NIM : 2018027
BAB 1
Allah adalah nama Tuhan yang diyakini umat Islam, yang juga diakui nama Tuhan umat non
Islam Yahudi dan Nasrani. Penerjemahkan lafadz Allah dengan kata “The God, dan The Lord” dsb itu
berdasarkan penggambaran sifat-sifat-Nya saja. Oleh karena Dzat Allah tidak kasat mata, maka sifat-
sifatnyalah yang dapat diterjemahkan
Maksudnya, sejarah pertama kali manusia memikirkan keberadaan Tuhan. Penulis belum
menemukan uraian yang jelas dan konkret perbincangan manusia tentang Tuhan, kecuali di dalam
Al-Quran telah dijelaskan sejak awal penciptaan manusia. Sejak Allah SWT menjadikan Adam a.s.
sebagai manusia khalifah di bumi, maka pada sejak saat itulah sejarah pemikiran tentang dimulai.
Dan pada saat itu adalah episode pertama perbincangan manusia tentang Tuhan. Dapat dipastikan,
Tuhan yang diperbincangkan manusia itu Esa, yaitu Allah SWT dengan redaksi “Ar-Rabb/Rabbuka”
yang berarti “Tuhanmu”. 1 Karen Armstrong, menyatakan bahwa pada mulanya manusia hanya
mengenal dan menyatakan keberadaan satu Tuhan yang merupakan Penyebab Pertama bagi segala
sesuatu dan Penguasa langit dan bumi. Menurutnya, keberadaan-Nya
As-Syahristani3 dalam kitab Al-Milal wa An-Nihal menyebutkan bahwa ada tujuh filosof di
bidang ketuhanan yang paling pokok dan sebagai rujukan utama. Karena ke tujuh filosof ini mula-
mula berbicara tentang ke-Esaan Tuhan Allah SWT. Mereka adalah tokoh sentral di bidang filsafat
ketuhanan. Mereka semuanya berasal dari Malatya (Miletus) Athena Yunani. Semua filosof
keilmuannya tidak lepas dari jasa mereka bertujuh
C. Kesimpulan
2. Sungguh pun umat manusia di suatu daerah dan wilayah yang jauh dari pancaran sinar kenabian
seperti Yunani, mereka tetap mendapat kekuatan akal pikirannya untuk menemukan hakikat adanya
Tuhan.
3. Sesungguhnya kekuatan dan kemampuan akal manusia yang diberikan Allah SWT secara otomatis
menjadi alat utama untuk mengenal Allah SWT, selain adanya jiwa.
4. Hasil perenungan dan kontemplasi yang banyak dilakukan para filosof di atas misalnya apa yang
dilakukan oleh Socrates dan Plato, telah memberi gambaran bahwa spekulasi akal manusia mampu
menemukan Sang Pencipta.
5. Semua para filosof di atas sepakat bahwa keberadaan alam ini mewajibkan adanya Dzat Pencipta
alias Tuhan.
6. Semua para filosof di atas sepakat bahwa hakikat Tuhan Pencipta alam semesta ini tidak bisa
diketahui oleh akal dan indera manusia.
7. Para filosof berbeda pendapat tentang benda alam yang diciptakan pertama kali. Thales
mengatakan air sebagai penciptaan pertama, Anaxagoras mengatakan bahwa benda atomis yang
pertama diciptakan, dan Anaximenes mengatakan bahwa udara adalah prinsip pertama yang
diciptakan.
8. Akal pikiran manusia dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya tidak akan mampu menangkap
hakikat Dzat Sang Pencipta.
9. Tuhan Pencipta alam ini sama sekali tidak berupa benda dan tidak sama dengan benda apa pun.
10. Tuhan Pencipta alam ini keberadaannya Tunggal tidak terbagi dan Esa. 11. Logika para filosof
tidak menyatakan bahwa alam semesta ini sebagai bukti adanya Tuhan. 12. Dalam sejarah manusia,
selalu muncul dua kelompok: satu meng-Esakan Tuhan, dan yang lain menyekutukannya. 13. Semua
filosof sepakat tentang ke Esaan Allah SWT, hanya saja mereka berbeda dalam masalah perincianny
Konsep teologi yang diajarkan Rasulullah SAW kepada sahabat sangat sederhana. Tidak rumit sama
sekali seperti di masa lahir dan berkembangnya ilmu kalam. Cukup menyatakan dua kalimat
syahadat, seseorang sudah dinyatakan sebagai orang Islam dan jiwa dan harga dirinya harus
dilindungi.
Ulama-ulama ahlissunnah yang dipelopori Abu AlHasan Al-Asy’ari dan Abu Manhur Al-Maturidi
(abad III H) merumuskan pokok-pokok besar dalam teologi berdasarkan Al-Quran, hadits, dan
pemahaman fitrah akal yang lurus, dengan pembagian sebagai berikut:
e. Masalah keyakinan tentang hari akhirat f. Masalah keyakinan tentang qadha dan qadar
(baikburuk)
Bukti dan saksi nyata akan adanya Allah SWT adalah keberadaan alam semesta. Bila terdapat
sesuatu yang wujud, pasti ada yang mewujudkan. Penciptaan dari ketiadaan menjadi ada, dan dari
ada menjadi tidak ada, ini adalah bukti nyata ada Sang Pencipta Allah SWT. Jika bumi ini ada, berarti
ada yang menciptakaannya. Matahari, rembulan, dan seluruh planet di alam raya ini menunjukkan
adanya Allah SWT. Bila ada kursi dan meja, maka berarti ada yang membuatnya. Kehidupan kita
sendiri, yang berasal dari benda mati dan menjijikkan (sperma dan sel telur) lalu menjadi manusia
sempurna, mustahil terjadi dengan sendirinya. Dan pada batas waktu tertentu, dari kehidupan itu
Allah menciptakan kematian/ketiadaan, dst.
Sebagaimana yang penulis tegaskan di atas, bahwa wujud sesuatu menunjukkan ada Dzat yang
mewujudkannya. Bumi, langit, matahari, bulan, dan seluruh benda-benda langit itu menunjukkan
adanya Allah SWT, Tuhan alam semesta. Logika ini tidak berlaku pada wujudnya Allah SWT. Allah
wujud tanpa diwujudkan. Dia wujud dengan dirinya sendiri ( بنفسه قيامه.(Jika Allah SWT wujud, ada
yang mewujudkannya, maka akan berartentangan dengan fakta logika berpikir dan fakta empirik.
Mari perhatikan perumpamaan skema berikut bila wujud Allah ada yang mewujudkan, atau dengan
kata lain, ada tuhan wujud lantaran diwujudkan/ tidak esa: