasal dari  luar Tata Surya kita. Sinar kosmik ini seharusnya punya
kekuatan yang terbatas dan lama kelamaan makin menurun. Namun ketika sinar
kosmik ini sampai di Bumi, mereka memiliki jumlah energi yang sama, yakni 10
elektron Volt. Hal ini memperlihatkan bahwa sinar kosmik memiliki titik awal
serupa sehingga selalu memiliki jumlah yang sama. Hal ini tentu 'diatur' layaknya
kita mengendalikan komputer.

4
3.Rumus keberadaan Tuhan

Leonhard Euler adalah matematikawan sekaligus fisikawan terkemuka dari Swiss.


Pria yang lahir tanggal 15 April 1707 ini sangat tertarik dengan kalkulus, optik, dan
astronomi. Euler dikenal sebagai ilmuwan sekaligus pemeluk agama yang taat. Hal
ini dibuktikan dengan kemenangannya mengalahkan filsuf atheis dari Prancis, Denis
Diderot, di sebuah argumen soal keberadaan Tuhan. Euler memenangkan adu opini
dengan memaparkan rumus "{a+b^n}/{n}=x" untuk menjelaskan keberadaan Tuhan.
Sayangnya belum ada penjelasan secara detail dari rumus ini.

Selain Euler, Kurt Friedrich Godel, matematikawan asal Amerika yang lahir di
Austria, juga menelurkan 'Teorema Tidak Lengkap' yang menegaskan keberadaan
Tuhan. Teori ini kemudian berkembang dengan dua bagian utama, yakni
'kebutuhan' dan 'peluang'. Berdasarkan penelitian Universitas Stanford, teori
Godel menyatakan bila Tuhan adalah zat yang paling agung dan ada di setiap
pemikiran manusia. Nah, secara otomatis kita memercayai adanya Tuhan bila kita
yakin di luar sana ada zat lebih hebat dari apapun. Oleh sebab itu, keberadaan
Tuhan bisa dikatakan absolut.

4.Taruhan Pascal: Percaya Tuhan ada adalah pilihan terbaik

Blaise Pascal adalah filsuf Prancis dari abad ke-17 yang teorinya soal Tuhan
membuka pintu ke berbagai macam teori peluang. Teori itu bernama 'Taruhan
Pascal' atau Pascal's Wager. Teori ini menyatakan bila memercayai keberadaan
Tuhan adalah hal terbaik dan bermanfaat bagi manusia. Bila kita disuruh
mempertaruhkan hidup kita untuk percaya adanya Tuhan, jika salah pun kita
nggak akan mendapat apa-apa alias nothing to lose. Di sisi lain, bila dalam hidup
kita memutuskan untuk nggak percaya pada Tuhan, bila kita benar dan Tuhan
tidak ada, kita juga nggak mendapat apa-apa. Sebaliknya, bila kita salah dan
Tuhan benar-benar ada, maka neraka menanti kita. Pilih mana?

5.DNA manusia bukti Tuhan ada

5
Francis S. Collins M.D. & Ph.D, Ketua Proyek Penelitian Gen Manusia di tahun
2007 lalu menyatakan bila DNA manusia menyimpan bukti keberadaan Tuhan.
Dr. Collins mengungkapkan bila DNA adalah bahasa Tuhan, dan perwujudan dari
rencana Tuhan yang juga bagian dari alam. Gen manusia memang sangat
kompleks dengan bagian data mencapai miliaran. Hal seperti ini tentu lahir berkat
desain panjang dari 'sesuatu' yang sangat hebat di luar jangkauan intelejensi
manusia. Lebih lanjut, ada beberapa pertanyaan dari Dr. Collins yang menguatkan
argumennya, antara lain 'Apa arti hidup?', 'Siapa yang memulai alam semesta?',
dan tentu saja 'Siapa sosok hebat yang mampu menciptakan DNA yang sangat
rumit itu?'.

6.Pintu neraka di Kola?

Pada tahun 1999, ilmuwan Uni Soviet melakukan penelitian geologi dengan menggali
lubang yang sangat dalam 12 kilometer di semenanjung Kola! Letaknya ada di
wilayah Uni Soviet yang berbatasan dengan Norwegia dan Finlandia. Lalu,lubang
tersebut diberi nama Kola Superdeep Borehole. Saat penggalian itu, ilmuwan
menemukan keanehan geologi yang belum diketahui oleh manusia sebelumnya.
Pengeboran lubang itu sendiri diakhiri saat suhu ujung lubang mencapai 180 derajat
Celcius. Suhu yang panas, anomali geologi, serta suara-suara bawah tanah aneh
membuat berkembangnya teori 'konspirasi' tentang adanya neraka di bawah tanah
tempat kita berdiri. Tetapi, mungkin 'neraka' memang ada di dalam Bumi. Sebab,
berdasarkan penelitian organisasi Geologi Eropa di tahun 2013, terungkap bila suhu
inti Bumi bisa sepanas permukaan matahari, yakni 6000 derajat Celcius. Dengan suhu
sepanas itu, bukan hanya manusia yang akan meleleh, batu berlian pun akan lumer
seketika. Cukup mirip dengan gambaran neraka ya?

B.SEJARAH MANUSIA TENTANG TUHAN.

Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan ilmu Tauhid, ilmu Kalam, atau
ilmu Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad

6
SAW. Filsafat Yunani dalam beberapa hal telah sampai pada kesimpulan bahwa
alam disebabkan oleh Zat yang tidak tampak, esa, kekal, dan sempurna.
Memahami kronologi Berbangga dengan sejarah negara. Dari data pengalaman
yang konkret, manusia dapat sampai kepada kesimpulan mengenai eksistensi
Tuhan. Tuhan hadir dalam sejarah umat manusia dari Nabi Ibrahim sampai
kepada Nabi Muhammad saw. Beberapa waktu yang lalu kita dapat melihat di
dalam media massa bahwa banyak kelompok-kelompok religius yang sering kita
sebut kelompok "Sesat". Bermula di awal dengan tema kemunculan Tuhan, sesaat
manusia mengenal yang gaib, Karen Armstrong menggiring pembacanya untuk
menikmati setiap mitos kuno tentang Dewa-Dewa, interaksi dan filosofi
hubungannya dengan manusia, dan tata cara penyembahan manusia kepada Dewa.
Sehingga sejarah ide dan pengalaman tentang Tuhan dalam Yahudi, Kristen, dan
Islam saling terkait. Konsepsi tuhan Oleh M. Filsafat menjelaskan Tuhan sebagai
zat yang impersonal, sedangkan teologi melihat Tuhan sebagai zat yang personal.
Dinamisme Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui
adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Konsep ada "Demiurg"
merupakan konsep tentang yang pandai mengatur segala yang dapat disaksikan,
5
tetapi konsep ini bukanlah sang pencipta.

1.Pemikiran Barat

Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep


yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun
batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam
literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan
adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat
menjadi sempurna. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori
evolusionisme adalah sebagai berikut:

1. Dinanisme

5 Al-Jibauri, Y. T. (2005). Konsep Tuhan Menurut Islam. Jakarta: Lentera Basritama.

7
Paham ini mengaku adanya kekuatan (maging power) yang berpengaruh
dalam kehidupan manusia, kekuatan ini terbentuk dalam kepercayaan
hayati yang ditunjukkan pada benda-benda (dianggap keramat).
2. Animisme
Paham ini mempercayai adanya peranan roh dalam kehidupan manusia,
roh dianggap selalu aktif walaupun sudah mati. Paham ini membagi roh
atas dua yaitu roh baik dan roh jahat (nakal).
3. Politeisme
Paham ini mempercayai dan menganggap banyak dewa sebagai Tuhan
sehingga dewa tersebut dipuja dan disembah oleh manusia.
4. Henoteisme
Dari banyak dewa, selanjutnya manusia menyeleksi satu dewa yang
dianggap mempunyai kekuatan lebih yang kemudian mereka anggap
sebagai Tuhan.
5. Monoteisme
Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan
bersifat international. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat ketuhanan
terbagi menjadi 3 paham yaitu : deisme, panteisme dan teisme.

2,Pemikiran Umat Islam

Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau Ilmu
Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad
SAW. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula
yang bersifat di antara keduanya. Sebab timbulnya aliran tersebut adalah karena
adanya perbedaan metodologi dalam memahami Al-Quran dan Hadis dengan
pendekatan kontekstual sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional.

3.Tuhan menurut pandangan umat Islam

Tuhan merupakan sesuatu yang ghaib. Pengkajian manusia tentang Tuhan tidak
akan pernah cukup jika sebatas lewat pemikiran saja, informasi tentang asal-usul

8
kepercayaan tuhan tertera dalam Al-Qur’an diantaranya pada QS 21 (Al-Anbiya):
92, yang artinya:َ

“ Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang
satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.”

Ayat tersebut di atas memberi petunjuk kepada manusia bahwa sebenarnya tidak
ada perbedaan konsep tentang ajaran ketuhanan sejak zaman dahulu hingga
sekarang. Melalui Rasul-rasul-Nya, Allah memperkenalkan dirinya melalui
ajaran-Nya, yang dibawa para Rasul, Adam sebagai Rasul pertama dan
Muhammad sebagai terakhir.

Tuhan yang haq dalam konsep al-Quran adalah Allah. Hal ini dinyatakan antara
lain dalam surat Ali Imran ayat 62, yang artinya:

“Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.”

Dengan mengemukakan alasan-alasan tersebut di atas, maka menurut al-Quran,


sebutan yang benar bagi Tuhan yang benar-benar Tuhan adalah sebutan “Allah”,
dan kemahaesaan Allah tidak melalui teori evolusi melainkan melalui wahyu yang
datang dari Allah. Hal ini berarti konsep tauhid telah ada sejak datangnya Rasul
Adam di muka bumi. Esa menurut al-Quran adalah Esa yang sebenar-benarnya
esa, yang tidak berasal dari bagian-bagian dan tidak pula dapat dibagi menjadi
bagian-bagian. Keesaan Allah adalah mutlak. Ia tidak dapat didampingi atau
disejajarkan dengan yang lain. Sebagai umat Islam, yang mengikrarkan kalimat
syahadat La ilaaha illa Allah harus menempatkan Allah sebagai prioritas utama
dalam setiap tindakan dan ucapannya. Konsepsi kalimat La ilaaha illa Allah yang
bersumber dari al-Quran memberi petunjuk bahwa manusia mempunyai
kecenderungan untuk mencari Tuhan yang lain selain Allah dan hal itu akan
kelihatan dalam sikap dan praktik menjalani kehidupan.

9
C. PEMBUKTIAN WUJUD TUHAN

Walaupun manusia telah mengimani wujud allah swt ,pengalaman batin atau fitrah
manusia itu sendiri,masih menginginkan pembuktian secara langsung.Bahkan Nabi
Musa as sekalipun ia adalah utusan allah, ia pernah meminta kepada allah agar dia
menampakkan diri kepadanya.Hal ini dijelaskan dalam al-Qur’an surat Al-A’raf Ayat
143, yang artinya :

Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah
Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya
Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada
Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah
ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat
melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya
gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar
kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang
yang pertama-tama beriman".

Segala usaha manusia dalam pembuktian wujud tuhan masih tetap terbatas,satu
satunya sumber yang dapat dipercaya adalah Al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah.Beberapa argumen dari teologi islam yang berkaitan dengan wujud
tuhan,diantaranya :

a) Ash‘āriyyah; berargumen adanya Tuhan berdasarkan pada adanya alam ini,


perubahan dan ketidak tetapan alam ini karena terdiri dari bagian-bagian
yang yang tidak dapat dibagi-bagi yang selalu berubah-ubah, karena itulah
alam ini baharu (up to date) setiap yang baharu pasti memiliki sebab, sebab
pokoknya adalah Tuhan, karena tidak ada sebab yang tidak berakhir, semua
6
sebab berakhir itu adalah pada Tuhan .
b) Ḥashwiyah; golongan ini mendasarkan argumen wujud Tuhan swt hanya pada
wahyu (naqli) dan tidak percaya pada penalaran akal (‘aqli). 5 Ṣūfiyyah

6 Ibn Rusyd, Al-Kashf ‘an manāhij al-Adillah fî ‘Aqāid al-Millah, Dikomentari oleh
‘Ābid Al-Jābirī (Beirut: Markaz Dirāsāt al Waḥdah al’Arābiyah, 1997), 102.

10
atau Baṭīniyyah berargumen dengan pengalaman jiwa (ruhani) atau al-
kashfu sebagai anugrah dari Tuhan kepada hambanya yang telah
7
membersihkan jiwanya dari sentuhan dan rangsangan hawa nafsu .
c) Dari perspektif dalil ontologis Ibnu Sina, pandangan bahwa alam dan
segala yang ada di dalamnya esensinya adalah kebaikan merupakan suatu
keniscayaan dari wujud Tuhan sebagai wajib al-wujūd biẓātihi (tidak bisa
8
tidak, Tuhan mesti ada karena dzat-Nya sendiri).
d) Al-Ghazali, menyodorkan argumentasi rasional dalam membuktikan
eksistensi Allah. Dalam hal ini, cara yang dilakukannya adalah dengan
mempertentangakan wujud Allah dengan wujud makhluk. Wujud Allah,
kata al-Ghazali, adalah qadīm sedangkan wujud makhluk adalah hadits
(baharu). Wujud hadits menghendaki sebab gerak yang mendahuluinya
sebagai penggerak yang mengadakannya, sebab-musabab ini tidak akan
berakhir sebelum sampai kepada “Yang Qadīm”, yang tidak dicipta dan
digerakkan. Sedangkan wujud Allah, jika ia hadits tentu akan menghendaki
sebab musabab seperti itu juga, yang sudah pasti takkan ada pangkal pokok
geraknya. Hal demikian adalah suatu hal yang mustahil dan takkan
9
menghasilkan apa-apa .
e) Al-Kindi, Allah bagi Al-Kindi adalah wujud yang sebenarnya, bukan
berasal dari tiada kemudian ada, Ia mustahil tidak ada dan selalu ada dan
akan selalu ada selamanya, Allah adalah wujud yang sempurna dan tidak
didahului wujud yang lain, wujudnya tidak berakhir, sedangkan wujud lain
disebabkan wujudnya. Oleh karena itu pencipta (Allah) itu tidaklah banyak,
melainkan Maha Esa, tidak terbilang, Maha Suci dan Maha Tinggi, sejauh-
jauhnya dalam penyelewengan agama, Dia tidak menyerupai alam ciptaan,
karena sifat banyak itu ada secara nyata pada setiap ciptaan dan sifat itu
sama sekali tidak ada pada-Nya.

7 Ibn Rusyd, Al-Kashf ‘an manāhij al-Adillah, 101


8 Nur Kholis, “Bukti Eksistensi Tuhan Menurut Ibnu Rusyd dan Thomas Aquinas”, Skripsi Sarjana
Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang (2015), h. 26-27
9 Yunasril Ali, Manusia Citra Ilahi Pengembangan Konsep Insan Kamil Ibn ‘Arabi Oleh
Al-Jili (Jakarta: Paramadina, 1997), 73

11
10

1.Pandangan Ibnu Rusyd tentang pembuktian wujud Tuhan

Ibnu Rusyd membuktikan adanya Tuhan dengan mengemukakan 3 dalil yaitu:


Dalil al-Inayah (pemeliharaan Tuhan), Dalil al-Ikhtira’ (dalil penciptaan) dan
Dalil al-Harakah (dalil gerak).

a. Dalil ‘inayah (pemeliharaan)


Apabila alam ini kita perhatikan, maka kita akan mengetahui
bahwa apa yang ada didalamnya sesuai sekali dengan kehidupan
manusia dan makhluk-makhluk lain. Persesuaian ini bukan terjadi
secara kebetulan, tetapi menunjukkan adanya penciptaan yang rapi
dan teratur yang didasarkan atas ilmu dan kebijaksanaan
sebagaimana yang ditunjukkan oleh ilmu pengetahuan modern.
11
Ayat-ayat yang menunjukan dalil inayah dapat dilihat dalam Q.S.
An-Naba: 6-7, yang artimya :
“ bukankah kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan
gunung-gunung sebagai pasak”.
b. Dalil Ikhtira’ (penciptaan).
Dalil ikhtira’ ini sama jelasnya dengan dalil ‘Inayah, karena
adanya penciptaan Nampak jelas pada hewan yang bermacam-
macam, tumbuh-tumbuhan dan bagian-bagian alam lainnya.
Makhluk-makhluk tersebut tidak lahir dalam wujud dengan
sendirinya. Gejala hidup pada beberapa makhluk hidup yang
berbeda-beda. Gejala hidup yang berlainan itu menetukan cara dan
macam pekerjaannya. Semakin tinggi tingkatan makhluk semakin
tinggi pula macam pekerjaannya. Kesemuannya tidak terjadi secara
kebetulan, sebab kalau terjadi secara kebetulan tentulah tingkatan

10 Nurcholis Majid, Khazanah Intelektual Muslim, Cet. Ke 3 (Jakarta: Bulan Bintang, 1989), 94
11 Ahmad Hanafi, MA, Pengantar Filsafat Islam, cet. Ke 6 (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), 168-
169. Lihat Ibn Rusyd, Al-Kashf ‘an manāhij al-Adillah, 80

12
hidup tidak berbeda-beda. dalil ikhtira’ ini dapat dilihat dalam Q.S.
Al-Hajj :73, yang artinya:
“ Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali
tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka
bersatu untuk menciptakannya.
c. Dalil harakah (Gerak)
Yang diambilnya dari Aristoteles. Dalil tersebut mengatakan
bahwa alam semesta ini bergerak dengan suatu gerakan yang
abadi, dan gerakan ini mengandung adanya penggerak pertama
yang tidak bergerak dan tidak berbenda, yaitu Tuhan. Gerak ini
bersifat qadīm dan kekal. Disebut qadim dinisbatkan pada
penggerak pertama yakni, Tuhan, dan dikatakan kekal, bahwa
gerak tida hanya ditafsirkan secara harfiyah, artinya termasuk
dalam gerak ini adalah setiap perubahan alam, baik secara organik
maupun non organik, termasuk evolusi dan perpindahan sebagai
12
jenis dari gerak itu sendiri .

2.Dalil dalam Al-Qur’an terkait pembuktian wujud Tuhan

Salah satu ayat yang layak kita renungkan dalam kehidupan ini untuk lebih
mengenal wujud Allah di antaranya dalam firman-Nya: “Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-
tanda bagi orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa neraka” (QS. Al Imran, 3: 190-191).

Kembali perlu digarisbawahi bahwa secara fitrah, setiap manusia meyakini


keberadaan wujud Allah, dan di samping itu melalui firman-firman-Nya Allah

12 Ibnu Rusyd, Al-Kasyf ‘an Manāhij al-Adillāh, 162

13
mengajak manusia untuk berfikir tentang penciptaan-Nya. Allah yang kita yakini
adalah Dia yang Esa yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Esa dari segi Dzat, Sifat,
dan juga dari segi aturan dan hukum.Esa dari segi Dzat di antaranya dijelaskan
dalam firman-Nya: “Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Mahaesa. Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada
pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia” (QS. Al
Ikhlash, 112:1-4).

Kemudian dalam firman-Nya pula Allah SWT menegaskan: “Dan


Tuhanmu adalah Tuhan yang Mahaesa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (QS. Al Baqarah,
2:163). Lebih rinci lagi Allah SWT menunjukkan bukti-bukti kesalahan
kepercayaan orang-orang musyrik, sebagaimana firman-Nya: “Sekiranya ada di
langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak
binasa. Maka, Mahasuci Allah yang mempunyai ’Arsy daripada apa yang mereka
sifatkan” (QS. Al Anbiyaa, 21:22).

Demikian pula Allah SWT menegaskan: “Allah tiada mempunyai anak,


dan tiada tuhan bersama-Nya, kalau sekiranya demikian niscaya tiap-tiap tuhan
membawa makhluk yang diciptakannya dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan
mengalahkan sebahagian yang lain. Mahasuci Allah dari yang mereka sifatkan
itu” (QS. Al Mu’minuun, 23:91).

Jadi, kita sangat meyakini bahwa yang mengendalikan alam ini hanya Dia, Dia
Esa tidak ada yang mendampingi dalam mengendalikan alam semesta alam ini.
Sebab kalau ada yang mendampingi maka alam semesta ini akan hancur, yang
satu menghendaki bumi berputar, yang satu lagi menghendaki bumi tidak
berputar, dan lain sebagainya.

Dia juga Esa dalam Rubbubiyyah, sifatnya sebagai Rabb (dalam hamdallah),
sebagai pencipta, pemelihara, dan pendidik. Dia juga Esa dalam segi Uluhiyah,
berarti Esa untuk diibadahi, artinya tidak dimungkinkan kita untuk beribadah

14
kepada selain Allah, karena Dia-lah yang menentukan kehidupan kita (iyyaaka
na’budu wa iyyaka nasta’iin).

D. MUNCULNYA ALIRAN ALIRAN TEOLOGIS DALAM ISLAM

1.Pengertian Teologi

Menurut Wikipedia, Teologi merupakan wacana yang berdasarkan nalar


mengenai agama, spiritualitas dan Tuhan. Secara etimologis, kata Theologi
berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari kata Theos yang berarti Tuhan dan
Logos yang berarti ilmu. Sehingga didapat pengertian bahwa Teologi merupakan
sebuah ilmu yang membahas tentang ketauhidan (ketuhanan) dan segala hal yang
berkaitan dengan nilai-nilai ketuhanan tersebut. Sedangkan secara terminologi,
kata Theologi menurut Collins dalam New English Dictionary menjelaskan bahwa
teologi adalah ilmu yang membahas fakta-fakta dan gejala-gejala agama dan
hubungan antara manusia dan Tuhan (The Science which treats of the facts and
phenomena of religion, and the relations between man and God). Keterangan
serupa dipaparkan William L. Resse yang mengatakan bahwa Teologi berasal dari
Bahasa Inggris yaitu Theology dengan makna Discourse or Reason Concerning
God (Diskursus atau pemikiran tentang Tuhan). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa menurut Imam Hanafi Teologi adalah suatu kajian ilmu yang membahas
tentang Tuhan dan pertaliannya dengan manusia, baik berdasarkan kebenaran
13
wahyu atau berdasarkan penyelidikan akal murni manusia.

Kajian teologi dalam ranah Islam memiliki nama terkenal lainnya seperti
Ilmu Tauhid dan Ilmu Kalam. Syeikh Muhammad Abduh mendefiniskan bahwa Ilmu
Kalam atau Ilmu Tauhid adalah ilmu yang membicarakan tentang wujud Tuhan, sifat-
sifat yang boleh ada padanya dan sifat-sifat yang tidak mungkin ada pada-Nya.
Sedangkan menurut Imam Hanafi, sebab utama dinamakan Ilmu Kalam

13 "Theologization" of Psychology and "Psychologization" of Religion: How Do


Psychology and Religion Supposedly Contribute to Prevent and Overcome Social Conflicts?".
Procedia Environmental Sciences (dalam bahasa Inggris). 20: 516–525. 2014-01-
1. doi:10.1016/j.proenv.2014.03.064. ISSN 1878-0296.

15
adalah karena dasar dalil yang digunakan semata-mata dalil akal pikiran, dan dalil
Naqal (Al-Qur’an dan Al-Hadist) yang baru dipakai sesudah mereka menetapkan
kebenaran persoalan dari segi akal pikiran. Adapun pemakaian istilah Teologi dalam
Islam yaitu Ilmu Ushuluddin atau Ilmu Aqaid. Hassan Hanafi (1935), Wakil Presiden
Persatuan Masyarakat Filsafat Mesir mengajukan konsep baru tentang konsep teologi
Islam yang ilmiah dan membumi sebagai alternatif atas kritiknya bahwasanya teologi
tidak ilmiah dan melangit. Menurut beliau, Teologi Islam (Ilm Al-Kalam) yang dianut
oleh mayoritas muslim mengandung kelemahan mendasar.

2.Latar Belakang Munculnya Teologi dalam Islam

Ilmu Teologi ini tidak tumbuh secara langsung menjadi sempurna. Pada
mulanya ilmu ini tumbuh sama seperti ilmu yang lainnya yakni terbatas ruang
lingkupnya. Ilmu Teologi muncul dan tumbuh didalam islam dikarenakan adanya
beberapa faktor, kemudian meluas dan berkembang dari waktu ke waktu dalam
sejarah islam. Faktor tersebut dapat berkaitan dengan Al-Qur’an dan hadist
Rasulullah SAW, dapat juga berkaitan dengan orang-orang yang masuk agama
islam yang berasal dari bangsa-bangsa yang berbeda intelektual serta
kebudayaannya. Adapun yang berkaitan dengan filsafat Yunani yang ditransfer
dalam Islam.

Awal kemunculan aliran dalam Islam terjadi pada saat khilafah Islamiyah
mengalami suksesi kepemimpinan dari Usman bin Affan ke Ali bin Abi Thalib.
Masa pemerintahan Ali merupakan era kekacauan dan awal perpecahan di
kalangan umat Islam. Namun, bibit-bibit perpecahan itu mulai muncul pada akhir
kekuasaan Usman.

Di masa pemerintahan khalifah keempat ini, perang secara fisik beberapa kali
terjadi antara pasukan Ali bin Abi Thalib melawan para penentangnya. Peristiwa-
peristiwa ini telah menyebabkan terkoyaknya persatuan dan kesatuan umat. Sejarah
mencatat, paling tidak ada dua perang besar pada masa ini, yaitu Perang Jamal
(Perang Unta) yang terjadi antara Ali dan Aisyah yang dibantu Zubair

16
bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah serta Perang Shiffin yang berlangsung antara
pasukan Ali melawan tentara Muawiyah bin Abu Sufyan. Faktor penyulut Perang
Jamal ini disebabkan oleh yang Ali tidak mau menghukum para pembunuh Usman.
Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang dan menyelesaikan perkara itu secara
damai. Namun, ajakan tersebut ditolak oleh Aisyah, Zubair, dan Talhah. Zubair dan
Talhah terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim
kembali ke Madinah. Bersamaan dengan itu, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
oleh Ali semasa memerintah juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari
gubernur Damaskus, Muawiyah bin Abu Sufyan, yang didukung oleh sejumlah bekas
pejabat tinggi di masa pemerintahan Khalifah Usman yang merasa kehilangan
14
kedudukan dan kejayaan.

Perselisihan yang terjadi diantara Ali dan para penentangnya itulah yang
mengakibatkan munculnya aliran-aliran keagamaan dalam Islam seperti Syiah,
Khawarij, Mujriah, Mu’tazilah, Asy’ariyah, Maturidiyah, Ahlusunnah wal
Jama’ah, Jabbariyah, dan Kadariah. Aliran-aliran ini pada awalnya muncul
sebagai akibat percaturan politik yang terjadi, yakni mengenai perbedaan
pandangan dalam masalah kepemimpinan dan kekuasaan (aspek sosial dan
politik). Namun, dalam perkembangan selanjutnya, perselisihan yang muncul
mengubah sifat-sifat yang berorientasi pada politik menjadi persoalan keimanan.
Kelompok Khawarij pada akhirnya menjadi penentang Ali, menganggap bahwa
Ali tidak melaksanakan keputusan hukum bagi pihak yang memeranginya
sebagaimana ajaran Al-Qur’an. Oleh sebab itu, mereka menuduh Ali kafir dan
darahnya halal. Sementara itu, kelompok yang mendukung Ali dan keturunannya
(Syiah) melakukan pembelaan atas tuduhan tersebut. Dari situlah, bermunculan
berbagai macam aliran keagamaan dalam bidang Teologi. Selain persoalan politik
dan akidah (keimanan), muncul juga pandangan berbeda mengenai Al-Qur’an
(makhluk atau kalamullah), qadha dan qadar, dan sebagainya.

3.Macam-macam Aliran Teologi dalam Islam

14 Novula Gloria,,sumber :islam indonesia

17
Terpecahnya Islam menjadi beberapa aliran secara umum dapat disebabkan
karena adanya masalah perpolitikan mengenai pengangkatan khalifah. Selain
hal itu, masalah pengkafiran seseorang yang telah berbuat dosa besar juga
menjadi salah satu penyebab munculnya aliran baru dalam Islam. Berikut adalah
macam-macam aliran Teologi dalam Islam diantaranya sebagai berikut.

1. Aliran Khawarij
Nama Khawarij berasal dari kata Kharaja yang berarti telah keluar.
Maksudnya ialah orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib karena
tidak setuju terhadap sikapnya yang mau menerima perdamaian dalam
penyelesaian sengketa kekhalifahan dengan Muawiyah bin Abi Sufyan.
Dinamakan Khawarij karena mereka keluar dari rumah-rumah mereka dengan
maksud berjihad dijalan Allah. Khawarij adalah pecahan dari pengikut Ali bin
Abi Thalib yang mulai timbul dan memisahkan diri setelah terjadi perang Shiffin.
Mereka memilih Abdullah bin Wahab Al Rasidi menjadi imam mereka. Dalam
pertempuran dengan Ali, mereka mengalami kekalahan, namun akhirnya seorang
15
raja bernama Abd al Rahman bin Muljam dapat membunuh Ali.
2. Aliran Murji’ah
Murji’ah berasal dari kata Irjaa’ yang memiliki arti menangguhkan atau
mengakhirkan. Maksudnya mereka menangguhkan persoalan golongan-golongan
umat islam yang berselisih dan yang telah banyak mengalirkan darah sampai hari
pembalasan nanti mereka tidak menentukan hukum bagi setiap yang berselisih.
Golongan ini adalah golongan yang tidak mau ikut campur dengan persoalan
perdamaian antara Ali dengan Muawiyah. Golongan ini menganggap bahwa
iman adalah mengenal pada Allah dan utusan-Nya, dan siapa yang mengakui
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah
16
maka dialah orang mukmin.
3. Aliran Syi’ah

15 Muhaimin, HM., IlmuKalam-Sejarah dan Aliran-aliran, Yogyakarta: Pusaka Pelajar,1999.


16 Muhaimin, HM., IlmuKalam-Sejarah dan Aliran-aliran, Yogyakarta: Pusaka Pelajar,1999.

18
Kata Syi’ah menurut Ibnu Khaldun berarti As Shahbu wal Ittibaa’u yang
artinya pengikut atau partai. Sedangkan menurut istilah Syi’ah adalah suatu
golongan umat islam yang memberi kedudukan istimewa pada keturunan Nabi
Muhammad SAW dan menempatkan Ali bin Abi Thalib serta Ahlul Bait pada
derajat yang lebih utama daripada sahabat Nabi yang lain, mereka mencintai Ali
17
dan keturunannya dengan sepenuh hati dan disertai sikap dan tindakan nyata .

4. Aliran Qadariah dan Jabariyah

Kaum Qadariah berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan dan


kemerdekaan dalam menentukan perjalanan hidupnya dengan demikian nama
Qadariah berasal dari pengertian Qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan
kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk
18
pada Qadar Tuhan.

Sedangkan kaum Jabariyah berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai


kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam
paham ini terikat pada kehendak mutlak Tuhan. Jadi, nama Jabariyah berasal dari
kata jabara yang berarti memaksa. Dalam aliran ini ada paham bahwa manusia
mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa.

5. Aliran Mu’tazilah

Lahirnya aliran ini tidak terlepas dari adanya faktor pendorong yang salah
satunya ialah banyaknya orang yang hendak menghancurkan Islam dari segi
Akidah. Dinamakan Mu’tazilah sebab Wasil dan Amru memisahkan diri dari
Halaqah Hasan Basri, karena adanya perbedaan pendapat antara keduanya tentang
hukum orang Islam yang berbuat dosa besar. Menurut Wasil dan Amru, orang
islam yang berbuat dosa besar itu bukan mukmin bukan pula kafir, namun berada
diantara keduanya yakni fasiq.

17 Muhaimin, HM., IlmuKalam-Sejarah dan Aliran-aliran, Yogyakarta: Pusaka Pelajar,1999.


18 Muhaimin, HM., IlmuKalam-Sejarah dan Aliran-aliran, Yogyakarta: Pusaka Pelajar,1999.

19
Dinamakan mu’tazilah karena mereka melepaskan diri dari pendapat ulama
atau aliran terdahulu yakni mengenai hukum orang islam yang berbuat dosa besar.
Selain itu, mereka beranggapan bahwa orang islam berbuat dosa besar itu
19
menjauhkan diri (I’tizal) dari golongan mukmin dan kafir.

6. Aliran Ahlusunnah Wal Jama’ah

Golongan ini adalah golongan yang berpegang teguh pada sunnah dan
merupakan golongan mayoritas. Yang dimaksud dengan Ahlusunnah Wal
Jmaa’ah dalam ilmu kalam adalah aliran Asy’ariyah dan Maturidiah yang
20
menentang ajaran Mu’tazilah.

19 Muhaimin, HM., IlmuKalam-Sejarah dan Aliran-aliran, Yogyakarta: Pusaka Pelajar,1999.


20 Muhaimin, HM., IlmuKalam-Sejarah dan Aliran-aliran, Yogyakarta: Pusaka Pelajar,1999.

20
KESIMPULAN

Konsep Ketuhanan dapat diartikan sebagai sesuatu yg dipentingkan oleh


manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-
Nya. Tercakup didalamnya yg dipuja, dicintai serta diagungkan. Tuhan muncul
dimana pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun.

Tuhan tidak memerlukan sifat-sifat dan nilai-nilai tambahan untuk


kesempurnaan-Nya tetapi makhluk memerlukan, berhajat dan bergantung kepada
medan wujud, medan ketuhanan dan sifat-sifat ketuhanan bagi menumpang
kewujudan mereka. Medan tersebut bukan bermaksud ruang

Banyak pandangan tentang ketauhidan ketuhanan dalam Islam. Demikian pula


dalam Islam permasahan inti program Ketauhidan sepakat, yang membedakan
cara, proses bahkan , prakatek ibadah, interpretasi menuju kepada ketuhanan
sehingga menimbulkan berbagai polemik yang berkepanjangan. Apakah itu di
antara para ahli kalam (Theologi Islam), di kalangan tassauf, aliran aliran di
dalam agama Islam, organisasi Islam (Muhammadiyah, Nu, LDII, Persis dll) baik
Islam,fundamentalism, abangan, moderat, ortodok, kontemporer. Kesemua itu
dalam rangka mentauhidkan kemahaEsaan yang berkembang dari zaman
Rasulullah Saw hinga berkembang sampai detik ini.

Islam memiliki ajaran pokok (ushul) dan ajaran pendukung (furu'). Sebagai
contoh dari implementasi pendekatan program pengembangan riset Lakatos dalam
Islam adalah konsep tauhid. Doktrin bahwa Allah itu Esa, tiada berbilang, dapat
ditempatkan sebagai inti program. Sementara, lingkaran pelindungnya ayat-ayat
Al Quran, hadist-hadist aqidah, teori kausalitas, teori “mungkin” dan “mustahil,
teori fitrah, dan berbagai macam teori lainnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an Al Karim

Syafieh, S. (2017). Tuhan dalam Perspektif Al-Qur’an. Jurnal At-Tibyan: Jurnal


Ilmu Alqur’an Dan Tafsir

Endang Daruni, “Imperatif Kategoris dalam Filsafat Moral Immanuel Kant”, Jurnal
Filsafat, No. 23 (November 1995), h. 11-12.
Harun Nasution, Filsafat Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 23-35.

Mahfud, “Tuhan dalam Kepercayaan Manusia Modern Modern (Mengungkap


Relasi Primordial Antara Tuhan dan Manusia),” Cendikia: Jurnal Studi Keislaman,
Vol. 1 No. 2 (Desember, 2015), h. 98.

Al Hafizh ibn Asakir, Tabyin Kidzb al-Muftari, Damaskus: At-Taufiq, 1347


H. Hamad dan Fauzi al-Anjari Sinan, Ahlusunnah al-Asy’ariyah. Ahmad
Amin, Zhuhr Al-Islam, Kairo: Dar Al-Nahdhah, 1965

Ahmad Mahmud, Subhi, Fi Illem al-Kalam, Dar al Kutub al-Jamiah, Kairo, 1969

Muhaimin, HM., IlmuKalam-Sejarah dan Aliran-aliran, Yogyakarta:


Pusaka Pelajar,1999.

Nasution, Harun, Teologi Islam Aliran – aliran Sejarah Analisa Perbandingan,


Jakarta : UI – Press, 1986.

Al-Jibauri, Y. T. (2005). Konsep Tuhan Menurut Islam. Jakarta: Lentera


Basritama

"Theologization" of Psychology and "Psychologization" of Religion: How Do


Psychology and Religion Supposedly Contribute to Prevent and Overcome Social
Conflicts?". Procedia Environmental Sciences (dalam bahasa Inggris). 20: 516–
525. 2014-01-01. doi:10.1016/j.proenv.2014.03.064. ISSN 1878-0296.

Ibnu Rusyd, Al-Kasyf ‘an Manāhij al-Adillāh

Nur Kholis, “Bukti Eksistensi Tuhan Menurut Ibnu Rusyd dan Thomas
Aquinas”, Skripsi Sarjana Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang (2015), h. 26-27

22
Yunasril Ali, Manusia Citra Ilahi Pengembangan Konsep Insan Kamil Ibn
‘Arabi Oleh Al-Jili (Jakarta: Paramadina, 1997), 73

rachman, A. (2017, maret). Diambil kembali dari https://mzainiblog.blogspot.com

23

Anda mungkin juga menyukai