Anda di halaman 1dari 4

1.

Hakikat Manusia
 Q.s Al-mu’minun : 12-14 Menyatakan “Allah telah menciptakan manusia dari saripati yang
berasal tanah kemudian kami jadikan saripati itu disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian kami jadikan segumpal darah lalu segumpal darah itu kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk
yang berbentuk lain. Maka maha sucilah Allah pencipta yang paling baik”. Ayat ini
menggambarkan mengenai bagaimana proses yang dijalani manusia sejak diciptakan dari
setetes air mani hingga menjadi makhluk yang berbentuk lain (Manusia).Manusia adalah
makhluk Allah yang bersifat lahir (Syahadah) dan Ghaib ( Non Fisik).
 Q.s As- Sajdah : 7 menyatakan “yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-
baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah”.
 Q.s At-Tin : 4 dijelaskan “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya”.
 Q.s Asy-Syam : 8 “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketaqwaan”. Allah telah menjelaskan kepadanya kebaikan dan keburukan. Bahwa manusia
sebagai hamba Allah diberikan kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk.
 Q.s Faathir : 11 “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani, kemudian
Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang
perempuan pun mengandung dan tidak pula melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-
Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula
dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam kitab (Lauhul makhfudz).
Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah”.
 Q.s Adz-Dzaariyaat : 56 “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku”.
Jadi hubungan surah-surah diatas dengan Q.s Adz-Dzaariyaat adalah menceritakan mengenai
bagaimana proses penciptaan manusia yang diciptakan oleh Allah SWT bahwasanya kita
Manusia diciptakan oleh Allah dari sebaik-baiknya makhluk untuk beribadah dengan ikhlas
kepada Allah untuk mendapatkan ridhaNya serta hanya menyembah kepada Allah.
2. Tanggung jawab manusia sebagai khalifah dimuka bumi berkaitan dengan diberikannya akal yang
mampu melahirkan ilmu pengetahuan. Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang
mempunyai akal dan pikiran. Khalifah berarti pengganti, penguasa, pengelola atau pemakmur.
Selaku khalifah, manusia tidak boleh mengabaikan keserasian hidupnya berdampingan dengan
alam semesta sebagai ekosistem. Semua ini dimaksudkan agar manusia saling berhubungan satu
sama lain dalam mengelola, memanfaatkan alam dengan sebaik-baiknya. Dengan akal pikiran
tersebut manusia mampu melahirkan berbagai anggapan dan ilmu pengetahuan untuk
mengelola alam tersebut. Dengan demikian kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara
manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam sesuai dengan petunjuk-petunjuk Ilahi
yang tertera dalam wahyu-wahyu-Nya. Semua itu harus ditemukan kandungannya oleh manusia
sambil memperhatikan perkembangan dan situasi lingkungannya.
3. 4 macam Hak yang diberikan kepada manusia
 Hak Tuhan
Pertama, yang penting ialah mengimani dan tidak menyekutukanNya
Kedua kita harus menerima petunjukNya
Ketiga kita harus menaatiNya yang dinyatakan dengan ketundukkan pada hukumNya
Keempat kita harus menyembahNya sebagai mana dijelaskan dalam Q.s Adz-Dzaariyaat : 56
 Hak terhadap diri sendiri
Ialah hak pribadi seseorang yang meliputi hak jasmani dan rohani. Hak jasmani ialah suatu
kebutuhan dari jasmani seperti makan dan minum. Hak rohani ialah suatu kebutuhan rohani
seperti perasaan aman dan ketenangan batin.
 Hak Orang Lain
Adalah hak untuk memenuhi kebutuhan pribadi tanpa mengganggu hak orang lain. Hak
terhadap orang lain dapat terlihat dalam bentuk adanya larangan mencuri, menyogok,
menipu, riba, dan merugikan orang lain.
 Hak atas harta
adalah hak untuk memelihara dan memanfaatkan harta yang diberikan Allah sesuai dengan
ketentuanNya.
4. Status dan peran manusia berdasarkan tinjauan sosiologis dan psikologis.
Secara sosiologis manusia adalah merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan
selalu membutuhkan manusia lainnya serta membentuk kelompok .Pembentukan sikap tidak
hanya terbentuk dari dirinya sendiri akan tetapi di pengaruhi oleh lingkungan tempat dia berada.
Karena hal itulah, maka manusia mempunyai status dan peran. Disatu sisi manusia sebagai
pemimpin dan disisi lain ia sebagai anggota masyarakat. Disatu segi ia menjadi subjek, sisi lain
manusia bisa menjadi objek. Sedangkan secara psikologis, status dan peran manusia yakni dapat
mengacu pada perilaku manusia merupakan perwujudan dari dorongan dalam diri manusia.
Perilaku manusia yang muncul baik untuk individunya sendiri maupun terhadap kelompok
merupakan cerminan kebutuhan manusia itu sendiri. Sebagai makhluk yang berpikir, manusia
mempunyai jati diri atau kepribadian. Memiliki keinginan dan kecenderungan. Dari keinginan dan
kecenderungannya ia terbebani dengan tanggung jawab terhadap dirinya, keluarga dan
masyarakat.
Kesimpulan:
Jadi kesimpulannya, status dan peran manusia tidak dapat dilepaskan hakikat manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri, dimana bentukan
kepribadian, mental dan perilaku tidak hanya terbentuk dengan sendirinya tetapi juga
dipengaruhi oleh lingkungan dan masyarakat sekitar.
5. Peranan Akal bagi manusia menurut Al-Qur’an
Dalam diri manusia terdapat sesuatu yang tidak ternilai harganya sebagai anugerah Tuhan yang
tidak diberikan kepada makhluk lainnya yaitu akal. Akal itu dapat digunakan untuk berpikir dan
memperhatiakan. Pertama, untuk Memahami. Salah satu fungsi akal yang pertama adalah untuk
memahami ayat al-Qur’an. Seperti ayat-ayat kauniyah, sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera
yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan
dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia
sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi
kaum yang memikirkan.” (Q.S al-Baqarah: 164).

Kedua, untuk Mengambil Hikmah dan Pelajaran. Fungsi akal yang kedua adalah untuk mengambil
sebuah pelajaran dari suatu kejadian yang terdapat dalam al-Qur’an. Seperti mengambil
pelajaran dari para penghuni neraka, sebagaimana firman-Nya:
“Dan mereka berkata: “Sekiranya Kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya
tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”. (Q.S al-Mulk: 10)

Ketiga, untuk Menjaga Diri dan Mencegah dari Perbuatan Tercela. Fungsi akal yang ketiga adalah
untuk menjaga diri serta mencegah dari perbuatan tercela. Seperti menjaga diri dari sesuatu
yang haram , sebagaimana firman-Nya :
“Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang
ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan
memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-
perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah
kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu
(sebab) yang benar”. demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).”
(Q.S al-An’am: 151).

Anda mungkin juga menyukai