Anda di halaman 1dari 14

https://artikelpendidikanrpp.blogspot.

com/

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk-Nya yang paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan
dibandingkan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Manusia dilengkapi akal untuk berfikir
yang membedakannya dengan binatang. Mengenai proses kejadian manusia, dalam Al-
Qur’an (QS. Al-Hijr (15) : 28-29) diterangkan bahwa

28. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku akan menciptakan
seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk,
29. Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-
Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud[796].

manusia diciptakan dari tanah dengan bentuk yang sebaik-baiknya kemudian ditiupkan ruh
kepadanya hingga menjadi hidup
Banyak ahli ilmu pengetahuan mendukung teori evolusi yang mengatakan bahwa
manusia berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk maupun kemampuan yang
sederhana kemudian mengalami evolusi dan kemudian menjadi manusia seperti sekarang
ini. Di lain pihak banyak ahli agama yang menentang adanya proses evolusi manusia
tersebut. Khususnya agama Islam yang meyakini bahwa manusia pertama adalah Nabi
Adam a.s. disusul Siti Hawa dan kemudian keturunan-keturunannya hingga menjadi banyak
seperti sekarang ini. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan informasi-informasi yang
terdapat pada kitab suci masing-masing agama yang mengatakan bahwa Adam adalah
manusia pertama. Untuk itu dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana proses kejadian
manusia menurut Al-Qur’an, hadist, maupun iptek.

1.2 Rumusan Masalah


• Apa pengertian manusia menurut pandangan Islam?
• Dari apa manusia itu diciptakan?
• Bagaimana asal usul manusia diciptakan?

1
https://artikelpendidikanrpp.blogspot.com/

• Bagaimana proses penciptaan manusia itu?


• Apa tujuan dan fungsi penciptaan manusia?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


• Untuk mengetahui pengertian manusia menurut pandangan Islam.
• Untuk mengetahui dari apa manusia itu diciptakan.
• Untuk menjelaskan bagaimana asal kejadian manusia dan siapa pencipta-Nya
berdasarkan Al-Qur’an, hadist, dan iptek.
• Untuk mengetahui bagaimana proses penciptaan manusia.
• Untuk mengetahui tujuan dan fungsi penciptaan manusia.

2
https://artikelpendidikanrpp.blogspot.com/

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manusia


2.1.1 Pengertian Manusia Menurut Pandangan Islam
Manusia dalam pandangan kebendaan (materialis) hanyalah merupakan sekepal
tanah di bumi. Manusia dalam pandangan kaum materialism, tidak lebih dari kumpulan
daging, darah, urat, tulang, urat-urat darah dan alat pencernaan. Akal dan pikiran
dianggapnya barang benda, yang dihasilkan oleh otak.[1] Pandangan ini menimbulkan
kesan seolah-olah manusia ini makhluk yang rendah dan hina, sama dengan hewan yang
hidupnya hanya untuk memenuhi keperluan dan kepuasan semata.
Dalam pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan terhormat di sisi-
Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia diberi akal dan hati,
sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa Al-Qur’an menurut sunah
rasul.
Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam
keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat
mulia kalau mereka sebagai khalifah (makhluk alternatif) tetap hidup dengan ajaran Allah
(QS. Al-An’am : 165). Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan (bisa dibedakan) dengan
makhluk lainnya, dan Allah menciptakan manusia untuk berkhidmat kepada-Nya,
sebagaimana firman Allah dalam surat Adz-Dzariyat (51) : 56.

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku. (Adz-Dzariyat (51) : 56).
2.1.2 Pengertian Hakikat Manusia
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia diantara makhluk ciptaan-
Nya. Oleh sebab itu manusia diharuskan mengenal siapa yang menciptakan dirinya sebelum
mengenal lainnya.[2]
Hakekat manusia adalah sebagai berikut :

3
https://artikelpendidikanrpp.blogspot.com/

• Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
• Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak
pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
• Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
untuk ditempati.
• Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan
baik dan jahat.
• Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosial,
bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa
hidup di dalam lingkungan sosial.

2.2 Asal Usul Manusia


2.2.1 Manusia dalam Pandangan Antropologi
Pada awalnya di dunia ini hanya ada satu sel yang kemudian berkembang dan
mengalami percabangan-percabangan. Percabangan ini mengakibatkan adanya variasi
mahluk hidup di dunia ini. Menurut Charles Darwin dalam teori Evolusinya, manusia
merupakan hasil evolusi dari kera yang mengalami perubahan secara bertahap dalam waktu
yang sangat lama. Dalam perjalanan waktu yang sangat lama tersebut terjadi seleksi alam.
Semua mahluk hidup yang ada saat ini merupakan organisme-organisme yang berhasil
lolos dari seleksi alam dan berhasil mempertahankan dirinya. Dalam teorinya ia
mengatakan : “Suatu benda (bahan) mengalami perubahan dari yang tidak sempurna
menuju kepada kesempurnaan”. Kemudian ia memperluas teorinya ini hingga sampai
kepada asal-usul manusia.
Dapat disimpulkan bahwa manusia dalam pandangan Antropologi terbentuk dari
satu sel sederhana yang mengalami perubahan secara bertahap dengan waktu yang sangat
lama (evolusi). Berdasarkan teori ini, manusia dan semua mahluk hidup di dunia ini berasal
dari satu moyang yang sama. Nenek moyang manusia adalah kera. Teori Evolusi yang

4
https://artikelpendidikanrpp.blogspot.com/

dikenalkan oleh Charles Darwin ini akhirnya meluas dan terus dipakai dalam
antropologi.[3]
Teori ini mempunyai kelemahan karena ada beberapa jenis tumbuhan dan hewan
yang tidak mengalami evolusi dan tetap dalam keadaan seperti semula. Misalnya sejenis
biawak/komodo yang telah ada sejak berjuta-juta tahun yang lalu dan hingga kini tetap ada.
Jadi dapat kita katakan bahwa teori yang dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena
antara teori dengan kenyataan tidak dapat dibuktikan.
2.2.2 Manusia dalam Pandangan Agama Islam
Dalam Agama Islam, segala sesuatunya telah diatur dengan baik dan digambarkan
dalam kitab suci Al-Quran. Tidak luput olehNya, bagaimana proses pembentukkan manusia
yang juga digambarkan sejelas-jelasnya. Dalam Al-Qur’an jika dipadukan dengan hasil
penelitian ilmiah menemukan titik temu mengenai asal usul manusia ini.
Terwujudnya alam semesta ini berikut segala isinya diciptakan oleh Allah dalam
waktu enam masa. Keenam masa itu adalah Azoikum, Ercheozoikum, Protovozoikum,
Palaeozoikum, Mesozoikum, dan Cenozoikum. Dari penelitian para ahli, setiap periode
menunjukkan perubahan dan perkembangan yang bertahap menurut susunan organisme
yang sesuai dengan ukuran dan kadarnya masing-masing (tidak berevolusi).[4]
Manusia dikaruniakan oleh Allah akal untuk berfikir. Dengan akal, manusia mampu
membedakan antara yang haq (benar) dengan yang bathil (salah). Dengan akal pula,
manusia mampu merenungkan dan mengamalkan sesuatu yang benar tersebut. Dengan
karunia akal, manusia diharapkan dapat memilah dan memilih nilai-nilai kebenaran,
kebaikan dan keindahan.
Disamping memiliki akal, manusia selalu terlahir dengan 3 naluri yang pasti ada dalam
dirinya, yaitu :
• Naluri untuk mensucikan sesuatu : naluri untuk beragama dan menyebah sesuatu
yang lebih dari pada dirinya.
• Naluri untuk mempertahankan eksistensi diri : manunia punya kecenderungan
marah, sedih, senang dll.
• Naluri untuk melestarikan dirinya : naluri kasih sayang.

5
https://artikelpendidikanrpp.blogspot.com/

2.3 Proses Penciptaan Manusia


2.3.1 Penciptaan Manusia Menurut Bibel
Menurut penjelasan di dalam Bibel, Bibel tidak memuat pernyataan-pernyataan
mengenai berbagai fenomena alam yang pada setiap masa sejarah manusia dapat menjadi
subyek pengamatan dan dapat meningkatkan banyaknya penjelasan atas kemahakuasaan
Tuhan, disertai dengan rincian-rincian spesifik tertentu. Sebagaimana akan kita lihat nanti,
teks-teks semacam itu hanya ada di dalam Al-Qur’an.
Penjelasan-penjelasan Bibel mengenai asal-usul penciptaan manusia, dijelaskan di
dalam Kitab Genesis dalam ayat-ayat yang membahas penciptaan secara keseluruhan. Salah
satu ayat yang ada di dalam Kitab Genesis berbunyi : “Lalu Tuhan berkata, ‘Biarlah kita
membuat manusia dalam citra kita, sesuai dengan kita; dan jadilah mereka menguasai ikan
di laut, burung di udara, ternak, dan segala suatu di atas bumi serta setiap makhluk yang
melata di atas bumi’.[5]
2.3.2 Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an
Al-Qur’an menyatakan proses penciptaan manusia mempunyai dua tahapan yang
berbeda, yaitu: Pertama, disebut dengan tahapan primordial. Manusia pertama, Adam a.s.
diciptakan dari al-tin (tanah), al-turob (tanah debu), min shal(tanah liat), min hamain
masnun (tanah lumpur hitam yang busuk) yang dibentuk Allah dengan seindah-indahnya,
kemudian Allah meniupkan ruh dari-Nya ke dalamA diri (manusia) tersebut (Q.S, Al
An’aam (6):2, Al Hijr (15):26,28,29, Al Mu’minuun (23):12, Al Ruum (30):20, Ar Rahman
(55):4). Kedua, disebut dengan tahapan biologi. Penciptaan manusia selanjutnya adalah
melalui proses biologi yang dapat dipahami secara sains-empirik. Di dalam proses ini,
manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan
dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku (‘alaqah)
yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal
daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan
ruh (Q.S, Al Mu’minuun (23):12-14). Hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim
menyatakan bahwa ruh dihembuskan Allah swt. ke dalam janin setelah ia mengalami
perkembangan 40 hari nuthfah, 40 hari ‘alaqah dan 40 hari mudghah.

6
https://artikelpendidikanrpp.blogspot.com/

Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya itu ditegaskan dalam banyak ayat.


Beberapa di antaranya sebagai berikut:
1. Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya
(spermazoa).
2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.
5. Setetes Mani
Sebelum proses pembuahan terjadi, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada
satu waktu dan menuju sel telur yang jumlahnya hanya satu setiap siklusnya. Sperma-
sperma melakukan perjalanan yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur karena
saluran reproduksi wanita yang berbelok2, kadar keasaman yang tidak sesuai dengan
sperma, gerakan ‘menyapu’ dari dalam saluran reproduksi wanita, dan juga gaya gravitasi
yang berlawanan. Sel telur hanya akan membolehkan masuk satu sperma saja.
Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya.
Ini dijelaskan dalam Al-Qur’an :

“Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani
yang dipancarkan?” (QS Al Qiyamah:36-37).

Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim


Setelah lewat 40 hari, dari air mani tersebut, Allah menjadikannya segumpal darah
yang disebut ‘alaqah.

“Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah”. (al ‘Alaq/96:2).


Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, terbentuk sebuah sel
tunggal yang dikenal sebagai “zigot” , zigot ini akan segera berkembang biak dengan
membelah diri hingga akhirnya menjadi “segumpal daging”. Tentu saja hal ini hanya dapat
dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.

7
https://artikelpendidikanrpp.blogspot.com/

Tapi, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat
pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui
hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi
pertumbuhannya. Pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur’an terungkap. Saat
merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata “alaq”
dalam Al Qur’an. Arti kata “alaq” dalam bahasa Arab adalah “sesuatu yang menempel pada
suatu tempat”. Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang
menempel pada tubuh untuk menghisap darah.

Pembungkusan Tulang oleh Otot


Disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur’an bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang
terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk
yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (QS Al
Mu’minun:14)
Para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk
secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini
bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop
yang dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap
bahwa pernyataan Al-Qur’an adalah benar kata demi katanya.[6]
Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu
terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan
tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di
sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.

8
https://artikelpendidikanrpp.blogspot.com/

Saripati Tanah dalam Campuran Air Mani


Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Ketika mani disinggung
di Al-Qur’an, fakta yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, juga menunjukkan
bahwa mani itu ditetapkan sebagai cairan campuran: “Dialah Yang menciptakan segalanya
dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian Ia
menjadikan keturunannya dari sari air yang hina.” (Al-Qur’an, 32:7-8).

2.4 Manusia dari Perspektif Al-Qur’an dan Al Hadist serta Iptek


Menurut Raghib Al Asfahani seorang pakar bahasa Al-Qur’an, sebagaimana dikutip
Quraish Shihab memandang kata taqwim pada ayat ini sebagai isyarat tentang
keistimewaan manusia dibandingkan binatang, yaitu akal, pemahaman dan bentuk fisiknya
yang tegak lurus. Jadi, kalimat ahsanu taqwim berarti bentuk fisik dan psikis yang sebaik-
baiknya, yang dapat melaksanakan fungsinya sebaik mungkin. Allah berbuat demikian
karena Allah ingin menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi. Oleh karenanya Allah
menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, sehingga tidak ada satu makhlukpun yang
lebih tinggi derajatnya dari manusia.
Selayaknya ilmu perakitan komputer, maka Allah telah merakit manusia dengan
sistem hardware dan software, lengkap, berkualitas tinggi dan multifungsi. Kesemua
perangkat ini bekerja secara sinergis dan dinamis agar manusia bisa menjalankan fungsinya
sebagai khalifah Allah di bumi.
Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk berpribadi, sebagai makhluk yang hidup
bersama-sama dengan orang lain, sebagai makhluk yang hidup di tengah-tengah alam dan
sebagai makhluk yang diciptakan dan diasuh oleh Allah. Manusia sebagai makhluk
berpribadi, mempunyai fungsi terhadap diri pribadinya. Manusia sebagai anggota
masyarakat mempunyai fungsi terhadap masyarakat. Manusia sebagai makhluk yang hidup
di tengah-tengah alam, berfungsi terhadap alam. Manusia sebagai makhluk yang diciptakan
dan diasuh, berfungsi terhadap yang menciptakan dan yang mengasuhnya. Selain itu
manusia sebagai makhluk pribadi terdiri dari kesatuan tiga unsur yaitu : unsur perasaan,
unsur akal, dan unsur jasmani. Al-Qur’an menggambarkan manusia sebagai makhluk
pilihan Tuhan, sebagai khalifah-Nya di muka bumi, serta sebagai makhluk semi-samawi

9
https://artikelpendidikanrpp.blogspot.com/

dan semi duniawi, yang di dalam dirinya ditanamkan sifat-sifat : mengakui Tuhan, bebas,
terpercaya, rasa tanggungjawab terhadap dirinya maupun alam semesta, serta karunia
keunggulan atas alam semesta, langit dan bumi. Manusia dipusakai dengan kecenderungan
jiwa ke arah kebaikan maupun kejahatan. Kemaujudan mereka dimulai dari kelemahan dan
ketidakmampuan, yang kemudian bergerak ke arah kekuatan. Tetapi itu tidak akan
menghapuskan kegelisahan psikis mereka, kecuali jika mereka dekat dengan Tuhan dan
selalu mengingat-Nya.

2.5 Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia


Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia itu mengabdi kepada Allah
artinya sebagai hamba Allah agar menuruti apa saja yang diperintahkan oleh Allah swt.
Sedangkan fungsi dari penciptaan manusia ini secara global kami menyebutkan tiga
kalsifikasi, yaitu:
1. Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi
Khalifah disini maksudnya menjadi penguasa untuk mengatur dan mengendalikan
segala isinya. Sebagai pedoman hidup manusia dalam melaksanakan tugas itu,
Allah menurunkan agama-Nya. Agama menjelaskan dua jalan yaitu jalan yang bahagia
dan jalan yang akan membahayakannya.
Perbedaan tingkat yang akan diadakan oleh Allah di dalam masyarakat manusia, bukanlah
suatu kesempatan bagi si kuat untuk menganiaya si lemah atau si kaya tidak
memperdulikan si miskin, melainkan suatu penyusunan masyarakat ke arah kebaikan hidup
bersama melalui tolong menolong.[7]
2. Manusia sebagai Warosatul Anbiya’
Kehadiran Nabi Muhammad saw. di muka bumi ini mengemban misi sebagai
‘Rahmatal lil ‘Alamiin’ yakni suatu misi yang membawa dan mengajak manusia dan
seluruh alam untuk tunduk dan taat pada syari’at-syari’at dan hukum-hukum Allah swt.
guna kesejahteraan perdamaian, dan keselamatan dunia akhirat.
Misi tersebut berpijak pada trilogy hubungan manusia, yaitu:
• Hubungan manusia dengan Tuhan, karena manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya.

10
https://artikelpendidikanrpp.blogspot.com/

• Hubungan manusia dengan masyarakat, karena manusia sebagai anggota


masyarakat.
• Hubungan manusia dengan alam sekitarnya, karena manusia selaku pengelola,
pengatur, serta pemanfaatan kegunaan alam.
3. Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)
Fungsi ini mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba Allah swt.
Tugas ini diwujudkan dalam bentuk pengabdian ritual kepada Allah swt. dengan penuh
keikhlasan. Secara luas konsep ‘abd ini meliputi seluruh aktivitas manusia dalam
kehidupannya. Semua yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya dapat dinilai
sebagai ibadah jika semua yang dilakukan (perbuatan manusia) tersebut semata-mata hanya
untuk mencari ridha Allah swt.

11
https://artikelpendidikanrpp.blogspot.com/

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
• Pengertian manusia menurut pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan
terhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia
diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa
al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah
menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4).
• Manusia adalah makhluk yang sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satunya
makhluk hidup yang mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri. Ia mampu
mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.
• Terdapat dua pendapat mengenai asal usul manusia, yaitu bahwa asal usul manusia
dari nabi Adam a.s yang merupakan pendapat para ahli agama sesuai dengan kitab-
kitab suci sebagai dasar (termasuk agama Islam). Pendapat kedua berdasarkan
penemuan fosil-fosil oleh para ilmuan yang berpendapat bahwa asal usul manusia
sesuai dengan teori evolusi merupakan hasil evolusi dari kera-kera besar selama
bertahun-tahun dan telah mencapai bentuk yang paling sempurna. Teori kedua yang
dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena antara teori dengan kenyataan
tidak dapat dibuktikan.
• Proses kejadian manusia berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah terjadi dalam dua
tahap. Pertama, tahapan primordial, yakni proses penciptaan nabi Adam a.s sebagai
manusia pertama. Kedua, tahapan biologi, yakni manusia diciptakan dari inti sari
tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung
dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging
(mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan
ruh.
• Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, sehingga tidak ada satu
makhlukpun yang lebih tinggi derajatnya dari manusia. Selayaknya ilmu perakitan

12
https://artikelpendidikanrpp.blogspot.com/

komputer, maka Allah telah merakit manusia dengan sistem hardware dan software,
lengkap, berkualitas tinggi dan multifungsi. Kesemua perangkat ini bekerja secara
sinergis dan dinamis agar manusia bisa menjalankan fungsinya sebagai khalifah
Allah di bumi.
• Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia menyembah dan mengabdi
kepada Allah swt. Sedangkan fungsi penciptaan manusia ke dunia, diklasifikasikan
ke dalam tiga (3) pokok, yaitu:
1. Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi
2. Manusia sebagai Warosatul Anbiya’
3. Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)

3.2 Saran
Setelah mengetahui asal usul dan bagaimana proses manusia itu diciptakan,
hendaknya setiap manusia bisa sadar akan tujuan hidupnya yaitu untuk mencari keridhaan
Allah SWT, karena jiwa yang memperoleh keridhaan Allah adalah jiwa yang berbahagia,
mendapat ketenangan, serta akan memperoleh imbalan surga. Sebagaimana firman Allah
SWT yang artinya:
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhainya. Maka masuklah dalam jamaah hamba-hambaku. Dan masuklah ke
dalam surgaku.” (QS Al Fajr : 27-30)

13
https://artikelpendidikanrpp.blogspot.com/

DAFTAR PUSTAKA

http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/19/proses-kejadian-manusia-dan-nilai-
nilai-pendidikan-di-dalamnya/
http://nyaknurul.blogspot.com/2011/03/asal-mula-kejadian-manusia.html
http://www.gudangmateri.com/2010/12/proses-penciptaan-manusia-menurut-islam.html
http://alhayaat.wordpress.com/2009/05/28/proses-penciptaan-manusia-menurut-islam-dan-
iptek/
Dr. Bucaille, Maurice. (1984). Asal-Usul Manusia Menurut Bibel, Al-Qur’an dan Sains.
Bandung: Penerbit Mizan.
Syueb, Sudono. Buku Pintar Agama Islam. (2011). Percetakan Bushido Indonesia: Delta
Media
Prof. DR. Daradjat, Zakiah. dkk. (1986). Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta.
[1] Prof. DR. Zakiah Daradjat. dkk, Dasar-dasar Agama Islam (Jakarta : 1986), hal : 48.
[2] Sudono Syueb, Buku Pintar Agama Islam, (Percetakan Bushido Indonesia: Delta
Media, 2011), hal: 70.
[3] Hanykpoespyta, Manusia : Antara Pandangan Antropologi dan Agama Islam,
(http://hanykpoespyta.wordpress.com/2008/04/19/manusia-antara-pandangan-antropologi-
dan-agama-islam/, diposting : 19 April 2008)
[4] Muhammad Fathurrohman, M.Pd.I, Proses Kejadian Manusia dan Nilai-nilai
Pendidikan di Dalamnya, (http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/19/proses-
kejadian-manusia-dan-nilai-nilai-pendidikan-di-dalamnya/, diposting : 19 September
2012)
[5] Dr. Maurice Bucaille, Asal-Usul Manusia Menurut Bibel, Al-Qur’an dan
Sains, (Bandung: Penerbit Mizan, 1984, edisi ke-3), hal: 169.
[6] Ahliana Afifati, Proses Penciptaan Manusia Menurut Islam dan Iptek,
(http://alhayaat.wordpress.com/2009/05/28/proses-penciptaan-manusia-menurut-islam-dan-
iptek/ diposting : 28 Mei 2009).
[7] Prof. DR. Zakiah Daradjat. dkk, Dasar-dasar Agama Islam (Jakarta : 1986), hal : 48.

14

Anda mungkin juga menyukai