Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai umat yang mengakui dan meyakini rukun iman yang enam, maka sudah
sepantasnya kita mengakui bahwa Al Qur’an adalah satu-satunya literatur yang paling benar dan
bersifat global bagi ilmu pengetahuan. Manusia tercipta dengan segala kelebihan, termasuk
dalam hal pemahaman intelektual, sehingga bukan tidak mungkin dengan seiring
berkembangnya zaman berkembang pula teknologi serta ilmu pengetahuan.
Namun, diantara sekian banyak penemuan manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sedemikian canggih, masih ada satu permasalahan yang hingga kini belum mampu
dijawab dan dijabarkan oleh manusia secara eksak dan ilmiah. Masalah itu ialah masalah tentang
asal usul kejadian manusia. Banyak ahli ilmu pengetahuan mendukung teori evolusi yang
mengatakan bahwa makhluk hidup (manusia) berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk
maupun kemampuan yang sederhana kemudian mengalami evolusi dan kemudian menjadi
manusia seperti sekarang ini. Hal ini diperkuat dengan adanya penemuan-penemuan ilmiah
berupa fosil. Di lain pihak banyak ahli agama yang menentang adanya proses evolusi manusia
tersebut. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan informasi-informasi yang terdapat pada kitab
suci masing-masing agama dan bukan hanya Al-Qur’an yang mengatakan bahwa Adam adalah
manusia pertama.
Berbicara tentang manusia dan agama, dalam Islam hal tersebut memiliki hakikat
tersendiri dalam kehidupan ini. Berbicara tentang kedua hal tersebut sama saja dengan berbicara
tentang kita sendiri dan keyakinan asasi kita sebagai makhluk Tuhan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, ‘manusia’ diartikan sebagai ‘makhluk yang berakal budi. Menurut pengertian ini
manusia adalah makhluk Tuhan yang diberi potensi akal dan budi, nalar dan moral untuk dapat
menguasai makhluk lainnya demi kemakmuran dan kemaslahatannya. Dalam bahasa Arab, kata
‘manusia’ ini bersepadan dengan kata-kata nâs, basyar, insân, mar’u, ins dan lain-lain. Meskipun
bersinonim, namun kata-kata tersebut memiliki perbedaan dalam hal makna spesifiknya. Kata
nâs misalnya lebih merujuk pada makna manusia sebagai makhluk sosial. Sedangkan kata basyar
lebih menunjuk pada makna manusia sebagai makhluk biologis. Begitu juga dengan kata-kata
lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pandangan islam tentang asal usul manusia?
2. Apa pandangan sains tentang asal usul manusia?
3. Apa saja tahapan kejadian manusia?
4. Apa arti dari hakikat manusia?
5. Apa saja hakikat manusia itu?
6. Apa saja peran dan fungsi manusia sebagai seorang khalifah?
7. Apa saja potensi dan kelebihan yang dimiliki manusia?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pandangan islam tentang asal usul manusia
2. Untuk mengetahui pandangan sains tentang asal usul manusia
3. Untuk mengetahui tahapan kejadian diciptakannya manusia
4. Untuk mengetahui pengertian hakikat manusia itu
5. Untuk mengetahui apa saja hakikat manusia
6. Untuk mengetahui peran dan fungsi manusia sebagai seorang khalifah
7. Untuk mengetahui potensi dan kelebihan yang dimiliki manusia

2
BAB II
ISI

A. Pandangan Islam tentang Asal Usul Manusia


Al-quran menyatakan dengan tegas bahawa manusia diciptakan dari tanah dengan berbagai
istilah seperti debu (Surah Ali Imran: 59), tanah kering dan lumpur hitam (Surah Al-hijr: 28), tanah
liat (Surah Ashshafat: 11), sari pati tanah (Surah Al-shad: 71) dan sebagainya. Semasa penciptaan
Adam, Allah telah berfirman bahawa “Jadilah,maka jadilah ia” (Surah Ali Imran: 59). Oleh itu,
proses kejadian manusia menurut Al-Quran adalah lebih sahih dan relevan karena mempunyai
bukti yang kukuh. Setalah berpandukan pada (Surah Al-A’la: 1-3), penciptaan atau kejadian
manusia terbagi menjadi tiga. Hal ini telah menjadi titik tolak kepada proses kejadian manusia
dan menunjukkan tanda-tanda kemuliaan manusia.
Allah telah menyatakan bahawa manusia terjadi daripada percampuan Nutfah. Nutfah ialah
air mani. Air mani ini terdiri daripada air mani lelaki dan perempuan. Allah telah berfirman dalam
Al-Quran melalui (surah Al-Insan:2), yang artinya, “Sesungguhnya kami telah menciptakan
manusia daripada setetes air mani yang bercampur yang kami (hendak menguji dengan perintah
dan larangan)”.
Di dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan secara terperinci
melalui firman-Nya: "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14).
Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda:
"Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan. Sesungguhnya
seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya
(embrio) selama empat puluh hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan
segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging.
Kemudian diutuslah beberapa malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk
menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan
buruk baik (nasibnya)." (HR. Bukhari-Muslim)
Saat Allah Swt. merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah mulai membuat “cerita”
tentang asal-usul manusia, Malaikat Jibril seolah khawatir karena takut manusia akan berbuat
kerusakan di muka bumi. Di dalam Al-Quran, kejadian itu diabadikan.
"...Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Sesungguhnya, Aku akan
menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi
bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke
dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud" (QS. Al Hijr: 28-
29).
Firman inilah yang membuat malaikat bersujud kepada manusia, sementara iblis tetap dalam
kesombongannya dengan tidak melaksanakan firman Allah. Inilah dosa yang pertama kali
dilakukan oleh makhluk Allah yaitu kesombongan. Karena kesombongan tersebut Iblis menjadi

3
makhluk paling celaka dan sudah dipastikan masuk neraka. Kemudian Allah menciptakan Hawa
sebagi teman hidup Adam. Allah berpesan pada Adam dan Hawa untuk tidak mendekati salah
satu buah di surga, namun Iblis menggoda mereka sehingga terjebaklah Adam dan Hawa dalam
kondisi yang menakutkan. Allah menghukum Adam dan Hawa sehingga diturunkan kebumi dan
pada akhirnya Adam dan Hawa bertaubat. Taubat mereka diterima oleh Allah, namun Adam dan
Hawa menetap dibumi. Baca Surat Al-Baqarah Ayat 33-39.
Adam adalah ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga memiliki kecerdasan, bisa menerima
ilmu pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan sendiri. Inilah keunikan manusia yang Allah
ciptakan untuk menjadi penguasa didunia, untuk menghuni dan memelihara bumi yang Allah
ciptakan. Dari Adam inilah cikal bakal manusia diseluruh permukaan bumi. Melalui
pernikahannya dengan Hawa, Adam melahirkan keturunan yang menyebar ke berbagai benua
diseluruh penjuru bumi; menempati lembah, gunung, gurun pasir dan wilayah lainnya diseluruh
penjuru bumi. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT yang berbunyi:
"...Dan sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam; Kami angkut mereka didaratan dan di
lautan; Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyak makhluk yang telah Kami ciptakan." (QS. al-Isra' [17]:
70)

B. Pandangan Sains tentang Asal Usul Manusia.


Menurut sejarah, awal mula kehidupan dibagi menjadu menjadi 4 babak, yaitu:
1. Archaekum.
2. Paleotikum.
3. Mesozoikum.
4. Neozoikum.
Manusia diperkirakan muncul pada zaman neozoikum tepatnya di zaman quartier lalu mucul
manusia-manusia purba. Khususnya yang ada di Indonesia seperti Meganthropus Paleojavanicus,
Pithecanthopus, dan Homofloroensis.
Berbicara tentang asal-usul kejadian manusia, pastilah berhubungan dengan salah satu teori
paling terkemuka yaitu teori evolusi dari Charles Darwin (1809-1882). Menurutnya hewan,
tumbuhan, dan juga manusia merupakan hasil perubahan evolusi dari makhluk hidup yang sangat
sederhana pada awal kehidupan di bumi, yang secara perlahan-lahan melalui proses penurunan
dengan modifikasi yang akhirnya berkembang menjadi spesies organisme di muka bumi ini,
termasuk di dalamnya adalah kejadian manusia.
Teori Darwin berdasarkan atas seleksi alam yang dapat menghasilkan perubahan besar pada
organisme setelah waktu yang lama bahkan pada suatu saat tertentu dapat menghasilkan spesies
baru. Dia juga mengatakan bahwa semua organisme yang meliputi seluruh tumbuhan dan hewan
yang ada dan pernah ada berkembang dari beberapa atau bahkan satu satu bentuk yang sangat
sederhana melalui proses penurunan dengan modifikasi melalui seleksi alam.
Evolusi dalam pengertian-pengertian di atas adalah sebatas hipotesis ilmiah tanpa bukti, atau
justru sekedar perkiraan yang kemudian diangkat menjadi kebenaran ilmiah oleh para
pendukungnya dan diterima begitu saja oleh masyarakat umum lewat kediktatoran intelektual
serta keyakinan yang membabibuta masyarakat pada integritas moral ilmuwan.
Seiring dengan perkembangan dunia ilmu pengetahuan modern, teori Darwin ini lambat laun
digugurkan oleh para ilmuwan-ilmuwan modern yang disebabkan karena kegagalan Darwin

4
dalam menjelaskan proses mekanisme transformasi gen dari DNA kera menjadi manusia.
Sungguh sangat gempar dan ironis bagi para ilmuwan dan kita pada saat ini yang telah lama
belajar mendalami ilmu dan konsep teorinya.
Hal ini dapat dilihat melalui dalam diagram yang dibuat oleh Washburn (tahun 1960).
Persoalan jika benar manusia berasal dari kera mengapa manusia tidak berubah menjadi kera
dan begitu juga sebaliknya. Oleh sebab itu, manusia dan kera berbeda dan teori ini tidak relevan.

C. Tahapan Kejadian Manusia


1. Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)
Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang kering
kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh
Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam
firman-Nya :
"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan
manusia dari tanah". (QS. As Sajdah (32) : 7)
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal)
dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr (15) : 26)
Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia pertama
itu dalah surat Al Hijr ayat 28 dan 29. Di dalam sebuah Hadits Rasulullah SAW bersabda :
"Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah". (HR. Bukhari)

2. Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)


Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam keadaan
berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak menciptakan
lawanjenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri). Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah satu
firman-Nya :
"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang
ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" (QS.
Yaasiin (36) : 36)
Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An Nisaa’
ayat 1 yaitu :
"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang
diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak..." (QS. An Nisaa’ (4) : 1)
Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tak langsung hubungan
manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk menyatukan kembali
tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan
perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan generasinya.
3. Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)
Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa kecuali Nabi Isa
A.S. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al Qur’an dan Al Hadits dapat pula
ditinjau secara medis.

5
D. Arti Hakikat Manusia
Menurut bahasa hakikat berarti kebenaran atau seesuatu yang sebenar-benarnya atau asal
segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi
jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu
sendiri. Dikalangan tasauf orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul
kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat jasad,
hati, roh, nyawa, dan rahasia.
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka
sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna
manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas. Kata
basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya pada surat al-kahfi, yang artinya
sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata basyar selalu dihubungkan
pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau lempung kering (al-hijr : 33 ; ar-ruum
: 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuun : 33).
Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya pada surat al-alaq
ayat 5, yang artinya dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya). Konsep islam selalu
dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi
ilmu, dfan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang menjadi dan terus
bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti az-zumar ayat 27 yang artinya
sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan.
Konsep al-nas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis,
dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak biasa hidup tanpa
bantuan orang lain dan atau makhluk lain.

E. Hal-hal yang Termasuk Hakikat Manusia


Dalam agama islam, ada enam peranan yang merupakan hakikat diciptakannnya manusia.
Berikut ini adalah dimensi hakikat manusia berdasarkan pandangan agama islam
1. Sebagai Hamba Allah
Hakikat manusia yang utama adalah sebagai hamba atau abdi Allah SWT. Sebagai seorang
hamba maka manusia wajib mengabdi kepada Allah SWT dengan cara menjalani segala
perintahnya dan menjauhi segala larangannya sebagaimana yang disebutkan dalam ayat berikut
ini:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus …,” (QS:98:5).
2. Sebagai Al-Nas
Dalam Al-Qur’an manusia juga disebut dengan al- nas. Kata al-nas dalam Al-Quran cenderung
mengacu pada hakikat manusia dalam hubungannya dengan manusia lain atau dalam
masyarakat. Manusia sebagaimana disebutkan dalam ilmu pengetahuan, adalah makhluk sosial

6
yang tidak dapat hidup tanpa keberadaan manusia lainnya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam
firman Allah SWT berikut:
“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu disisi Allah adalah yang paling
taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS: Al
Hujurat :13).
3. Sebagai khalifah Allah
Telah disebutkan dalam tujuan penciptaan manusia bahwa pada hakikatnya, manusia
diciptakan oleh Allah SWt sebagai khlaifah atau pemimpin di muka bumi.
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (peguasa) di muka bumi, maka
berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu.
Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. …”(QS Shad:26).
4. Sebagai Bani Adam
Manusia disebut sebagai bani Adam atau keturunan Adam agar tidak terjadi kesalahpahaman
bahwa manusia merupakan hasil evolusi kera sebagaimana yang disebutkan oleh Charles Darwin.
Islam memandang manusia sebagai bani Adam untuk menghormati nilai-nilai pengetahuan dan
hubungannya dalam masyarakat. Dalam Alqur’an Allah SWT berfirman:
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang
demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, semoga mereka selalu ingat. Hai
anak Adam janganlah kamu ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu
bapamu dari surga, …” (QS : Al araf 26-27).
5. Sebagai Al-Insan
Tidak hanya disebut sebagai al-nas, dalam Alqur’an manusia juga disebut sebagai al-insan
merujuk pada kemampuannya dalam menguasai ilmu dan pengetahuan serta kemampuannya
untuk berbicara dan melakukan hal lainnya. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al hud berikut
ini:
“Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian rahmat itu kami cabut dari
padanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS: Al Hud:9).
6. Sebagai Al-Basyar
Manusia juga disebut sebagai makhluk biologis atau al-basyar karena manusia memiliki raga
atau fisik yang dapat melakukan aktifitas fisik, tumbuh, memerlukan makanan, berkembang biak
dan lain sebagainya sebagaimana ciri-ciri makhluk hidup pada umumnya. Sama seperti makhluk
lainnya di bumi seperti hewan dan tumbuhan, hakikat manusia sebagai makhluk biologis dapat
berakhir dan mengalami kematian, bedanya manusia memiliki akal dan pikiran serta
perbuatannya harus dapat dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.

F. Fungsi dan Peran Manusia Sebagai Seorang Khalifah


Berpedoman pada Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 30-36, status dasar manusia yang
mempelopori diri sebagai khalifah. Jika khalifah diartikan sebagai penerus ajaran Allah maka
peran yang dilakukan adalah penerus pelaku ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopor
membudayakan ajaran Allah SWT.

7
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah
di antaranya adalah:
1. Belajar
2. Mengajarkan ilmu
3. Membudayakan ilmu
Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah.
Kerja keras yang tiada henti sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah membentuk amal
saleh.

G. Potensi dan Kelebihan yang Dimiliki Manusia


Manusia memiliki potensi diri untuk meraih sukses yang didambakannya. Sukses sejati
tidak hanya diukur melalui pencapaian materi, akan tetapi lebih kepada seberapa besar peranan
kita untuk manusia dan alam ini. Karena potensi besar yang dimiliki oleh manusia, rasanya amat
kerdil kalau tujuan sukses itu ukurannya hanya pribadi dan keluarga saja. Setidaknya ada tiga
potensi manusia yang jika dimaksimalkan akan menghantar kita menjadi manusia sejati, manusia
yang menjadi berkat untuk alam ini, ketiga tersebut adalah:
1. Body (Tubuh/ Fisik)
Allah menciptakan tubuh manusia dengan struktur organ yang rumit dan canggih. Semua organ
saling berkordinasi untuk memainkan peran masing-masing, dengan kordinasi yang penuh
ketaatan sehingga menimbulkan gerak dinamis yang indah dan utuh.
2. Mind (Akal)
Akal pikir manusia yang secara fisik ada dalam struktur otak memiliki dua karakter dan fungsi
yang berbeda, yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Untuk pembahasan dua fungsi ini
akan di bahas secara khusus nanti.
3. Spiritual
Potensi spiritual yang dimiliki manusia, bisa di ibaratkan seperti potongan puzzle yang bisa
menjadikan manusia menjadi mahluk paripurna. Spiritual adalah cara manusia berhubungan
dengan penciptanya, sehingga apabila hubungan terjalin dengan baik akan terwujud manusia
universal yang berbudi pekerti luhur. Di zaman yang menjadikan materi sebagai tolak ukur,
potongan puzzle ini seakan-akan hilang, sehinngga banyak sukses materi yang dicapai dengan
cara-cara biadab, contohnya koruptor. Spiritualitas harus dilatih dan di bina secara terus
menerus, agar bisa terwujud manusia sejati yang utuh.

8
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pada akhirnya, manusia merupakan makhluk yang luar biasa kompleks. Bagaimanapun
teori yang telah menggambarkan terjadinya manusia tetap tidak bisa mengalahkan apa yang
telah tercatat didalam Al-Qur’an. Sudah sepatutnya bagi kita semua meyakini apa yang
termaktubkan didalam kitab tersebut. Setiap manusia berasal dari Sang Maha Pencipta dan akan
kembali kepada-Nya pula. Sedemikian sempurna manusia diciptakan oleh Sang Pencipta dan
manusia tidak selalu diam karena dalam setiap kehidupan manusia selalu ambil bagian. Kita
sebagai manusia harus menjadi individu yang berguna untuk diri sendiri dan orang lain.
Dan juga sebagai khalifah di bumi ini sudah sepantasnya kita menjalankan hakikat kita
sebagai manusia. Segala hakikat manusia adalah fitrah yang diberikan Allah SWT agar manusia
dapat menjalankan peran dan fungsinya dalam kehidupan. Manusia sendiri harus dapat
memenuhi tugas dan perannya sehingga tidak menghilangkan hakikat utama penciptaannya.

Anda mungkin juga menyukai