Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk-Nya yang paling sempurna dan sebaik-baik
ciptaan dibandingkan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Manusia dilengkapi
akal untuk berfikir yang membedakannya dengan binatang. Mengenai proses
kejadian manusia, dalam Al-Qur’an (QS. Al-Hijr (15) : 28-29) diterangkan
bahwa manusia diciptakan dari tanah dengan bentuk yang sebaik-baiknya
kemudian ditiupkan ruh kepadanya hingga menjadi hidup.
Banyak ahli ilmu pengetahuan mendukung teori evolusi yang
mengatakan bahwa manusia berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk
maupun kemampuan yang sederhana kemudian mengalami evolusi dan
kemudian menjadi manusia seperti sekarang ini. Di lain pihak banyak ahli
agama yang menentang adanya proses evolusi manusia tersebut. Khususnya
agama Islam yang meyakini bahwa manusia pertama adalah Nabi Adam a.s.
disusul Siti Hawa dan kemudian keturunan-keturunannya hingga menjadi
banyak seperti sekarang ini. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan
informasi-informasi yang terdapat pada kitab suci masing-masing agama yang
mengatakan bahwa Adam adalah manusia pertama. Untuk itu dalam makalah
ini akan dijelaskan bagaimana proses kejadian manusia menurut Al-Qur’an,
hadist, maupun iptek.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manusia menurut pandangan Islam?
2. Dari apa manusia itu diciptakan?
3. Bagaimana asal usul manusia diciptakan?
4. Bagaimana proses penciptaan manusia itu?
5. Apa tujuan dan fungsi penciptaan manusia?

1
2

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian manusia menurut pandangan Islam.
2. Untuk mengetahui dari apa manusia itu diciptakan.
3. Untuk menjelaskan bagaimana asal kejadian manusia dan siapa pencipta-
Nya berdasarkan Al-Qur’an, hadist, dan iptek.
4. Untuk mengetahui bagaimana proses penciptaan manusia.
5. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi penciptaan manusia.
3

BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia
1. Pengertian Manusia Menurut Pandangan Islam
Manusia dalam pandangan kebendaan (materialis) hanyalah
merupakan sekepal tanah di bumi. Manusia dalam pandangan kaum
materialism, tidak lebih dari kumpulan daging, darah, urat, tulang, urat-
urat darah dan alat pencernaan. Akal dan pikiran dianggapnya barang
benda, yang dihasilkan oleh otak. Pandangan ini menimbulkan kesan
seolah-olah manusia ini makhluk yang rendah dan hina, sama dengan
hewan yang hidupnya hanya untuk memenuhi keperluan dan kepuasan
semata.
Dalam pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan
terhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat
baik. Manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang
diturunkan Allah, berupa Al-Qur’an menurut sunah rasul. Dengan ilmu
manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan
sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap
bermartabat mulia kalau mereka sebagai khalifah (makhluk alternatif)
tetap hidup dengan ajaran Allah (QS. Al-An’am : 165). Karena ilmunya
itulah manusia dilebihkan (bisa dibedakan) dengan makhluk lainnya, dan
Allah menciptakan manusia untuk berkhidmat kepada-Nya, sebagaimana
firman Allah dalam surat Adz-Dzariyat (51) : 56.
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat (51) : 56).

B. Pengertian Hakikat Manusia


Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia diantara
makhluk ciptaan-Nya. Oleh sebab itu manusia diharuskan mengenal siapa
yang menciptakan dirinya sebelum mengenal lainnya.
4

Hakekat manusia adalah sebagai berikut :


1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang
tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
3. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha
untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat
dunia lebih baik untuk ditempati.
4. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung
kemungkinan baik dan jahat.
5. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan
sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat
kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

C. Asal Usul Manusia


1. Manusia dalam Pandangan Antropologi
Pada awalnya di dunia ini hanya ada satu sel yang kemudian
berkembang dan mengalami percabangan-percabangan. Percabangan ini
mengakibatkan adanya variasi mahluk hidup di dunia ini. Menurut Charles
Darwin dalam teori Evolusinya, manusia merupakan hasil evolusi dari
kera yang mengalami perubahan secara bertahap dalam waktu yang sangat
lama. Dalam perjalanan waktu yang sangat lama tersebut terjadi seleksi
alam. Semua mahluk hidup yang ada saat ini merupakan organisme-
organisme yang berhasil lolos dari seleksi alam dan berhasil
mempertahankan dirinya. Dalam teorinya ia mengatakan : “Suatu benda
(bahan) mengalami perubahan dari yang tidak sempurna menuju kepada
kesempurnaan”. Kemudian ia memperluas teorinya ini hingga sampai
kepada asal-usul manusia.
Dapat disimpulkan bahwa manusia dalam pandangan Antropologi
terbentuk dari satu sel sederhana yang mengalami perubahan secara
bertahap dengan waktu yang sangat lama (evolusi). Berdasarkan teori ini,
5

manusia dan semua mahluk hidup di dunia ini berasal dari satu moyang
yang sama. Nenek moyang manusia adalah kera. Teori Evolusi yang
dikenalkan oleh Charles Darwin ini akhirnya meluas dan terus dipakai
dalam antropologi.
Teori ini mempunyai kelemahan karena ada beberapa jenis
tumbuhan dan hewan yang tidak mengalami evolusi dan tetap dalam
keadaan seperti semula. Misalnya sejenis biawak/komodo yang telah ada
sejak berjuta-juta tahun yang lalu dan hingga kini tetap ada. Jadi dapat kita
katakan bahwa teori yang dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena
antara teori dengan kenyataan tidak dapat dibuktikan.
2. Manusia dalam Pandangan Agama Islam
Dalam Agama Islam, segala sesuatunya telah diatur dengan baik
dan digambarkan dalam kitab suci Al-Quran. Tidak luput
olehNya, bagaimana proses pembentukkan manusia yang juga
digambarkan sejelas-jelasnya. Dalam Al-Qur’an jika dipadukan dengan
hasil penelitian ilmiah menemukan titik temu mengenai asal usul manusia
ini.
Terwujudnya alam semesta ini berikut segala isinya diciptakan
oleh Allah dalam waktu enam masa. Keenam masa itu adalah Azoikum,
Ercheozoikum, Protovozoikum, Palaeozoikum, Mesozoikum, dan
Cenozoikum. Dari penelitian para ahli, setiap periode menunjukkan
perubahan dan perkembangan yang bertahap menurut susunan organisme
yang sesuai dengan ukuran dan kadarnya masing-masing (tidak
berevolusi).
Manusia dikaruniakan oleh Allah akal untuk berfikir. Dengan akal,
manusia mampu membedakan antara yang haq (benar) dengan yang bathil
(salah). Dengan akal pula, manusia mampu merenungkan dan
mengamalkan sesuatu yang benar tersebut. Dengan karunia akal, manusia
diharapkan dapat memilah dan memilih nilai-nilai kebenaran, kebaikan
dan keindahan.
6

Disamping memiliki akal, manusia selalu terlahir dengan 3 naluri


yang pasti ada dalam dirinya, yaitu :
1. Naluri untuk mensucikan sesuatu : naluri untuk beragama dan
menyebah sesuatu yang lebih dari pada dirinya.
2. Naluri untuk mempertahankan eksistensi diri : manunia punya
kecenderungan marah, sedih, senang dll.
3. Naluri untuk melestarikan dirinya : naluri kasih sayang.

D. Proses Penciptaan Manusia


1. Penciptaan Manusia Menurut Bibel
Menurut penjelasan di dalam Bibel, Bibel tidak memuat
pernyataan-pernyataan mengenai berbagai fenomena alam yang pada
setiap masa sejarah manusia dapat menjadi subyek pengamatan dan dapat
meningkatkan banyaknya penjelasan atas kemahakuasaan Tuhan, disertai
dengan rincian-rincian spesifik tertentu. Sebagaimana akan kita lihat nanti,
teks-teks semacam itu hanya ada di dalam Al-Qur’an.
Penjelasan-penjelasan Bibel mengenai asal-usul penciptaan
manusia, dijelaskan di dalam Kitab Genesis dalam ayat-ayat yang
membahas penciptaan secara keseluruhan. Salah satu ayat yang ada di
dalam Kitab Genesis berbunyi : “Lalu Tuhan berkata, ‘Biarlah kita
membuat manusia dalam citra kita, sesuai dengan kita; dan jadilah mereka
menguasai ikan di laut, burung di udara, ternak, dan segala suatu di atas
bumi serta setiap makhluk yang melata di atas bumi’.
2. Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an
Al-Qur’an menyatakan proses penciptaan manusia mempunyai dua
tahapan yang berbeda, yaitu: Pertama, disebut dengan tahapan primordial.
Manusia pertama, Adam a.s. diciptakan dari al-tin (tanah), al-turob (tanah
debu), min shal (tanah liat), min hamain masnun (tanah lumpur hitam yang
busuk) yang dibentuk Allah dengan seindah-indahnya, kemudian Allah
meniupkan ruh dari-Nya ke dalamA diri (manusia) tersebut (Q.S, Al
An’aam (6):2, Al Hijr (15):26,28,29, Al Mu’minuun (23):12, Al Ruum
7

(30):20, Ar Rahman (55):4). Kedua, disebut dengan tahapan biologi.


Penciptaan manusia selanjutnya adalah melalui proses biologi yang dapat
dipahami secara sains-empirik. Di dalam proses ini, manusia diciptakan
dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku
(‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian
dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan
tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh (Q.S, Al Mu’minuun
(23):12-14). Hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim menyatakan
bahwa ruh dihembuskan Allah swt. ke dalam janin setelah ia mengalami
perkembangan 40 hari nuthfah, 40 hari ‘alaqah dan 40 hari mudghah.
Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya itu ditegaskan dalam
banyak ayat. Beberapa di antaranya sebagai berikut:
1. Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian
kecilnya (spermazoa).
2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.
5. Setetes Mani
Sebelum proses pembuahan terjadi, 250 juta sperma terpancar dari
si laki-laki pada satu waktu dan menuju sel telur yang jumlahnya hanya
satu setiap siklusnya. Sperma-sperma melakukan perjalanan yang sulit di
tubuh si ibu sampai menuju sel telur karena saluran reproduksi wanita
yang berbelok2, kadar keasaman yang tidak sesuai dengan sperma,
gerakan ‘menyapu’ dari dalam saluran reproduksi wanita, dan juga gaya
gravitasi yang berlawanan. Sel telur hanya akan membolehkan masuk satu
sperma saja.
Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya
sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur’an :
“Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia
hanya setitik mani yang dipancarkan?” (QS Al Qiyamah:36-37).
8

a. Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim


Setelah lewat 40 hari, dari air mani tersebut, Allah
menjadikannya segumpal darah yang disebut ‘alaqah.
“Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah”. (al
‘Alaq/96:2).
Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita,
terbentuk sebuah sel tunggal yang dikenal sebagai “zigot” , zigot ini
akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya
menjadi “segumpal daging”. Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh
manusia dengan bantuan mikroskop.
Tapi, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya
begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh
menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan semacam ini,
zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi
pertumbuhannya. Pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al
Qur’an terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam
rahim ibu, Allah menggunakan kata “alaq” dalam Al Qur’an. Arti kata
“alaq” dalam bahasa Arab adalah “sesuatu yang menempel pada suatu
tempat”. Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan
lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.
b. Pembungkusan Tulang oleh Otot
Disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur’an bahwa dalam rahim ibu,
mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot
yang membungkus tulang-tulang ini.
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik” (QS Al Mu’minun:14)
9

Para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam


embrio terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak
orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu
pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang
dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi baru telah
mengungkap bahwa pernyataan Al-Qur’an adalah benar kata demi
katanya.
Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa
perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang
digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan
embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari
jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-
tulang ini.
c. Saripati Tanah dalam Campuran Air Mani
Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja.
Ketika mani disinggung di Al-Qur’an, fakta yang ditemukan oleh ilmu
pengetahuan modern, juga menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan
sebagai cairan campuran: “Dialah Yang menciptakan segalanya
dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari tanah
liat. Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina.”
(Al-Qur’an, 32:7-8).

E. Manusia dari Perspektif Al-Qur’an dan Al Hadist serta Iptek


Menurut Raghib Al Asfahani seorang pakar bahasa Al-Qur’an,
sebagaimana dikutip Quraish Shihab memandang kata taqwim pada ayat ini
sebagai isyarat tentang keistimewaan manusia dibandingkan binatang, yaitu
akal, pemahaman dan bentuk fisiknya yang tegak lurus. Jadi, kalimat ahsanu
taqwim berarti bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya, yang dapat
melaksanakan fungsinya sebaik mungkin. Allah berbuat demikian karena
Allah ingin menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi. Oleh karenanya
10

Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, sehingga tidak ada satu
makhlukpun yang lebih tinggi derajatnya dari manusia.
Selayaknya ilmu perakitan komputer, maka Allah telah merakit
manusia dengan sistem hardware dan software, lengkap, berkualitas tinggi dan
multifungsi. Kesemua perangkat ini bekerja secara sinergis dan dinamis agar
manusia bisa menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di bumi.
Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk berpribadi, sebagai
makhluk yang hidup bersama-sama dengan orang lain, sebagai makhluk yang
hidup di tengah-tengah alam dan sebagai makhluk yang diciptakan dan diasuh
oleh Allah. Manusia sebagai makhluk berpribadi, mempunyai fungsi terhadap
diri pribadinya. Manusia sebagai anggota masyarakat mempunyai fungsi
terhadap masyarakat. Manusia sebagai makhluk yang hidup di tengah-tengah
alam, berfungsi terhadap alam. Manusia sebagai makhluk yang diciptakan dan
diasuh, berfungsi terhadap yang menciptakan dan yang mengasuhnya. Selain
itu manusia sebagai makhluk pribadi terdiri dari kesatuan tiga unsur yaitu :
unsur perasaan, unsur akal, dan unsur jasmani. Al-Qur’an menggambarkan
manusia sebagai makhluk pilihan Tuhan, sebagai khalifah-Nya di muka bumi,
serta sebagai makhluk semi-samawi dan semi duniawi, yang di dalam dirinya
ditanamkan sifat-sifat : mengakui Tuhan, bebas, terpercaya, rasa
tanggungjawab terhadap dirinya maupun alam semesta, serta karunia
keunggulan atas alam semesta, langit dan bumi. Manusia dipusakai dengan
kecenderungan jiwa ke arah kebaikan maupun kejahatan. Kemaujudan mereka
dimulai dari kelemahan dan ketidakmampuan, yang kemudian bergerak ke
arah kekuatan. Tetapi itu tidak akan menghapuskan kegelisahan psikis mereka,
kecuali jika mereka dekat dengan Tuhan dan selalu mengingat-Nya.

F. Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia


Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia itu mengabdi
kepada Allah artinya sebagai hamba Allah agar menuruti apa saja yang
diperintahkan oleh Allah swt.
11

Sedangkan fungsi dari penciptaan manusia ini secara global kami


menyebutkan tiga kalsifikasi, yaitu:
1. Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi
Khalifah disini maksudnya menjadi penguasa untuk mengatur dan
mengendalikan segala isinya. Sebagai pedoman hidup manusia dalam
melaksanakan tugas itu, Allah menurunkan agama-Nya. Agama
menjelaskan dua jalan yaitu jalan yang bahagia dan jalan yang akan
membahayakannya.
Perbedaan tingkat yang akan diadakan oleh Allah di dalam masyarakat
manusia, bukanlah suatu kesempatan bagi si kuat untuk menganiaya si
lemah atau si kaya tidak memperdulikan si miskin, melainkan suatu
penyusunan masyarakat ke arah kebaikan hidup bersama melalui tolong
menolong.
2. Manusia sebagai Warosatul Anbiya’
Kehadiran Nabi Muhammad saw. di muka bumi ini mengemban misi
sebagai ‘Rahmatal lil ‘Alamiin’ yakni suatu misi yang membawa dan
mengajak manusia dan seluruh alam untuk tunduk dan taat pada syari’at-
syari’at dan hukum-hukum Allah swt. guna kesejahteraan perdamaian, dan
keselamatan dunia akhirat.
Misi tersebut berpijak pada trilogy hubungan manusia, yaitu:
a. Hubungan manusia dengan Tuhan, karena manusia sebagai makhluk
ciptaan-Nya.
b. Hubungan manusia dengan masyarakat, karena manusia sebagai
anggota masyarakat.
c. Hubungan manusia dengan alam sekitarnya, karena manusia selaku
pengelola, pengatur, serta pemanfaatan kegunaan alam.
3. Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)
Fungsi ini mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba
Allah swt. Tugas ini diwujudkan dalam bentuk pengabdian ritual kepada
Allah swt. dengan penuh keikhlasan. Secara luas konsep ‘abd ini meliputi
seluruh aktivitas manusia dalam kehidupannya. Semua yang dilakukan
12

oleh manusia dalam kehidupannya dapat dinilai sebagai ibadah jika semua
yang dilakukan (perbuatan manusia) tersebut semata-mata hanya untuk
mencari ridha Allah swt.

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengertian manusia menurut pandangan Islam, manusia itu makhluk yang
mulia dan terhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang
amat baik. Manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu
yang diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan
ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam
keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4).
2. Manusia adalah makhluk yang sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-
satunya makhluk hidup yang mempunyai pengetahuan atas kehadirannya
sendiri. Ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai
dirinya.
3. Terdapat dua pendapat mengenai asal usul manusia, yaitu bahwa asal usul
manusia dari nabi Adam a.s yang merupakan pendapat para ahli agama
sesuai dengan kitab-kitab suci sebagai dasar (termasuk agama Islam).
Pendapat kedua berdasarkan penemuan fosil-fosil oleh para ilmuan yang
berpendapat bahwa asal usul manusia sesuai dengan teori evolusi
merupakan hasil evolusi dari kera-kera besar selama bertahun-tahun dan
telah mencapai bentuk yang paling sempurna. Teori kedua yang dianggap
ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena antara teori dengan kenyataan tidak
dapat dibuktikan.
4. Proses kejadian manusia berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah terjadi
dalam dua tahap. Pertama, tahapan primordial, yakni proses penciptaan
nabi Adam a.s sebagai manusia pertama. Kedua, tahapan biologi, yakni
13

manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah)
yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu
dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah
beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan
kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh.
5. Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, sehingga tidak ada
satu makhlukpun yang lebih tinggi derajatnya dari manusia. Selayaknya
ilmu perakitan komputer, maka Allah telah merakit manusia dengan sistem
hardware dan software, lengkap, berkualitas tinggi dan multifungsi.
Kesemua perangkat ini bekerja secara sinergis dan dinamis agar manusia
bisa menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di bumi.
6. Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia menyembah dan
mengabdi kepada Allah swt. Sedangkan fungsi penciptaan manusia ke
dunia, diklasifikasikan ke dalam tiga (3) pokok, yaitu:
a. Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi
b. Manusia sebagai Warosatul Anbiya’
c. Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)

B. Saran
Setelah mengetahui asal usul dan bagaimana proses manusia itu
diciptakan, hendaknya setiap manusia bisa sadar akan tujuan hidupnya yaitu
untuk mencari keridhaan Allah SWT, karena jiwa yang memperoleh keridhaan
Allah adalah jiwa yang berbahagia, mendapat ketenangan, serta akan
memperoleh imbalan surga. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya:
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas
lagi diridhainya. Maka masuklah dalam jamaah hamba-hambaku. Dan
masuklah ke dalam surgaku.” (QS Al Fajr : 27-30)
Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri
kepada Allah. Seluruh aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah
kepada Allah SWT sebagai pencipta semua makhluk.
14

Semoga dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua sehingga kita


menjadi manusia yang senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Dengan terselesaikannya makalah ini semoga bermanfaat bagi
semuanya dan pembaca khususnya. Penyusun menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan yang harus dibenahi.
Untuk itu masukan-masukan dari pihak-pihak yang merespon makalah ini
sangat ditunggu.
15

DAFTAR PUSTAKA

http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/19/proses-kejadian-manusia-
dan-nilai-nilai-pendidikan-di-dalamnya/
http://nyaknurul.blogspot.com/2011/03/asal-mula-kejadian-manusia.html
http://www.gudangmateri.com/2010/12/proses-penciptaan-manusia-menurut-
islam.html
http://alhayaat.wordpress.com/2009/05/28/proses-penciptaan-manusia-menurut-
islam-dan-iptek/
http://hanykpoespyta.wordpress.com/2008/04/19/manusia-antara-pandangan-
antropologi-dan-agama-islam/
Dr. Bucaille, Maurice. (1984). Asal-Usul Manusia Menurut Bibel, Al-Qur’an dan
Sains. Bandung: Penerbit Mizan.
Syueb, Sudono. Buku Pintar Agama Islam. (2011). Percetakan Bushido Indonesia:
Delta Media
Prof. DR. Daradjat, Zakiah. dkk. (1986). Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta.
Prof. DR. Zakiah Daradjat. dkk, Dasar-dasar Agama Islam (Jakarta : 1986), hal :
48.
Sudono Syueb, Buku Pintar Agama Islam, (Percetakan Bushido Indonesia: Delta
Media, 2011), hal: 70.
Hanykpoespyta, Manusia : Antara Pandangan Antropologi dan Agama Islam,
(http://hanykpoespyta.wordpress.com/2008/04/19/manusia-antara-
pandangan-antropologi-dan-agama-islam/, diposting : 19 April 2008)
Muhammad Fathurrohman, M.Pd.I, Proses Kejadian Manusia dan Nilai-nilai
Pendidikan di Dalamnya,
(http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/19/proses-kejadian-
16

manusia-dan-nilai-nilai-pendidikan-di-dalamnya/, diposting : 19
September 2012)
Dr. Maurice Bucaille, Asal-Usul Manusia Menurut Bibel, Al-Qur’an dan Sains,
(Bandung: Penerbit Mizan, 1984, edisi ke-3), hal: 169.
Ahliana Afifati, Proses Penciptaan Manusia Menurut Islam dan Iptek,
(http://alhayaat.wordpress.com/2009/05/28/proses-penciptaan-manusia-
menurut-islam-dan-iptek/ diposting : 28 Mei 2009).
Prof. DR. Zakiah Daradjat. dkk, Dasar-dasar Agama Islam (Jakarta : 1986), hal :
48.

Anda mungkin juga menyukai