Anda di halaman 1dari 16

Hakekat Manusia Dalam Islam

Asal Kejadian Manusia

Asal usul manusia dalam Islam dapat dijelaskan dalam proses penciptaan manusia pertama
yakni nabi Adam As. Nabi Adam AS adalah manusia pertama yang diciptakan Allah SWT dan
diberikan ilmu pengetahuan dan kesempurnaan dengan segala karakternya. Allah
mengangkat Adam dan manusia sebagai khalifah dimuka bumi sebagaimana dijelaskan dalam
ayat berikut ini

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “Sesungguhya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah dimuka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa engkau hendak
menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan engkau?” Tuhan berfirman:”sesungguhnya aku mengetahui apa yan tidak kamu
ketahui”.(QS.Al-Baqarah : 30)

Proses penciptaan manusia dijelaskan dalam al-Qur’an dan bahkan penjelasan dalam
Alqur’an ini kemudian terbukti dalam ilmu pengetahuan yang ditemukan setelah turunnya
Alqur’an. Ada lima tahap dalam penciptaan manusia yakni al-nutfah, al-‘alaqah, al-mudhgah,
al-‘idham, dan al-lahm sebagaimana yang disebutkan dalam ayat berikut ini

”Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, dan segumpal darah itu kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami jadikan segumpal daging. Kemudian
kami jadikan dia makhluk yang(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, pencipta yang
paling baik”. (QS. Al-Mu’minun ayat 12-14)

Tujuan Penciptaan Manusia

Adapun tujuan utama allah SWT menciptakan manusia adalah agar manusia dapat menjadi
khalifah atau pemimpin di muka bumi. Tugas utama manusia adalah beribadah dan
menyembah Allah SWt, menjalani perintahnya serta menjauhi larangannya. Sebagaimana
disebutkan dalam firman Allah SWT berikut ini

“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah Aku.” (QS
Adz Zariyat :56).

Sebagai khalifah dimuka bumi manusia hendaknya juga dapat menjaga amanatnya dalam
menjaga alam dan isinya. Manusia sememstinya memiliki akhlak dan perilaku yang baik
kepada sesama maupun makhluk hidup yang lain.
Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam

Dalam agama islam, ada enam peranan yang merupakan hakikat diciptakannnya manusia.
Berikut ini adalah dimensi hakikat manusia berdasarkan pandangan agama islam

1. Sebagai Hamba Allah

Hakikat manusia yang utama adalah sebagai hamba atau abdi Allah SWT. Sebagai seorang
hamba maka manusia wajib mengabdi kepada Allah SWT dengan cara menjalani segala
perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Sebagai seorang hamba, seorang manusia
juga wajib menjalankan ibadah seperti shalat wajib, puasa ramadhan, zakat, haji dan
melakukan ibadah lainnya dengan penuh keikhlasan dan segenap hati sebagaimana yang
disebutkan dalam ayat berikut ini

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus …,” (QS:98:5).

2. Sebagai al- Nas

Dalam al- Qur’an manusia juga disebut dengan al- nas. Kata al nas dalam Alquran cenderung
mengacu pada hakikat manusia dalam hubungannya dengan manusia lain atau dalam
masyarakat. Manusia sebagaimana disebutkan dalam ilmu pengetahuan, adalah makhluk
sosial yang tidak dapat hidup tanpa keberadaan manusia lainnya. Sebagaimana yang
dijelaskan dalam firman Allah SWT berikut

“Hai sekalian manusia, bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istirinya, dan dari pada keduanya Alah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah dengan (mempergunakan) namanya kamu saling meminta satu sama lain dan
peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu.” (QS: An Nisa:1).

“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu disisi Allah adalah yang
paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (QS: Al Hujurat :13).

3. Sebagai khalifah Allah

Telah disebutkan dalam tujuan penciptaan manusia bahwa pada hakikatnya, manusia


diciptakan oleh Allah SWt sebagai khlaifah atau pemimpin di muka bumi.
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (peguasa) di muka bumi, maka
berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu.
Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. …”(QS Shad:26).

Sebagai seorang khalifah maka masing-masing manusia akan dimintai pertanggung


jawabannya kelak di hari akhir.

4. Sebagai Bani Adam

Manusia disebut sebagai bani Adam atau keturunan Adam agar tidak terjadi kesalahpahaman
bahwa manusia merupakan hasil evolusi kera sebagaimana yang disebutkan oleh Charles
Darwin. Islam memandang manusia sebagai bani Adam untuk menghormati nilai-nilai
pengetahuan dan hubungannya dalam masyarakat. Dalam Alqur’an Allah SWT berfirman

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik.
Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, semoga mereka selalu
ingat. Hai anak Adam janganlah kamu ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah
mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, …” (QS : Al araf 26-27).

5. Sebagai al- Insan

Tidak hanya disebut sebagai al nas, dalam Alqur’an manusia juga disebut sebagai Al insan
merujuk pada kemampuannya dalam menguasai ilmu dan pengetahuan serta
kemampuannya untuk berbicara dan melakukan hal lainnya. Sebagaimana disebutkan dalam
surat Al hud berikut ini

“Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian rahmat itu kami cabut dari
padanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS: Al Hud:9).

6. Sebagai Makhluk Biologis (al- Basyar)

Manusia juga disebut sebagai makhluk biologis atau al basyar karena manusia memiliki raga
atau fisik yang dapat melakukan aktifitas fisik, tumbuh, memerlukan makanan, berkembang
biak dan lain sebagainya sebagaimana ciri-ciri makhluk hidup pada umumnya. Sama seperti
makhluk lainnya di bumi seperti hewan dan tumbuhan, hakikat manusia sebagai makhluk
biologis dapat berakhir dan mengalami kematian, bedanya manusia memiliki akal dan pikiran
serta perbuatannya harus dapat dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.

Segala hakikat manusia adalah fitrah yang diberikan Allah SWT agar manusia dapat
menjalankan peran dan fungsinya dalam kehidupan. Manusia sendiri harus dapat memenuhi
tugas dan perannya sehingga tidak menghilangkan hakikat utama penciptaannya.
Fungsi Iman Kepada Allah SWT

Secara bahasa, Iman berasal dari bahasa Arab yang berarti percaya, sedang menurut


istilah, iman berarti membenarkan dengan hati, diucapkann dengan lisan, dan dilaksanakan
atau dikerjakan dengan perbuatan. Maka, Iman Kepada Allah SWT berarti percaya dan
membenarkan dengan hati bahwa dzat Allah SWT  itu ada dengan segala sifat-Nya yang
sempurna, lalu dibuktikan dengan wujud ucapan lisan dan perbuatan amal ibadah.

Jadi, seseorang dikatakan beriman kepada Allah SWT apabila telah terpenuhi tiga hal
tersebut (percaya dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan wujud amal
perbuatan). Ketiganya merupakan unsur penting yang tak boleh dan tak selayaknya untuk
dipisahkan sebagai seorang muslim yang benar-benar beriman kepada Allah SWT.

Adapun dalil atau pembuktian tentang Iman kepada Allah dapat dilihat dari Dalil
Aqli dan Dalil Naqli.

Dalil Aqli ialah dengan menggunakan akal yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT kepada
manusia. Melalui akal ini, manusia dapat menunjukkan kekagumannya melalui segala apa
ciptaan Allah SWT. Kemudian oleh karena itu, iapun beriman kepada Allah.

Dalil Naqli ialah mengimani Allah SWT berdasarkan apa yang telah diajarkan dalam Al-Qur’an
dan Hadist.

Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan Tuhan itu, Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan
selain Dia. Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Baqarah : 163).

Rasulullah SAW bersabda yang artinya;

“Katakanlah olehmu (Wahai Sufyan, jika kamu benar-benar hendak memeluk Islam): Saya
telah beriman akan Allah, kemudian berlaku luruslah kamu. (HR. Muslim dalam Taisirul
Wushul 1:18).

Di dunia ini, sebagai makhluk ciptaan Allah yang jauh dari kata sempurna, untuk menjalani
kehidupan sehari-hari kita memerlukan iman sebagai pedoman dan pegangan hidup. Iman
adalah penuntun kita terhadap jalan yang benar, yang memberikan kita arah agar tidak
tersesat maupun menyesatkan. Tidak adanya iman dalam hidup seseorang akan menjadikan
orang itu mudah putus asa lalu menyerah. Ketidakadaan iman juga menjadikan seorang
bersifat buruk karena jauh dari petunjuk Allah SWT. Oleh sebab itu, iman sangat penting,
terutama sekali yang menjadi dasar utama ialah Iman kepada Allah SWT.

Adapun fungsi Iman kepada Allah SWT bagi kita ialah:

Sebagai Penyelamat
Dalam Al-Qur’an Surah Al-Mukminin, Allah SWT berfirman yang artinya:

“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul kami dan orang-orang yang beriman dalam
kehidupan dunia dan pada berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).”

Sehingga, dengan beriman kepada Allah SWT, dapat menyelamatkan manusia baik dalam
kehidupan di dunia, maupun kehidupan di akhirat kelak, karena Allah SWT hanya akan
menolong hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Sebagaimana yang telah ada pada rukun
islam untuk terus meneggakkan agama syahadat hanya untuk Allah. Syahadat yang akan
menyelamatkan manusia di hari akhir, syahadat yang dijalankan dengan baik selama di dunia
sebagai amal ibadah yang telah Allah perintahkan dan telah Rasulullah ajarkan.

Menjadikan Manusia yang Berakhlak Baik

Dengan beriman kepada Allah SWT akan menumbuhkan dalam diri seseorang itu sifat dan
sikap yang baik; perkataan jujur, dapat dipercaya, tidak sombong, tidak fitnah, tidak
mengadu domba, dan lain sebagainya. Mereka yang benar-benar beriman kepada Allah SWT
menyadari bahwa dirinya lemah tidak ada daya upaya kecuali atas kehendak Allah SWT. Oleh
karenanya ia tidak akan pernah berbuat yang melanggar larangan Allah. Justru, imannya akan
semakin menguat sehingga dirinya pun terbentengi dan terkendali daripada berbuat yang
maksiat, serta termotivasi untuk selalu mengerjakan amal ibadah yang benar.

Sebagai Pedoman Hidup

Iman merupakan pedoman, penuntun, dan kompas dalam kehidupan kita. Tiada manusia


yang berada di jalan benar jika ia tidak beriman kepada Allah SWT. Maka, mereka yang
beriman akan memiliki tujuan hidup yang jelas serta tidak mudah berputus asa. Sebab,
bagaimana sikap seseorang akan terlihat jelas jika ia sedang ditimpa musibah. Mereka yang
beriman akan selalu berpikiran positif kepada Allah atas segala yang mereka hadapi.
Sementara tanpa iman, itulah yang menyebabkan seseorang mudah berputus asa dan tak
jarang memilih melakukan tindakan yang merugikan.

Dengan beriman kepada Allah, kita tahu jelas batasan dalam perbuatan yang baik dan yang
buruk sehingga kita tidak akan mengerjakan sesuatu yang telah nyata dilarang oleh Allah.
Maka, kehidupan kita pun akan terasa lebih aman dan bahagia jiwa raga. 

Menumbuhkan Rasa Rendah Diri

Iman kepada Allah, berarti kita percaya baik dari hati, lisan, maupun perbuatan akan Dzat
Allah SWT dengan segala Keagungan dan Kesempurnaan-Nya. Karenanya, sebagai manusia
yang merupakan salah satu dari makhluk ciptaan Allah, kita sadar bahwa diri kita ini
bukanlah apa-apa jika bukan karena Kuasa Allah SWT. Dengan menyadari hal tersebut, kita
tidak akan bersikap sombong, tidak akan memandang rendah orang lain, sehingga kita pun
bisa lebih toleran terhadap sesama dan saling menyayangi satu sama lain untuk menciptakan
kehidupan yang damai. 

Menumbuhkan  Sikap Qanaa’ah

Dengan beriman kepada Allah, kita menyadari bahwa segala yang kita nikmati di dunia
(maupun di akhirat nanti) adalah berasal dari Allah SWT. Maka, tidak ada celah bagi kita
untuk merengek apalagi protes jika sesuatu yang kita dapatkan tidak sesuai keinginan. Allah
lebih mengetahui apa yang tidak hamba-Nya ketahui. Maka, kita pun menjadi sadar untuk
senantiasa bersyukur atas segala berkah yang Allah berikan serta berusaha
memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.

Ingat Akan Kematian

Tidak ada makhluk yang kekal karena Kekal adalah Sifat milik Allah SWT. Maka, dengan
menyadari dan mengingat bahwa kehidupan hanyalah masalah waktu sampal ajal
menjemput, kita akan lebih berhati-hati dalam menggunakan umur yang Allah berikan karena
kepada-Nya jualah kita akan memepertanggungjawabkan segalanya nanti. Dengan begitu,
kita harusnya semakin dan semakin memperkuat iman kita kepada Allah SWT. 

Allah Selalu Mengawasi

Allah SWT adalah satu-satunya yang pantas dan wajib untuk disembah. Maka, dengan segala
kesempurnaan yang dimiliki-Nya, manusia sadar bahwa ia hanyalah makhluk lemah tak
berdaya tanpa kuasa Tuhan. Bahkan untuk bernapas saja, jika bukan karena izin Allah, tidak
akan bisa bernapas. Karenanya, iman menjadikan kita sadar bahwa segala sesuatu adalah
Allah yang mengaturnya. Allah lah yang menentukan apa-apa saja yang terjadi maupun yang
tidak terjadi karena Allah mengetahui apa-apa saja yang makhluknya tidak ketahui.

Menyadari bahwa Allah lah yang mengatur segalanya, Allah mengetahui apa-apa saja yang
diperbuat makhluk-Nya. Maka, dengan sebenar-benarnya kesadaran tersebut, kita sebagai
manusia yang beriman kepada Allah SWT pasti akan malu jika berbuat maksiat. Malu sekali
rasanya jika melakukan perbuatan yang jelas-jelas melanggar apa yang telah dilarang oleh
Allah, karena Allah Maha Mengetahui atas segala yang kita perbuat.

Karena sadar bahwa Allah mengawasi, maka hendaknya ketika berbuat kesalahan agar
bersegera bertaubat kepada Allah SWT, baik itu kesalahan karena khilaf (tidak disengaja),
terlebih yang memang disengaja. Karena Allah SWT ialah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an yang artinya;
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan
siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Q.S An-Nisa : 135).

Menentramkan Hati

Diantara salah satu fungsi iman kepada Allah, sebagaimana yang tertera di dalam Al-Qur’an
surah Ar-Ra’ad ayat 28, dijelaskan bahwa orang-orang yang beriman, yang mana mereka
senantiasa mengingat Allah SWT, maka hal tersebut membuat hati mereka menajdi tentram.
Jadi, jika ingin memperbaiki maupun mendapatkan suasana hati yang damai, aman, dan
nyaman, maka banyak-banyaklah mengingat Allah SWT.

Dengan beriman kepada Allah SWT, berarti menjadikan Allah sebagai satu-satunya
sesembahan yang pantas dan wajib untuk disembah atas segala kebenaran dan
kesempurnaan-Nya. Karena, tidak pernah ada selain Allah SWT yang memiliki kesempurnaan
selain dari Allah SWT semata.
Tujuan Penciptaan Manusia dalam Islam

Segala sesuatu yang ada di dunia ini merupakan penciptaan dari Allah yang Maha Kuasa.
Termasuk dari segala apa yang diciptakannya tidak satu pun memiliki tujuan dan manfaat.
Semut hewan yang kecil saja terdapat manfaat diciptakannya semut dalam islam. Termasuk
terhadap proses penciptaan manusia yang ada di muka bumi ini beserta segala isi alam
semesta.

Air yang mengalir dengan siklus di kehidupan manusia, hewan-hewan yang terus berkembang
sebagai pengelengkap hidup manusia, dan lain sebagainya. Penicptaan tersebut Allah
ciptakan semata-mata untuk kebaikan hidup manusia pula.

Untuk bisa bersyukur dan menghayati betapa besarnya karunia Allah pada manusia, maka itu
perlu kiranya manusia mengetahui apa tujuan penciptaan dirinya atau tujuan hidup menurut
islam sesuai apa yang dikatakan oleh Allah. Dengan mengetahui hakikat penciptaan manusia,
maka manusia akan mengarahkan hidupnya untuk tujuan hidup yang telah Allah tentukan
serta berusaha sekuat mungkin untuk mendapatkan akhir terbaik dari tujuan hidupnya.
Berikut adalah penjelasan mengenai tujuan penciptaan manusia :

Mengabdi Kepada Allah SWT Sebagai Illah

”Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-
Ku” (QS Adzariyat : 54)

Allah adalah Zat Yang Maha Agung yang menciptakan manusia. Allah menciptakan manusia
dengan kekuasaanya dan kemaha dahsyatannya membuat manusia tidak ada pilihan selain
dari mengabdi dan melakukan apa yang Allah inginkan. Bahkan ketika memilih untuk tidak
taat  dan patuh pun manusia lah yang akan merugi. Allah telah memberikan jalan terbaik dan
dampak yang baik akan didapatkan oleh manusia. Untuk itu akan sangat banyak manfaat
beriman kepada Allah SWT yang akan menyelamatkan bukan menyesatkan kita.

Konsep manusia menurut islam semata-mata untuk mengabdi atau melaksanakan ibadah


kepada Allah. Ibadah sendiri berasal dari kata Abada yang artinya adalah sebagai budak.
Untuk itu manusia hakikatnya adalah sebagai budak atau hamba dari Allah. Seorang budak
atau hamba tidak lain pekerjaannya adalah mengikuti apa kata majikannya, menggantungkan
hidup pada majikannya, dan senantiasa menjadikan perkataan majikannya sebagai tuntunan
hidupnya.

Perintah Allah untuk taat dan menyembah Allah adalah sebagai bentuk kasih sayang Allah
agar manusia tidak merugi. Ketika manusia menyembah atau menjadikan hal lain sebagai
Illah atau Tuhannya, maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa selain kerugian. Untuk itu
Allah memerintahkan manusia untuk beriman pada rukun iman dan melaksankaan rukun
islam sebagai tuntunan dasar islam.

Di zaman dahulu ada masyarakat yang menyembah berhala berupa patung. Tentunya orang
tersebut merugi karena patung yang merupakan batu atau benda mati, tidak bisa berbuat
apapun malah berbicara pun tidak bisa. Manusia yang menjadikan kebebasan diri dan hawa
nafsu sebagai tuhannya juga akan malah merugi. Hawa nafsu dan kebebasan manusia tidak
bisa menuntun manusia malah akan menyesatkan. Untuk itu, Manusia seharusnya menjadi
raja bagi kebebasan dan hawa nafsunya bukan justru diperbudak.

Contohnya sudah banyak, seperti minum-minuman keras, pergaulan bebas, dan lain
sebagainya membuat manusia akhirnya malah tersesat dan terperosok. Bukan menjadi baik
dan teratur hidupnya malah justru sebaliknya.

Menjadi Khalifah fil Ard dan Tidak Berbuat Kerusakan di Muka Bumi

Tugas manusia adalah menjadi khalifah di muka bumi. Khalifah sendiri bisa bermakna
pemimpin atau penggganti. Misi ini adalah hakikat manusia menurut islam yang harus
dilakukan. Untuk mengetahui apa sebetulnya makna khalifah maka perlu memahaminya
lebih dalam lagi dengan pendekatan ayat Al-Quran.

Manusia Menjadi Pemimpin-Pengelola di Muka Bumi

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.” (QS : Al Baqarah : 30)

Bentuk pengabdian manusia kepada Allah salah satunya adalah menjalankan misi hidupnya
sebagaimana yang telah Allah berikan untuk menjadi Khalifah fil Ard. Khalifah artinya adalah
pemimpin. Tugas pemimpin adalah mengelola dan memperbaiki agar hal yang diatur dan
dipimpinnya menjadi baik. Pemimpin atau Khalifah bukan arti sebagai status yang
menjalankannya hanya orang-orang tertentu.

Khalifah di muka bumi dilakukan oleh semua orang dan di semua lingkup. Keluarga,
pekerjaan, lingkungan sekitar, masyarakat, dan negara adalah lingkup dari khalifah fil ard.
Untuk menjalankannya maka kita membutuhkan ilmu pengetahuan dan skill untuk bisa
berkarya bagi kelangsungan dan kelancaran kehidupan manusia di bumi menjadi seimbang
atau mengalami kerusakan.
Manusia Tidak Berbuat Kerusakan dan Melakukan Keadilan

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan (QS. Al-Qasas [28] : 77)

Sebagaimana ayat diatas maka manusia sebagai khalifah dilarang untuk berbuat kerusakan,
kejahatan yang mampu merusak keadilan dan kemakmuran di muka bumi, termasuk
menjaga pergaulan dalam islam yang sudah diatur untuk umat islam. Jika kerusakan tetap
dilakukan oleh manusia maka yang merugi adalah manusia itu sendiri. Tentunya manusia
yang menggunakan akal dan taat kepada Allah akan sadar untuk tidak berbuat kerusakan di
semua aspek kehidupannya. Apa yang Allah berikan sudah banyak dan tidak ada kurang satu
apapun.

Menegakkan Keadilan Antar Sesama Manusia

Sebagaimana yang disampaikan di ayat berikut, bahwa keadilan dan hak-hak manusia perlu
dijaga keadilan dan keseimbangannya oleh umat manusia. Menjadi khalifah fil ard bukan
hanya mengurus alam dan kondisi sendiri, melainkan juga memperhatikan hak-hak hidup
orang lain dan berlaku adil. Hal ini menjaga kedamaian di muka bumi serta melangsungkan
keadilan adalah nilai-nilai dasar dari ajaran islam yang Rasulullah SAW ajarkan kepada umat
islam.

“Dan Syu’aib berkata: “Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan
janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu
membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan”. (QS. Hud [11] : 85)

Mengejar Tujuan Akhirat

Kehidupan di dunia adalah sementara. Untuk itu, dunia bukan tujuan akhir dari kehidupan
manusia dan juga bukan tujuan dari penciptaan manusia untuk tinggal di bumi. Kehidupan
sejati adalah di Akhirat nanti. Untuk itu Allah senantiasa menyuruh melakukan kebaikan
untuk mendapatkan pahala akhirat, menyampaikan kebahagiaan surga dan penderitaan
neraka, serta memotivasi di setiap ibadah dan perilaku kebaikan dengan balasan pahala.
Untuk itu Allah menuntun manusia menuju akhirat dengan memberikan petunjuk
agama. Fungsi agama adalah untuk menuntun manusia agar tidak terlena dengan kehidupan
sementara dan senantiasa mengejar akhirat.

Allah Menyuruh untuk Berlomba-lomba Mengejar Pahala Akhirat


“Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamuberada, pasti Allah
akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu” (QS
Al Baqarah : 148)

Dalam ayat di atas diketahui bahwasanya Allah sendiri menyuruh manusia untuk berlomba-
lomba mengejar pahala akhirat dengan kebaikan. Segala kebaikan tersebut akan diganti
dengan kehidupan yang sangat baik yaitu di Surga.

Untuk itu, pahala akhirat bukan hanya simbol belaka namun sebagai credit poin kehidupan
manusia untuk mempersiapkannya hingga akhir hidup nanti. Allah Maha Adil untuk
menghitung poin tersebut sesuai dengan perilaku manusia ketika di dunia.

Segala Kebaikan akan Dibalas Pahala untuk Kehidupan Akhirat yang baik

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik[839] dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS An Nahl : 97)

Apa yang dilakukan manusia di muka bumi ini akan mendapatkan balasannya. Kebaikan akan
dibalas dengan kebaikan begitupun keburukan akan dibalas dengan keburukan. Untuk itu,
kebaikan dan keburukan manusia semuanya bukan Allah yang menentukan, tetapi manusia
itu sendiri mau memilih kehidupan akhir yang mana untuk dipertimbangkan.

Manusia yang memilih kebaikan tentu Allah dengan adil bahkan membalasnya lebih berkali
lipat di akhirat kelak. Sedangkan manusia yang memilih jalan keburukan dan kemaksiatan
sebaliknya akan mendapatkan siskaan yang juga sangat pedih.

Dampak Jika Manusia Tidak Tahu Tujuan Hidupnya

Manusia yang tidak tahu tujuan diciptakannya maka hidupnya akan terombang ambing dan
tidak jelas arah kemana dia akan berjalan. Untuk itu, bersyuukur bagi manusia yang
menyadari dan mampu menghayati tujuan hidupnya. Ia akan mengarahkan jalannya pada
jalan keselamatan bukan kejahiliahan yang menyesatkan. Selain itu jika manusia tidak
mengetahui tujuan hidupnya, ia akan berlaku sombong dan angkuh di muka bumi dengan
aturan hidupnya sendiri. Sifat sombong dalam islam adalah sifat yang buruk dan malah akan
menjerumuskan manusia, karena orang sombong tidak pernah mengevaluasi dan bertafakur.
Fungsi Agama Dalam kehidupan Manusia

Berikut adalah beberapa fungsi agama dalam kehidupan :

1. Sebagai sarana pendidikan

Agama dapat berfungsi sebagai sarana terbaik untuk mengajarkan hal hal yang baik yang
dapat menguntungkan banyaak pihak sesuai dengan perintah atau larangan yang harus
dijalankan dan dipatuhi , agar seseorang bisa menjadi pribadi yang lebih baik daan selalu
berada padaa jalan kebenaran dan kebaikan menurut ajaran dan kepercayaan masing
masing.

2. Sebagai sarana untuk keselamatan

Agama berfungsi sebagai jalan teebaik bagi penganutnya berhubungan dengan tuhannya agar
dapat memohon dan mengharapkan keselamatan dari kejahatan yang terlihat maupun yang
tiudak nyata serta keselamatan dari ancaman api neraka akibat dosa dosa dimasa lalu.
Seseorang yang memiliki agama maka dirinya memiliki tuhan untuk tempat berdoa,
mengeluarkan uneg uneg dan memohon keselatan dunia akhirat. dengan begitu hati bisa
terasa lebih tenang dan mendekatkan diri kepada sang pencipta merupakan cara agar hati
tenang.

3. Sebagai jembatan perdamian dunia

Karena ajaran agama yang selalu mengutamakan untuk selalu hidup berprilaku baik , saling
menghormati dan menyayangi dengan orang yang beragama berbeda dapat mewujudkan
persatuan dan kesatuan dan sebagai alat untuk menuju perdamaian dunia. didunia memiliki
tarusan negara dengan ideologi dan agama yang berbeda beda, tetapi  semua negara
dilandasi rasa saling menghormati hak asasi manusia , saling menghargai, mengutamakan
persamaan derajat tapi tidak saling merugikan satu sama lainnya, menjauhi penghinaan atau
penghujatan terhadap orang lain  dan tidak saling merasa benar , maka perdamian dunia
akan selalu tercipta hingga akhir jaman.

4. Sebagai alat untuk sosial

Dengan beragama manusia akan lebih peka, lebih cerdas dan lebih tanggap dalam menyikapi
dan menghadapi masalah masalah sosial dimasyarakat, misalnya adanya kemiskinan,
keadilaan, kesejahteraan rakyat, tentang hak asasi manusia  ataau tentang aktifitas yang
berjalan pada jalan kemaksiatan agar segera ditertibkan dan dimusnakan agar prilaku
tersebut tidak menodai wilayah sekitarnya dan tidak lagi menjerat prilaku generasi
berikutnya kearah yang penuh dosa.
Kepekaan tersebut dapat merangsang dan menyemangati orang orang agar tidak hanya
berdiam diri saja menyaksikan hal hal yang tidak baik antara lain tentang ketidakadilan
ditengah masyarakat, tentang prilaku menyimpang atau tentang  kezoliman yang
berkembang pada sistem kehidupan dimasyarakat. masyarakat yang memiliki agama
( walaupun berbeda beda) maka akan memiliki jiwa yang lebih peka dan cerdas untuk
menolak semua peristiwa yang berbau ketidakadilan tersebut.

5. Sebagai jenjang hidup yang baru

Ajaran agama selalu mengajarkan haal hal yang baik dan melaarang manusia untuk berbuat
sesuatu yang merugikan orang lain apapun bentuknya. ajaran agama mampu memperbaiki
kualitas kehidupan seseorang dalam bergaul dan berinteraksi ditengah masyarakat. bahkan
mampu mengubah pribadi seseorang atau kelompok menjadi memiliki jenjang kehidupan
yaang baru yaitu kehidupan yang lebih baik dan mencapai spiritualnya masing masing.

6. Sebagai tempat untuk berinteaksi

Pada dasarnya Ajaran kebaikan dan kebenaran ada pada semua agama apapun didunia.
agama mengajarkan manusia untuk saling bersosialisasi atau berinteraksi dengan orang lain
(agama Lain).  Semua ajaran agama memiliki aturan yang membolehkan segala bentuk usaha
yang mempunyai sifat duniawi dan sekaligus agamawi selama usaha yang dilakukan tidak
bertentangan dengan ajaran agama dan sesuai dengan norma norma yang ada dalam
masyarakat .

7. Sebagai semangat kreatifitas

Ajaran agama untuk memberi semangat kemandirian dan kreatifitas seseorang agar lebih
baik dan terarah tanpa disusupi oleh kecurangan atau kejahatan kejahatan yang merugikan
orang lain. semangat kreatifitas dapat mengajak seluruh manusia didunia untuk saling
bekerja sama dalam berkarya, bekerja daan memanfaatkan keterampilan , minat dan bakat
untuk kemajuan bangsa dan negara.

8. Sebagai identitas diri

Agama apapun didunia adalah sebagai identitas seseorang sebagai umat yang beragama dan
tidak atheisme (Tidak beragama).  identitas tersebut bisa terdapaa pada kartu tanda
penduduk, paspor dan surat surat penting lain. hal itu menunjukkan bahwa kita harus
menghormati agama orang lain yang sebenarnya telah diakui sebagai agama yang sah
didunia.

9. Agama juga bisa disebut sebagai ajaran teoritis


yaitu yang mengajarkan tentang cara bagaimana berprilaku yang baik yang sesuai norma,
moral dan aturan aturan , perintah serta larangan larangan yang berhubungan dengahn etika
bermasyarakat. yang bertujuan agar mudah tercipta krukunaan , saling menghormati dan
hidup saling berdampingan tanpa mengenal perbedaan agama ataupun tradisi.

10. Agama juga bisa disebut sebagai benteng kekuatan

Yaitu sebagai benteng kekuatan yang tidak mengenal ruang dan waktu karena berperan
besar dalam mempengaruhi prilaku dan sikap manusia secara individu ataupun secara sosial,
kalimat ini pernah  dinyatakan oleh seorang pakar ahli sosiologi yang bernama Emile
Durkhien.

11. Agama juga bisa disebut sebagai kebanggaan

Yaitu memiliki agama berarti memiliki kebangaan karena mempunyai tuhan tempat kita
berserah diri, memohon bantuan dan sarana untuk beribadah agar menjadi manusia bisa
lebih dekat dengan yang maha kuasa dan menjadi pribadi yang lebih baik.  agama sebagai
kebanggaan diri secara pribadi tetapi bukan untuk dipertunjukan dalam bentuk keangkuhan,
pamer atau kesombongan. karena keangkuhan hanya akan membuat jarak kita dengan orang
lain menjadi menpunyai dinding batas untuk saling berinteraksi. hal ini disebabkan pada
dasarnya manusia tidak menyukai seseorang yang pamer dan bangga dengan tujuan untuk
menyombongkan diri.

Pentingnya Agama dalam Kehidupan

Agama dapat mempersatukan perbedaan kultur dalam masyarakat yang majemuk . Agama
sangat penting dan sangat berperan dalam membentuk dan membangaun tatanan
masyarakat menjadi lebih teratur, ter rah dan lebih maju karena ajaran agama mampu
menciptakan kerukunan kultur dan  memperbaiki kualitas pergaulan pada orang  orang yang
memiliki perbedaan agama pada masyarakat yang majemuk agar senantiasa hidup
berdampingan tanpa ada rasa iri, dengki, merasa paling benar dan lain lain.

Agama adalah Tiang kehidupan – Seseorang yang tidak mempunyai agama apapun maka
kehidupannya akan dipenuhi dengan keraguan, cenderung suka dengan jalan kemaksiatan
dan perbuatan perbuatan yang merugikan orang lain. tanpa agama seseorang  tidak akan
mempunyai sesuatu yang selalu mengajaknya untuk berdoa, bersyukur, menyesali perbuatan
dan memohon pengampunan pada tuhan yang diyakininya dapat menolongnya merubah
jalannya menjadi lebih baik.

Agama adalah Tiang dalam berfikir – Seseorang yang tidak memiliki agama maka akan sulit
baginya untuk mengerti dan memahami cara menghormati perbedaan kita dengan orang lain.
sulit bisa  menghargai ibadah orang lain dan sulit untuk menyayangi orang orang yang butuh
bantuan . tanpa agama kita tidak mampu berfikir jernih karena jalan kebaikan , kebenaran
dan keadilan yang diajarkan didalamnya tidak pernah dipahaminya dengan baik.

Agama adalah Tiang dalam berprilaku – Tanpa agama seseorang tidak bisa berprilaku baik
ditengah masyarakat karena agama yang selalu mengajarkan kebaikaan tidak dimilikinya.
tanpa agama seseorang sangat miskin dengan ajaran ajaran kebaikan, moral dan tentang
norma norma yang harus dijalankan dalam masyarakat. tanpa agama seseorang cenderung
tidak mampu berprilaku santun, tidak mampu mengendalikan emosi, merasa menang sendiri 
dan tidak bisa menghargai hasil karya orang lain.

Agama adalah Tiang dalam mengambil keputusan. – Agama selalu mengajarkan hal hal
kebaikan agar manusia selalu berada dalam kebenaran daan tidak melakukaan hal hal yang
dilarang yaang sebenarnya bisa berdampak buruk bagi orang lain. jika hidup saling rukun,
saaling menghormati dan tidak saling menyakiti maka hidup bermasyarakat akan selalu
terasa damai, aman dan mudah dalam mengambil keputusan ketika sedang bermusyawarah.

Agama adalah Tiang negara – Sebuah negara yang sangat maju tidak akan berati apa apa jika
warga negaranya tidak memiliki agama.karean tanpaa agama manusia dengan manusia
lainnya akan mudah terpancing dengan hal hal yang dapat memecah belah persatuan,
seseorang yang tidak beragama mudah terhasut , mudah diperdaya dan mudah terpancing
emosi dan memulai pertikaian, pertengkaran, permusuhan, perkelahian, bahkan peperangan.

Didalam masyarakat yang majemuk seperti Indonesia fungsi agama bisa juga berarti sebagai
pedoman hidup sehari hari, sebagai pembeda dan ciri khas dimasyarakat, sebagai pedoman
untuk memahami sesuatu yang baik dan yang salah, sebagai pedoman untuk rekreasi dan
hiburan dan sebagai pengakuan diri akan rasa persamaan diantara umat beragama yang ada
di Indonesia.

Faktor yang mempengaruhi dalam perbedaan agama 

Didalam perbedaan agama,  Faktor Integritas sangat dibutuhkan tetapi faktor Disintegratif
layak untuk dijauhi. Mengapa?

Agama mempunyai dua faktor yang sebenarnya tidak dapat terpisah dari kehidupan
masyarkat sehari hari. namun perbedaan agama yang ada diIndonesia sebenarnya sudah
bukan saatnya untuk diperdebatkan , karena masyarakat yang majemuk sudah terbiasa
menjadi gaya hidu di Indonesia sejak jaman kemerdekaan belum ada. Indonesia sudah
terbiasa hidup berdampingan dan rukun walaupun masyarakatnya berbeda kultur. kondisi
ini  seharusnya menjadi kebanggaan dan tauladan yang baik bagi bangsa lain yang hingga saat
ini masih saja bertikai hanya karena perbedaan agama. secara logika pertikaian mereka tidak
ada artinya, karena bangsa yang terus menerus bertikai hanya karena perbedaan agama,
sebenarnya sudah jauh tertinggal dari bangsa Indonesia, karena kemajuan mereka dalam
bentuk etika dan rasa toleransi beragama belumlah sempurna seperti Indonesia! 

Faktor yang mempengaruhi peranan agama 

1. Faktor integritas

Perbedaan agama untuk menyatukan ikatan bersama dalam anggota anggota dalam
masyarakat dan menjalani kewajiban kewajiban yang telah diatur negara berdasarkan
undang undang yang berlaku untuk semnmua agama di Indonesia. hal ini dapat
menyebabkan semakin kuatnya rasa persatuan dan kesatuan ditanah air karena agama bisa
sebagai kekuatan pemersatu yang paling kuat  dari pada senjata tajam manapun.

persatuan yang terbentuk dari perbedaan yang menjelma saling menghargai, menghormati
dan saling menyayangi satu sama lainnya dapat mudah meruntuhkan ancaman dari bangsa
lain atau menghapuskan tekanan dari negara tetangga demi kepentingannya sendiri. Bangsa
yang besar adalah bangsa yang bisa bersatu didalam perbedaan dan hidup rukun tanpa saling
merugikan.

2. Faktor Disintegratif

Fungsi agama memang dapat mempersatukan perbedaan dan meningkatkan rasa


nasionalisme terhadap tanah air. Namun agama juga bisa atau berpotensi untuk
menghancurkan eksistensi pada lingkaran masyarakat , memecahbelah persatuan dan bisa 
memporak porandakan rasa nasionalisme terhadap bangsa dan negara. Hal dapat terjadi jika
salah satu agama tampil sebagai eksistensi yang paling benar, bersifat kejam dan ingin
berkuasa, merasa ajaran agama lain adalah buruk dan cenderung menyalahkan eksistensi
agama lain.

Kondisi faktor disintegratif sebaiknya tidak berlaku dinegara manapun, karena kerukunan
antar umat beragama sangatlah penting agar tidak terjadi pertikaian dan peperangan yang
tidak perlu. fungsi agama sebaiknya dijalnkan untuk kemajuan moral seluruh manusia agar
selalu dalam kondisi yang seharusnya dan tidak bertentangan dengan norma norma yang
telah ada dimasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai