Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

ASAL USUL PENCIPTAAN MANUSIA, TUGAS, DAN


HUBUNGAN BAIK MANUSIA DENGAN ALLAH DAN
SESAMA

OLEH :

Nama : Zulkarnaen
Nim : 2281130543
Kelas : A11
Dosen Pengampu : Dr. Cucu Surahman, S.Th.I, M.Ag., MA

PJJ PAI IAIN SYEKH NURJATI CIREBON


1. Asal Usul Penciptaan Manusia

Mula-mula Allah SWT menciptakan Adam a.s. dari tanah dan kemudian
ditiupkan ruh-Nya, sehingga Adam a.s. menjadi hidup, mampu mengingat, berpikir,
berkehendak, merasa, berangan-angan, menilai, dan menentukan pilihan. Kejadian ini
mengisyaratkan bahwa ruh dan jiwa merupakan dua dimensi yang berbeda, sekalipun
keduanya tidak dapat terpisahkan selama manusia masih hidup. Tubuh manusia
bersifat materi yang berasal dari tanah, sedangkan ruh berasal dari substansi immateri
di alam gaib.

Proses kejadian manusia ini disebut secara jelas di dalam Al-Quran dan telah
dibuktikan secara ilmiah oleh ilmu pengetahuan modern yang banyak ditulis oleh
beberapa ahli. Al-Quran menjelaskan asal-usul manusia di dalam Surat al-Mu’minun
ayat 12-14:

‫َو َلَقْد َخ َلْقَنا اِاْل ْنَس اَن ِم ْن ُس ٰل َلٍة ِّم ْن ِط ْيٍن ۚ ُثَّم َجَع ْلٰن ُه ُنْطَفًة ِفْي َق َر اٍر َّمِكْيٍن ۖ ُثَّم َخ َلْقَن ا الُّنْط َف َة َع َلَق ًة َفَخ َلْقَن ا اْلَع َلَق َة ُم ْض َغ ًة‬
‫َفَخ َلْقَنا اْلُم ْض َغ َة ِع ٰظ ًم ا َفَك َس ْو َنا اْلِع ٰظ َم َلْح ًم ا ُثَّم َاْنَش ْأٰن ُه َخ ْلًقا ٰا َخ َۗر َفَتَباَر َك ُهّٰللا َاْح َس ُن اْلَخ اِلِقْيَۗن‬

12. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah.

13. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim).

14. kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami
jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang
paling baik.

2. Tugas-Tugas Manusia

a) Manusia sebagai hamba

Hamba Allah adalah orang yang taat dan patuh kepada perintah Allah.
Hakikat kehambaan kepada Allah adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan.
Ketaatan, ketundukan dan kepatuhan manusia itu hanya layak diberikan
kepada Allah. Dalam hubungannya dengan Tuhan, manusia menempati posisi
sebagai ciptaan dan Tuhan sebagai Pencipta.

Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta segala makhluk, tiada
sekutu bagi-Nya baik Dia sebagai Tuhan yang disembah maupun sebagai
Tuhan Pemelihara alam semesta ini. Pengingkaran manusia dalam
penghambaan diri kepada Allah akan mengakibatkan dia menghamba kepada
dirinya, menghamba kepada hawa nafsunya, atau menghamba kepada sesama
makhluk Allah.

b) Manusia sebagai Kholifah

Tugas hidup manusia juga sebagai khalifah Allah di muka bumi. Hal ini dapat
difahami dari firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah: 30:
‫ٰۤل‬
‫َو ِاْذ َقاَل َر ُّبَك ِلْلَم ِٕىَك ِةِ اِّنْي َج اِع ٌل ِفى اَاْلْر ِض َخ ِلْيَفًةۗ َقاُلْٓو ا َاَتْج َع ُل ِفْيَها َم ْن ُّيْفِس ُد ِفْيَها َو َيْس ِفُك الِّد َم ۤا َۚء َو َنْح ُن‬
‫ُنَس ِّبُح ِبَحْمِد َك َو ُنَقِّدُس َلَك ۗ َقاَل ِاِّنْٓي َاْعَلُم َم ا اَل َتْع َلُم ْو َن‬

30. Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada paramalaikat, “Aku


hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau
hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana,
sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia
berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Kata khalifah berasal dari kata “khalf” (menggantikan, mengganti),


atau kata “khalaf” (orang yang datang kemudian) sebagai lawan dari kata
“salaf” (orang yang terdahulu). Sedangkan arti khilafah adalah menggantikan
yang lain, adakalanya karena tidak adanya (tidak hadirnya) orang yang diganti,
atau karena kematian orang yang diganti, atau karena kelemahan/tidak
berfungsinya yang diganti, misalnya Abu Bakar ditunjuk oleh umat Islam
sebagai khalifah pengganti Nabi SAW, yakni penerus dari perjuangan beliau
dan pemimpin umat yang menggantikan Nabi SAW. setelah beliau wafat, atau
Umar bin Khattab sebagai pengganti dari Abu Bakar dan seterusnya; dan
adakalanya karena memuliakan (memberi penghargaan) atau mengangkat
kedudukan orang yang dijadikan pengganti.
c) Manusia sebagai Penyampai risalah

Tugas ketiga adalah berdakwah. Hal ini terutama diemban bagi orang-
orang yang beriman kepada Allah SWT. Yang didakwahkan adalah Islam,
sebagai satu-satunya agama yang diridhai di sisi Allah Ta’ala. Dakwah yang
dilakukan dapat melalui lisan dan perbuatan. Sasarannya dimulai dari diri
sendiri, keluarga, karib kerabat, dan komunitas setempat. Dakwah yang
dijalankan tidak boleh dengan paksaan atau penghakiman. Dengan menarik
simpati, orang-orang akan tertarik untuk mendalami agama ini.

3. Hubungan Baik Manusia Dengan Allah Dan Sesama

Relasi manusia dengan Tuhan dimulai dari pertanyaan: apa yang Tuhan
inginkan dari manusia? Berdasarkan Al-Qur'an, kita dapat menyimpulkan jawaban
dari pertanyaan di atas adalah ‘ibadah (worship). ‘Ibadah berarti melayani (service).
Menyembah Tuhan berarti juga melayani-Nya. Banyak tafsir dari istilah ‘ibadah,
mulai dari tindakan ibadah biasa sampai mencintai dan mengetahui Tuhan.

Dalam Islam, tujuan eksistensi manusia adalah menyembah dan melayani


Tuhan. Hanya dengan melaksanakan maksud dan tujuan penciptaan tersebutlah
manusia menjadi manusia sepenuhnya. Sebaliknya, walaupun kita adalah “manusia”
dalam diri kita, tetapi kita bukan manusia dan hidup bukan sebagai manusia yang
utuh. Oleh karena itu, alasan keberadaan manusia adalah untuk menyembah Allah dan
dengan demikian mewujudkan keadaan penghambaan yang sempurna, yang berarti
menyadari apa arti menjadi manusia sepenuhnya.

Anda mungkin juga menyukai