Anda di halaman 1dari 24

PENEMU

1. P.E.C. SCHEMULLING TAHUN 1864


FOSIL VERTEBRATA DARI KALIOSO

2. EUGENE DUBOIS , KURANG TERTARIK

3. 1934, G.H.R. VON


KOENINGSWALD MENEMUKAN
ARTEFAK DI BARAT LAUT KUBAH
SANGIRAN

FOSIL MANUSIA SANGIRAN


Situs Sangiran tidak hanya memberikan
gambaran tentang evolusi fisik manusia
saja, akan tetapi juga memberikan
gambaran nyata tentang evolusi
budaya,binatang,dan juga lingkungan.
Beberapa fosil yg ditemukan dlam seri
geologis-stratigrafis yg diendapkan tanpa
terputus selama lebih dari 2 juta
tahun,menunjukkan tentang hal itu. Situs
Sangiran telah diakui sebagai salah satu
pusat evolusi manusia di dunia. Situs itu
ditetapkan secara resmi sebagai Warisan

Jenis manusia puba sangiran


1.Meganthropus
Jenis Meganthropus yang paling terkenal adalah Meganthropus Palaeojavanicus yang
ditemukan di Sangiran oleh Von Koenigswald tahun 1936-1941.
Meganthropus Palaeojavanicus berasal dari kata mega = besar, palaeo = tua, dan java =
Jawa, berarti Meganthropus Palaeojavanicus berarti manusia besar/raksasa dari Jawa
Ciri-ciri yang dimiliki Meganthropus Paleojavanicus adalah :
1) mempunyai rahang yang tegap
2) mempunyai geraham yang besar
3) tonjolan kening mencolok
4) tulang pipi tidak tipis
5) memiliki sendi-sendi yang besar
6) mempunyai badan yang tegap
7) mempunyai otot rahang yang kuat
8) tidak mempunyai dagu
9) mempunyai tonjolan belakang yang tajam
10) mengonsumsi tumbuh0tumbuhan, dan
11) hidup berkelompok serta berpindah-pindah

Pithecanthropus
Pithecantropus yakni manusia kera.
Ciri-ciri yang dimiliki oleh Pithecantropus adalah :
1) Tinggi tubuhnya kira-kira 165-180 cm
2) Badan tegap,namun tidak setegap Meganthropus
3) Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis
4) Mempunyai rahang bawah yang kuat
5) Mempunyai tulang pipi yang tidak tipis
6) Volume otak 900 cc 1300 cc
7) Hidung lebar tidak berdagu
8) Makanannya bervariasi,mulai dari tumbuhan dan
daging hewan buruan

Jenis ini memiliki 4 tipe Pithecantropus ,yakni :


1. Pithecantropus Mojokertensis
a) Adalah manusia kera dari Mojokerto ditemukan oleh Von
Koenigswald di Perning,Mojokerto,Jawa Timur pada
lapisan Pleistosen Bawah pada tahun 1936-1941
b) Penemuannya berupa fosil anak-anak berusia sekitar 5
tahun.Diperkirakan hidup sekitar 2,5 juta sampai 2,25 juta
tahun yang lalu
2.Pithecantropus Soloensis
yakni manusia kera dari Solo yang ditemukan berbentuk 11 buah
fosil tengkorak beserta tulang rahang dan gigi.Ditemukan oleh
Von Koenigswald dan Weidenreich pada tahun 1936-1941 di
Lembah Sungai Bengawan Solo yang hidup sampai dengan akhir
pleistosen tengah

3. Pithecanthropus Robustus,
fosil jenis ini ditemukan oleh Weidenreich dan Von Koenigswald
pada tahun 1939 di Trinil, Lembah Bengawan Solo. Fosil ini
berasal dari lapisan pleistosen bawah. Von Koenigswald
menganggap fosil ini sejenis dengan Pithecanthropus
Mojokertensis
4. Pithecanthropus Erectus
yakni manusia kera yang sudah dapat berjalan tegak ditemukan
oleh Eugene Dubois tahun 1890 di Trinil,Lembah Sungai
Bengawan Solo yang berasal dari pleistosen tengah.

Homo ( Manusia )
Fosil ini pertama diteliti oleh Von Reitschoten di Wajak dan
dilanjutkan oleh Eugene Dubois bersama teman-temannya
Ciri-ciri dari Homo ( Manusia ) adalah :
a) muka lebar
b) hidung dan mulutnya menonjol
c) dahi menonjol
d) bentuk fisiknya tidak jauh berbeda dari manusia
sekarang
Hidup dan perkembangan jenis Homo ini sekitar 40.00025.000 juta tahun yang lalu
Tempat penyebarannya tidak hanya di kepulauan Indonesia
saja,tetapi juga di Filipina dan China Selatan
Homo Sapiens berarti manusia sempurna (baik dalam segi
fisik,volume otak,maupun postur badannya)
Homo Sapiens dapat dikelompokkan menjadi beberapa
jenis :

1. Homo Soloensis

Fosil Homo Solensis ditemukan di Ngandong, Blora, di


Sangiran dan Sambung Macan, Sragen, oleh Ter Haar,
oppernooth, dan Von Koenigswald pada tahun 1931-1933
dari lapisan Pleistosen Atas.
Homo Soloensis diperkirakan hidup sekitar 900.000
sampai 300.000 tahun yang lalu.
Volume otaknya mencapai 1300 cc.
Menururt Von Koenigswald makhluk ini lebih tinggi
tingkatannya dibandingkan dengan Pithencantropus
erectus
Diperkirakan makhluk ini merupakan evolusi dari
Pithecantropus Mojokertensis.
Oleh sebagaian ahli, Homo Soloensis digolongkan dengan
Homo Neanderthalensis yang merupakan manusia purba
jenis Homo Sapiens dari Asis, Eropa, dan Afrika berasal
dari lapisan Pleistosen Atas.

2. Homo Wajakensis
Fosil Homo Wajakesnsis ditemukan oleh Van
Riestchoten pada tahun 1889 di desa Wajak,
Tulungagung.
Fosil ini kemudian diteliti oleh Eugene Dubois.
Temuan fosil ini merupakan temuan fosil manusia
purba pertama yang dilaporkan berasal dari Indonesia.
Fosil Homo Wajakensis mempunyai tinggi badan
sekitar 130-210 cm, dengan berat badan antara 30150 jg.
Volume otaknya mencapai 1300 cc. Manusia purba
jenis ini hidup antara 40.000 25.000 tahun yang lalu
pada pleistosen atas.

Peta Penemuan Fosil Manusia Purba di Jawa Tengah


Jawa Timur
1. Sangiran
2 . Sambungmacan
3 . Sonde
4 . Trinil
5 . Ngandong
7 . Kedung Brubus
8 . Kalibeng
9 . Kabuh
10 . Pucangan
11 . Mojokerto (Jetis-Perning)

Trinil adalah sebuah desa yang terletak di pinggiran


Bengawan Solo, masuk wilayah adminstrasi Kabupaten
Ngawi, Jawa Timur. Ekskavasi yang dilakukan oleh Eugene
Dubois di Trinil telah membawa penemuan sisa-sisa
manusia purba yang sangat berharga bagi dunia
pengetahuan. Penggalian Dubois dilakukan pada endapan
alluvial Bengawan Solo. Dari lapisan ini ditemukan atap
tengkorak Pithecantropus erectus, dan beberapa buah
tulang paha (utuh dan fragmen) yang menujukkan
pemiliknya telah berjalan tegak. Penemuan Eugene
Dubois di Trinil ini mebawa penemuan sisa-sisa manusia
purba yang sangat berharga bagi dunia pengetahuan.

Sangiran merupakan suatu kubah raksasa yang berupa


cekungan besar di pusat kubah akibat adanya erosi di
bagian puncaknya. Kubah tersebut diwarnai dengan
perbukitan
yang
bergelombang.
Kondisi
tersebut
menyebabkan tersingkapnya berbagai lapisan batuan yang
mengandung fosil-fosil manusia purba dan binatang.
Pertama kali ditemukan pada tahun 1864 oleh P.E.C.
Schemulling. Eugenen Dubois pernah datang juga ke
Sangiran, namun Dubois kurang tertarik dengan temuantemuan di Sangiran. G.H.R. von Koengiswald pada tahun
1934 menemukan artefak litik di wilayah Ngebug, sekitar 2
km di barat laut kubah Sangiran. Semenjak penemuan von
Koenigswald tersebut, situs Sangiran menjadi terkenal
berkaityan dengan penemuan-penemuan fosil Homo
erectus secara sporadis dan berkesinambungan.

Anda mungkin juga menyukai