PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai umat yang mengakui dan meyakini rukun iman yang enam, maka sudah
sepantasnya kita mengakui bahwa Al Qur’an adalah satu-satunya literatur yang paling benar dan
bersifat global bagi ilmu pengetahuan. Manusia tercipta dengan segala kelebihan, termasuk
dalam hal pemahaman intelektual, sehingga bukan tidak mungkin dengan seiring
berkembangnya zaman berkembang pula teknologi serta ilmu pengetahuan.
Namun, diantara sekian banyak penemuan manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sedemikian canggih, masih ada satu permasalahan yang hingga kini belum mampu
dijawab dan dijabarkan oleh manusia secara eksak dan ilmiah. Masalah itu ialah masalah tentang
asal usul kejadian manusia. Banyak ahli ilmu pengetahuan mendukung teori evolusi yang
mengatakan bahwa makhluk hidup (manusia) berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk
maupun kemampuan yang sederhana kemudian mengalami evolusi dan kemudian menjadi
manusia seperti sekarang ini. Hal ini diperkuat dengan adanya penemuan-penemuan ilmiah
berupa fosil. Di lain pihak banyak ahli agama yang menentang adanya proses evolusi manusia
tersebut. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan informasi-informasi yang terdapat pada kitab
suci masing-masing agama dan bukan hanya Al-Qur’an yang mengatakan bahwa Adam adalah
manusia pertama.
Berbicara tentang manusia dan agama, dalam Islam hal tersebut memiliki hakikat
tersendiri dalam kehidupan ini. Berbicara tentang kedua hal tersebut sama saja dengan berbicara
tentang kita sendiri dan keyakinan asasi kita sebagai makhluk Tuhan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, ‘manusia’ diartikan sebagai ‘makhluk yang berakal budi. Menurut pengertian ini
manusia adalah makhluk Tuhan yang diberi potensi akal dan budi, nalar dan moral untuk dapat
menguasai makhluk lainnya demi kemakmuran dan kemaslahatannya. Dalam bahasa Arab, kata
‘manusia’ ini bersepadan dengan kata-kata nâs, basyar, insân, mar’u, ins dan lain-lain. Meskipun
bersinonim, namun kata-kata tersebut memiliki perbedaan dalam hal makna spesifiknya. Kata
nâs misalnya lebih merujuk pada makna manusia sebagai makhluk sosial. Sedangkan kata basyar
lebih menunjuk pada makna manusia sebagai makhluk biologis. Begitu juga dengan kata-kata
lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pandangan islam tentang asal usul manusia?
2. Apa pandangan sains tentang asal usul manusia?
3. Apa saja tahapan kejadian manusia?
4. Apa arti dari hakikat manusia?
5. Apa saja hakikat manusia itu?
6. Apa saja peran dan fungsi manusia sebagai seorang khalifah?
7. Apa saja potensi dan kelebihan yang dimiliki manusia?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pandangan islam tentang asal usul manusia
2. Untuk mengetahui pandangan sains tentang asal usul manusia
3. Untuk mengetahui tahapan kejadian diciptakannya manusia
4. Untuk mengetahui pengertian hakikat manusia itu
5. Untuk mengetahui apa saja hakikat manusia
6. Untuk mengetahui peran dan fungsi manusia sebagai seorang khalifah
7. Untuk mengetahui potensi dan kelebihan yang dimiliki manusia
2
BAB II
ISI
3
makhluk paling celaka dan sudah dipastikan masuk neraka. Kemudian Allah menciptakan Hawa
sebagi teman hidup Adam. Allah berpesan pada Adam dan Hawa untuk tidak mendekati salah
satu buah di surga, namun Iblis menggoda mereka sehingga terjebaklah Adam dan Hawa dalam
kondisi yang menakutkan. Allah menghukum Adam dan Hawa sehingga diturunkan kebumi dan
pada akhirnya Adam dan Hawa bertaubat. Taubat mereka diterima oleh Allah, namun Adam dan
Hawa menetap dibumi. Baca Surat Al-Baqarah Ayat 33-39.
Adam adalah ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga memiliki kecerdasan, bisa menerima
ilmu pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan sendiri. Inilah keunikan manusia yang Allah
ciptakan untuk menjadi penguasa didunia, untuk menghuni dan memelihara bumi yang Allah
ciptakan. Dari Adam inilah cikal bakal manusia diseluruh permukaan bumi. Melalui
pernikahannya dengan Hawa, Adam melahirkan keturunan yang menyebar ke berbagai benua
diseluruh penjuru bumi; menempati lembah, gunung, gurun pasir dan wilayah lainnya diseluruh
penjuru bumi. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT yang berbunyi:
"...Dan sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam; Kami angkut mereka didaratan dan di
lautan; Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyak makhluk yang telah Kami ciptakan." (QS. al-Isra' [17]:
70)
4
dalam menjelaskan proses mekanisme transformasi gen dari DNA kera menjadi manusia.
Sungguh sangat gempar dan ironis bagi para ilmuwan dan kita pada saat ini yang telah lama
belajar mendalami ilmu dan konsep teorinya.
Hal ini dapat dilihat melalui dalam diagram yang dibuat oleh Washburn (tahun 1960).
Persoalan jika benar manusia berasal dari kera mengapa manusia tidak berubah menjadi kera
dan begitu juga sebaliknya. Oleh sebab itu, manusia dan kera berbeda dan teori ini tidak relevan.
5
D. Arti Hakikat Manusia
Menurut bahasa hakikat berarti kebenaran atau seesuatu yang sebenar-benarnya atau asal
segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi
jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu
sendiri. Dikalangan tasauf orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul
kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat jasad,
hati, roh, nyawa, dan rahasia.
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka
sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna
manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas. Kata
basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya pada surat al-kahfi, yang artinya
sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata basyar selalu dihubungkan
pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau lempung kering (al-hijr : 33 ; ar-ruum
: 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuun : 33).
Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya pada surat al-alaq
ayat 5, yang artinya dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya). Konsep islam selalu
dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi
ilmu, dfan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang menjadi dan terus
bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti az-zumar ayat 27 yang artinya
sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan.
Konsep al-nas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis,
dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak biasa hidup tanpa
bantuan orang lain dan atau makhluk lain.
6
yang tidak dapat hidup tanpa keberadaan manusia lainnya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam
firman Allah SWT berikut:
“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu disisi Allah adalah yang paling
taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS: Al
Hujurat :13).
3. Sebagai khalifah Allah
Telah disebutkan dalam tujuan penciptaan manusia bahwa pada hakikatnya, manusia
diciptakan oleh Allah SWt sebagai khlaifah atau pemimpin di muka bumi.
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (peguasa) di muka bumi, maka
berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu.
Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. …”(QS Shad:26).
4. Sebagai Bani Adam
Manusia disebut sebagai bani Adam atau keturunan Adam agar tidak terjadi kesalahpahaman
bahwa manusia merupakan hasil evolusi kera sebagaimana yang disebutkan oleh Charles Darwin.
Islam memandang manusia sebagai bani Adam untuk menghormati nilai-nilai pengetahuan dan
hubungannya dalam masyarakat. Dalam Alqur’an Allah SWT berfirman:
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang
demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, semoga mereka selalu ingat. Hai
anak Adam janganlah kamu ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu
bapamu dari surga, …” (QS : Al araf 26-27).
5. Sebagai Al-Insan
Tidak hanya disebut sebagai al-nas, dalam Alqur’an manusia juga disebut sebagai al-insan
merujuk pada kemampuannya dalam menguasai ilmu dan pengetahuan serta kemampuannya
untuk berbicara dan melakukan hal lainnya. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al hud berikut
ini:
“Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian rahmat itu kami cabut dari
padanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS: Al Hud:9).
6. Sebagai Al-Basyar
Manusia juga disebut sebagai makhluk biologis atau al-basyar karena manusia memiliki raga
atau fisik yang dapat melakukan aktifitas fisik, tumbuh, memerlukan makanan, berkembang biak
dan lain sebagainya sebagaimana ciri-ciri makhluk hidup pada umumnya. Sama seperti makhluk
lainnya di bumi seperti hewan dan tumbuhan, hakikat manusia sebagai makhluk biologis dapat
berakhir dan mengalami kematian, bedanya manusia memiliki akal dan pikiran serta
perbuatannya harus dapat dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.
7
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah
di antaranya adalah:
1. Belajar
2. Mengajarkan ilmu
3. Membudayakan ilmu
Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah.
Kerja keras yang tiada henti sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah membentuk amal
saleh.
8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada akhirnya, manusia merupakan makhluk yang luar biasa kompleks. Bagaimanapun
teori yang telah menggambarkan terjadinya manusia tetap tidak bisa mengalahkan apa yang
telah tercatat didalam Al-Qur’an. Sudah sepatutnya bagi kita semua meyakini apa yang
termaktubkan didalam kitab tersebut. Setiap manusia berasal dari Sang Maha Pencipta dan akan
kembali kepada-Nya pula. Sedemikian sempurna manusia diciptakan oleh Sang Pencipta dan
manusia tidak selalu diam karena dalam setiap kehidupan manusia selalu ambil bagian. Kita
sebagai manusia harus menjadi individu yang berguna untuk diri sendiri dan orang lain.
Dan juga sebagai khalifah di bumi ini sudah sepantasnya kita menjalankan hakikat kita
sebagai manusia. Segala hakikat manusia adalah fitrah yang diberikan Allah SWT agar manusia
dapat menjalankan peran dan fungsinya dalam kehidupan. Manusia sendiri harus dapat
memenuhi tugas dan perannya sehingga tidak menghilangkan hakikat utama penciptaannya.