Anda di halaman 1dari 14

Tugas Makalah

ASAL USUL MANUSIA MENURUT AL-QUR’AN

Oleh :
SURYANI
21.061.AF

AKADEMI FARMASI

YAYASAN MA’BULO SIBATANG

MAKASSAR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masih banyak pertanyaan yang sering muncul dalam kehidupan


kita mengenai bagaimana kehidupan itu muncul pertama kali. Pada
awalnya, kebanyakan orang meyakini bahwa muka bumi ini diciptakan,
tetapi anggapan dari sebagian ilmuan adalah kehidupaan itu terbentuk
secara spontan. Hal itu diyakini dengan adanya percobaan atau
penelitian. Sebelum datangnya ilmu pengetahuan, orang mengandalkan
kejadian-kejadian supranatural untuk menerangkan asal-usul kehidupan.
Fenomena mengenai asal-usul kehidupan. Fenomena mengenai asal-
usul kehidupan menjadi bahan pemikiran para ilmuan. Mereka
memecahkan teka-teki tersebut dengan melakukan berbagai eksperimen.
Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang Allah swt.turunkan
kepada hamba-Nya dan sekaligus merupakan kitab suci yang paling
mulia. Kesuciannya tidak tercemari oleh sedikitpun campur tangan
makhluk. Kemuliaannya tidak mampu ditandingi oleh semua kitab yang
ada dimuka bumi ini. Itulah salah satu yang menyebabkan mengapa al-
Qur’an dikatakan sebagai mukjizat terbesar. Walaupun seluruh makhluk
berkumpul dan membuat rekayasa untuk membuat tandingan al- Qur’an,
niscaya mereka tidak akan mampu membuatnya walaupun satu.
Al-qur’an diturunkan kepada Rasulullah saw melalui perantara
malaikat jibril. Wahyu pertama yang diterima Rasulullah saw pada
hakikatnya adalah pengantar bagi fase pertama dan kedua yakni tentang
penciptaan dan sifat penciptaan.6 Manusia adalah makhluk Allah yang
paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan dibandingkan dengan makhluk-
makhluk-Nya yang lain. Manusia dilengkapi dengan akal untuk berfikir
yang membedakannya dengan yang lain. Akan tetapi, meskipun
sempurna manusia tidak pernah luput dari berbagai macam cobaan yang
di berikan oleh Allah swt., dan diantara musibah yang sering
menimpainsan beriman adalah kelalaian (lupa) akan dirinya, dan dari
mana asalnya. Mengenai proses kejadian manusia, dalam al-Qur’an
(Q.S. al -Hijr/15:28-29) diterangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah
dengan bentuk sebaik-baiknya kemudian ditiupkan ruh kepadanya hingga
menjadi hidup. Manusia pada dasarnya adalah makhluk budaya yang
harus membudayakan dirinya. Manusia sebagai makhluk budaya mampu
melepaskan diri dari ikatan dorongan nalurinya serta mampu menguasai
alam sekitarnya dengan alat pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini
berbeda dengan binatang sebagai makhluk hidup yang sama-sama
makhluk alamiah dengan manusia dia tidak dapat melepaskan dari ikatan
dorongan naluri nya dan terikat erat oleh alam sekitarnya. Banyak ahli
ilmu pengetahuan mendukung teori evolusi yang mengatakan bahwa
manusia berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk maupun
kemampuan sederhana kemudian mengalami evolusi dan kemudian
menjadi manusia seperti sekarang ini.
Terkait dengan proses penciptaan manusia sudah sangat jelas di
dalam al-Qur’an. Al-Qur’an berbicara panjang lebar tentang manusia, dan
salah satu yang diuraikannya adalah persoalan proses penciptaan
manusia serta tahap-tahap yang dilaluinya hingga tercipta sebagai
manusia. Al-Qur’an mengajak untuk memikirkan penciptaan manusia itu
sendiri dan rahasiarahasia yang terdapat dalam dirinya. Al-Qur’an
mengarahkan manusia dengan tanda-tanda kekuasaan Allah, ayat al-
Qur’an tiada hentinya menaburkan mutiara-mutiara ilmu dan
pengetahuan kepada seluruh dunia. Dialah al-Qur’an dengan mukjizat
yang kekal dengan kekalnya manusia diatas permukaan bumi dan
menyingkap ufuk-ufuk ilmu dan pengetahuan kepada manusia setiap
saat.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui asal usul manusia menurut alqu’an
2. Sebagai salah satu tugas pendidikan agama
BAB II

PEMBAHASAN

A. Istilah Manusia dalam al-Qur’an


Sebelum melangkah lebih jauh membahas masalah tentang
proses penciptaan manusia, terlebih dahulu dijelaskan apa
sebenarnya pengertian manusia. Manusia adalah makhluk pertama
yang disebut Allah dalam al-Qur’an melalui wahyu pertama. Manusia
adalah makhluk yang belum dikenal, namun manusia dalam mengenal
dirinya sudah dikenal sejak dahulu kala. Dimanapun manusia berada
dan di zaman apapun, selalu ada ilmu yang selalu meneyelidiki
manusia dan ilmu itu berbeda-beda dari waktu kewaktu sesuai dengan
kondisi yang dihadapi para filosof dalam memberikan nasehat selalu
berpegang pada nasehat “kenalilah dirimu” nasehat yang demikian itu
sama halnya dengan memberikan pertanyaan “ siapakah
sesungguhnya engkau ini?” Manusia dalam bahasa Inggris disebut
dengan man yang berarti “ada yang berfikir”. Manusia diartikan
sebagai makhluk yang berakal budi,7 sedangkan manusia dalam
pandangan kebendaan (materialis) hanyalah merupakan sekepal
tanah di bumi. Manusia dalam pandangan kaum materialism, tidak
lebih dari kumpulan daging, darah, urat, tulang, urat-urat darah dan
alat pencernaan. Akal dan pikiran dianggapnya barang benda, yang
dihasilkan oleh otak. Pandangan ini menimbulkan kesan seolah-olah
manusia ini makhluk yang rendah dan hina, sama dengan hewan yang
hidupnya hanya untuk memenuhi keperluan dan kepuasan semata.
Pembahasan tentang manusia dalam beberapa hal masih merupakan
misteri yang belum terungkap secara memuaskan
para filosof mempelajari manusia dari segi esensialnya, ahli
kerohanian mempelajari dari segi kerohaniannya, ahli kedokteran
mempelajari dari segi penyakitnya (jasmaninya) ahli arkeolog
mempelajari dari segi peninggalan-peninggalannya dan lain-lain ilmu
pengetahuan tentang manusia yang kesemuanya hanya mampu
mengetahui dari beberapa segi dari diri manusia dan tidak mengetahui
secara utuh.
Keterbatasan pengetahuan manusia tentang dirinya disebabkan
oleh beberapa faktor:
1. Pembahasan tentang masalah manusia terlambat dilakukan karena
mulanya perhatian manusia hanya tertuju pada peneyelidikan
tentang alam materi.
2. Ciri khas akal manusia yang lebih cenderung memikirkan hal-hal
yang tidak kompleks, ini disebutkan karena sifat akal tidak mampu
mengetahui hakikat hidup.
3. Multi kompleksnya masalah manusia. Namun demikian kita akan
tetap berusaha sedapat mungkin mengetahui manusia
sesungguhnya lewat berbagai macam kajian-kajian disiplin ilmu
pengetahuan baik melalui sains maupun melaui petunjuk-petunjuk
al-Qur’an. Dalam pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia
dan terhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang
amat baik. Manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami
ilmu yang diturunkan Allah, berupa Al-Qur’an menurut sunah rasul.
Dengan ilmu manusia mampu berbudaya.
B. Kedudukan Manusia
Al-Qur’an menegaskan kualitas dan nilai manusia dengan
menggunakan tiga macam istilah yang satu sama lain saling
berhubungan, yakni al-insan, an-nas, al-basyar, dan bani Adam.
Manusia disebut al-insan karena dia sering menjadi pelupa sehingga
diperlukan teguran dan peringatan. Sedangkan kata an-nas (terambil
dari kata an-naws yang berarti gerak, dan ada juga yang berpendapat
bahwa ia berasal dari kata unaas yang berarti nampak) digunakan
untuk menunjukkan sekelompok manusia baik dalam arti jenis
manusia atau sekelompok tertentu dari manusia. Manusia disebut al-
basyar, karena dia cenderung perasa dan emosional sehingga perlu
disabarkan dan didamaikan. Manusia disebut sebagai bani Adam
karena dia menunjukkan pada asal-usul yang bermula dari nabi Adam
as sehingga dia bias tahu dan sadar akan jati dirinya. Misalnya, dari
mana dia berasal, untuk apa dia hidup, dan ke mana ia akan kembali.
Penggunaan istilah bani Adam menunjukkan bahwa manusia
bukanlah merupakan hasil evolusi dari makhluk anthropus (sejenis
kera). Hal ini diperkuat lagi dengan panggilan kepada Adam dalam al-
Qur’an oleh Allah dengan huruf nida (Ya Adam!). Demikian juga
penggunaan kata ganti yang menunjukkan kepada Nabi Adam, Allah
selalu menggunakan kata tunggal (anta) dan bukan jamak (antum)
sebagaimana terdapat dalam surah al-Baqarah/2 ayat 35 yang
berbunyi:.

Terjemahnya:
Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu
surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik
dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini,
yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang yang zalim.

C. Asal Mula Penciptaan Manusia


Al-Qur‟an menyebutkan tentang asal mula penciptaan manusia
menggunakan beberapa lafadz yang berbeda. Penggunaan lafadz
yang berbeda tersebut pada dasarnya merupakan suatu tahapan
penciptaan menuju kesempurnaan. Diantara lafadz-lafadz yang sering
digunakan al-Qur‟an dalam mengungkapkan asal mula penciptaan
manusia adalah sebagai berikut:
1. Turab (tanah)
Para mufassir dalam memaparkan “turab” dengan kata
“tanah” sekalipun dalam kamus diartikan dengan kata “debu” atau
“serbuk tanah” yaitu sesuatu yang berukuran sangat kecil. Turab
adalah zat renik, jadi awal manusia tercipta dari zat renik, yaitu sel
telur yang sangat kecil. Penciptaan manusia dalam al-Qur‟an
diungkapkan melalui kata “turab” yang berarti zat renik yang dalam
badan manusia kita kenal sebagai sel kelamin, yang dapat tumbuh
menjadi bayi melalui tahapan dalam rahim seorang ibu. Ketika
berlangsungnya proses fusi terjadi percampuran kromosom sel
jantan dan sel betina yang kemudian pada akhirnya beberapa sifat
ayah dan ibu dalam gen-gen kromosom akan dimiliki dan menurun
pada kepribadian anak selanjutnya. Allah Swt mendeskripsikan
manusia yang tercipta dari tanah, kemudian setelah berproses
menuju kesempurnaannya, Tuhan menghembuskan ruh (Qs
Shad/38:71-72). Kejadian manusia yang berawal dari tanah sangat
dipengaruhi oleh kekuatan alam seperti makhluk lainnya. Dengan
“ruh” manusia diarahkan ke tujuan yang immateri.
Dalam lisan Al-Arab lafadz turab berarti debu, tanah gemuk.4
Tanah memiliki beberapa lapisan yang disebut dengan struktur
tanah (soil structure). Tanah yang di bagian atas yang biasanya
berwarna hitam disebut tanah gemuk atau tanah subur (top soil),
tanah yang berada di lapisan bawah biasanya keras dan tidak
subur. Tanah yang bagian atas umumnya tidak padat dan berdebu.
2. Thin (tanah liat)
Lafadz thin berarti tanah yang mengandung banyak air,
lumpur. Maurice Bucaile berpendapat bahwa lafadz thin merupakan
komponen penting dalam pembentukan fisik manusia awal dari
penciptaan manusia pada umumnya adalah bermula dari Thin
(tanah liat yang basah) sebagai lafadz untuk penyebutan awal
terciptanya nabi Adam yang kemudian menjadi sperma atau ovum.
Pada akhirnya dari thin tersebut bercabang menjadi dua.
3. Thin lazib (tanah yang melekat dan keras)
Lafadz lazib berarti “menjadi kuat, tetap” dan lafadz tersebut
biasa diartikan dengan yang pekat, keras, dan lekat. Thin lazib
dapat didefinisikan sebagai “tanah liat yang lengket dengan keras”
4. Hama’ (lumpur hitam)
Lafadz hama’ berarti “tanah yang bercampur air dan
berwarna kehitam-hitaman. Sedangkan lafadz masnun berarti
“wadah cetakan”.9 Lafadz hama’ dalam Al-Qur‟an selalu beriringan
dengan masnun seperti terdapat dalam Qs al-Hijr/15:26.
5. Shalshal (tanah liat kering yang dibuat untuk tembikar)
Dalam kamus kata shalshal berarti lumpur yang kering, yang
gemerisik karena keringnya. Lafadz tersebut juga berarti lempung
yang merupakan bahan porselin atau lumpur murni yang bercampur
dengan pasir.
6. Sulalah (sari pati tanah)
Kata sulalah mengandung arti “sari” yaitu sesuatu yang
dikeluarkan dari sesuatu yang lain, dalam hal ini tanah. Dengan
demikian “sulalah” ditafsirkan sebagai ekstrak (dari tanah).
Lafadz sulalah juga mengandung arti “mencabut,
mengeluarkan”. Sulalah berarti “sesuatu yang tercabut”. Sulalalatin
min thin berarti sesuatu yang berasal dari tanah. Dalam hal ini imam
Al-Razi memaparkan dua pendapat. Pertama, al-Razi berpendapat
bahwa sulalah berarti Adam yang merujuk pada riwayat Ibnu Abbas
dari Ikrimah, karena Adam berasal dari tanah. Kemudian
keturunannya berasal dari “air yang hina”. Pendapat yang kedua
mengutarakan bahwa lafadz al-Insan dalam Qs al-Mu‟minun/23:12
mengandung arti anak cucu Adam, dan lafadz al-Thin merupakan
nama Adam. Lafadz sulalah sendiri berarti unsur-unsur dari tanah
yang terakumulasi dalam diri Adam lalu berproses menjadi air mani.
7. Nuthfah (pembuahan sel sperma terhadap sel telur)
Salah satu kata yang sering digunakan al-Qur‟an dalam
menyebutkan asal mula penciptaan manusia adalah nuthfah.
Nuthfah adalah setetes air mani yang dipancarkan (min maniyyin
yumna). Dalam hal ini Allah berfirman

“Bukankah Dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam


rahim).”

Para ahli bahasa mendefinisikan huruf min dalam kalimat diatas


dengan “sebagian”. Hal tersebut telah terbukti secara ilmiah yang
menyatakan bahwa air mani mengandung sperma yang merupakan
99% kandungan air mani. Yakni, produk kalenjar prostat,
gelembung sperma, dan lainnya. Satu pancaran mani membawa
200 juta sperma, sedangkan yang membuahi ovum hanya satu
sperma saja. Demikianlah yang menyebabkan nuthfah dinamakan
sebagai air yang dipancarkan.
Pengamatan ilmiah yang relevan dengan al-Qur‟an dalam
penamaan tersebut, sebab pemancaran berdasarkan ilmu
pengetahuan modern adalah kontraksi dinding kalenjar prostat dan
saluran pemancar mani, dengan kontraksi otot kelamin. Maka
saluran mani akan mendorong kandungannya yang terdiri dari
berjuta-juta sperma melalui urethra sampai kelubang kemaluan.
8. Alaqah (segumpal darah yang mengental dan membeku)
Dalam kitab Zad Al-Masir, Ibnu Al-Jauzi mengemukakan
tentang „alaqah yang memiliki arti sejenis darah yang bergumpalan
dan kental. Sifatnya lembab dan bergantung dengan yang
berhubungan dengannya.24 Sedangkan Sayyid Quthb menafsirkan
kata „alaqah dengan sesuatu yang melekat.25 Senada dengan
Sayyid Quthb, Quraish Shihab juga mengartikan „alaqah dengan
sesuatu yang berdempet di dinding rahim.
9. Mudghah (segumpal daging)
Pandangan Quraish Shihab tentang mudghah yakni sesuatu
berupa sekerat daging dan sebesar apa yang dapat dikunyah
10. Idzam (proses pembentukan tulang belulang)
Dalam Tafsir al-Azhar karya Hamka dijelaskan bahwa kata
Idzam merupakan sebuah proses dari pembentukan daging menjadi
tulang-tulang.
11. Lahm (proses pembalutan tulang belulang dengan daging)
Dalam Tafsir al-Azhar karya Hamka dijelaskan bahwa lahm
merupakan sebuah proses tulang belulang yang diliputi dengan
daging.
Dari ulasan di atas, maka dapat dipahami bahwa awal dari
penciptaan Adam dalam al-Qur‟an menggunakan lafadz turab yang
berarti tanah (QS. Ali Imran/3:59),sebagai awal dari penciptaan nabi
Adam yang jasmaninya terbentuk dari bahan makanan yang berasal
dari tanah yang kemudian berproses menjadi darah, kemudian proses
lanjutan dari turab adalah thin yang berarti tanah liat atau tanah yang
sudah dicampur air (QS. Al-An‟am/6:2), proses selanjutnya adalah
perubahan dari thin menjadi thin lazib (tanah yang melekat dan keras),
kemudian thin lazib berproses menjadi hamain (lumpur hitam),
kemudian lumpur hitam tersebut mengalami proses lanjutan yakni
shalshal (tanah liat kering yang dapat dibuat untuk tembikar), setelah
perubahan shalshal menjadi al-Fakhkhar (tembikar), kemudian
menjadi Adam sebagai manusia pertama (QS. Al-Hijr/15: 26; Qs Al-
Rahman/55:14).
Sementara awal dari penciptaan manusia pada umumnya
adalah bermula dari nuthfah (air jernih bernama mani), kemudian
berproses melalui beberapa tahapan hingga menjadi ‘alaqah, lalu
berproses menjadi mudghah, lalu berproses menjadi ‘idzam, lalu
berproses menjadi lahm, lalu berproses menjadi khalqan akhar
(manusia). Demikianlah tahapan-tahapan proses penciptaan manusia,
mulai dari Nabi Adam sebagai manusia pertama sampai penciptaan
manusia berikutnya.

Dalam Al-Qur‟an surat Yunus ayat 101 terdapat lafadz undzuru


yang berarti periksalah dengan nadzor. Kalau diamati dengan baik
maksud Allah bukanlah hanya melihat akan tetapi memperhatikan
akan kekuasaan dan kebesaran Allah Swt serta mengungkap makna
dari fenomena yang terjadi. Pertanyaan tentang kapankah kehidupan
di bumi ini mulai ada telah dijawab dengan tegas oleh al-Quran. Al-
Quran menjelaskan bahwa kehidupan bermula saat alam semesta
tercipta. Hal demikian dijelaskan dalam surat al-Anbiya ayat 30 berikut.

Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya


langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu,
kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan
segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga
beriman?” (Q. S. Al-Anbiya‟: 30)

Manusia sebagai salah satu spesies makhluk biologis, asal-


usulnya berasal dari tanah. sebagaimana disebutkan dalam beberapa
ayat al-Quran, salah satu contohnya adalah:

“Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-


baiknya. Kemudian Dia mengambalikan kamu ke dalam tanah dan
mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-
benarnya.” (Q.S. Nuh/70: 16)
Aspek penting lain tentang informasi yang disebutkan dalam
ayat-ayat al-Quran adalah tahap-tahap pembentukan manusia dalam
rahim ibu. Disebutkan dalam Qs al-Mu‟minun/23:14, bahwa dalam
rahim ibu, tulang-tulang terbentuk lebih dahulu, kemudian terbentuklah
otot-otot yang membungkus tulang-tulang ini. Penelitian dithingkat
mikroskopis menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu
terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan pada Qs al-
Mu‟minun/23:14.
Dalam al-Quran dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui
tiga tahapan dalam rahim ibunya. Fase-fasenya mengacu pada tahap-
tahap yang berbeda dari perkembangan bayi. Secara ringkas, ciri-ciri
utama tahap perkembangan80 tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pra-embrionik
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan
sel, dan terbentuklah segumpulan sel yang kemudian
membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot
yang semakin besar sel-sel penyusunnya pun mengatur diri sendiri
guna membentuk tiga lapisan.
2. Tahap Embrionik
Tahap kedua berlangsung selama lima setengah minggu. Pada
masa ini bayi disebut sebagai embrio.pada tahap ini organ dan
sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan-lapisan sel tersebut.
3. Tahap Fetus
Tahap ini dimulai sejak kehamilan minggu kedelapan hingga masa
kelahiran. Ciri khusus tahapan ini adalah bahwa fetus sudah
menyerupai manusia, dengan wajah da kedua tangan kakinya.
Meskipun pada awalnya memiliki panjang hanya 3 cm, kesemua
organnya sudah jelas. Tahap ini berlangsung kurang lebih selama
30 minggu, dan perkembangan berlanjut sampai minggu kelahiran.
Berkaitan dengan tahapan penciptaan manusia, kita juga dapat
menilik QS As-Sajdah/32:7, QS Nuh/71:14, QS al-Infithar/82:7-8
sebagai informasi yang membuktikan bahwa penciptaan manusia
dilakukan dengan bertahap-tahap. Apa yang disebut Darwin sebagai
seleksi alam memanglah seleksi alami dalam pengertian bahwa Allah
Tuhan semesta alamlah yang mengatur seleksi itu sebagai bagian dari
proses penyempurnaan, proses penyelarasan terhadap keadaan
lingkungan dan proses perakitan dalam bentuk yang diberikan-Nya
kepada manusia untuk menjadi khalifah-Nya di bumi ini.
Para mufassirin tekstual percaya bahwa Allah menciptakan
makhluk hidup satu demi satu, spesies demi spesies. Tetapi
sebaliknya para mufassirin kontekstual yakin bahwa makhluk hidup
diciptakan secara evolusi tahap demi tahap.Bertentangan dengan
pendapat pada umumnya dianut oleh mufassirin kontekstual yang
mengatakan bahwa makhluk hidup pertama diciptakan di bumi, maka
mufassirin kontekstual berpendapat bahwa makhluk hidup pertama
adalah justru dalam air.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
awal dari penciptaan Adam dalam al-Qur‟an menggunakan lafadz
turab yang berarti tanah (QS. Ali Imran/3:59), sebagai awal dari
penciptaan nabi Adam yang jasmaninya terbentuk dari bahan
makanan yang berasal dari tanah yang kemudian berproses menjadi
darah,kemudian proses lanjutan dari turab adalah thin yang berarti
tanah liat atau tanah yang sudah dicampur air (QS. Al-An‟am/6:2),
proses selanjutnya adalah perubahan dari thin menjadi thin lazib
(tanah yang melekat dan keras), kemudian thin lazib berproses
menjadi hamain (lumpur hitam), kemudian lumpur hitam tersebut
mengalami proses lanjutan yakni shalshal (tanah liat kering yang dapat
dibuat untuk tembikar), setelah perubahan shalshal menjadi al-
Fakhkhar (tembikar), kemudian menjadi Adam sebagai manusia
pertama
B. Saran
Saya meyakini bahwa makalah ini tidak luput dari kesalahan, maka
dari itu saya membutuhkan saran dari bapak/ibu serta teman-teman
yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi. 2005. Ensiklopedia Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
Departemen Agama RI. 2006. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Surabaya: PT
Pustaka Agung Harapan.
Harun Yahya. 2004. Al-Quran dan Sains. Bandung: PT Syamil Citra Media.
Kemenag RI. 2012. Penciptaan Manusia dalam perspektif Al-Quran dan
Sains. Jakarta: Kemenag RI.

Anda mungkin juga menyukai