Anda di halaman 1dari 11

Manusia dalam perspektif islam dan sains

Manusia Dalam Perspektif Islam Dan Sains


Hidayat Nur Ahmad
(231410021)

Ekonomi Syariah 1 A

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam


Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten

hidayatnurahmad356@gmail.com

Pendahuluan
Manusia adalah makhluk yang unik dan kompleks. Ia memiliki berbagai potensi dan
kemampuan yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup lainnya. Dalam Islam, manusia adalah
makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT sebagai khalifah di muka bumi. Ia dibekali dengan
akal dan hati untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk, dan untuk menjalankan
tugasnya sebagai khalifah.

Sains juga memberikan pandangannya sendiri tentang manusia. Sains memandang manusia
sebagai makhluk biologis yang merupakan hasil dari proses evolusi. Manusia memiliki tubuh
yang tersusun dari berbagai organ dan sistem yang bekerja secara harmonis. Sains juga
mempelajari perilaku manusia, baik secara individu maupun kelompok.

Pandangan Islam dan sains tentang manusia memiliki banyak persamaan. Kedua
pandangan tersebut mengakui bahwa manusia adalah makhluk yang unik dan kompleks, dan
memiliki berbagai potensi dan kemampuan. Namun, kedua pandangan tersebut juga memiliki
beberapa perbedaan. Pandangan Islam menekankan aspek spiritual manusia, sedangkan
pandangan sains menekankan aspek fisik dan biologis manusia.

Perbedaan pandangan tersebut tidak perlu dipertentangkan. Keduanya dapat saling


melengkapi dan memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang manusia. Pandangan
Islam memberikan dasar moral dan spiritual bagi manusia, sedangkan pandangan sains
memberikan pemahaman tentang aspek fisik dan biologis manusia.

1
Manusia dalam perspektif islam dan sains

Pembahasan
A. Penciptaan Atau Asal Usul Manusia

Sudah kita ketahui dan sadari bersama bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang
paling unik dan kompleks. Perlu kita ketahui bagaimana Allah SWT menciptakan manusia mulai
dari masih berbentuk zat lain sampai menjadi makhluk hidup sempurna yang dikaruniai fisik
sebegitu indah dan dibekali jiwa/ruh sehingga jadilah makhluk yang bahkan Allah SWT
memerintahkan makhluk ciptaan-Nya yang lain untuk sujud kepada manusia ini. Oleh karena itu,
manusia menjadi makhluk yang Allah SWT berikan amanah atau tugas untuk menjadi
khalifatullah fil ard, yakni menjadi wakil Allah di muka bumi.

Dalam ayat-ayat Al-Qur’an penciptaan manusia ini di sebutkan berbeda-beda. Ada ayat
yang menjelaskan manusia di ciptakan dari turab (tanah), thin (tanah yang bercampur
air/lumpur), shalshal (tembikar/tanah liat kering), dan nuthfah (air mani). Ada pula, ayat Al-
Qur’an yang secara lengkap menggambarkan proses penciptaan manusia mulai dari thin sampai
menjadi klalqan akhar (makhluk (unik) lain). Seperti dijelaskan dalam Q.S Al-Mu’minun Ayat
12-14:

‫َو َلَقْد َخ َلْق َن ا اِاْلْن َس اَن ِمْن ُس ٰل َلٍة ِّمْن ِط ْي ٍن ۚ ُثَّم َج َع ْلٰن ُه ُنْط َفًة ِفْي َق َر اٍر َّمِكْي ٍن ۖ ُثَّم َخ َلْق َن ا الُّن ْط َفَة َع َلَقًة َفَخ َلْق َن ا اْلَع َلَقَة ُمْض َغ ًة َفَخ َلْق َن ا اْلُمْض َغ َة‬
‫ِع ٰظ ًما َفَك َس ْو َن ا اْلِع ٰظ َم َلْح ًما ُثَّم َاْن َش ْأٰن ُه َخ ْلًقا ٰا َخ َۗر َفَت َب اَر َك ُهّٰللا َاْح َس ُن اْلَخ اِلِقْي َۗن‬

Artinya: “Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim).
Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang
(berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik”.

Dalam ayat ini di jelaskan bahwa manusia diciptakan dari saripati yang berasal dari thin,
kemudian dijadikannya menjadi nuthfah yang ditempatkan pada rahim, kemudian
bertransformasi menjadi ‘alaqoh dan bertransformasi lagi menjadi mudhghoh (segumpal daging),
lalu menjadi ‘idhzom (tulang belulang), kemudian tulang belulang tersebut di selimuti dengan
lahm (daging), sampai akhirnya jadilah entitas bernama manusia yang Allah sebut pada ayat itu
sebagai khalqan akhor.

2
Manusia dalam perspektif islam dan sains

Dari ayat itu pula kita dapat memahami bahwa penciptaan manusia sebegitu kompleks
dan uniknya. Dapat di definisikan bahwa hal semacam itu hanya dapat di lakukan oleh yang
Maha Kuasa, yakni Allah SWT. Tidak ada yang bisa menciptakan makhluk kompleks dan
menghasilkan output yang sedemikian indahnya kecuali Allah SWT. Ingin bagaimanapun
manusia menggunakan teknologinya yang berhasil mereka kembangkan dengan pesat pada
zaman sekarang, tetap saja tidak bisa menggunakan teknologi tersebut untuk menciptakan suatu
makhluk yang hanya bisa di ciptakan oleh Sang Maha Pencipta yang mana menciptakan manusia
itu sendiri.

Dalam sains atau ilmu pengetahuan di jelaskan bahwa manusia memiliki asal usul yang
memiliki banyak kemiripan dengan yang sudah di jelaskan di dalam Al-Qur’an. Dalam kajian
sains modern para peneliti mengemukakan bahwa asal usul terciptanya manusia memiliki 3
tahapan. Yakni:

1) Fase zigot, mulai dari konsepsi atau pembuahan sampai dengan akhir minggu kedua masa
kehamilan.

Fase ini terjadi ketika sperma menyatu dengan sel telur sehingga terjadilah pembuahan di dalam
rahim seorang wanita. Setelah itu sperma yang menyatu dengan sel telur tadi akan menghasilkan
zigot.

2) Fase embrio, mulai dari akhir minggu kedua sampai dengan akhir bulan kedua masa
kehamilan.

Mengutip dari Cleveland Clinic Ketika sel telur tadi sudah menjadi zigot dan melekat pada
dinding rahim selama beberapa hari. Maka tahap selanjutnya zigot tersebut akan terbelah dan
membentuk sebuah gumpalan organisme multisel atau embrio. Pada perkembangan ini pula akan
mulai terciptanya saraf-saraf pada calon janin.

3) Fase janin, mulai dari akhir minggu kedua sampai dengan masa kelahiran.

Setelah zigot berevolusi menjadi embrio, selanjutnya embrio akan berevolusi lagi menjadi janin.
Pada bentuk janin ini calon bayi akan mulai mengalami pertumbuhan plasenta dan organ-organ
internal yang telah terbentuk, seperti otak, jantung dan paru-paru. Janin ini akan terus sempurna
hingga membentuk bentuk manusia secara sempurna.

3
Manusia dalam perspektif islam dan sains

Dalam perspektif sains modern ini dijelaskan pula bahwa janin mulai mengalami
perkembangan dengan berfungsinya beberapa pancra indera selayaknya yang dimiliki manusia
pada umumnya. Para peneliti menjelaskan bahwa pada saat usia kandungan sudah mencapai 120
hari/sekitar 18 minggu janin sudah dapat mendengar suara-suara dari luar dan dijelaskan pula
bahwa janin sudah mulai bereaksi dan melihat cahaya yang masuk melalui dinding rahim
seorang ibu yang mengandung janin tersebut. Oleh karena itu, pada usia kandungan ini janin pula
seorang wanita yang mengandung mulai merasakan gerakan dari calon bayinya ini.

Dengan keterangan diatas dapat kita sadari dan ketahui bahwa asal usul terciptanya
manusia yang dijelaskan Al-Qur’an dan keterangan menurut sains memiliki banyak kesamaan
dan keselarasan. Hal ini pula yang dapat membuktikan bahwa keterangan di dalam Al-Qur’an
dapat dibuktikan juga secara sains oleh manusia itu sendiri.

Tetapi berbeda dengan perspektif sains modern yang sudah di paparkan diatas. Charles
Robert Darwin memiliki teori sendiri tentang asal usul manusia ini. Darwin memiliki pemikiran
yang berdasarkan atas hipotesis atau dugaannya manusia adalah hasil evolusi dari makhluk hidup
yang sangat sederhana (satu sel organisme) pada awal kehidupan di bumi yang secara perlahan-
lahan melalui proses penurunan dengan modifikasi yang akhirnya berkembang menjadi berbagai
spesies organisme di muka bumi sekarang ini.

Menurut teori evolusi Darwin, spesies dapat berevolusi menjadi spesies baru melalui
bentuk-bentuk transisi. Proses evolusi ini terjadi karena adanya seleksi alam. Seleksi alam adalah
proses yang menyebabkan individu yang memiliki adaptasi yang lebih baik terhadap
lingkungannya cenderung bertahan hidup dan bereproduksi lebih banyak, sehingga sifat adaptif
tersebut akan diturunkan kepada keturunannya.

Bukti terjadinya evolusi adalah adanya kesamaan fungsi, anatomi, dan keragaman bentuk
fisik organ. Hal ini menunjukkan bahwa semua makhluk hidup berasal dari satu nenek moyang
yang sama. Keragaman bentuk fisik organ tersebut terjadi karena adanya mutasi genetik yang
terjadi secara acak.

Darwin membuktikan proses perubahan bentuk fisik organ melalui penemuan fosil-fosil
makhluk hidup yang ditemukan di berbagai lokasi permukaan bumi. Fosil-fosil tersebut

4
Manusia dalam perspektif islam dan sains

menunjukkan bahwa makhluk hidup di masa lalu memiliki bentuk fisik yang berbeda dengan
makhluk hidup yang hidup di masa sekarang.

Hipotesis praktis dari teori evolusi Darwin adalah manusia dan hewan masih satu
keturunan. Hal ini karena manusia memiliki kesamaan fungsi, anatomi, dan keragaman bentuk
fisik organ dengan hewan. Kesamaan tersebut menunjukkan bahwa manusia dan hewan berasal
dari satu nenek moyang yang sama.

Charles Darwin berpendapat bahwa manusia berasal dari kera yang berevolusi secara
bertahap selama jutaan tahun. Bukti yang mendukung teori ini adalah adanya fosil-fosil makhluk
hidup yang menunjukkan perubahan bentuk organ dari waktu ke waktu.

Fosil-fosil tersebut menunjukkan bahwa ada makhluk hidup yang memiliki ciri-ciri fisik
antara kera dan manusia. Misalnya, ada makhluk hidup yang memiliki kaki yang tegak seperti
manusia, tetapi masih memiliki rahang yang besar seperti kera.

Menurut Darwin, makhluk hidup yang memiliki ciri-ciri fisik yang lebih adaptif terhadap
lingkungannya akan lebih cenderung bertahan hidup dan bereproduksi lebih banyak. Seiring
waktu, sifat-sifat adaptif ini akan diturunkan kepada keturunannya, sehingga terjadi perubahan
bentuk fisik secara bertahap.

Namun, teori evolusi Darwin juga memiliki beberapa kelemahan. Salah satu kelemahannya
adalah tidak adanya bukti fosil yang menunjukkan proses perubahan bentuk organ secara
bertahap. Fosil-fosil yang ditemukan hanya menunjukkan bentuk fisik makhluk hidup pada masa
tertentu, tanpa menunjukkan proses perubahannya.

Selain itu, teori evolusi Darwin juga tidak dapat menjelaskan secara pasti bagaimana
proses evolusi terjadi. Teori ini hanya menjelaskan bahwa evolusi terjadi karena adanya seleksi
alam, tetapi tidak menjelaskan secara detail bagaimana seleksi alam bekerja.

Teori ini pula jelas bertentangan dengan keterangan Al-Qur’an tentang proses terciptanya
manusia yang menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang Tuhan ciptakan special dan
berbeda dengan makhluk makhluk lain. Manusia memang sudah dikaruniai akal sehat yang
sudah menjadi fitrah dan nikmat yang Tuhan berikan.

5
Manusia dalam perspektif islam dan sains

B. Potensi kehidupan manusia

Dalam Al-Qur'an, manusia disebut dengan berbagai istilah, yaitu al-insan, al-ins, al-nas, dan al-
basyar. Setiap istilah memiliki makna yang berbeda-beda.

 Al-basyar berarti manusia secara fisik, yaitu makhluk hidup yang membutuhkan makanan
dan minuman.
 Al-ins berarti manusia sebagai lawan dari jin.
 An-nas berarti manusia sebagai spesies.
 Al-insan berarti manusia yang memiliki potensi lebih, yaitu sebagai pemimpin, sebagai
makhluk yang mampu mendapat ilmu dan pengetahuan, dan sebagai makhluk yang
memiliki spiritualitas.

Perbedaan makna dari berbagai istilah tersebut menunjukkan bahwa manusia memiliki
potensi yang beragam. Potensi tersebut meliputi potensi biologis, intelektual, sosial, dan
spiritual. Tergantung pada bagaimana manusia menyikapi dan mengembangkan potensinya,
manusia dapat menjadi manusia yang berkualitas atau sebaliknya.

 Potensi biologis adalah potensi yang berkaitan dengan tubuh manusia. Potensi ini
meliputi kemampuan manusia untuk makan, minum, berkembang biak, dan
mempertahankan hidup.
 Potensi intelektual adalah potensi yang berkaitan dengan akal dan pikiran manusia.
Potensi ini meliputi kemampuan manusia untuk berpikir, belajar, dan memahami sesuatu.
 Potensi sosial adalah potensi yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan
sesamanya. Potensi ini meliputi kemampuan manusia untuk bermasyarakat, bekerja sama,
dan memimpin.
 Potensi spiritual adalah potensi yang berkaitan dengan jiwa dan ruh manusia. Potensi ini
meliputi kemampuan manusia untuk beribadah, bertakwa, dan mendekatkan diri kepada
Allah SWT.

Setiap manusia memiliki potensi yang sama, tetapi tidak semua manusia dapat
mengembangkan potensinya dengan baik. Hal ini tergantung pada faktor-faktor internal dan
eksternal, seperti bakat, minat, lingkungan, dan pendidikan.

6
Manusia dalam perspektif islam dan sains

Dalam pandangan Islam, Al-Qur’an tidak menggolongkan manusia ke dalam kelompok


hewan selama manusia mempergunakan akal dan karunia Tuhan lainnya. Namun bila manusia
tidak mempergunakan akal dan berbagai potensi pemberian Tuhan yang sangat tinggi nilainya
seperti: pemikiran, kalbu, jiwa, raga, serta panca indera secara baik dan benar, ia akan
menurunkan derajatnya sendiri menjadi hewan. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam Al-
Qur‟an, surat Al A’Raaf (7) ayat 179, berikut ini:
‫ٰۤل‬
‫َو َلَقْد َذ َر ْأَنا ِلَجَهَّنَم َك ِثْيًرا ِّم َن اْلِج ِّن َو اِاْل ْنِۖس َلُهْم ُقُلْو ٌب اَّل َيْفَقُهْو َن ِبَهۖا َو َلُهْم َاْع ُيٌن اَّل ُيْبِص ُرْو َن ِبَهۖا َو َلُهْم ٰا َذ اٌن اَّل َيْس َم ُعْو َن ِبَهۗا ُاو ِٕىَك‬
‫ٰۤل‬
‫َك اَاْلْنَع اِم َبْل ُهْم َاَض ُّل ۗ ُاو ِٕىَك ُهُم اْلٰغ ِفُلْو ن‬

Artinya: “Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin
dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-
ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-
tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat
lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai”.(Q.S.Al A’Raaf (7): 179).

Dan dijelaskan pula bagaimana Allah SWT memulikan manusia dibanding makhluk-makluk
ciptaannya yang lain. Hal ini dijelaskan dalam Q.S Al-Isra ayat 70:

‫َو َلَقْد َكَّر ْم َنا َبِنْٓي ٰا َد َم َو َح َم ْلٰن ُهْم ِفى اْلَبِّر َو اْلَبْح ِر َو َر َز ْقٰن ُهْم ِّم َن الَّطِّيٰب ِت َو َفَّض ْلٰن ُهْم َع ٰل ى َك ِثْيٍر ِّمَّم ْن َخ َلْقَنا َتْفِض ْيًل‬

Arinya: “Sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat
dan di laut. Kami anugerahkan pula kepada mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang
sempurna”. (Q.S Al-Isra (17):70).

Dengan ayat-ayat Al-Qur’an diatas dapat kita pahami bersama bahwa manusia memang
makhluk spesial yang diberi banyak kenikmatan dan karunia oleh Allah SWT. baik itu berupa
fisiknya maupun non fisik. Akal menjadi salah satu nikmat terbesar yang Allah SWT. karuniakan
kepada manusia. Dengan akal ini manusia dapat membedakan mana baik mana buruk dan dapat
memahami serta meneliti suatu fenomena yang terjadi dalam kehidupan dimuka bumi. Oleh
sebab itu, hal ini pula yang membuat Allah memberikan amanah kepada manusia sebagai
khalifah dimuka bumi ini.

7
Manusia dalam perspektif islam dan sains

Dan jangan lupakan pula dari golongan manusia ini juga Allah SWT. menciptakan
makhluk yang paling sempurna yang memang sudah Allah siapkan untuk menjadi kekasih-Nya.
Beliau lah HABIBULLAH MUHAMMAD SAW. makhluk Allah SWT. yang paling sempurna
dengan keindahan dan kemuliaan dan menjadi pemimpin besar yang menuntun manusia untuk
memaksimalkan potensi pada semua aspek.

Sedangkan, dalam pandangan sains potensi manusia adalah makhluk kompleks dan
multifaset, memiliki berbagai kemampuan dan potensi yang luas. Dari kapasitas biologis kita
untuk bertahan hidup dan bereproduksi hingga kecerdasan kita dan kemampuan beradaptasi
secara sosial, kita dianugerahi dengan berbagai potensi yang luar biasa untuk membentuk
kehidupan kita dan mempengaruhi dunia di sekitar kita. Memahami kapasitas bawaan ini, baik
biologis maupun intelektual, sangat penting untuk membuka dan menumbuhkan potensi
manusia, memungkinkan kita untuk berkembang sebagai individu, berkontribusi pada
masyarakat, dan memajukan batas-batas pengetahuan.

Potensi biologis kita mencakup kemampuan dasar yang menopang kehidupan manusia dan
memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan lingkungan fisik kita. Kemampuan ini, yang
berakar dalam sejarah evolusi kita, memberikan fondasi di mana dimensi intelektual dan sosial
kita dapat berkembang. Inti dari potensi biologis kita terletak pada kemampuan untuk menopang
diri kita sendiri melalui proses fisiologis dasar seperti pernapasan, nutrisi, dan reproduksi.
Proses-proses ini memastikan kelangsungan spesies kita, memastikan kesinambungan
keberadaan manusia lintas generasi.

Lebih dari sekadar bertahan hidup, kita memiliki kemampuan beradaptasi yang luar biasa,
kapasitas untuk berkembang di lingkungan yang beragam dan menantang. Kemampuan kita
untuk mengatur suhu tubuh, menghemat energi, dan melawan penyakit memungkinkan kita
untuk menghuni berbagai ekosistem, mulai dari Arktik yang beku hingga gurun yang terik.
Adaptabilitas ini semakin ditingkatkan oleh kemampuan indrawi kita, memungkinkan kita untuk
merasakan dan menanggapi rangsangan eksternal, menavigasi lingkungan kita, dan berinteraksi
dengan dunia di sekitar kita.

Potensi intelektual kita, mungkin fitur paling khas dari spesies kita, memberdayakan kita
untuk berpikir abstrak, memecahkan masalah secara kreatif, dan mengumpulkan pengetahuan.
Kekuatan kognitif ini berakar pada struktur otak kita yang rumit, dengan jaringan neuron dan

8
Manusia dalam perspektif islam dan sains

sinaps yang luas yang mampu memproses informasi, menghasilkan pikiran, dan membentuk
memori. Kapasitas intelektual kita terwujud dalam berbagai bentuk, termasuk:

 Pemikiran: Kemampuan untuk menganalisis informasi, menarik kesimpulan, dan


membentuk argumen logis.
 Penyelesaian masalah: Kapasitas untuk mengidentifikasi tantangan, merancang solusi,
dan menerapkan strategi untuk mengatasi rintangan.
 Pembelajaran: Kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru
melalui pengalaman, instruksi, dan pengamatan.
 Kreativitas: Kekuatan untuk menghasilkan ide-ide asli, menghasilkan ekspresi baru, dan
menemukan solusi inovatif.
 Bahasa: Kapasitas untuk berkomunikasi secara efektif menggunakan sistem simbol yang
kompleks, memungkinkan kita untuk berbagi pikiran, ide, dan emosi.

Kemampuan intelektual ini telah mendorong kemajuan manusia sepanjang sejarah,


mendorong inovasi, kemajuan teknologi, dan akumulasi pengetahuan. Kemampuan kita untuk
belajar dan beradaptasi telah memungkinkan kita untuk membentuk lingkungan kita,
mengembangkan alat dan teknologi, dan menciptakan struktur sosial yang rumit.

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, memiliki dorongan bawaan untuk
membentuk ikatan, berkolaborasi, dan bekerja sama dengan orang lain. Potensi sosial ini
terwujud dalam berbagai aspek kehidupan kita, mulai dari hubungan keluarga hingga partisipasi
kita dalam komunitas dan organisasi. Kemampuan kita untuk membentuk hubungan sosial
didasari oleh kapasitas kita untuk berempati, kemampuan untuk memahami dan berbagi perasaan
orang lain. Pemahaman empatik ini memupuk kerja sama, memungkinkan penyelesaian konflik,
dan mempromosikan kesejahteraan individu dan kelompok.

Potensi sosial kita juga mencakup kemampuan kita untuk berkomunikasi secara efektif,
berbagi informasi, bertukar ide, dan mengoordinasikan tindakan. Kapasitas komunikasi ini
penting untuk kohesi sosial, memungkinkan kita untuk membangun pemahaman bersama,
menetapkan norma dan nilai, dan mengejar tujuan bersama.

Manusia memiliki potensi yang sangat besar, berbagai kemampuan yang menunggu untuk
dibuka dan dipupuk. Dengan mengembangkan potensi biologis, intelektual, dan sosial kita, kita

9
Manusia dalam perspektif islam dan sains

dapat mencapai prestasi yang luar biasa, mengatasi tantangan, dan membentuk masa depan yang
lebih cerah untuk diri kita sendiri dan generasi yang akan datang. Tugas mengembangkan potensi
manusia terletak pada menciptakan lingkungan yang mendorong pertumbuhan individu,
mempromosikan kerja sama, dan menghargai keragaman pemikiran dan pengalaman. Pendidikan
memainkan peran penting dalam upaya ini, memberikan individu dengan alat, pengetahuan, dan
keterampilan yang diperlukan untuk mewujudkan potensi penuh mereka.

Kesimpulan
Dalam Islam, manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT sebagai khalifah
di muka bumi. Dan dalam perspektif sains pula sebenernya tidak memiliki banyak perbedaan
tentang manusia in. Kedua pandangan tersebut mengakui bahwa manusia adalah makhluk yang
unik dan kompleks, dan memiliki berbagai potensi dan kemampuan.

Sudah kita ketahui dan sadari bersama bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang
paling unik dan kompleks. Perlu kita ketahui bagaimana Allah SWT menciptakan manusia mulai
dari masih berbentuk zat lain sampai menjadi makhluk hidup sempurna yang dikaruniai fisik
sebegitu indah dan dibekali jiwa/ruh sehingga jadilah makhluk yang bahkan Allah SWT
memerintahkan makhluk ciptaan-Nya yang lain untuk sujud kepada manusia ini. Ada pula, ayat
Al-Qur`an yang secara lengkap menggambarkan proses penciptaan manusia mulai dari thin
sampai menjadi klalqan akhar (makhluk (unik) lain).

Dalam ayat ini di jelaskan bahwa manusia diciptakan dari saripati yang berasal dari thin,
kemudian dijadikannya menjadi nuthfah yang ditempatkan pada rahim, kemudian
bertransformasi menjadi `alaqoh dan bertransformasi lagi menjadi mudhghoh (segumpal daging),
lalu menjadi `idhzom (tulang belulang), kemudian tulang belulang tersebut di selimuti dengan
lahm (daging), sampai akhirnya jadilah entitas bernama manusia yang Allah sebut pada ayat itu
sebagai khalqan akhor.

Dalam perspektif sains modern ini dijelaskan pula bahwa janin mulai mengalami
perkembangan dengan berfungsinya beberapa pancra indera selayaknya yang dimiliki manusia
pada umumnya. Para peneliti menjelaskan bahwa pada saat usia kandungan sudah mencapai 120
hari/sekitar 18 minggu janin sudah dapat mendengar suara-suara dari luar.

10
Manusia dalam perspektif islam dan sains

Dengan keterangan diatas dapat kita sadari dan ketahui bahwa asal usul terciptanya
manusia yang dijelaskan Al-Qur`an dan keterangan menurut sains memiliki banyak kesamaan
dan keselarasan. Hal ini pula yang dapat membuktikan bahwa keterangan di dalam Al-Qur`an
dapat dibuktikan juga secara sains oleh manusia itu sendiri.

Referensi
Artikel Jurnal dari Jamil Abdul Aziz, POTENSI MANUSIA PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN
PSIKOLOGI BEHAVIORISME DAN HUMANISME SERTA IMPLIKASINYA DALAM
PENDIDIKAN, Institut Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ), Jakarta.
Artikel Jurnal dari Rita Oktaviani, PENCIPTAAN MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AL-
QUR’AN DAN SAINS, Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten.

Journal of Natural Science and Integration, Vol. 1, No. 1, April 2018, Hal. 78-94.

11

Anda mungkin juga menyukai