Anda di halaman 1dari 7

Nama : Didik Sukarsono

NIM : 2023011114053

A. MANUSIA DAN ALAM SEMESTA


Sesungguhnya dilihat dari sudut pandang manusia, yang ada adalah Allah dan Alam
Semesta. Allah pencipta, sedang alam yang diciptakan. Alam adalah segala sesuatu yang
dapat ditangkap oleh pancaindera, perasaan, dan pikiran, kendatipun samar-samar. Mulai
dari partikel atau zarrah yakni bagian dari benda yang sangat kecil dan berdimensi sampai
kepada jasad (tubuh) yang besar-besar, dari yang inorganik sampai pada yang organik,
dari yang paling sederhana susunan tubuhnya sampai kepada yang kompleks (rumit,
saling berhubungan) seperti tubuh manusia. Ruang dan waktu (space and time) adalah
alam. Juga manusia termasuk alam atau bagian alam semesta (Osman Raliby).
Dari satu bagian tata surya yang sama, dapat dilihat kenyataan, bagainama luar
biasanya keteraturan, karapian, keserasian dan keseimbangan yang ada pada ciptaan
Allah. Tanpa ketepatan (presisi) yang sangat cermat (akurat), mustahil bumi, sebagai
bagian tata surya dapat mendukung kehidupan dengan keseimbangan yang serasi. Sistem
alam seperti inilah secara faktual membuat para ahli ilmu falak dapat meramalkan
berbagai peristiwa alam seperti gerhana matahari dan bulan, pergantian musim, prakiraan
cuaca dan sebagainya yang sangat bertautan dengan ketentuan-ketentuan yang telah
menjadi hukum dalam sistem alam semesta (Basofi Soedimen, 1995:2-3).
Dalam lingkup yang lain, bisa pula dilihat bagaimana Sunnatullah (ketetapan atau
ketentuan-ketentuan Allah) berlaku pada benda atau makhluk lain yang sepintas lalu
dianggap tidak berguna, namun ternyata bermanfaat dan memengaruhi benda atau
makhluk lain. Lihatlah, bagaimana tumbuh-tumbuhan yang membusuk atau kotoran
hewan yang memiliki Sunnatullah pada dirinya berguna sebagai pupuk yang
menumbuhkan tanaman.
Demikian kekuasaan dan kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya yang menyebabkan
masing-masing bagian alam ini berada dalam ketentuan yang teratur rapi, hidup dalam
suatu sistem hubungan sebab akibat. Sampai ke benda yang sekecil apa pun, ketentuan
Allah ada dan berlaku, baik secara mikrokosmetik (berlaku terbatas pada benda kecil itu)
maupun skala makrokosmetik (sistem yang menyeluruh) suatu benda atau zat membentuk
Sunnatullah baru melalui jalinan hubungan yang dibentuknya (Basofi Soediman, 1995:4).
Sunnatullah atau hukum Allah yang menyebabkan alam semesta selaras, serasi, dan
seimbang dipatuhi sepenuhnya oleh partikel atau zarrah yang menjadi unsur dalam
semesta itu. Ada tiga sifat utama Sunnatullah yang di singgung dalam al-Quran yang
dapat ditemukan oleh ahli ilmu pengetahuan dalam penelitian. Ketiga sifat itu adalah (1)
pasti, (2) tetap, dan (3) objektif
Sifat Sunnatullah yang pasti, tentu itu menjamin dan memberi kemudahan kepada
manusia membuat rencana. Seseorang yang memanfaatkan. Sunnatullah dalam
merencanakan satu pekerjaan besar, tidak perlu ragu akan ketetapan
perhitungannya.karena kalau dia bekerja menurut Sunnatullah, Allah menjamin
ketentuan-letentuan yang sudah pasti itu, bisa melihat hasil pekerjaan yang dilakukannya.
Karena itu pula, keberhasilan suatu pekerjaan (usaha atau amal) dapat diperkirakan
terlebih dahulu. Jika dalam pelaksanaan suatu rencana atau pekerjaan ternyata orang itu
kurang atau tidak berhasil, dapat dipastikan perhitungannyalah yang salah bukan
kepastian atau ketentuan yang terdapat dalam Sunnatullah. Manusia yang slah membuat
suatu perhitungan atau perencanaan dengan mudah dapat menelusuri kesalahan
perhitungan dalan perencanaannya.
Pengetahuan yang diajarka Allah kepada Adam ini merupakan keunggulan komperatif
manusia dari makhluk-makhluk lainnya. Dan, untuk pelaksanaan kedudukannya sebagai
khalifah itu, manusia akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Manusia akan
ditanya apakah dalam menjalankan “amanat” yang dipercayakan kepadanya itu, ia
mengikuti dan mematuhi pola dan garis-garis besar kebijaksanaan yang diberikan
kepadanya melalui para nabi dan rosul yang termuat dalam ajaran agama.

B. MANUSIA MENURUT AGAMA ISLAM


Manusia adalah makhluk yang sanagat menarik. Oleh karena itu ia telah menjadi
sasaran studi sejak dahulu , kini dan kemudian hari. Para ahli telah mengkaji manusia
menurut bidang studinay masing – masing, tetapi sampai sekarang para ahli masih belum
mencapai kata sepakat tentang manusia. Terbukti dari banyaknya penamaan manusia ,
misalnya homo sapien ( manusia berakal ), homo economicus ( manusia ekonomi ) yang
kadang kala disebut economic animal ( binatang ekonomi ), dan sebagainya, Al- Qur’an
tidak menggolongkan manusia ke dalam kelompok binatang selama manusia
mempergunakan akalnya dan karunia Tuhan lainnya.
Manusia mempunyai kedudukan sebagai khalifah (pemegang kekuasaan Allah) di
bumi itu bertugas memakmurkan bumi dan segala isinya. Memakmurkan artinya
mensejahterakan kehidupan di dunia ini. Untuk itu manusia wajib bekerja, beramal saleh
serta menjaga keseimbangan alam dan bumi yang didiaminya , sesuai dengan tuntunan
Allah.
Di samping akal , manusia dilengkapi dengan perasaan dan kemauan atau kehendak.
Dengan akal dan kehendaknya manusia akan tunduk dan patuh kepada Allah, menjadi
muslim,tetapi dengan akal dan kehendaknya manusia juga di percaya, tidak tunduk dan
tidak patuh kepada kehendak Allah, bahkan mengingkari-Nya. Secara individual manusia
bertanggungjawab atas segala perbuatannya.
Berakhlak adalah ciri utama manusia dibandingkan dengan makhluk lain. Artinya,
manusia adalah makhluk yang diberi Allah kemampuan untuk membedakan yang baik
dengan yang buruk.
Setelah menguraikan rumusan tentang manusia di atas kini kita catat pula asal-
usulnya.Di dalam Al-Qur’an Allah menyebutkan dari apa manusia diciptakan , dari bahan
apa manusia berasal. Di tempat lain Allah menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari
lumpur (tanah) hitam yang diberi bentuk
Selain dari tanah, Al-Qur’an juga mengatakan dalam beberapa ayat-Nya menyebutkan
bahwa air (yang menjadi asal manusia ) itu adalah air hina (mani) yang terpencar dari
tulang sulbi (pinggang) dan tulang dada (QS. At Tariq (86):6-7) :
Dia diciptakan dari air yang dipancarkan.

Yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.
Dari uraian diatas dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwa manusia berasal dari
tanah dan air. Yang dimaksud adalah air mani yang berasal dari saripati makanan yang
timbul di atas tanah .Selain dari air yang berasal dari saripati tanah , komponen
pembentukan manusia adalah ruh (ciptaan) Alloh.
Dari uraian singkat mengenai asal manusia itu dapat diketahui bahwa manusia ,
menurut agama islam ,terdiri dari dua unsure yaitu unsure material dan unsure
immaterial. Unsur material adalah tubuh yang berasal dari tanah dan air. Unsur
immaterial adalah ruh yang yang berasal dari alam ghaib. Proses kejadian manusia itu
secara jelas disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’minun (23) ayat 12-14 :

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah.

Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim).

Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk
yang (berbentuk) lain. Maka maha sucilah Allah, pencipta yang paling baik. Menjadikan
bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur
Dari proses kejadian dan asal manusia menurut Al-Qur’an , Ali Syari’ati sejarawan
dan ahli sosiologi islam , mengemukakan pendapatnya berupa interpretasi tentang hakikat
penciptaan manusia . Menurut beliau ada simbolisme dalam penciptaan manusia dari
tanah dan dari ruh (ciptaan) Allah. Makna simbolisnya adalah manusia mempunyai dua
dimensi : dimensi ketuhanan,dan dimensi kerendahan atau kehinaan. Ali Syari’ati lalu
memberikan rumusan tentang filsafat manusia sebagai berikut : pertama,manusia tidak
saja sama, tetapi bersaudara. Perbedaan antara persamaan dan persaudaraan adalah jelas.
Persamaan menunjuk pada esensi yang identik dalam diri seluruh umat manusia terlepas
dari latar belakang ras, jenis kelamin, dan warna kulit. Kedua,terdapat persamaan antara
pria dan wanita , karena mereka berasal dari sumber asal yang sama yakni dari Tuhan,
kendatipun dalam beberapa aspek terdapat perbedaan-perbedaan (karena kodratnya atau
bawaan sejak lahir).Ketiga,manusia mempunyai drajat lebih tinggi dibandingkan dengan
malaikat karena pengetahuan yang di milikinya.Yang di maksud adalah pengetahuannya
tentang nama-nama.Allah telah mengajarkan nama-nama pada manusia,dan dengan
demikian manusia memberi nama pada (benda) di dunianya,menyebutkan segala sesuatu
dengan tepat.Keempat,manusia mempunyai fenomena dualistis: terdiri dari tanah dan roh
(ciptaan) Tuhan.Karena fenomena dualistis itu,manusia bebas untuk memilih.dengan
kebebasanya,manusia kemana saja, dapat memilih apa saja, tetapi harus mempertanggung
jawabkan pilihannya itu.
Manusia kalau diamati perjalanan hidupnya,tanpa kecuali,melalui beberapa tahap.
Tahap pertama manusia hidup dan berada dialam ghaib dimana alam ghaib berada tidak
ada manusia yang mengetahuinya dengan pasti.Manusia seperti telah di kemukakan diatas
berasal dari saripati tanah dan ruh (ciptaan) Tuhan.Tahap kedua kehidupan manusia sudah
dapat di ketahui dengan pasti yakni dalam kandungan manusia seorang wanita.Lamanya
pun hidup didalam rahim di perkirakan sekitar 9 bulan.Tahap ketiga lahirlah janin kea
lam dunia.Yang menarik adalah setiap bayi normal dan sehat akan menangis setelah
keluar dari nkandungan ibunya,sedangkan keluarga yang menanti kehadiranya
tertawa.Makna simbolistangis itu adalah manusia yang baru lahir ke alam dunia
“merasakan tantangan” yang akan dihadapinya berupa suka duka silih berganti dalam
kehidupan di tahap ketiga itu nanti.Dan setelah sampai waktunya ruh (ciptaan) Allah yang
merupakan hakikat manusia itu dipisahkan malaikat izrail dari tubuh manusia.Terjadilah
kematian yang pada hakikatnya adalah perpisahan ruh dengan jasad yang bersatu pada
diri manusia selama waktu tertentu.Masuklah kehidupan manusia ke tahap keempat . Di
alam ini ruh menunggu sanpai dunia kiamat (berakhir). Setelah itu semua yang pernah
hidup di dunia dibangkitkan untuk diperiksa , dihitung segala perbuatannya selama
kehidupan tahap ketiga , di suatu yempat yang disebut Padang Mahsyar (tempat
dikumpulkan seperti manusia berkumpul disuatu tempat waktu melakukan ibadah haji di
padang Arafah).Orang yang beriman dan bertakwa , mengikuti pedoman yang diberikan
Alloh dan melaksanakannya , dimasukkan ke dalam janah atau surge. Sebaliknya, jika
manusia tidak beriman dan tidak bertakwa serta tidak melakukan amal saleh selama
hidupnya di dunia dimasukkan ke dalam nar atau neraka.
Dari uraian tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk
ciptaan Allah yang terdiri dari jiwa dan raga, berwujud fisik dan ruh (ciptaan) Allah.
Sebagai makhluk ilahi hidup dan kehidupannya berjalan melalui lima tahap, masing-
masing tahap disebut “alam” yaitu : (1) di alam ghaib,(2) di alam rahim,(3) di alam dunia
,(4) di alam barzah dan (5) di alam akhirat yakni alam tahap terakhir hidup dan
kehidupan manusia.
C. AGAMA: ARTI DAN RUANG LINGKUPNYA
Agama berasal dari bahasa Sansekerta yang erat hubungannya dengan agama Hindu
dan Budha. Ada bermacam teori mengenai kata agama. Pada mulanya akar kata agama
adalah gam yang mendapat awalan a sehingga menjadi a-gam-a. Akar tersebut dapat pula
mendapat awalan i dengan akhiran yang sama, sehingga menjadi i-gam-a. Dan mendapat
awalan u dengan akhiran yang sama, sehingga menjadi u-gam-a. Dalam bahasa bali,
ketiga bahasa tersebut mempunyai makna sebagai berikut;
1. Agama artinya peraturan, tata cara, upacara hubungan manusia dengan raja.
2. Igama artinya peraturan, tata cara, upacara dalam berhubungan dengan dewa-
dewa,
3. Ugama artinya peraturan, tata cara dalam berhubungan dengan sesama manusia.
Dalam bahasa Belanda terdapat kata ga,gaan dan dalam bahasa Inggris kata go yang
artinya sama dengan gam yaitu pergi. Namun setelah mendapat awalan a pengertian
tersebut berubah menjadi jalan. Kata jalan sebagai perubahan arti pergi juga terdapat
dalam agama Shinto (Jepang), Budha menyebut undang-undang pokonya :jalan. Dalam
agama islam terdapat kata syari’at dan tariatknya artinya jalan.
Selain arti yang disebutkan di atas, menurut teori, ada beberapa arti lain yang
terkandung dalam kata agama yaitu tradisi. Yang dimaksud adalah tradisi atau kebiasaan
dalam agama Hindu dan Budha. Setelah agama islam datang ke Indonesia, masyarakat
yang berbahasa melayu mempergunakan kata agama untuk menunjukkan sistem ajaran
yang dibawa oleh islam. Sistem dan ruang lingkup ajaran agama islam berbeda dengan
sistem ajaran agama Hindu dan Budha. Ajaran agama Islam tidak berasal dari tradisi,
tetapi dari Alloh melalui wahyu-Nya yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan,
manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain dalam lingkungan
masyarakat, dan dengan lingkungan hidupnya.
Dalam bahasa aslinya agama islam disebut din, tetapi mulai timbul kerancuan
pengertian karena lambing yang biasa dipakai dalam agama Hindu dan Budha
dipergunakan untuk din al Islam yang memiliki sistem ajaran dan ruang lingkup yang
sangat berbeda dengan agama yang mendahuluinya. Kedatangan agama islam ke
Indonesia kemudian disusul oleh agama Nasrani dan timbul istilah baru yang
menunjukkan sistem dan ruang lingkup agama Nasrani. Istilah tersebut adalah religion
yang berasal dari bahasa Latin relegere mempunyai arti berpegang pada norma-norma.
Istilah religion kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi religi.
Mengandung pengertian hubungan manusia dengan Tuhan (vertikal) dan hubungan
manusia dengan manusia dalam masyarakat, termasuk dirinya sendiri dad lingkungan
hidupnya (horizontal). Kedua tata hubungan ini hablum minallah wa hablum minannas
yang merupakan komponen yang berjalan dan terjalin di dalam sistem ajaran islam.Kita
harus menghormati pemeluk agama yang sistem dan ruang lingkupnya berbeda, namun
perlu ditegaskan bahwa persamaan istilah dalam agama tidak dijadikan alasan untuk
mengatakan semua agama adalah sama.
Jadi dapat disimpulkan bahwa agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang
dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara, menyembah dan
permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut ajaran agama tersebut.
D. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN AGAMA
Dalam masyarakat sederhana banyak peristiwa yang terjadi dan berlangsung di sekitar
manusia dan di dalam diri manusia, tetapi tidak dipahami oleh mereka. Yang tidak
dipahami itu dimasukkan ke dalam kategori gaib. Karena banyak hal atau peristiwa gaib
ini menurut pendapat mereka, meraka merasakan hidup dan kehidupan penuh dengan
kegaiban. Menghadapi peristiwa gaib ini mereka merasa lemah tidak berdaya. Untuk
mengautkan diri, merela mencari perlindungan pada kekuatan yang menurut anggapan
mereka menguasai alam gaib yaitu dewa atau Tuhan. Karena itu hubungan mereka
dengan para dewa atau Tuhan menjadi akrab. Keakraban hubungan dengan dewa-dewa
atau Tuhan itu terjalin dalam berbagai segi kehidupan : social, ekonomi, kesenian,dan
sebagainya. Kepercayaan dan system hubungan manusia dengan para dewa atau Tuhan
itu membentuk agama. Manusia, karena itu, dalam masyarakat sederhana mempunyai
hubungan erat dengan agama. Gambaran ini berlaku di seluruh dunia.
Dalam masyarakat modern yaitu masyarakat yang telah maju, masayarakat yang telah
memahami peristiwa-peristiwa alam dan dirinya melalui ilmu pengetahuan,
ketergantungan kepada kekuatan yang dianggap menguasai alam gaib dalam masyarakat
sederhana menjadi berkurang bahkan di beberapa bagian dunia menjadi hilang.
Perkembangan pemikiran manusia terhadap diri dan alam sekitarnya menjadi berubah.
Timbullah berbagai teori mengenai hubungan manusia dengan diri dan alam sekitarnya.
Salah satu teori yang banyak mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya
ilmu pengetahuan social, adalah teori August Comte yang terdapat dalam bukunya yang
mashur : Course de la Philosophie (1842). Ia menyebut tiga tahap perkembangan
manusia, yaitu :
1. Tahap Teologik, yaitu tahap pemikiran manusia yang percaya kepada Tuhan,
percaya kepada ajaran agama. Dalam pemikiran teologik ini manusia belum tahu
tentang musabab kejadian di alam ini, tidak tahu mengenai hal atau peristiwa-
peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
2. Tahap Metafisik, yaitu tahap pemikiran manusia yang percaya pada ketakutan
atau hal-hal non fisik, yang tidak terlihat. Untuk keselamatan dirinya, dalam tahap
ini manusia berusaha menjinakkan kekuatan-kekuatan non fisik itu dengan sajian-
sajian. Dan apabila pengalaman serta pengetahuan manusia tumbuh dan
berkembang lebih lanjut, tahap pemikirannya pun meningkat ke tingkat yang lebih
tinggi. Pada tingkat atau tahapan nin sepei jaman modern sekarang, manusia telah
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang alam dan dirinya sendiri.
3. Tahap Positif, yaitu tahap pemikiran manusia yang masih tetap percaya pada
Tuhan dan metafisika. Di Eropa dan Amerika cenderung kembali pada Tuhan atau
ajaran agama di penghujung abad XX dan dalam abad XXI yang akan datang.
Sekuralisme yang berasal dari Inggris, menyeberang ke Eropa dan Amerika serta
menjalar ke seluruh dunia, menopang teori August Comte.
Sejarah umat manusia di barat menunjukkan kepada kita bahwa dengan
mengenyampingkan agama dan menempatkan ilmu dan akal manusia semata-mata
sebagai satu-satunya ukuran untuk menilai segala-galanya (anthropocentrisme yaitu
paham yang mejadikan manusia menjadi pusat), telah menyebabkan berbagai krisis dan
malapetaka. Dan karena pengalaman itu, kini perhatian manusia di bagian dunia itu dan di
selururh dunia kembali kepada agama. Ini disebabkan karena beberapa hal, di antaranya
adalah :
Para ilmuwan yang selama ini meninggalkan agama, kembali berpaling pada agama
sebagai pegangan hidup yang sesungguhnya. Karena harapan manusia kepada otak
manusia untuk memecahkan segala masalah yang dihadapinya pada abad-abad lalu,
ternyata tidak terwujud. Memang, sains dan teknologi telah memudahkan dan
menyenangkan kehidupan manusia, namun bersamaan dengan itu teknologi itu sendiri
telah mengancam kehidupan manusia yang membuatnya. Dengan panduan agama,
terutama agama yang berasal dari Allah SWT, teknologi dapat dikembangkan dan
diarahkan untuk tujuan-tujuan yang bermanfaat bagi kehidupan, membawa keselamatan
dan kebahagiaan umat manusia. Agama sangat perlu bagi manusia terutama bagi orang
yang berilmu, apa pun disiplim ilmunya. Sebabnya, karena dengan agama ilmunya akan
lebih bermakna.Bagi kita umat Islam, agama yang dimaksud adalah agama yang kita
peluk yaitu agama Islam.

Anda mungkin juga menyukai