FILSAFAT KETUHANAN
Muhammad Noor
Abstrak
Tuhan dipahami sebagai zat Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan. Definisi tentang Tuhan
tidak memiliki kesepakatan, terdapat berbagai konsep ketuhanan. Dalam pandangan teisme, Tuhan
merupakan pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta. Menurut deisme, Tuhan
merupakan pencipta alam semesta, namun tidak ikut campur dalam kejadian di alam semesta. Menurut
panteisme, Tuhan merupakan alam semesta itu sendiri. Penganut monoteisme peracya bahwa Tuhan
hanya ada satu, serta tidak berwujud (tanpa materi), memiliki pribadi, sumber segala kewajiban moral,
dan “hal terbesar yang dapat direnungkan”. Akibat konsep ketuhanan yang berbeda-beda itulah, banyak
gagasan tentang sosok Tuhan, sifat-sifat yang dimiliki-Nya, bahkan hakikat Tuhan pun terus
dipermasalahkan. Siapakah dan bagaimanakah Tuhan terus dicari oleh manusia sebagai fitrah seorang
hamba yang akan selalu memerlukan eksistensi tertinggi yang dapat menjadi tempat bertumpu dan
berlindung. Filsafat ketuhanan mengajarkan manusia mengenal tuhan melalui akal pikiran semata-mata
yanag kemudian kebenarannya didapati sesuai dengan wahyu (kitab suci).Dengan kata lain, bahwa baik
agama mauapun filsafat ketuhanan sama-sama bertolak dari pangkalan pelajaran ketuhanan, tetapi jalan
yang ditempuh berbeda.
28
Jurnal Humaniora Teknologi ISSN: 2443-1842
Nomor 1, Volume 3, Oktober 2017
budi, maka dipakai pendekatan yang namun juga saling melengkapi; beberapa
disebut filosofis. Bagi orang yang kebenaran, seperti misteri dan inkarnasi
menganut agama tertentu (terutama agama dapat diketahui melalui wahyu,
Islam, Kristen, Yahudi), akan sebagaimana pengetahuan dari susunan
menambahkan pendekatan wahyu di dalam benda-benda di dunia, dapan diketahui
usaha memikirkannya. Jadi Filsafat melalui rasa pengalaman; seperti kesadaran
Ketuhanan adalah pemikiran para manusia manusia akan eksistensi Allah, baik wahyu
dengan pendekatan akal budi tentang maupun rasa pengalaman dipakai untuk
Tuhan. Usaha yang dilakukan manusia ini membentuk persepsi tentang adanya Allah.
bukanlah untuk menemukan Tuhan secara Thomas Aquinas terkenal dengan lima jalan
ab-solut atau mutlak, namun mencari (dalam Bahasa Latin; quinque viae ad
pertim-bangan kemungkinan-kemungkinan deum) untuk mengetahui bahwa Allah
bagi ma-nusia untuk sampai pada benar-benar ada.
kebenaran tentang Tuhan.
Jalan 1 adalah gerak, bahwa segala sesuatu
Pemikir yang mempercayai adanya Tuhan: bergerak, setiap gerakan pasti ada yang
menggerakkan, namun pasti ada sesuatu
Santo Agustinus (354-430) percaya bahwa yang menggerakkan sesuatu yang lain,
Allah ada dengan melihat sejarah dari namun tidak digerakkan oleh sesuatu yang
drama penciptaan, yang melibatkan Allah lain, Dialah Allah.
dan manusia. Allah menciptakan daratan
untuk manusia, menciptakan manusia Jalan 2 adalah sebab akibat, bahwa setiap
(Adam) yang berdosa melawan Allah. Lalu aki-bat mempunyai sebabnya, namun ada
Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden. penye-bab yang tidak diakibatkan, Dialah
Kemudian setelah manusia berkembang, sebab pertama, Allah.
mereka berdosa lebih lagi dan dihukum
Jalan 3 adalah keniscayaan, bahwa di dunia
dengan air bah dalam sejarah Nuh. Orang- ini ada hal-hal yang bisa ada dan ada yang
orang Yahudi yang diberikan perjanjian bisa tidak ada (contohnya adalah benda-
Allah ternyata tidak dapat memeliharanya benda yang dahulu ada ternyata ada yang
sehingga dihukum melalui bangsa-bangsa musnah, namun ada juga yang dulu tidak
lain. Lalu Allah yang maha kasih menebus ada ternyata sekarang ada), namun ada yang
manusia melalui Yesus Kristus. Dari selalu ada (niscaya) Dialah Allah.
sejarah ini Allah dapat selalu ada di tengah-
tengah manusia. Memang Agustinus adalah Jalan 4 adalah pembuktian berdasarkan
Bapa gereja, Uskup dari Hippo yang derajat atau gradus melalui perbandingan,
membela eksistensi Allah dari pandangan- bahwa dari sifat-sifat yang ada di dunia (
pandangan lain yang ingin meruntuhkan yang baik-baik) ternyata ada yang paling
paham teisme. Tuhan didefinisikan dari baik yang tidak ada tandingannya (sifat
sifat-sifatnya; maha tahu, maha hadir, Allah yang serba maha) Dialah Allah.
kekal, pencipta segala sesuatu. Namun lebih
lagi, Tuhan bukan ada begitu saja, namun Jalan 5 adalah penyelenggaraan, bahwa
selalu terhubung dalam peristiwa-peristiwa segala ciptaan berakal budi mempunyai
besar manusia. tujuan yang terarah menuju yang terbaik,
semua itu pastilah ada yang mengaturnya,
Thomas Aquinas (1225-1274) Dialah Allah.
menggabungkan pemikiran Aristoteles
dengan Wahyu Kristen. Kebenaran iman Filsafat Ketuhanan menurut Rene Descartes
dan rasa pengalaman bukan hanya cocok, (1596-1650) adalah berawal dari fungsi
29
Jurnal Humaniora Teknologi ISSN: 2443-1842
Nomor 1, Volume 3, Oktober 2017
iman, yang pada akhirnya berguna untuk adanya, tidak sama dengan pandagan semua
menemukan Allah. Tanpa iman manusia orang, oleh karenanya arti ateisme berbeda-
cenderung menolak Allah. Ada dua hal beda juga. Lima model ateisme yang
yang bisa ditempuh agar Aku sampai pada diuraikan Magnis Suseno adalah ateisme
Allah, 1. sebab akibat, bahwa dirinya dalam diri Ludwig Feuerbach, Karl Marx,
sendiri (manusia) pasti diakibatkan oleh Friedrich Nietzsche, Sigmund Freud dan
penyebab pertama, yaitu Allah. Jalan yang Jean Paul Sartre.
kedua adalah secara ontologis, yang
diwarisinya dari Anselmus. Allah yang ada Scientisme merupakan bagian dari Ateisme,
itu tidak mungkin berdiri sendiri, tanpa ada sesuai dengan dogma rasionalis,
kaitan dengan suatu entitas lain, maka Allah memandang inteligensi manusia sebgai
pasti ada dan bereksistensi. Maka Allah ukuran seluruh inteligibilitas, scientisme
yang ada dalam ide Descartes sempurna membatasi rasio-nalisme sendiri dalam
sudah, bahwa Dia ada dan dapat diandalkan batas-batas pengetahuan saja, sehingga roh
dalam relasi dengan entitas lainnya itu. manusia sendiri direduksi sampai dimensi
ilmiah saja. Segala sesuatu dipandang
Kepercayaan-kepercayaan tentang sebagai obyek yang dapat diukur, bahkan
keberada-an Tuhan: subjek pada akhirnya nanti dibendakan
juga. Maka pada akhirnya scientisme
Deisme dianalogikan seperti Tukang Jam, menolak metafisika, sehingga apa yang
yang menciptakan jam secara teratur dan dipikirkan secara metafisik dibendakan
membiarkannya berjalan sendiri. Deisme begitu saja, dan ini adalah bentuk ateisme.
adalah pandangan khas tentang Allah di Problem lebih lanjut adalah scientisme
masa Pencerahan, berasal dari deus yang melawan pemikiran agama dan iman. Hal
artinya Allah. Namun pandangan ini ini terjadi pada masa Galilei yang
berbeda dengan teisme, sebab Allah mengemukakan tentang bumi yang
dipercaya hanya pada waktu penciptaan, diistilahkan geo-sentris.
selanjutnya tidak ber-hubungan dengan
dunia lagi karena dunia yang sudah teratur Konsep Mengenal Tuhan
dari semula. Allah dianalogikan seperti
pencipta arloji yang bisa berjalan sangat Ma‟rifatullah
teratur tanpa campur tangan pencipta-nya. Ma‟rifatullah terbentuk dalam hati manusia
Jadi Deisme hanya percaya Tuhan pertama secara bertahap. Ambil contoh anak-anak
kali, setelah itu dianggap tidak ada. Paham pada awal kehidupannya suka berdusta,
ini dianggap sebagai benih dari munculnya bermain dengan tanah, bermain dengan
pandangan ateisme yang secara terbuka kotoran bahkan dengan barang-barang
menyangkal adanya Tuhan. Pandangan najis. Seringkali mereka bermain dengan
yang muncul pada abad 18 di Perancis. perkara-perkara yang dapat membahayak
Agnostisisme adalah paham manusia yang dirinya. Kadang mengambil barang orang
tidak mau tahu atau tidak tahu tentang tuanya tanpa ijin. Tak jarang anak-anak
adanya Tuhan. Namun hal ini lebih menyampaikan informasi yang keliru
disebabkan karena kebuntuan pemikiran kepada orang tuanya sehingga me-
untuk mendefinisikan Tuhan. Bagi para nimbulkan pertengkaran dengan orang lain.
filsuf ini, Tuhan di berada di luar Namun, tatkala akal mereka sudah terdidik,
Jangkauan pemikiran manusia. sudah dihiasi ilmu, mereka meninggalkan
semua kebiasaan yang buruk itu sedikit
Ateisme berarti penyangkalan adanya Allah. demi sedikit secara bertahap. Hal itu karena
Namun arti tentang Allah yang disangkal didikan orang tua, guru, dan
30
Jurnal Humaniora Teknologi ISSN: 2443-1842
Nomor 1, Volume 3, Oktober 2017
31
Jurnal Humaniora Teknologi ISSN: 2443-1842
Nomor 1, Volume 3, Oktober 2017
KESIMPULAN
32