Anda di halaman 1dari 16

Islam dan

Manusia
Dinda Sylvina Agustina Putri (22101050031)
Nabilah Kurnia Hertomo (22101050037)
Daftar Isi

01 02
Manusia dalam Al- Relasi Islam dan
Qur’an Manusia

03
Manusia sebagai
Makhluk Sosial
01
Manusia
dalam Al-
Qur’an
Proses Penciptaan Manusia 5. Fase tulang → Pada fase ini, Allah menjadikan
Manusia merupakan makhluk yang mudghah tersebut menjadi tulang belulang yang
diciptakan oleh Allah Swt. dengan sempurna. Adapun membentuk kepala, urat syaraf, dua kaki dan
proses penciptaan manusia itu sangatlah kompleks. tangan, serta pembuluh darah. Kemudian, tulang
Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa manusia pertama belulang tersebut Allah bungkus dengan daging.
yaitu Nabi Adam diciptakan dari tanah. Kemudian, Pada fase ini pula janin sudah mulai bergerak.
proses penciptaan manusia setelah Nabi Adam terjadi 6. Fase penyempurnaan → Pada fase ini, Allah
melalui proses reproduksi. Pada ayat-ayat tentang meniupkan ruh pada janin tersebut. Pada minggu
embriologi di dalam Al-Qur’an memaparkan bahwa ke-16, semua organ sudah mulai siap berfungsi.
proses penciptaan manusia melalui beberapa tahap. Pada minggu ke-22, organ pernafasan dan saraf
1. Fase tanah → Adapun yang dimaksud dengan siap berfungsi. Pada minggu ke-24, alat
saripati tanah ini ialah asupan nutrisi dan makanan pendengaran mulai berkembang dan minggu ke-28
yang dikonsumsi oleh manusia dari tumbuhan yang alat penglihatan juga mulai berkembang.
lahir dari air dan tanah yang kemudian menjadi sel 7. Fase menjadi bentuk terbaik → bahwa Allah Swt.
sperma atau nutfah. telah menciptakan manusia dengan sempurna,
2. Fase nuthfah → Dalam fase ini, terjadi proses bentuk tubuh yang seimbang, susunan tubuh yang
bertemunya sel telur dengan sel sperma. bagus, anggota tubuh yang pantas, serta diberikan
3. Fase ‘alaqah → Setelah 40 hari, sperma tersebut kemampuan berpikir, berbicara, merenung, dan
berubah menjadi segumpal darah kental, beku, hikmah, juga ilmu sehingga menjadi sosok makhluk
berwarna merah yang berbentuk sedikit lonjong. yang berbeda dengan yang lainnya.
4. Fase mudhgah → Pada fase ini, segumpal darah
tersebut kemudian membentuk seperti segumpal
daging yang membentuk seperti kunyahan atau
gigitan, sepotong daging yang dikunyah, atau
seperti permen karet yang digigit.
Ayat-Ayat Tentang Penciptaan Manusia sebaik-baiknya”.
Dari ketiga surat tersebut menampilkan dua
Di dalam Al-Qur'an dijelaskan mengenai perbandingan proses penciptaan manusia. Pada surat
penciptaan manusia. Seperti pada surah Nuh ayat 17, pertama dan kedua mengisyaratkan mengenai proses
surah Ash-Shaffat ayat 11, surah Al-Mukminun 12-13, penciptaan Nabi Adam sebagai manusia pertama yang
surah Ar-Rum ayat 20, Ali Imran ayat 59, dan surah As- hanya melibatkan Allah semata. Pada surat ketiga
Sajdah 7-9. Selain itu, di dalam Al-Qur'an terdapat mengisyaratkan mengenai proses penciptaan manusia
beberapa surah yang membahas tentang penciptaan yang secara universal melibatkan Allah dan kedua orang
Nabi Adam yang berasal dari tanah, seperti: tua.
1. Q.S. Ali-Imran ayat 59 yang mengatakan bahwa
Nabi Adam diciptakan dari turaab.
2. Q.S. As-Sajadah ayat 7 yang mengatakan bahwa
Nabi Adam diciptakan dari thieen.
3. Q.S. Al-Hijr ayat 26 yang mengatakan bahwa Nabi
Adam diciptakan dari shal-shal.

Ayat-Ayat Tentang Proses Penciptaan Manusia


Adapun ayat-ayat Al-Qur'an yang menguraikan proses
penciptaan manusia, seperti:
1. Q.S. Shaad ayat 71, yang berarti “Sesungguhnya
Aku akan menciptakan manusia dari tanah”.
2. Q.S. Shaad ayat 75, yang berarti “Apa yang
menghalangi kamu (Iblis) sujud kepada apa yang
Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku?”.
3. Q.S. At-Tiin ayat 4, yang berarti “Sesungguhnya
kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang
Penjelasan proses penciptaan manusia melalui agar tidak ikut melakukan pembuahan.
perspektif sains
Proses penciptaan manusia di dalam Al-
Tahapan-tahapan yang telah dijelaskan Qur’an sejalan dengan para ilmuwan dalam bidang
oleh ayat-ayat di dalam Al-Qur’an sejalan dengan embriologi. Para ilmuwan modern mengakui akan
temuan para ilmuwan modern yang berfokus pada ilmu keautentikan dan kandungan yang terdapat di dalam Al-
embriologi. Secara umum, tahapannya adalah sebagai Qur’an. Fenomena kesesuaian antara ayat-ayat Al-
berikut. Setiap wanita pada dasarnya memiliki sel telur. Qur’an dengan perkembangan sains modern ini
Ketika tidak terbuahi, maka akan disimpan pada menghadirkan pencerahan bahwasannya antara Islam
semacam wadah yang disebut tuba falopi. Namun, dan sains merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat
ketika laki-laki dan perempuan bersenggama, maka dipisahkan.
akan ada sperma yang membuahi ovarium. Dalam dunia
sains, air mani atau nutfah merupakan cairan kental
sebagai konsentrasi fluida yang mengandung sperma.
Dari jutaan ekor sperma, hanya satu yang bisa
menempati ovarium. Setelah sel telur perempuan
terbuahi, maka akan melaju pada uterus dan akan
menempel di dinding rahim selama 3 bulan. Selanjutnya,
janin tersebut akan berkembang selama 6 bulan. Oleh
karena itu, jika indung terbuahi maka otomatis akan
terbentuk membran yang akan mencegah sperma lain
Empat Kata dalam Al-Qur’an yang Menunjuk Arti manusia memiliki kemampuan seperti ahli dalam
Manusia berdialog, memahami ilmu pengetahuan lewat proses
tertentu, mengarahkan manusia dengan kalam (baca
1. Al-Basyar tulis), serta seluruh apa yang tidak dikenal. Dengan
Kata Al-Basyar dinyatakan dalam Al-Qur'an kemampuan manusia yang seperti ini, manusia mampu
sebanyak 36 kali dan tersebar dalam 26 surah. Secara mengemban amanah dari Allah. Meski begitu, manusia
etimologi, Al-Basyar memiliki arti kulit kepala, wajah, seringkali lupa dengan perbuatan yang sudah melampaui
ataupun badan yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. batas.
Berdasarkan pada pendapat Quraish Shihab, kata Basyar 3. Al-Nās
pada mulanya diambil dari pangkal kata yang berarti Kata al-nās dinyatakan dalam Al-Qur’an
penampakan suatu dengan baik dan indah. Dari pangkal sebanyak 240 kali serta tersebar dalam 53 surah. Kata
kata yang sama, lahir kata basyarah yang berarti kulit. al-nās menampilkan pada eksistensi manusia selaku
Sehingga manusia dinamakan basyar disebabkan karena makhluk sosial secara totalitas tanpa memandang status
kulitnya yang tampak jelas dan berbeda dengan kulit keimanan ataupun kekafirannya. Dalam Al-Qur’an, kosa
fauna. Selain itu, jika dikaitkan dengan konsep Al-Basyar, kata al-nās biasanya dihubungkan dengan guna manusia
manusia juga mengalami fase kehidupan seperti selaku makhluk sosial. Ada pula secara universal,
bertumbuh, berkembang, dan bertumbuh mencapai pemakaian kata al-nās mempunyai makna peringatan
tingkat kematangan. Manusia juga membutuhkan makan, dari Allah kepada seluruh manusia untuk senantiasa
minum, pendamping hidup, melanjutkan keturunan, melindungi perbuatannya sebab seluruh itu tentu
hingga mengalami kematian. terdapat konsekuensinya. Dengan demikian, konsep al-
2. Al-Insān nās mengacu kepada kedudukan serta tanggung jawab
Kata Al-Insān dalam Al-Qur’an manusia selaku makhluk sosial dalam statusnya selaku
diucap sebanyak 60 kali. Kata Al-Insān berasal dari kata makhluk ciptaan Allah Swt.
al-uns yang berarti jinak, harmonis, serta nampak. Kata
insān dalam Al-Qur’an digunakan untuk menunjukkan
manusia sebagai pemilik jiwa dan raga. Dari hal ini,
4. Bani Adam Swt.
Dalam Al-Qur’an, kata bani adam ditemukan
sebanyak 7 kali serta tersebar dalam 3 surah. Secara Ciri-Ciri Manusia
etimologi, kata bani adam menampilkan makna pada
generasi Nabi Adam. Akan tetapi, yang jelas bagi Al- 1. Manusia selaku makhluk individu
Qur’an pada hakikatnya manusia berasal dari nenek Manusia mempunyai keunikan tertentu yang
moyang yang sama, ialah Adam serta Siti Hawa, membedakannya dari manusia yang lain. Secara kodrati
sehingga manusia masih mempunyai ikatan darah dan tiap manusia diciptakan unik serta berbeda satu dengan
pertalian kekerabatan dari ras manapun ia berasal. Atas yang lain. Adapun keunikan tersebut ialah :
kesamaan ini, semestinya manusia sanggup a. Tiap manusia masing-masing memiliki keahlian
menempatkan dirinya dengan manusia di dunia berpikir (kognisi), perasaan (afeksi), kehendak
ini. Pemaknaan kata bani adam lebih ditekankan pada (konasi), serta aksi (aksi).
aspek amaliyah manusia dan pemberi arah ke mana serta b. Tiap manusia masing-masing mempunyai keahlian
dalam wujud apa kegiatan itu dicoba. khas yang hendak mempengaruhi mutu hidupnya
yang berbentuk pengetahuan, keahlian, serta
Dalam pemikiran Islam, manusia juga perilaku.
didefinisikan makhluk yang memiliki nilai-nilai fitri serta c. Tiap manusia masing-masing memiliki budaya
sifat-sifat insaniyah, semacam dha’if yang berarti lemah tertentu cocok dengan latar balik, kapasitas, serta
(An-Nisaa’: 28), jahula yang artinya bodoh (Al-Ahzab: lingkungannya.
72), faqir yang artinya ketergantungan ataupun
membutuhkan (Faathir: 15), kafuuro yang artinya sangat
mengingkari nikmat (Al-Israa`: 67), syukur (al- Insaan: 3),
dan fujur serta takwa (asy-Syams: 8). Dari penjelasan ini,
dapat diketahui bahwa manusia memiliki tugas yaitu
beribadah, baik ibadah mahdhah, ibadah ghaairu
mahdhah, dan mengemban amanat dari Allah, yakni
sebagai khalifah di bumi serta mengabdi kepada Allah
2. Ketidakpuasan yang dimiliki oleh manusia dapat 3. Manusia selaku makhluk sosial
mempengaruhi kebutuhan manusia yang tidak Tiap manusia membutuhkan pihak lain buat
terbatas, sehingga jika tidak bisa mengatur melakukan hidupnya. Hal ini dikarenakan ikatan antar dua
kebutuhan dengan baik maka akan menjerumuskan orang ataupun lebih dapat saling mempengaruhi baik
pada keserakahan. Maslow’s hierarchy of needs dari segi kelakuan, karakter, atau yang lainnya. Dari hal
menampilkan beberapa tingkatan kebutuhan ini, manusia mempunyai kemampuan untuk terus belajar
manusia. Dua tingkatan pertama, merupakan baik melalui proses yang disadari maupun tidak disadari.
kebutuhan dasar manusia yang dimana pemuas Dengan adanya ini, diharapkan dapat mempengaruhi,
kebutuhan berasal dari internal maupun eksternal. mengganti, ataupun membetulkan kelakuan manusia
Kemudian tiga tingkatan atas, dimana pemuas lainnya.
kebutuhan itu berasal dari dalam diri seseorang
tersebut. 4. Manusia selaku makhluk susila
Manusia diciptakan selaku makhluk yang
bermoral serta sadar akan norma serta nilai-nilai.
Manusia bahagia dengan keteraturan, sehingga
senantiasa menghasilkan ketentuan, norma, serta nilai-
nilai hidup yang menjadi acuan hidupnya.
02
Relasi Islam
dan Manusia
• Dari berbagai upacara keagamaan yang sering dilakukan kemampuan berpikir manusia dalam menciptakan
masyarakat sejak dulu hingga sekarang, kita dapat kebenaran sejati seperti yang tertuang dalam ajaran
melihat bahwa hidup yang didasari oleh kepercayaan Islam.Tatanan alam dan sejarah bangsa-bangsa di masa
merupakan salah satu ciri kehidupan manusia. lalu merupakan saran objek yang dapat dipikirkan.
• Tumbuhnya berbagai agama dengan corak yang berbeda• Akibat dari adanya proses berpikir ini, baik itu ialah suatu
di dalam kehidupan ini menggiring manusia kepada kemajuan ataupun kemunduran, terjadilah suatu
keberadaan Tuhan. perpindahan (transformasi) agama dalam kehidupan
• Manusia memerlukan Tuhan untuk disembah. umat manusia. Ketika seseorang merasa risau dengan
Penyembahan yang dilakukan oleh manusia kepada jalur yang dilaluinya, ketenangan ialah modal dalam
Tuhan merupakan bagian dari karakteristik penciptaan itu upaya mengarungi kehidupan individu.
sendiri sebagaimana penciptaan satelit mengorbit pada• Manusia ialah makhluk yang mempunyai ruh sehingga
planetnya sebagaimana firman Allah dalam Q.S. An-Nur: memerlukan ketenangan-ketenangan yang bertabiat
41 yang artinya “Tidakkah engkau (Muhammad) tahu ruhaniyah, yaitu ketenangan hakiki. Ketenangan
bahwa kepada Allah-lah bertasbih apa yang di langit dan ruhaniyah memiliki pengaruh yang sangat berarti
di bumi, dan juga burung yang mengembangkan terhadap kebahagiaan hidup manusia, baik secara
sayapnya. Masing-masing sungguh, telah mengetahui lahiriah ataupun batiniah. Kebahagiaan hidup itu tidak
(cara) berdoa dan bertasbih. Allah Maha Mengetahui apa dapat didapatkan bila manusia tidak mendapatkan
yang mereka kerjakan.” ketenangan hakiki. Ketenangan hakiki tersebut tidak
• Kesempurnaan ide tetap menuntut manusia untuk dapat diperoleh manusia tanpa memahami pemilik ruh,
berpikir. Oleh karena itu, umat manusia mencari yaitu Allah Swt. Manusia tidak sanggup memahami Allah
kebenaran ajaran agama yang dianutnya. Swt. tanpa agama.
• Selain sifat-sifat dasar yang terdapat pada diri manusia,
Al-Qur'an dalam sebagian besar ayatnya menantang
03
Manusia
sebagai
Makhluk
Sosial
• Untuk mengetahui konsep manusia selaku makhluk (Q.S. Al-Maidah: 2), dan penegasan Al-Qur’an
sosial dalam perspektif Islam, terdapat dua konsep tentang kebahagiaan manusia yang terkait dengan
manusia berkenaan dengan hakikat sosialitasnya hubungan manusia dengan sesamanya (Q.S. Ali
menurut Syafei, yaitu sebagai berikut. Imran: 112).
1. Arti insan 2. Fungsi khalifah
Insan memiliki arti konsep manusia selaku Fungsi manusia selaku khalifah lebih
makhluk yang mempunyai watak keramahan serta menekankan kedudukan manusia selaku makhluk
keahlian mengenali yang sangat besar selaku sosial dalam menginternalisasikan tugas
makhluk kultural serta sosial. Konsep manusia kebudayaan yang berciri kreatif pada kehidupannya
selaku makhluk kultural ialah bahwa manusia supaya senantiasa bisa menghasilkan suatu yang
dilengkapi dengan fasilitas pengetahuan rungu, baru dan cocok dengan kebutuhan pertumbuhan
penglihatan, serta budi sehingga mereka bisa serta perkembangan warga. Selaku khalifah,
mendapatkan pengetahuan walaupun dilahirkan manusia bertugas mensyukuri seluruh nikmat yang
dalam kondisi tidak mengetahui apapun sama sekali selaras dengan kehendak Tuhan, yaitu dengan
seperti yang ada dalam Q.S. An- Nahl: 78. Konsep berkarya kreatif, memakmurkan bumi, dan
manusia sebagai makhluk sosial ini juga dipertegas membudayakan alam. Islam menuntut kedudukan
dengan beberapa pernyataan Al-Qur’an yang kreatif manusia untuk mengelola alam selaku
menegaskan tentang kejadian manusia dalam sumber energi material (material resource) sebagai
berbagai suku dan bangsa dan dimaksudkan agar pelaksanaan tugas kemanusiaan di muka bumi.
mereka membentuk pergaulan hidup bersama (Q.S.
Al-Hujurat: 13), saling membantu dalam kebaikan
• Kedua konsep dasar tersebut sudah meletakkan dasar dikemukakan dalam Q.S. Al-Maidah: 32, Q.S. Al-
yang kokoh jika pemikiran tentang manusia bagi Al- An’am: 151
Qur’an tidak saja diposisikan selaku makhluk yang 6. Meniadakan rasa kesukuan karena semua kaum
individualistik, namun juga selaku makhluk sosial. Oleh muslimin dinyatakan bersaudara; bersama-sama
karenanya, secara rinci, Al-Qur’an mengemukakan mereka tidak dapat digoyahkan sebagai sebuah
sebagian penegasan normatif bagaimana mewujudkan bangunan yang kokoh, seperti dikemukakan Q.S.
kebersamaan (sosialitasnya) selaku bagian dari hakikat Al-Hujarat: 10 dan Q.S. Ash-Shaf: 4
manusia sebagai berikut. 7. Al-Qur’an memerintahkan kaum muslimin untuk
1. Kewajiban berbuat baik, menghormati dan menegakkan prinsip-prinsip syura dalam
menghargai orang lain, menyerukan kebaikan melaksanakan urusan bersama seperti
serta menghindari kejahatan seperti dikemukakan dikemukakan dalam Q.S. Asy-Syura: 38.
dalam Q.S. An-Nisa: 36, Ali Imran: 104 dan 110, 8. Menegakkan tata sosial moral yang setara
At-Taubah: 71 dengan melakukan reformasi terhadap dunia
2. Kewajiban manusia untuk saling tolong sehingga Al-Qur’an menyerukan jihad
menolong seperti dikemukakan dalam Q.S. Al- sebagaimana dikemukakan dalam Q.S. Al-Hajj:
Ma’idah: 2 41 dan Q.S. At-Taubah: 41
3. Kewajiban manusia untuk berbuat adil seperti• Manusia selaku makhluk sosial serta makhluk
dikemukakan dalam Q.S. An-Nisa: 58 dan 135, berkebutuhan pastinya tidak dapat hidup seseorang diri
Q.S. As-Syura: 38, Q.S. Al-An’am: 119 terlebih untuk memenuhi bermacam-macam
4. Kewajiban manusia untuk tidak berprasangka, kebutuhannya sendiri. Oleh sebab itu, manusia
mencari-cari kesalahan orang lain, saling hendaknya senantiasa membentuk serta memelihara
menggunjing, dan saling mencaci maki seperti kedekatan sosial agar mereka bisa saling tolong
dikemukakan dalam Q.S. Al-Hujarat: 12 menolong dan saling meringankan dalam upaya
5. Kewajiban manusia untuk menghargai hak hidup memenuhi kebutuhan hidupnya.
orang lain dengan tidak saling membunuh seperti
Referensi
Fauzan, M., Hitami, M., & Yusuf, K. M. (2022). Proses Penciptaan Manusia
Perspektif Al-Qur’an dan Kontekstualitasnya dalam Materi
Pelajaran Biologi. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Indonesia, 1(2),
351–358.
Luthifah, H., Fauzia, S. H., Fatira, V., & Ardi, A. (2023). PROSES PENCIPTAAN
MANUSIA DALAM AL QUR’AN DAN RELEVANSINYA DENGAN
ILMU SAINS. Al-Alam: Islamic Natural Science Education Journal,
2(2), 45–51.
Purnama, Sigit dkk. 2021. Islam dan Ilmu Sosial Humaniora. Yogyakarta: CV
Multiartha Jatmika.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai