Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KONSEP MANUSIA SEBAGAI KHALIFATULLAH FIL-ARDH

INSTITU AGAMA ISLAM NEGRI KENDARI

DISUSUN OLEH:

NAMA : RAHMAH SAHPUTRI


(2021050102053)
NUR AYU IZZATI (2021050102049)
REYGA RIZQULLAH (2021050102073)
KELOMPOK : 3 (TIGA)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia diciptakan untuk menjadi Khalifah fil Ard (Pemimpin dimuka bumi ini). Oleh karenanya,
sudah selayaknya manusia memperbagus amal kebajikan dan berusaha menjadi yang terbaik serta
bermanfaat bagi orang lain. Hal tersebut disampaikan KH. Mudjadi, BA dalam Tausyiah Subuh yang
dilaksanakan setiap bakda Shalat Subuh pada Ahad, 12 Agustus 2012. Mudjadi menambahkan bahwa
dalam menjadi khalifah tentu banyak ujian di alam dunia ini. Keberhasilan dalam menghadapi ujian
tentu tergantung dari pribadi masing-masing. Apabila berhasil melalui ujian tentu Allah SWT janjikan
di Jannah-Nya. Diangkat derajatnya setelah mengarungi ujian dari Sang Empunya Hidup.

Layaknya barang terbaik, tentunya si empunya barang akan menempatkannya di tempat yang
baik, rumah yang meewah dan bagus, dan tentu akan diteempatkan di ruangan bagian depan.
Sebagai manusia, hamba Sang Khalik, tentu perintah Allah SWT harus kita laksanakan. Dan teentu
tak luput dari ujian dari Allah SWT. Bagi orang yang bersungguh-sungguh pastilah dunia ini tidak
akan menyusahkan atau akan mengatakan bahwa dunia itu sempit. Mereka berusaha seoptimal
mungkin menggapai ridho-Nya, menyadari bahwa dunia adalah tempat berperih, tempat berjuang
dan tempat yang tidak mengenakkan (sebentar). Ada tempat kesempurnaan yang telah Sang Maha
Janjikan.

Mereka itulah hamba Allah SWT yang mengikhlaskan diri akan hidupnya yang sebentar ini untuk
mengabdikan diri kepada Allah SWT dengan beribadah dan selalu berusaha dalam jalan kebaikan.
Semoga kita semua digolongkan kedalam hamba-hamba Allah SWT yang dijanjikan surga-Nya.
Aamiin.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana manusia sebagai khalifah fil ardh
2. Menjelaskan apa tugas khalifah fil ardh
3. Bagaimana syarat-syarat mejadi khalifah fil ardh
4. Menjelaskan hadist tentang khalifah fil ardh
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manusia Sebagai Khalifah

ALLAH SWT menciptakan alam semesta dan menentukan fungsi-fungsi dari setiap elemen alam
ini. Mata hari punya fungsi, bumi punya fungsi, udara punya fungsi, begitulah seterusnya; bintang-
bintang, awan, api, air, tumbuh-tumbuhan dan seterusnya hingga makhluk yang paling kecil masing-
masing memiliki fungsi dalam kehidupan. Pertanyaan kita adalah apa sebenarnya fungsi manusia
dalam pentas kehidupan ini? Apakah sama fungsinya dengan hewan dan tumbuh-tumbuhan? atau
mempunyai fungsi yang lebih istimewa ?

Bagi seorang atheis, manusia tak lebih dari fenomena alam seperti makhluk yang lain. Oleh
karena itu, manusia menurut mereka hadir di muka bumi secara alamiah dan akan hilang secara
alamiah. Apa yang dialami manusia, seperti peperangan dan bencana alam yang menyebabkan
banyak orang mati, adalah tak lebih sebagai peristiwa alam yang tidak perlu diambil pelajaran atau
dihubungkan dengan kejahatan dan dosa, karena dibalik kehidupan ini tidak ada apa-apa, tidak ada
Tuhan yang mengatur, tidak ada sorga atau neraka, seluruh kehidupan adalah peristiwa alam. Bagi
orang atheis fungsi manusia tak berbeda dengan fungsi hewan atau tumbuh-tumbuhan, yaitu
sebagai bagian dari alam.

Bagi orang yang menganut faham sekuler, manusia adalah pemilik alam yang boleh
mengunakannya sesuai dengan keperluan. Manusia berhak mengatur tata kehidupan di dunia ini
sesuai dengan apa yang dipandang perlu, dipandang baik dan masuk akal karena manusia memiliki
akal yang bisa mengatur diri sendiri dan memutuskan apa yang dipandang perlu. Mungkin dunia dan
manusia diciptakan oleh Tuhan, tetapi kehidupan dunia adalah urusan manusia, yang tidak perlu
dicampuri oleh agama. Agama adalah urusan individu setiap orang yang tidak perlu dicampuri oleh
orang lain apa lagi oleh negara.

Agama Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat, yaitu sebagai hamba Allah
(`abdullah) dan sebagai wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi. Sebagai hamba Allah, manusia
adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan. Oleh karena itu, tugasnya hanya menyembah kepada-Nya
dan berpasrah diri kepada-Nya. Tetapi sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar,
karena Allah Maha Besar maka manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi memiliki tanggung jawab
dan otoritas yang sangat besar.

Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan
umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan untuk manusia. Sebagai wakil Tuhan
manusia juga diberi otoritas ketuhanan; menyebarkan rahmat Tuhan, menegakkan kebenaran,
membasmi kebatilan, menegakkan keadilan, dan bahkan diberi otoritas untuk menghukum mati
manusia. Sebagai hamba manusia adalah kecil, tetapi sebagai khalifah Allah, manusia memiliki fungsi
yang sangat besar dalam menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu,
manusia dilengkapi Tuhan dengan kelengkapan psikologis yang sangat sempurna, akal, hati, syahwat
dan hawa nafsu, yang kesemuanya sangat memadai bagi manusia untuk menjadi makhluk yang
sangat terhormat dan mulia, disamping juga sangat potensil untuk terjerumus hingga pada posisi
lebih rendah dibanding binatang.
B. Tugas Khalifah

Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan
umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan untuk manusia. Sebagai wakil Tuhan
manusia juga diberi otoritas ketuhanan; menyebarkan rahmat Tuhan, menegakkan kebenaran,
membasmi kebatilan, menegakkan keadilan, dan bahkan diberi otoritas untuk menghukum mati
manusia. Sebagai hamba manusia adalah kecil, tetapi sebagai khalifah Allah, manusia memiliki fungsi
yang sangat besar dalam menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu,
manusia dilengkapi Tuhan dengan kelengkapan psikologis yang sangat sempurna, akal, hati, syahwat
dan hawa nafsu, yang kesemuanya sangat memadai bagi manusia untuk menjadi makhluk yang
sangat terhormat dan mulia, disamping juga sangat potensil untuk terjerumus hingga pada posisi
lebih rendah dibanding binatang.

Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Alquran terhadap lingkungan bersumber dari fungi
manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan
sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan,
serta pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Dalam pandangan akhlak
Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum
mekar, karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan
penciptaannya.

Secara umum tugas khalifah adalah;

1. Tamkin dinillah (meneggakan agama Allah yang telah di ridhai-Nya dengan menjadikan
system hidup dan perundang-undangan dalam semua aspek kehidupan.
2. Menciptakan keamanan bagi umat Islam dalam menjalankan agama
Islam dari ancaman orang-orang kafir, baik yang berada dalam negeri
Islam maupun yang di luar negeri Islam
3. Menegakan system ibadah dan menjauhi perbuatan syirik.
4. Menerapkan undang-undang yang ada dalam Al-Qur‟an, termasuk
Sunnah Rasul Saw. dengan Haq dan adil, kendati terhadap diri,
keluarga dan orang-orang terdekat sekalipun.
5. Berjihad di jalan Allah

Karena itu dalam Alquran ditegaskan bahwa :

“Dan tidaklah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua
sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti manusia...” (QS. Al-An’am [6] : 38)

Bahwa semuanya adalah milik Allah, mengantarkan manusia kepada kesadaran bahwa apapun
yang berada di dalam genggaman tangannya, tidak lain kecuali amanat yang harus
dipertanggungjawabkan. Setiap jengkal tanah yang terhampar di bumi, setiap angin yang berhembus
di udara, dan setiap tetes hujan yang tercurah dari langit akan dimintakan pertanggungjawabannya,
manusia menyangkut pemeliharaan dan pemanfaatannya.

Pernyataan Allah ini mengundang seluruh manusia untuk tidak hanya memikirkan kepentingan
diri sendiri, kelompok, atau bangsa, dan jenisnya saja, melainkan juga harus berpikir dan bersikap
demi kemaslahatan semua pihak. Ia tidak boleh bersikap sebagai penakluk alam atau berlaku
sewenang-wenang terhadapnya. Memang, istilah penaklukan alam tidak dikenal dalam ajaran Islam.

C. Syarat-syarat menjadi khalifah fil ardh

Karena Khalifah itu adalah pemimpin tertinggi umat Islam, bukan hanya pemimpin kelompok
atau jamaah umat Islam tertentu, dan bertanggung jawab atas tegaknya ajaran Islam dan ururusan
duniawi umat Islam, maka para ulama, baik salaf (generasi awal Islam) maupun khalaf (generasi
setelahnya), telah menyepakati bahwa seorang Khalifah itu harus memiliki syarat atau kriteria yang
sangat ketat. Syarat atau kriteria yang mereka jelaskan itu berdasarkan petunjuk Alquran, Sunnah
Rasul saw. dan juga praktek sebagian Sahabat, khususnya Khulafaur rasyidin setelah Rasul saw, yakni
Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali, radhiyallahu „anhum ajma‟in.

Menurut Syekh Muhammad Al-H<asan Addud Asy-Syangqiti, paling tidak ada sepuluh syarat
atau kriteria yang harus terpenuhi oleh seorang Khalifah :

1. Muslim. Tidak sah jika ia kafir, munafik atau diragukan kebersihan akidahnya.
2. Laki-Laki. Tidak sah jika ia perempuan karena Rasul saw bersabda : Tidak akan sukses suatu
kaum jika mereka menjadikan wanita sebagai pemimpin.
3. Merdeka. Tidak sah jika ia budak, karena ia harus memimpin dirinya dan
orang lain. Sedangkan budak tidak bebas memimpin dirinya, apalagi
memimpin orang lain.
4. Dewasa. Tidak sah jika anak-anak, kerena anak-anak itu belum mampu
memahami dan memecahkan permasalahan.
5. Sampai ke derajat Mujtahid. Kerena orang yang bodoh atau berilmu
karena ikut-ikutan (taklid), tidak sah kepemimpinannya seperti yang
dijelaskan Ibnu Hazm, Ibnu Taimiyah dan Ibnu Abdul Bar bahwa telah
ada ijmak (konsensus) ulama bahwa tidak sah kepemimpinan tertinggi
umat Islam jika tidak sampai ke derajat Mujtahid tentang Islam.
6. Adil. Tidak sah jika ia zalim dan fasik, karena Allah menjelaskan kepada
Nabi Ibrahim bahwa janji kepemimpinan umat itu tidak (sah) bagi orang-
orang yang zalim. Seorang pemimpin diharuskan bersikap adil dalam
menjalankan kepemimpinannya. Karena kepemimpinan yang kita
jalankan akan diminta pertanggungjawabannya oleh yang maha kuasa.
7. Profesional (amanah dan kuat). Khilafah itu bukan tujuan, akan tetapi
sarana untuk mencapai tujuan-tujuan yang disyari‟atkan seperti
menegakkan agama Allah di atas muka bumi, menegakkan keadilan,
menolong orang-orang yang yang dizalimi, memakmurkan bumi,
memerangi kaum kafir, khususnya yang memerangi umat Islam dan
berbagai tugas besar lainnya. Orang yang tidak mampu dan tidak kuat
mengemban amanah tersebut tidak boleh diangkat menjadi Khalifah
Sebab itu, Imam Ibnu Badran, rahimahullah, menjelaskan bahwa
pemimpin-pemimpin Muslim di negeri-negeri Islam yang menerapkan
sistem kafir atau musyrik, tidaklah dianggap sebagai pemimpin umat
Islam karena mereka tidak mampu memerangi musuh dan tidak pula
mampu menegakkan syar‟ait Islam dan bahkan tidak mampu melindungi
orang-orang yang dizalimi dan seterusnya
8. Sehat penglihatan, pendengaran dan lidahnya dan tidak lemah fisiknya.
Orang yang cacat fisik atau lemah fisik tidak sah kepemimpinannya,
karena bagaimana mungkin orang seperti itu mampu menjalankan tugas
besar untuk kemaslahatan agama dan umatnya? Untuk dirinya saja
memerlukan bantuan orang lain.
9. Pemberani. Orang-orang pengecut tidak sah jadi Khalifah. Bagaimana
mungkin orang pengecut itu memiliki rasa tanggung jawab terhadap
agama Allah dan urusan Islam dan umat Islam? Ini yang dijelaskan Umar
Ibnul Khattab saat beliau berhaji : Dulu aku adalah pengembala onta bagi
Khattab (ayahnya) di Dhajnan. Jika aku lambat, aku dipukuli, ia berkata :
Anda telah menelantarkan (onta-onta) itu. Jika aku tergesa-gesa, ia pukul
aku dan berkata: Anda tidak menjaganya dengan baik. Sekarang aku
telah bebas merdeka di pagi dan di sore hari. Tidak ada lagi seorangpun
yang aku takuti selain Allah.
10. Dari suku Quraisy, yakni dari puak Fihir Bin Malik, Bin Nadhir, Bin
Kinanah, Bin Khuzai‟ah. Para ulama sepakat, syarat ini hanya berlaku
jika memenuhi syarat-sayarat sebelumnya. Jika tidak terpenuhi, maka
siapapun di antara umat ini yang memenuhi persayaratan, maka ia adalah
yang paling berhak menjadi Khalifah.

D. Hadis tentang manusia sebagai kholifah di bumi

Begitupun di dalam Al-Hadist juga ada riwayat yang menyatakan manusia sebagai khalifah di
muka bumi, Hadist:

Abu Hurairah r.a. menceritakan hadis berikut yang artinya;

“Allah SWT. menciptakan bumi pada hari sabtu, Dia menciptakan padanya gunung-gunung pada hari
ahad, Dia menciptakan pohon-pohonan pada hari senin, Dia menciptakan hal-hal yang tidak disukai
pada hari selasa, Dia menciptakan nur (cahaya) pada hari rabu, dan Dia menyebarkan (menciptakan)
hewan-hewan padanya pada hari kamis, dan Dia menciptakan Adam a.s. sesudah waktu asar pada
hari jumat, sebagai akhir makhluk (yang diciptakan) pada saat yang terakhir dari waktu-waktu hari
jumat.” (riwayat Muslim dan Ahmad)

Dilihat dari asal sahabat yang menceritakan yaitu Abu Hurairah r.a yang beliau tergolong sebagai
seorang yang jujur serta kuat ingatannya serta perawi hadits ini ialah Muslim dan Ahmad sehingga
dilihat dari sanad dan kedhabitannya kuat sehingga hadits ini bisa digolongkan sebagai hadits shahih.

Begitupun di dalam Al-Hadist juga ada riwayat yang menyatakan manusia sebagai khalifah di muka
bumi, Hadist:

Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan penting yang
diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat. Pertama, memakmurkan bumi (al
‘imarah). Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak manapun (ar
ri’ayah).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam konsep
Islam, manusia adalah khalifah yakni sebagai wakil, pengganti atau duta Tuhan di muka bumi.
dengan kedudukannya sebagai khalifah Allah swt dimuka bumi, manusia akan dimintai
tanggungjawab dihadapannya. Tentang bagaimana ia melaksanakan tugas suci kekhalifahannya.
Oleh sebab itu dalam melaksanakan tanggungjawab itu manusia dilengkapi dengan berbagai potensi
seperti akal pikiran yang memberikan kemampuan bagi manusia berbuat demikian.

Kata khalifah juga mengandung makna pengganti nabi Muhammadsaw dalam fungsinya sebagai
kepala Negara, yaitu pengganti Nabi Saw dalam jabatan kepala pemerintahan dalam Islam baik
urusan agama maupun dunia Ada empat sifat manusia yang diterangkan dalam al-qur‟an:

1. bahwa manusia itu adalah mahkluk yang dipilih oleh Tuhan. Hal ini sesuai dengan firman Allh
dalam surat Tahaa ayat 122‟
2. manusia dengan segala kelalaiannya diharapkan supaya menjadi wakil tuhan di bumi
(khalifah). Hal in terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 30,
3. bahwa manusia sebagai kepercayaan tuhan, sekalipun risikonya besar. Hal ini terkandung
dalam Surat al-Ahzab ayat 72,
4. untuk itu manusia kemudian diberi kemampuan untuk mengetahui semua nama dan konsep
benda yang malaikat sendiri tidak mampu. Karena itu malaikat sujud dan hormat kepadanya,
hal ini sesuai dengan firman Allahswt dalam surat Al-Baqarah ayat 31.
DAFTAR PUSTAKA

http://zaldym.wordpress.com/2010/02/28/fungsi-manusia-sebagai-khalifah-di-muka-bumi/

http://indonesiaindonesia.com/f/9761-makna-allah-menjadikan-manusia-khalifah-muka/

http://alhikmahtoyan.blogspot.com/2012/08/manusia-sebagai-khalifah-dimuka-bumi.html

http://didik-setiya.blogspot.com/2012/03/manusia-sebagai-khalifah-dibumi.html

http://green.kompasiana.com/penghijauan/2011/07/06/manusia-sebagai-khalifah-di-bumibukan-
perusak/

Anda mungkin juga menyukai