Anda di halaman 1dari 5

Nama : Dinda Adila Putri

Nim : 20086173

Prodi : Penjaskesrek

1. Bagaimana penciptaan manusia menurut al-Quran? Jelaskan

Jawab:

Dalam al-quran dijelaskan tentang penciptaan manusia, antara lain dalam QS. 23; 13-14).

Ayat tersebut menjelaskan tentang asal penciptaan manusia dari “sulatin min thin” (saripati tanah). Kata
sulatin dapat diartikan dengan hasil akhir dari sesuatu yang disarikan, sedangkan thin berarti tanah.
Pada tahap berikutnya saripati tanah berproses menjadi nuthfah (air mani). Kata nuthfah berarti air yang
telah bercampur (setelah terjadi pembuahan antara spermatozoa dengan ovum). Posisi nuthfah ini
berada pada tempat yang terpelihara dan kokoh yaitu Rahim.

Pada QS.23: 14 dijelaskan tentang tahapan reproduksi manusia setelah nuthfah. Perubahan nuthfah
secara berurut menjadi „alaqah, mudhgah, „izham, lahm dan khalqanakhar (makhluk lain atau manusia
sempurna). „Alaqah memiliki dua pengertian, pertama darah yang mengental sebagai kelanjutan dari
nuthfah dan kedua sesuatu yang menempel di dinding rahim. Pengertian pertama dipahami dari segi
bentuk atau materi perubahan setelah nutfah sedangkan yang kedua dari segi posisinya. Mudhghah
berarti segumpal daging yang merupakan proses penciptaan manusia sebagai kelanjutan dari „alaqah.

Daging tersebut masih belum berbentuk sampai akhirnya diberi kerangka dengan proses berikutnya
yaitu „izham (tulang-berulang) selanjutnya dibalut dengan lahm (daging). Pada fase ini sudah mulai
menampakkan bentuk bagian-bagian tubuh. Fase ini sampai pada pencapaian kesempurnaan bentuk

manusia yang disebut dengan khalqan akhar, berarti penciptaan baru yang jauh berbeda dengan
keadaan dan bentuk sebelumnya.

Di dalam Al-Qur‟an juga dikenal beberapa istilah lain yang mengungkapkan tentang asal kejadian
manusia antara lain sebagai berikut:

1) Turaab, yaitu tanah gemuk sebagaimana disebutkan dalam QS.18: 37.

2) Tiin, yaitu tanah lempung sebagaimana firman Allah dalam QS. 32: 7.

3) TiinulLaazib, yaitu tanah lempung yang pekat sebagaimana disebut dalam

QS.37: 11.

4) Shalshalun, yaitu lempung yang dikatakan kalfakhar (seperti tembikar).

Citra di ayat ini menunjukkan bahwa manusia dimodelkan.

5) Shalshalinmin Hamain Masnuun (lempung dari lumpur yang dicetak/diberi

bentuk) sebagaimana disebut dalam QS. 5: 26.


6) Sulalatun min tiin, yaitu dari sari peti lempung. Sulaalat berarti sesuatu

yang disarikan dari sesuatu yang lain.

7) Air yang dianggap sebagai asal usul seluruh kehidupan sebagaimana disebut

dalam QS 25: 54.

2. Bagaimana pendapat anda profil manusia unggul bermartabat? Jelaskan

Jawab:

Pertama, SDM unggulan menurut Al-Qur’an adalah manusia yang berwawasan iqra’. Manusia iqra’
adalah manusia yang secara terus menerus mampu mengembangkan pemikiran dan wawasan untuk
tujuan memahami rahasia ciptaan Allah (khalq). Tapi lebih jauh, mampu menembus batas-batas material
ciptaan ke alas samawi mengenal penciptanya. Dengan kemampuan iqra’-nya, manusia akan mampu
mengenal alam kenyataannya (dunia) dan sekaligus alam gaibnya (ukhrawi). Manusia sepeti inilah yang
dapat menjalani hidup dengan penuh makna dan secara bertanggung jawab.

Kedua, Manusia atau SDM unggulan dalam pandangan Al-Quran bercirikan “ulul albab”. Manusia ulul
albab adalah manusia yang mampu mengombinasikan antara ketajaman hati dan kecermelangan akal.
Manusia yang solid secara zikir dan tajam secara akal. SDM unggulan seperti ini, digambarkan dalam Al-
Qur’an sebagai berikut: “Yaitu mereka yang mengingat Allah (dzikir) dalam keadaan berdiri, duduk, dan
berbaring (di setiap saat dan keadaan). Dan mereka yang berpikir tentang penciptaan langit dan bumi”.
Kedua kekuatan yang dahsyat ini, jika menyatu dalam hidup manusia, mejadikan manusia yang
bersangkutan mampu menaklukkan (taskhiir) alam sekitarnya secara sempurna. Penaklukkan yang
sempurna artinya mampu mengeksplorasi sumber-sumber kehidupan secara maksimal. Tapi tidak harus
kehilangan fondasi fitrah kemanusiaannya. Maka, manusia ulul albab adalah manusia pintar yang
bermoral. Manusia yang cendekiawan tapi sekaligus solid dalam pijakan spiritual. Manusia seperti ini
akan menjadi langka. Karena di saat dunianya maju, kerap manusia kehilangan spiritualnya. Tapi
manusia ulul albaab akan tegar dengan fitrah dan kemanusiaannya.

Ketiga, SDM atau manusia unggulan dalam Al-Qur’an bercirikan kesalehan. Yaitu manusia yang dalam
hidupnya selalu menghadirkan nilai-nilai keselahan (kebajikan). Kapan, di mana dan dalam keadaan
bagaimanapun dia akan selalu menghadirkan kemaslahatan (bukan kemudaratan) bagi dirinya dan orang
lain. Karenanya, kata iman dalam Al-Qur’an pada umumnya digandengkan dengan “amal saleh”. Bahkan
ketika kata iman itu tidak digandengkan dengan kata amal saleh sekalipun, dipahami secara makna
bahwa iman itu pastinya mengandung amal saleh. Iman tanpa kesalehan, patut dipertanyakan. Yang
perlu dipahami kemudian adalah bahwa dalam Al-Qur’an, kesalehan dalam arti kebajikan,  diekspresikan
dengan ragam kata. Setiap kata itu memaknai nilai dari kesalehan itu sendiri. – Thoyyib. Yaitu ungkapan
kesalehan yang lebih berkonotasi fisikal/material. – Khaer. Ketika kebaikan atau kesalehan mencakup
fisik sekaligus karakter, termasuk kesalehan mentalitas. – Ma’ruf. Yaitu ketika kesalehan telah
tertransformasi ke dalam prilaku yang membudaya. Artinya,  kebaikan itu telah menjadi kultur yang tak
terpisahkan dari karakter manusia. – Ihsan. Ketika karakter atau budaya kebaikan tadi terbangun karena
kesadaran hati (lillahi). – Saleh. Yaitu karakter kesalehan atau kebajikan yang mencakup semuanya.
Maka, SDM atau manusia saleh yang diunggulkan Al-Qur’an adalah manusia yang memiliki karakter
kesalehan atau kebajikan yang menyeluruh.

Keempat, SDM atau manusia unggul menurut Al-Qur’an itu harus menjadi agen perubahan. Saleh atau
memiliki karakter kebaikan secara totalitàs memiliki konotasi keterbatasan pada diri sendiri. Artinya
seseorang itu baik secara pribadi. Akan tetapi, dalam pandangan Al-Qur’an, kesalehan pribadi tidak
dinilai sebagai kebaikan tertinggi. Justru Al-Qur’an melangkah lebih jauh lagi. Bahwa manusia yang
unggul harus mampu mentransfer kebaikan itu pada lingkungan sekitarnya. Maka, karakter kesalehan
harus dipacu menjadi karakter “muslih”. Yaitu kepedulian kepada lingkungan sekitar. Inilah yang kita
kenal dengan SDM atau manusia ungggul yang menjadi agen perubahan (agent of change).

Kelima, SDM atau manusia unggul dalam pandangan Al-Qur’an adalah manusia yang memiliki wawasan
global (global mind-set). Agama Islam itu adalah agama global. Agama yang tidak dibatasi oleh dinding
(barriers) manusia. Tidak oleh batas negara, ras, dan etnis. Bahkan tidak juga oleh warna kulit dan status
dunia lainnya. Karenanya, SDM atau manusia unggulan seharusnya memiliki tabiat agama itu. Yaitu,
tabiat dan wawasan global yang tidak dibatasi oleh sempitnya dinding-dinding kemanusiaan itu. Dengan
global-mindset manusia unggul ini akan mampu mengambil partisipasi dalam mewarnai dunia yang
memang berkarakter gobal saat ini. Bahkan dengan karakter dan mindset global tersebut, SDM unggulan
itu akan berada di garda terdepan memegang kendali  kepemimpinan dunia global, menuju kepada
dunia yang lebih baik. Dunia yang makmur, sejahtera, berkeadilan, damai, dan diridai Sang Pencipta
alam semesta.

3. Kenapa terjadi perbedaan konsep penciptaan manusia menurut agama dan sains? Analisis

Jawab:

Keduanya saling bertolak belakang dikarenakan memiliki sudut pandang dan dasar yang berbeda.

Menurut sains:  

 Teori Abiogenesis atau Teori  Generatio Spontanea yang diungkapkan Aristoteles menyatakan
bahwa manusia berasal dari benda tak hidup.
 Teori Darwin dalam bukunya yang berjudul The Origin of Species menyatakan bahwa organisme
tercipta dari suatu proses perubahan fisik dan perilaku yang diwariskan. Menurut Darwin, nenek
moyang manusia adalah kera karena ditemukannya sejumlah kemiripan susunan tubuh dan
organ antara manusia dengan kera. Manusia terbentuk dari proses evolusi (perubahan) terus-
menerus dan seleksi alam dari kera.  

Menurut agama yaitu Islam:  

Manusia pertama yang diciptakan oleh Allah adalah Adam dari tanah. Manusia kedua yaitu Hawa yang
merupakan pasangan Adam diciptakan dari sebagian bagian tubuh manusia pertama. Manusia
berikutnya diciptakan dari proses biologis yang merupakan gabungan bahan Adam dan Hawa. Dalam Al
Qur’an dijelaskan proses terjadinya manusia secara terperinci melalui firman-Nya di surat Al-Mu'minuun
(23) ayat 12 sampai 14. "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik."  

Dari penjabaran kedua pandangan tersebut dapat diketahui bahwa menurut agama Islam, asal usul
terjadinya manusia memiliki dasar yang jelas yaitu Al-Qur'an dan prosesnya tidak bertentangan dengan
akal dan ilmu pengetahuan. Sedangkan, menurut sains asal usul terjadinya manusia tidak didukung
dengan teori atau dasar yang kuat dan bertentangan dengan ilmu pengetahuan karena tidak dapat
menjelaskan tentang gen dan DNA.  

4. Mengapa manusia menjadi makhluk mulia dibandingkan seluruh makhluk ciptaan Allah? Analisis

Jawab:

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang terdiri dari jasmani dan rohani. Kesempurnaan
manusia adalah memiliki dengan gejala-gejalanya mempunyai pikiran, perasaan dan keinginan atau
hawa nafsu yang ditiupkan ke dalam jasmani yang tangguh dengan komposisi yang sempurna.

Allah SWT sengaja menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, mengungguli di atas
segala makhluk yang diciptakan-Nya, baik makhluk nyata maupun makhluk gaib. Di samping itu dia
mempunyai martabat yang sangat tinggi, QS 17:70. Kesempurnaan kejadian manusia itu karena manusia
itu akan mengemban tugas yang sangat berat.

Fungsi manusia jauh di atas makhluk yang lainnya. Fungsi manusia adalah sebagai khalifah atau
pemimpin di permukaan bumi ini, yang diberi kekuasaan oleh Allah untuk mewuujudkan kemakmuran
yang memngkinkan manusia itu untuk mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di bumi ini untuk
kepentingan hidupnya, QS 2:30.

Kepemimpinan yang diamanahkan kepada manusia itu dalam rangka ujian kepadanya, QS 6:165.
Selanjutnya tujuan hidup manusia adalah untuk mengabdi (beribadah) kepada Allah SWT, baik ibadah
maghdah (ibadah khusus

atau ibadah yang telah ditetapkan tata caranya secara terinci), maupun ibadah ghairu maghdah (ibadah
umum atau ibadah dalam arti luas) QS 51:56.

Ibadah yang diwajibkan kepada manusia ditujukan untuk mencari keridhaan Allah, oleh sebab itu harus
dilaksanakan dengan niat yang ikhlas QS 98:5, 94:4. Sedangkan program hidup manusia adalah untuk
melaksanakan syariah, yaitu melaksanakan ketentuan Allah SWT yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah secara vertikal, mengatur hubungan manusia sesama manusia dan makhluk lainnya secara
horizontal QS 45:18, 42:13, 21.

Anda mungkin juga menyukai