Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH APOLOGETIKA KONTRA

TEORI EVOLUSI

Disusun oleh:

Christina Ester Yulianti (00000018644)


Elsya Janri (00000018567)
Novia Embun Sari (00000018403)

Universitas Pelita Harapan


Teachers College
2018
Pendahuluan

Pada abad 18 pertanyaan-pertanyaan mengenai asal muasal manusia banyak


diperbincangkan. Tidak sedikit orang yang percaya bahwa manusia berasal dari kera persis
dengan teori yang dikemukakan oleh Darwin. Dari makalah yang sudah kami baca mengenai
teori evolusi, kami melihat adanya kesenjangan antara teori evolusi dengan perspektif iman
Kristen mengenai asal-usul kehidupan. Kami melihat bahwa pandangan mengenai teori
evolusi membuat banyak perubahan terutama pola pikir manusia mengenai asal-usul
kehidupan. Pandangan ini telah merasuk dalam pola pemikiran manusia khususnya masuk di
era modern karena pandangan evolusi mengenai kehidupan, didukung oleh adanya
perubahan-perubahan yang terjadi yang dapat diteliti secara ilmiah. Namun perlu diketahui
bahwa setiap pandangan dilatarbelakangi oleh sesuatu yang menjadi asumsi dasar yang
dipegang erat oleh sang pemilik pandangan. Sama halnya dengan pandangan evolusi yang
dikemukakan oleh Charles Darwin. Evolusi muncul dari pemikiran Darwin yang tidak
mempercayai adanya campur tangan Tuhan dalam proses terjadinya kehidupan (atheis).
Darwin dengan pola pikir naturalistik membangun kepercayaan bahwa segala sesuatu tidak
ada sangkut pautnya dengan hal-hal yang tidak masuk akal termasuk mengenai kisah
penciptaan di mana Tuhan yang menciptakan manusia. Menurut Darwin segala sesuatu yang
ada bisa dijelaskan melalui ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Kepercayaan inilah
yang mendasari pemikiran Darwin untuk mencoba menemukan jati diri manusia khususnya
asal-usul kehidupan manusia secara ilmiah dan bisa dikaji melalui pengamatan atau
penelitian. Pandangan evolusi mengatakan bahwa kehidupan dimulai dari sesuatu yang sudah
ada dan mengalami perubahan dalam kurun waktu yang sangat lama. Dari perspektif Lamark,
setiap individu akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan kondisi sekitarnya dan apabila
individu tidak mampu menyesuaikan keadaan sekitar atau tuntutan yang ada akan mengalami
seleksi alam atau tidak dapat bertahan hidup, salah satu contoh yakni Jerapah memiliki leher
yang panjang sebagai hasil dari proses adaptasi atau penyesuaian Jerapah untuk memperoleh
makanan yang letaknya tinggi.

Kami tidak setuju mengenai teori evolusi yang telah dikemukakan, karena teori evolusi
tentu saja bertentangan dengan pandangan iman Kristen yang berbicara mengenai kisah
penciptaan. Menurut iman Kristen segala sesuatu belum ada sebelum penciptaan, dan
kehidupan baru dimulai ketika Allah berfirman dari hari pertama hingga hari keenam dalam
kisah penciptaan. Kejadian 1:26-27 mengatakan bahwa “Berfirmanlah Allah: baiklah kita
menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan
di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala
binatang melata yang merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut
gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia laki-laki dan perempuan
diciptakannya mereka”. Setiap makhluk sudah dirancang oleh Allah dengan bentuk dan ciri-
ciri yang unik dan tentunya ciri-ciri tersebut secara natural dibawa oleh setiap makhluk
sebelum lahir ke dunia dan bukan hasil dari proses adaptasi atau penyesuaian. Menurut Gish,
Alkitab bukan satu-satunya sumber yang dapat digunakan untuk membuktikan adanya
penciptaan melainkan belajar mengenai fakta-fakta sains dapat membawa kita semakin
mempercayai bahwa alam semesta tidak tercipta dengan sendirinya dan makhluk hidup
termasuk manusia tidak mungkin terjadi secara kebetulan [CITATION Dua90 \p 7 \l 1033 ].
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pandangan Alkitabiah mengenai asal-usul manusia dapat
dijelaskan dengan logika berdasarkan fakta sains yang ada.

Dari pemaparan singkat mengenai perspektif iman Kristen di atas, akan menjadi
landasan kami untuk membantah pandangan evolusi mengenai asal-usul manusia yang akan
kami paparkan dalam makalah ini.

ISI
Evolusi memandang manusia adalah berasal dari kera (manusia purba) memiliki bentuk
tubuh dan kemampuan akal berkembang seiring dengan perjalanan waktu menjadi semakin
sempurna hingga akhirnya menjadi manusia modern. Merujuk pada pandangan di atas apabila
berbicara masalah asal mula manusia tidak bisa diterima dari pandangan teologi. Kitab
kejadian mendeskripsikan bagaimana Tuhan Allah menciptakan dunia ini dalam enam hari
dengan cara yang dahsyat dan ajaib melalui firman dan perbuatan tangan-Nya menjelaskan
bahwa manusia merupakan ciptaan yang dibentuk langsung oleh Allah dari debu tanah,
dengan tangan-Nya sendiri dan menghembuskan nafas kehidupan kepadanya. Hal ini
merupakan bukti kuat bahwa tidak mungkin manusia merupakan hasil dari evolusi dari kera
seperti teori yang disampaikan oleh Darwin.

Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa Tuhan sendiri yang telah menciptakan
manusia. Berfirmanlah Tuhan: “Baiklah kita menjadikan manusia.. maka Allah menciptakan
manusia itu..” (Kejadian 1:26,27). Dari ayat di atas secara jelas dinyatakan bahwa keberadaan
manusia bukan berasal dari suatu hal yang tiba-tiba ada, tetapi memang sejak awal sudah
dirancangkan oleh Allah untuk manusia diciptakan ada di dunia ini. Alkitab memberikan
pernyataan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, artinya ada unsur-
unsur tertentu yang Allah ciptakan di dalam diri manusia yang menyebabkan manusia itu
menjadi makhluk mulia melebihi ciptaan Allah lainnya[CITATION JLC08 \p 14 \l 1057 ].
Manusia mempunyai pikiran, spiritualitas, yang menyebabkan manusia bisa berpikir,
memiliki hikmat, mengasihi, serta dapat bersekutu dengan Allah, itulah unsur yang
membedakan antara manusia dengan ciptaan yang lain.

Berkhof (1994) dalam bukunya “Teologi Sistematika 2 – Doktrin Manusia”


memberikan pernyataan yang sulit untuk dijelaskan oleh teori evolusi, dan membuat teori
evolusi menjadi lemah untuk dipercaya kebenarannya. Evolusi mengatakan bahwa manusia
merupakan hasil dari perubahan sempurna dari hewan, itu artinya bahwa tubuh manusia
berasal dari tubuh hewan. Hal ini sulit dijelaskan apabila kita melihat kembali pada Alkitab
dalam kitab kejadian 3:19 yang berbunyi “dengan berpeluh engkau akan mencari
makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah karena dari situlah engkah diambil;
sebab engkau debu dan engkau kembali menjadi debu”. Dari pernyataan ini menegaskan
bahwa manusia tidak sama sekali akan kembali ke bentuk binatang asalnya, tetapi manusia
dan binatang akan kembali menjadi debu. (Berkhof, 2013, hal. 10). Sehingga dapat dipastikan
bahwa manusia bukan sama sekali berasal dari hewan, tetapi ciptaan yang berbeda dengan
binatang. Manusia akan kembali kepada tanah (bentuk asal) karena manusia dari awal
memang berasal dari tanah. Allah menciptakan manusia sesuai dengan gambar dan rupa-Nya
dimaksud untuk menjadi anak-Nya sekaligus untuk menjadi mitra-Nya. Sehingga manusia
memiliki nilai dan sifat-sifat yang dahsyat seperti memiliki akal budi, dapat berpikir untuk
masa depan, serta mampu mengatur kehidupannya dengan penuh hikmat[CITATION Nic08 \p 56
\l 1057 ]. Sifat-sifat dan tujuan manusia ini tidak dimiliki oleh binatang, sejak awal penciptaan
hingga saat ini.

Kaum naturalis juga percaya bahwa alam semesta & manusia terbentuk dengan
sendirinya tanpa ada campur tangan Tuhan. Kami tidak setuju dengan padangan tersebut, di
sini kami melihat dari pandangan penciptaan; Creation ex nihilo adalah penciptaan segala
sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada [CITATION Ste07 \p 16 \l 1057 ] . Hal ini masih
merupakan suatu perdebatan, baik dari kalangan naturalis maupun dari kalangan orang
percaya adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Kaum naturalis atau dengan kata lain
mereka yang tidak percaya akan adanya Tuhan meyakini bahwa terjadinya alam semesta
adalah sebagai suatu keadaan yang kebetulan dan manusia dianggap sebagai suatu
perkembangan alamiah dari substansi yang sudah pernah ada sebelumnya (Berkhof, 1994,
hal. 10), Teori ini di sangkal oleh kaum teisme yang percaya akan kedaulatan Alkitab yang
memberikan pengertian bahwa di dalam kitab suci, Allah adalah satu-satunya oknum yang
menciptakan dari ketiadaan menjadi ada[CITATION Ste07 \p 16 \l 1057 ]

Kaum naturalis membuktikan bahwa sesuatu dapat terjadi berdasarkan pada sesuatu
yang pernah ada sebelumnya dan akan berubah seiring berjalannya waktu. Sebagai contoh
adalah perubahan manusia dari kera sampai kepada manusia sekarang ini. Namun, teori ini
sangat tidak masuk akal, bahkan sampai saat ini pun sebenarnya teori evolusi masih
merupakan hipotesa kerja yang belum terbukti kebenarannya dan hipotesa ini sendiri tidaklah
memberikan janji bahwa kebenarannya akan terbukti (Berkhof, 1994, hal. 11). Seperti Firman
yang dituliskan di dalam Kejadian bahwa kisah tentang penciptaan dibahas secara tuntas.
Sebagian tujuan dari pasal dalam kitab Kejadian adalah untuk meyakinkan kita bahwa setiap
benda di lingkungan alam kita telah diletakkan Allah di sana [CITATION JIP08 \p 131 \l 1057 ].
Di dalam ayat 2 dalam kitab Kejadian menggambarkan bahwa terdapat kondisi dimana bumi
saat itu belum berbentuk, tidak memiliki kehidupan, gelap, dan dipenuhi air. Kemudian ayat
berikutnya yaitu ayat 3 memberitahukan bagaimana di tengah kekacauan dan kekosongan
tersebut, Allah berfirman untuk menciptakan segala sesuatunya.

Perbedaan yang sangat mencolok antara kepercayaan kaum naturalis dan kaum theis
adalah tentang asal mula alam semesta. Kaum naturalis percaya bahwa alam semesta tercipta
dari sesuatu yang sebelumnya pernah ada namun mereka tidak mengakui adanya Pencipta
yang menciptakan hal tersebut dan mereka percaya bahwa alam semesta sudah ada dengan
sendirinya. Namun, dalam Firman Tuhan bukanlah demikian, dalam Alkitab Allah berfirman
untuk menjadikan segala sesuatunya, Dia menciptakan dari sesuatu yang belum pernah ada
menjadi ada. Allah menjadikan bumi dan segala isinya kemudian pada hari ke enam Dia
menciptakan manusia dari debu dan tanah. Memang manusia diciptakan oleh Allah dari debu
dan tanah yang sebelumnya sudah Allah ciptakan tetapi yang menjadikan manusia adalah
makhluk mulia dan lebih tinggi dari ciptaan yang lain adalah bahwa manusia diberikan jiwa
dan hembusan nafas dari Allah. Jiwa yang ada pada manusia adalah bukti bahwa Allah
menciptakan sesuatu dari yang belum pernah ada sebelumnya. Allah memakai materi yang
sudah ada sebelumnya dalam membentuk tubuh manusia, tetapi tidak ada dalam penciptaan
jiwa (Berkhof, 1994, hal. 7). Jiwa manusia merupakan substansi yang baru yang Allah
ciptakan, Allah menghembuskan nafas hidup ke dalam hidung manusia dan manusia menjadi
makhluk yang hidup. Keberadaan dan kebenaran tentang natur manusia inilah yang tidak bisa
dijelaskan oleh kaum naturalis. Mereka tidak mampu menjelaskan tentang keberadaan jiwa
yang sekaligus berada di dalam tubuh manusia sebab perkara jiwa bersifat tidak kelihatan dan
begitu rumit.

Teori evolusi dan keyakinan untuk percaya akan adanya pencipta, kedua-duanya sedang
berbicara tentang iman dalam keyakinan yang dipercayai oleh masing-masing orang[CITATION
Wie10 \p 21 \l 1057 ]. Mereka yang meyakini bahwa alam semesta dan segala isinya berasal
dengan sendirinya seharusnya mulai kembali menganalisis ulang kesimpulan mereka.
Sebagai manusia yang memiliki banyak sel rumit di dalam tubuh dengan keteraturan setiap
sel saraf serta berfungsi sebagaimana adanya meyakini bahwa semua itu sudah di rancang
dengan sempurna karena adanya pencipta dalam penciptaan alam semesta dan pasti pencipta
tersebut bersifat transenden. Teori penciptaan meyakini bahwa terdapat perbedaan antara
penciptaan tubuh dan penciptaan jiwa. Tubuh diambil dari tanah sedangkan jiwa datang
langsung dari Allah (Pengkhotbah 12:7 “dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan
roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya”). Allah menciptakan dari yang tidak ada
menjadi ada. Di dalam bahasa Ibrani digunakan kata bara, yang menekankan bahwa
penciptaan ini dari yang tidak ada menjadi ada. Ini dibedakan dari kata asah dan yashah,
yang berari dibuat atau dirancang dari yang sudah ada (Tong, 2007, hal. 19). Allah
menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada, maka Allah adalah pemilik dari semua yang
diciptakan-Nya.

Apabila evolusi tidak bisa dipercaya karena tidak masuk akal dan tidak dapat
dibuktikan dengan beberapa alasan di atas, lalu bagaimana dengan fosil-fosil yang telah
ditemukan dan diteliti yang kemudian menjadi bukti kuat untuk mendukung bahwa manusia
memang berasal dari evolusi manusia purba? Ada jenis fosil yang paling terkenal ditemukan
di daerah Asia, penemuan ini membuat Homo Erectus terkenal di dunia yakni penemuan fosil
manusia peking dan manusia Jawa. Fosil ini ditemukan oleh G.H.R. Von Koenigswald di
daerah Jawa. Bagian yang ditemukan adalah bagian rahang, bagian atas tengkorak, geraham,
dan tulang atas kiri [CITATION MJu07 \p 3 \l 1057 ] . Dari temuan ini maka diambil kesimpulan
oleh para saintis bahwa fosil tersebut merupakan tulang nenek moyang manusia. Tetapi
pernyataan berdasarkan temuan fosil ini dibantah oleh bukti yang kuat melalui penelitian.
Fosil manusia peking dan manusia Jawa yang ditemukan mengungkap fakta yang tidak
terduga yakni; manusia peking terdiri dari beberapa bagian yang terbuat dari plester untuk
menggantikan bagian asli yang hilang. Sedangkan pada fosil manusia Jawa “tersusun” dari
fragmen-fragmen tengkorak, ditambah dengan tulang panggul yang ditemukan beberapa
meter dari letak fosil utama ditemukan, tanpa indikasi bahwa tulang tersebut berasal dari satu
makhluk yang sama [CITATION Yul15 \p 197 \l 1057 ]. Singkatnya fosil tersebut adalah palsu,
barang palsu tidak akan bisa menjadi bukti suatu kebenaran.

Selain fosil Homo Erectus, ada pula ditemukan fosil “Manusia Piltdown” yang
ditemukan oleh seorang dokter terkenal dan juga ahli peleoantologi amatir bernama Charles
Dawson, pada tahun 1912, ia mengklaim telah menemukan tulang rahang dan fragment
tengkorak dalam sebuah lubang di Piltdown, Inggris [CITATION Dav05 \p 172 \l 1057 ]. Hasil
penemuan Dawson ini menjadi penguat tentang kebenaran teori evolusi. Hingga lebih dari 40
tahun telah banyak artikel ilmiah yang menulis tentang “manusia Piltdown”[CITATION
Nur051 \p 4 \l 1057 ]. Tetapi ternyata ditemukan kesalahan dan keanehan dari apa yang
diklaim oleh Dawson. Bukti yang membuat fosil manusia Piltdown tidak dapat dijadikan alat
bukti evolusi dikemukan oleh Nurhadi (2005) dalam jurnalnya “Bantahan Terhadap Paham
Materialisme” :

Pada tahun 1949, Kenneth Oakley dari departemen paleontologi British Museum
mencoba melakukan “pengujian fluorin”, metode baru yang digunakan untuk
menentukan umur fosil-fosil kuno. Setelah pengujian fluorin dilakukan pada fosil
manusia Piltdown, hasilnya sungguh mengejutkan. Ternyata tulang rahang Manusia
Piltdown tidak mengandung fluorin. Ini berarti tulang rahang tersebut terkubur
kurang dari beberapa tahun yang lalu. Sedangkan tengkoraknya yang hanya
mengandung fluorin dalam kadar rendah menunjukkan bahwa umurnya hanya
beberapa ribu tahun. Penemuan selanjutnya mengungkapkan bahwa gigi pada tulang
rahang berasal dari orang utan yang direkayasa agar tampak usang, dan bahwa
peralatan-peralatan “primitif” yang ditemukan bersama fosil tersebut hanyalah
imitasi sederhana yang telah diasah dengan menggunakan peralatan baja[CITATION
Nur051 \p 4 \l 1057 ]

Setelah kesalahan ini terbukti maka segera fosil “Manusia Piltdown” disingkirkan dari
British Museum, setelah 40 tahun dipajang [CITATION Dav05 \p 172 \l 1057 ] . Berdasarkan
bukti-bukti di atas dapat terlihat bahwa apa yang selama ini dianggap benar oleh banyak
orang ternyata apabila dilakukan usaha untuk pembuktian secara teliti akan ditemukan
kelemahan dan kesalahan dari fosil yang ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fosil yang
ditemukan tidak dapat menjadi alat pembuktian yang kuat untuk membuktikan bahwa
manusia berasal dari kera, dan akhirnya manusia bukan hasil evolusi dari kera.
KESIMPULAN

Pandangan tentang manusia adalah hasil evolusi merupakan suatu kekeliruan tentang
bagaimana manusia melihat hidupnya. Ketika manusia mencoba untuk mencari jati diri tetapi
dengan cara mengandalkan dirinya sendiri hingga melupakan Tuhan maka hal yang terjadi
adalah kesesatan oleh pikiran manusia itu sendiri. Oleh karena itu untuk dapat mengetahui
tentang segala sesuatu harusnya manusia memakai kaca mata iman dalam dunia ini. Melihat
segala sesuatu bukan hanya karena adanya akibat tetapi lebih jauh menarik ke belakang
melihat sebab dari sesuatu yang ada. Sehingga tidak lagi keliru dalam kesesatan akibat
merasa mampu mengungkapkan segala misteri dengan akal pikiran sendiri tanpa Tuhan.
Manusia berbeda dengan kera, manusia memiliki pengetahuan, berpikir yang masuk akal,
bisa mengambil keputusan, dan memiliki moral, sedangkan kera tidak memilikinya karena
memang semua ini khusus untuk manusia. Hal tersebut merupakan satu hal yang tidak dapat
dijelaskan oleh para evolusionis. Agar dapat seperti manusia, kera harus melewati banyak
latihan, dan perubahan fisik, tidak ada kekuatan di alam yang bisa memberikan kemampuan
berpikir kepada kera. Allah yang Mahakuasa hanya menciptakan ciri-ciri sedemikian untuk
manusia dan tidak untuk binatang. Allah yang menciptakan semua manusia dan semua
makhluk hidup lainnya [ CITATION Dua90 \l 1057 ].
Daftar Pustaka

Abineno, J. (2008). Pokok-pokok penting dari Iman Kristen. Jakarta: Gunung Mulia .
Anshori, M. J. (2007). Sejarah Nasional Indonesia: Masa Prasejarah Sampai Masa
Proklamasi Kemerdekaan. Jakarta: PT.Mitra Aksara Panaitan.
Berkhof, L. (1994). Teologi Sistematika. Jakarta: Lembaga Reformed Injili.
Berkhof, L. (2013). Sistematika Teologi 2 "Doktrin Manusia". Jakarta : Momentum.
Burnie, D. (2005). Bengkel Ilmu: Evolusi. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Carl, W. (2010). Batu dan Tulang . Australia: Creatio Ministries International.
Gish, D. T. (1990). The Amazing Story of Creation from Science and the Bible.
Nurhadi. (2005). Bantahan Terhadap Materialisme. Jurnal Kreativa: Jurnal Mahasiswa FBS
UNY edisi Januari 2005, 4.
Packer, J. (2008). Knowing God. Yogyakarta: Andi Offset.
Siska, Y. (2015). Manusia Dan Sejarah: Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta:
Garudhawaca.
Tong, S. (2007). Kerajaan Allah, Gereja & Pelayanan. Surabaya: Momentum.
Wolly, N. J. (2008). Perjumpaan di Serambi Iman. Jakarta: Gunung Mulia.

Anda mungkin juga menyukai