Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERAN MANUSIA DI BUMI


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Materi PAI SMA

Dosen Pengampu : Dr. H. Zaenal Arifin AR, S. Ag., M. Pd. I

Disusun Oleh: Kelompok / PAI 5D

1. Rizky Ananda 1710631110127


2. Siti Maryani 1710631110141
3. Widyana Restu Tsaniyah 1710631110153
4. Zulkifli Nurrahman 1710361110159

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang selalu
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah ini dengan baik. Solawat dan salam selalu terlimpah curahkan kepada
junjungan kita Nabi tercinta, tauladan yang baik bagi manusia, Nabi besar Muhammad
SAW., yang telah membawa peradaban manusia ke peradaban yang sempurna, semoga
terlimpahkan juga kepada keluarganya, saudaranya, para sahabatnya, tabi’in, dan juga
kepada kita semua selaku umatnya. Aamiin…

Tujuan kami membuat makalah yang berjudul Peran manusia di bumi adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Materi PAI SMA.
Tak lupa saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Dr. H. Zaenal Arifin
AR, S. Ag., M. Pd. I. selaku dosen Pengampu Mata kuliah Ibadah yang telah membimbing
kami.

Karena kami masih dalam proses belajar, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk tugas kami selanjutnya.

Karawang, 17 september 2019


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang diciptakan dengan segala kelebihan
dibandingkan dengan makhluk lain, secara fisik maupun spirit, jasmani maupun ruhani.
Dari seg
Lahiriah ia mempunyai postur tubuh yang tegak dan anggota badan yang berfungsi
ganda. Dari segi ruhani, ia mempunyai akal untuk berpikir sekaligus nasfu untuk merasa.
Manusia diberi petunjuk (hidayah) oleh Allah SWT. berupa petunjuk
indera(hidayah al-hawas), intuisi (wujudan), akal (aql’), dan agama (din).
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Manusia?
2. Apa fungsi dan tujuan hidup Manusia?
3. Apa peranan Manusia?
4. Apa saja sisi Positif dan Negatif Manusia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Manusia
2. Untuk mengetahui apa fungsi dan tujuan Manusia
3. Untuk mengetahui peranan Manusia
4. Untuk mengetahui sisi Positif dan Negatif Manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Manusia
Islam sangat menganjurkan sekali umatnya agar mau mengenali dan memahami
keberadaan dirinya. Dengan pengenalan dan pemahaman atas keberadaan dirinya akan
menjadi modal dasar dalam mengantar manusia membangun jati dirinya sesuai konsep
uang dikehendaki penciptanya dan yang pasti sesuai dengan kebutuhan hidup manusia.
Ada beberapa ulasan tentang manusia berdasarkan studi yang telah dikemukakan oleh
para ahli.
1. D.C, Mulder
Manusia adalah makhluk yang berakal, akal yang menjadi pembeda pokok antara
manusia dengan binatang, akal pula yang menjadi dasar dari segala kebudayaan.
2. Adinegoro
Manusia adalah alam kecil sebagian dari alam yang ada di atas bumi, sebagaian dari
makhluk yang bernyawa, sebagian dari bangsa anthropomorphic, binatang menyusui,
yang mengetahui dan menguasai kekuatan-kekuatan alam, diluar maupun di dalam
dirinya.
3. Abbas Mahmud Al-Aqqad
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah Swt. yang bertanggung jawab, yang
diciptakan dengan sifat-sifat ketuhanan.

Manusia menurut pandangan Al-Qur’an

Manusia sering menadapat pujian dari Tuhan, seperti pernyataan Al-Qur’an yang
menyebutkan bahwa manusia tercipta dalam bentuk dan keadaan yang sebaik-
baiknya.

Al-Qur’an menjelaskan bahawa manusia terdiri atas dua unsur pokok, yaitu
gumpalan tanah dan embusan roh. Ia adalah kesatuan dari kedua unsur tersebut yang
tidak dapat dipisahkan. Jika dipisahkan, ia bukan manusia lagi sebagaimana air yang
merupakan perpaduan antara oksigen dan hydrogen yang bila salah satu di antaranya
terpisah ia bukan air lagi. Manusia menurut pandangan Al-Qur’an memenuhi
kebutuhan hidupnya, yang bersumber dari gumpalan tanah tersebut, memenuhinya
ala manusia, bukan ala binatang.

Pada ayat lain, dijelaskan bahwa sebelum diciptakannya manusia Tuhan telah
menyampaikan rencana penciptaan ini kepada malaikat, yaitu agar makhluk ini
menjadi khalifah (penguasa atau wakil) Tuhan dibumi, sebagaimana disebutkan surat
Al-Baqorah ayat 30. Dari sini, jelas pula bahwa hakikat wujud manusia dalam
kehidupan ini adalah melaksankan tugas kekhalifahannya, membangun dan
mengelola dunia ini sesuai dengan kehendak ilahi. Oleh karna itu, ditetapkanlah
tujuan hidupnya, yakni mengabdi kepada Allah.

“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat 51:56)

Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk termulia dibandingkan dengan


makhluk lainnya, dijelaskan dalam Al-Qur’an :

“ Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak adam, kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah kami ciptakan.” (Q.S. al-isra’ :70)

B. Fungi dan tujuan manusia


Islam memberikan garis dasar yang jelas tentang maksud penciptaan manusia. Di
dunia ini, manusia mengemban fungsi dan tugas hidup. Kata fungsi dapat diartikan
jabatan, kedudukan dan status. Dalam fungsi terkait pula makna tugas, kewajiban, juga
hak. Manusia dilahirkan ke dunia menyandang tugas dan kewajiban yang berat dalam
fungsinya yang ganda, yaitu sebagai khalifah dan hamba Allah Swt.
1. Manusia sebagai khalifah
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat , ‘Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’…” (Q.S. Al-Baqarah 2:30).
Khalifah berarti pengganti, penguasa, pengelola, atau pemakmur (M. Quraish shihab,
1982:25). Fungsi keberadaan manusia di dunia adalah untuk melaksankan tugas
kekhalifahan, yaitu membangun dan mengolah segala potensi alam sesuai dengan
kehendak Allah Swt. untuk menyesuaikan tugas tersebut, Allah Swt. melengkapi
manusia dengan berbagai keistimewaan. Pertama, kemampuan untuk mengetahui
sifat, fungsi dan kegunaan segala macam benda. Kedua, pengalaman selama di surge,
baik pengalaman manis maupun pahit. Ketiga, Allah Swt. telah memudahkan alam
semesta untuk diolah oleh manusia. Dalam hal ini perlu digarisbawahi, bahwa
kemudahan itu berasal dari-Nya. Keempat, beberapa saat setelah manusia tiba di
bumi, Allah Swt. memberikan petunjuk-petunjuk (agama islam).
2. Manusia sebagai Hamba Allah Swt
Sebagai hamba Allah Swt. manusia harus pandai menenpatkan dirinya sebagai
pengabdi dengan sungguh-sungguh dan ikhlas. Al-Qur’an mengajarkan bahwa fungsi
menusia sebagai khalifah dan sebagai hamba Allah Swt. harus dilaksanakan secara
stimulant, sehingga keselamatan orang lain dipentingkan, sementara keselamatan diri
sendiri pun tetap terjaga. Ibadah merupakan bentuk pernyataan kerendahan diri,
berupa pengabdian yang hanya diperuntukan bagi Allah Swt. semata (Q.S. Yusuf. 12:
40), baik ibadah yang bersifat spontanitas maupun yang didasarkan atas perintah-Nya.
Menurut pandangan Jafar as-Shadiq, ibadah sebagai bentuk pengabdian kepada
Allah Swt. baru dapat terwujud bila seseorang mampu memenuhi tiga hal. Pertama,
menyadari sepenuhnya bahwa apa yang dimilikinya termasuk dirinya sendiri adalah
mikik Allah Swt. dan berada dibawah kekuasaan-Nya, zat tempat seorang hamba
mengabdi. Kedua, menjadikan segala bentuk sikap dan aktivitasnya senantiasa
mengarah pada usaha untuk memnuhi perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-
Nya. Ketiga, dalam mengambil suatu keputusan senantiasa mengaitkannya dengan
restu dan izin Allah Swt. (M. Quraish Shihab, 1972; 51-52).
C. Tujuan hidup manusia
Dunia adalah ladang tempat bertanam, hasil yang dinikmatinya di dunia adalah
sebagian kecil dari hasil yang sesungguhnya akan diperoleh. Bagian terbesar justru akan
dinikmati kelak di akhirat. Allah Swt. pengatur seluruh alam beserta isinya. Manusia
sebagai hamba-Nya wajib menyerahkan diri kepada-Nya dan rela untuk diatur oleh-Nya.
Oleh karnanya, setiap usaha yang dilakukan dalam kehidupan dunia ini haruslah
senantiasa disesuaikan dengan hukum dan ketentuan-ketentian yang telah digariskan oleh
syariat islam.
Islam memandang bahwa kehidupan bukan hanya duniawi saja, tetapi berkelanjutan
sampai alam akhirat. Hidup didunia merupakan masa bakti dan kehidupan akhirat erat
sekali hubungannya dengan kualitas hidup di dunia. Apa yang dipetik di akhirat adalah
tanaman di dunia; amal baik akan berbalas baik demikian pula amal buruk akan berbalas
buruk.
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya; dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al-Zalzalah 99:7-8)
Dengan demikian, tujuan akhir dari kehidupan manusia adalah mencapai ridha Allah
Swt. surge adalah sebaik-baiknya kediaman di akhirat. Akan tetapi surge hanya
diperuntukan bagi orang-orang yang mendapatkan ridha-Nya. Oleh sebab itu, tetaplah
bila sebagai tujuan akhir hidupnya seorang muslim semata-mata menuntut ridha Allah
Swt. yang direalisasikan dalam bentuk perjuangan menjalankan tugas dan fungsi
gandanya, yakni sebagai khalifah dan sebagai hamba Allah Swt.
D. Tugas dan Peranan Manusia Dimuka Bumi
Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua
peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat.
Pertama, memakmurkan bumi (al ‘imarah). Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya
perusakan yang datang dari pihak manapun (ar ri’ayah).
1. Memakmurkan Bumi
Manusia mempunyai kewajiban kolektif yang dibebankan Allah SWT. Manusia harus
mengeksplorasi kekayaan bumi bagi kemanfaatan seluas-luasnya umat manusia. Maka
sepatutnyalah hasil eksplorasi itu dapat dinikmati secara adil dan merata, dengan tetap
menjaga kekayaan agar tidak punah. Sehingga generasi selanjutnya dapat melanjutkan
eksplorasi itu.
2. Memelihara Bumi
Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusianya
sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu
merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya
manusia yang rusak akan sangata potensial merusak alam. Oleh karena itu, hal semacam
itu perlu dihindari.
Allah menciptakan alam semesta ini tidak sia-sia. Penciptaan manusia mempunyai tujuan
yang jelas, yakni dijadikan sebagai khalifah atau penguasa (pengatur) bumi. Maksudnya,
Manusia diciptakan oleh Allah agar memakmurkan kehidupan di bumi sesuai dengan
petunjukNya. Petunjuk yang dimaksud adalah agama (Islam).
Mengapa Allah memerintahkan umat nabi Muhammad SAW untuk memelihara bumi
dari kerusakan?, karena sesungguhnya manusia lebih banyak yang membangkang
dibanding yang benar-benar berbuat shaleh sehingga manusia akan cenderung untuk
berbuat kerusakan, hal ini sudah terjadi pada masa nabi – nabi sebelum nabi Muhammad
SAW dimana umat para nabi tersebut lebih senang berbuat kerusakan dari pada berbuat
kebaikan, misalnya saja kaum bani Israil, seperti yang Allah sebutkan dalam firmannya
dalam surat Al Isra ayat 4 yang berbunyi :Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”
Artinya : dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu:
“Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti
kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar“. (QS Al Isra : 4)
Sebagai seorang muslim dan hamba Allah yang taat tentu kita akan menjalankan fungsi
sebagai khalifah dimuka bumi dengan tidak melakukan pengrusakan terhadap Alam yang
diciptakan oleh Allah SWT karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.
Manusia dengan makhluk Allah lainnya sangat berbeda, apalagi manusia
memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk yang lain, salah satunya
manusia diciptakan dengan sebaik-baik bentuk penciptaan, namun kemuliaan manusia
bukan terletak pada penciptaannya yang baik, tetapi tergantung pada apakah dia bisa
menjalankan tugas dan peran yang telah digariskan Allah atau tidak, bila tidak, maka ia
akan dimasukkan ke dalam neraka dengan segala kesengsaraannya.
Allah SWT berfirman yang artinya, "Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat
yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal shaleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya." (95: 4 -- 6). Paling
kurang ada tiga tugas dan peran yang harus dimainkan oleh manusia dan sebagai seorang
muslim, kita bukan hanya harus mengetahuinya, tetapi menjalankannya dalam kehidupan
ini agar kehidupan umat manusia bisa berjalan dengan baik dan menyenangkan.
Beribadah kepada Allah SWT merupakan tugas pokok,
Agar segala yang kita lakukan bisa dikategorikan ke dalam ibadah kepada Allah SWT,
paling tidak ada tiga kriteria yang harus kita penuhi.
Pertama, lakukan segala sesuatu dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT.
Keikhlasan merupakan salah satu kunci bagi diterimanya suatu amal oleh Allah SWT dan
ini akan berdampak sangat positif bagi manusia yang melaksanakan suatu amal, karena
meskipun apa yang harus dilaksanakannya itu berat, ia tidak merasakannya sebagai
sesuatu yang berat, apalagi amal yang memang sudah ringan. Sebaliknya, tanpa
keikhlasan, amal yang ringan sekalipun akan terasa menjadi berat, apalagi amal yang
jelas-jelas berat untuk dilaksanakan, tentu akan menjadi amal yang terasa sangat berat
untuk mengamalkannya.
Kedua, lakukan segala sesuatu dengan cara yang benar, bukan membenarkan
segala cara, sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah SWT dan dicontohkan oleh
Rasul-Nya. Manakala seorang muslim telah menjalankan segala sesuatu sesuai dengan
ketentuan Allah SWT, maka tidak ada penyimpangan-penyimpangan dalam kehidupan
ini yang membuat perjalanan hidup manusia menjadi sesuatu yang menyenangkan.
Ketiga, adalah lakukan segala sesuatu dengan tujuan mengharap ridha Allah SWT dan ini
akan membuat manusia hanya punya satu kepentingan, yakni ridha-Nya. Bila ini yang
terjadi, maka upaya menegakkan kebaikan dan kebenaran tidak akan menghadapi
kesulitan, terutama kesulitan dari dalam diri para penegaknya, hal ini karena hambatan-
hambatan itu seringkali terjadi karena manusia memiliki kepentingan-kepentingan lain
yang justru bertentangan dengan ridha Allah SWT.
E. Sisi Positive dan Negative Manusia
a. Sisi Positive

1. Manusia adalah wakil (khalifah) Allah SWT dimuka bumi. Ketika Allah SWT hendak
menciptakan manusia, Allah SWT memberitahu malaikat-Nya perihal maksud-Nya
“mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) dimuka bumi orang yang akan membuat
kerusakan dan menumpahkan darah padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
engkau dan menyucikan engkau? Tuhan berfirman: “sesungguhnya aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui” (QS. Al-baqarah:30)
Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa dimuka bumi, dan dia meninggikan
sebagaian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa
yang diberikan-Nya kepadam (Qs. Al-An’am:165)
2. Diantara seluruh ciptaan, manusia memiliki kemampuan yang paling tinggi untuk
mendapatkan pengetahuan atau ilmu.
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman : "Sebutkanlah kepada-Ku nama
benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" Mereka menjawab :
"Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana." Allah berfirman : "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama
benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah
berfirman : "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku
mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa
yang kamu sembunyikan?" (QS. Al-Baqarah:31-33)
3. Fitrah manusia itu sedemikian rupa sehingga secara intuisi manusia tahu bahwa hanya
ada satu Allah SWT. Kalau manusia tidak percaya dan ragu, maka hal itu abnormal dan
merupakan penyimpangan dari fitrahnya.
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari keturunan anak-anak adam dari sulbi
(tulang rusuk) mereka dan Allah mengambil kesaksian kepada jiwa mereka ( seraya
berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu ? mereka menjawab,”Betul (Engkau Tuhan
kami), kami menjadi saksi”. (QS. Al A’raf : 172)”
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.” (QS. Ar-Rum:30)
4. Selain unsur-unsur material yang ada dalam materi non-organis, tumbuhan dan binatang,
dalam fitrah manusia ada satu unsur ilahiah dan malaikat juga.
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai
penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air
yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke
dalam (tubuh)wya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (QS. As-Sajdah:7-9)
5. Penciptaan manusia dilakukan dengan perhitungan yang matang, bukan kebetulan.
Manusia adalah makhluk pilihan.
“Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya
petunjuk.” (QS. Thaha:122)
Kepribadian manusia itu independen dan merdeka. Manusia adalah khalifah yang
diangkat Allah SWT dan memiliki misi serta tanggung jawab. Manusia dituntut untuk
memperbaiki bumi dengan dengan upaya dan prakarsanya, dan dituntut untuk memilih
kesejahteraan atau kesengsaraan. Al-Qur’an memfirmankan:
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-
gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
amat zalim dan amat bodoh,” (QS. Al-Ahzab:72)
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang
Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia
mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada
yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (QS. Al-Insan:2-3)
6. Manusia memiliki martabat dan kemuliaan. Allah SWT telah menjadikan manusia unggul
atas banyak makhluk-Nya. Manusia baru dapat merasakan bagaimana sesungguhnya
dirinya itu kalau mewujudkan martabat dan kemuliaannya serta memandang dirinya tak
pantas diperbudak dan tak layak berbuat buruk
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.” (QS. Al-Isra:70)
7. Manusia mendapat anugrah berupa cita rasa wawasan moral. Manusia tau mana yang
baik dan mana yang buruk dengan menggunakan ilham alamiah
“dan jiwa serta penyempurnaannya (penciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada
jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya” (QS.Asy-Syams: 7-8)
8. Manusia tidak akan pernah cukup, tenang atau puas dengan apapun kecuali kalau dia
mengingat Allah SWT. Hasratnya tak ada ujungnya. Manusia cepat jenuh dengan apapun
yang didapatnya. Hanya dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT sajalah manusia
baru dapat menentramkan atau memuaskan dirinya
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-
Rad:28)
“Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju
Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.” (QS. Al-Insyiqaq:6)
9. Segala yang baik dimuka bumi ini telah diciptakan untuk manusia
“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu...” (QS. Al-
baqarah:29)
“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi
semuanya...” (QS. Al-Jatsiyah:13)
Karena itu manusia mempunyai hak untuk memanfaatkannya secara halal
10. Manusia telah diciptakan untuk beribadah kepada Tuhannya saja dan untuk menerima
perintah daei-Nya, karena itu manusia berkewajiban menaati perintah-Nya
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat:56)
11. Manusia tak mungkin ingat siapa dirinya, kecuali kalau dia beribadah dan ingat kepada
Tuhannya. Jika dia lupa Tuhannya berarti dia lupa siapa dirinya dan berarti dia tidak tahu
siapa dirinya, untuk apa dirinya diciptakan, apa kewajiban dan hendak kemana dia.
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan
mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik” (QS.
AlHasyr:19)
12. Ketika manusia meninggal dunia dan saat itu tirai jasmani yang menutupi roh atau
jiwanya tersingkapkan, maka dia akan melihat dengan jelas banyak realitas yang
sekarang ini gaib.
“...maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka
penglihatanmu pada hari itu amat tajam.” (QS. Qaf:22)
13. Bukan keuntungan materi saja yang di upayakan untuk dicapai manusia. Memenuhi
kebutuhan hidup akan materi bukanlah satu-satunya motivasi manusia. Manusia sering
melakukan sesuatu untuk tujuan-tujuan yang lebih tinggi. Mungkin saja semua upayanya
hanyalah untuk mendapatkan ridho Penciptanya. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:
Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya. (QS. Al-Fajr 27-28)
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin lelaki maupun perempuan (akan
mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sunga, kekal mereka di dalamnya,
dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah
lebih besar. Itulah keberuntungan yang besar (QS At-Taubah: 72).
b. Sisi Negatif
Pada saat yang sama Al-Qur'an sangat mencela dan mengecam manusia. Allah berfirman
dalam Al-qur'an:
- Sesungguhnya manusia itu amat zalim lagi amat bodoh (QS Al-Ahzab: 72)
- Sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat menginginkan nikmat (QS Al-Hajj:
66)
- Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas karena dia melihat dirinya serba cukup
(QS Al-Alaq: 6-7)
- Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa (QS Al-Isra: 11)
- Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring,
duduk atau berdiri. Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia (Kembali) melalui
(jalannya yang sesat) seakan-akan dia pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan)
bahaya yang telah menimpanya (QS Yunus:12)
- Dan adalah manusia itu sangat kikir (QS Al-Isra: 100)
- Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah (QS Al-Kahfi: 54)
-Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila dia ditimpa
kesusahan, dia berkeluh kesah. Dan apabila dia mendapat kebaikan, dia amat kikir (QS Al-
Ma'arij: 19-21)

Anda mungkin juga menyukai