Situs Sangiran adalah situs manusia purba yang dianggap terbesar dan terpenting di dunia.
Hal ini karena para peneliti meyakini Sangiran sebagai pusat peradaban besar, penting, dan
lengkap manusia purba di dunia yang memberikan petunjuk tentang keberadaan manusia
sejak 150.000 tahun lalu. Bahkan, Sangiran ditetapkan sebagai salah satu warisan dunia oleh
UNESCO Nomor 592 Tahun 1966 dengan nama The Sangiran Early Man Site.
Situs Sangiran terletak di dua wilayah kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah, yaitu
Kabupaten Sragen dan Karanganyar, dengan luas mencapai 59,21 kilometer persegi. Ilmuwan
yang pertama kali menemukan situs Sangiran adalah PEC Schemulling, pada 1864. Setelah
itu, penelitian di situs ini dilakukan oleh para peneliti lain, yang kemudian menemukan
berbagai penemuan penting.
Fosil binatang purba dan hasil kebudayaan manusia purba Selain manusia praaksara,
fosil yang ditemukan di situs Sangiran adalah fosil-fosil binatang purba, artefak, dan hasil
kebudayaan manusia praaksara. Penelitian di Situs Sangiran pertama kali dilakukan pada
1864 oleh PEC Schemulling. Fosil yang ditemukan oleh Schemulling saat itu berupa fosil
vertebrata. Kemudian, Von Koenigswald berhasil menemukan berbagai peralatan manusia
purba dengan berbekal peta geologi yang dibuat oleh L.J.C van Es pada 1932. Koenigswald
menemukan seribu peralatan sederhana dari batuan kalsedon yang dapat digunakan untuk
memotong, menyerut, dan melancipi tombak kayu.
Mengenal Trinil, Situs Purbakala Temuan
Eugene Dubois
Trinil adalah salah satu situs purbakala di Indonesia. Trinil terletak di desa pinggiran
Bengawan Solo, akan tetapi secara administrasi masuk wilayah Kabupaten Ngawi, Jawa
Timur.
Situs ini pertama kali ditemukan oleh Eugene Dubois, pelopor penelitian paleontologi di
Indonesia. Eugene Dubois adalah seorang dokter tentara Belanda yang menaruh minat
terhadap sejarah evolusi umat manusia.
Eugene Dubois mengadakan penggalian (ekskavasi) fosil Pithecanthropus pertama di Trinil
tahun 1891. Penggalian tanah yang ia lakukan, telah membawa penemuan sisa-sisa manusia
purba yang sangat berharga bagi dunia pengetahuan.
Apa saja penemuan yang dihasilkan oleh Eugene Dubois di situs purbakala Trinil?
Selengkapnya ada di bawah ini.
Penemuan Eugene Dubois di Trinil
Dirangkum dalam buku Sejarah Itu Asyik: Buku Pendamping Sejarah Indonesia karangan
Ahmad Muhlu Junaidi (2019: 29), penggalian Dubois dilakukan pada endapan alluvial
Bengawan Solo.
Endapan alluvial adalah tanah liat bertekstur halus dan dapat menampung air hujan yang
tergenang. Dari lapisan tersebut, ditemukan atap tengkorak manusia purba jenis
Pithecanthropus erectus dan beberapa buah tulang paha yang menunjukkan pemiliknya telah
berjalan tegak.
Ciri-ciri Pithecanthropus yang ditemukan di situs Trinil, Jawa Tengah, yaitu:
Situs Trinil merupakan situs tertua di Indonesia. Peninggalan purbakala telah lebih dahulu
ditemukan di daerah Trinil, jauh sebelum Von Koenigswald menemukannya di daerah
Sangiran pada tahun 1934.
KEDATANGAN SPANYOL KE INDONESIA
Meski Belanda adalah penjajah Indonesia yang paling lama, Belanda bukanlah bangsa Eropa
yang pertama menaklukkan Nusantara. Sebelum Belanda, ada Portugis dan Spanyol yang tiba
lebih dulu, di awal abad ke-16. Mengapa Belanda datang belakangan ?
Di abad ke-16, wilayah-wilayah di Belanda berada di bawah kekuasaan Kerajaan Spanyol.
Namun Revolusi Belanda atau perang kemerdakaan sejak tahun 1560-an, mendorong
Belanda mempunyai jalur perdagangan sendiri. Sebelumnya, Belanda hanyalah perantara
atau pengecer rempah-rempah yang dibawa Portugis dari Nusantara. Maka pada 1598,
Belanda melancarkan ekspedisinya untuk mencari 'Kepulauan Rempah-rempah'. Sebanyak
empat kapal dengan 249 awak dan 64 pucuk meriam berangkat di bawah pimpinan Cornelis
de Houtman. Pada Juni 1596, kapal-kapal de Houtman sampai di Banten, pelabuhan lada
terbesar di Jawa Barat. Orang Belanda yang pertama kali berhasil mendarat di Banten tahun
1596 adalah Cornelis de Houtman. Namun belum lama singgah, Belanda sudah terlibat
perang dengan rakyat pribumi. De Houtman pun angkat kaki dan berlayar ke timur melalui
pantai utara Jawa. Setelah mendapat berbagai penolakan di Jawa, de Houtman kembali ke
negaranya dengan membawa banyak rempah-rempah. Pelayaran de Houtman sebenarnya
tidak terlalu sukses. Selama dua tahun berlayar, hanya tiga kapal dan 89 awak yang kembali
ke Belanda.
Selain dilawan penduduk lokal, para penjelajah Belanda terkendala cuaca dan wabah
penyakit. Meski belum menemukan pusat rempah-rempah di timur Nusantara, ekspedisi
pertama yang dipimpin de Houtman ini telah mewariskan jalur pelayaran bagi penjelajah
Belanda berikutnya. Maka pada tahun berikutnya, Belanda kembali menggelar ekspedisi
kedua ke Nusantara. "Kini mulailah zaman yang dikenal sebagai zaman pelayaran-pelayaran
liar atau tidak teratur (wilde vaart), yaitu ketIka perusahaan-perusahaan ekspedisi Belanda
saling bersaing berjuang keras untuk memperoleh bagian dari rempah-rempah Indonesia,"
Proses kedatangan Belanda di Indonesia Pada 1598, sebanyak 22 kapal milik lima perusahaan
Belanda yang berbeda berlayar ke Nusantara. Armada pimpinan Jacob van Neck-lah yang
pertama tiba di 'Kepulauan Rempah-rempah' Maluku pada Maret 1599. Kapalnya kembali ke
Belanda pada 1599-1600 dengan mengangkut banyak rempah-rempah. Keuntungan yang
diperoleh mencapai 400 persen. Banyaknya keuntungan itu memikat Belanda. Belanda pun
membentuk Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) pada 1602 yang menyatukan para
pengusaha Belanda. VOC pun menuju Maluku dalam misi perdagangan. Di sana, VOC
mengganggu Portugis yang sebelumnya memonopoli perdagangan. Portugis bekerja sama
dengan Kesultanan Ternate yang ingin Portugis pergi dari Maluku. Pada 1605, VOC
menyerang benteng Portugis di Maluku. Portugis pun terpaksa mundur ke Timor Leste.
Kemenangan Belanda atas Portugis menjadi jalan masuk kolonialisme tiga abad setelahnya.
Tak lama setelah menguasai Maluku, VOC melebarkan sayap ke Pulau Jawa