MUSIOLOGI
Meskipun beberapa musium komunitas studi juga ada di Cina pada akhir abad 19, musium pertama
dalam arti kata yang kaku adalah Musium Nantung di provinsi Kiangsu yang didirikan pada tahun 1905. Satu
decade kemudian berdiri Musium Sejarah China di Peking (Beijing) dan Musium Northern Territory di
Tientsin.
Musium-musium lain di Asia adalah koleksi di Grand Palace di Bangkok yang didirikan pada tahun 1874
(sekitar 60 tahun kemudian menjadi Musium Nasional Thailand), Musium Nasional Ceylon dibuka untuk
umum pada tahun 1877, Musium Sarawak dibuka pada tahun 1891 dan Musium Peshawar di Pakistan dibuka
pada tahun 1906. Afrika ternyata juga tidak mau ketinggalan.
Di Afrika tengah dan selatan, musium didirikan pada awal abad ke-20. Musium Nasional Zimbabwe di
Bulawayo dan Harare didirikan pada tahun 1901, Musium Uganda berasal pada tahun 1908 dari koleksi yang
dirakit oleh Komisaris Distrik Inggris dan Musium Nasional Kenya di Nairobi dimulai oleh Masyarakat Sejarah
Alam Afrika Timur dan Uganda pada tahun 1909.
Musium pertama di Mozambik, Dr. Alvaro de Castro Musium di Maputo didirikan pada tahun 1913.
Sementara itu, di Afrika Utara, Musium Mesir di Kairo telah dipindahkan ke gedung baru pada tahun 1902
dan beberapa koleksi telah dipindahkan untuk membentuk dua lembaga baru: Musium Islaiih Clt (1903) dan
Musium Koptik (1908).
MATA KULIAH
MUSIOLOGI
Sejak pendirian Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen untuk pengisian koleksi
musiumnya telah diprogramkan antara lain berasal dari koleksi benda-benda bersejarah dan kepurbakalaan
baik dari kalangan pemerintah maupun masyarakat. Semangat itu telah mendorong untuk melakukan upaya
pemeliharaan, penyelamatan, pengenalan bahkan penelitian terhadap peninggalan sejarah dan purbakala.
Kehidupan kelembagaan tersebut sampai masa Pergerakan Nasional masih aktif bahkan setelah Perang
Dunia I. Masyarakat setempat didukung Pemerintah Hindia Belanda menaruh perhatian terhadap pendirian
musium di beberapa daerah di samping yang sudah berdiri di Batavia, seperti Lembaga Kebun Raya Bogor
yang terus berkembang di Bogor. Von Koenigswald mendirikan Musium Zoologi di Bogor pada 1894.
Lembaga ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang bernama Radyapustaka (sekarang Musium Radyapustaka)
didirikan di Solo pada 28 Oktober 1890, Musium Geologi didirikan di Bandung pada 16 Mei 1929, lembaga
bernama Yava Instituut didirikan di Yogyakarta pada 1919 dan dalam perkembangannya pada 1935 menjadi
Musium Sonobudoyo. Mangkunegoro VII di Solo mendirikan Musium Mangkunegoro pada 1918. Ir. H.
Maclaine Pont mengumpulkan benda purbakala di suatu bangunan yang sekarang dikenal dengan Musium
Purbakala Trowulan pada 1920. Pemerintah kolonial Belanda mendirikan Musium Herbarium di Bogor pada
1941.
MATA KULIAH
MUSIOLOGI
Di samping para ahli bangsa Belanda, banyak juga ahli bangsa Indonesia yang menggeluti permusiuman
yang berdiri sebelum 1945 dengan kemampuan yang tidak kalah dengan bangsa Belanda.Memburuknya
hubungan Belanda dan Indonesia akibat sengketa Papua Barat mengakibatkan orang-orang Belanda
meninggalkan Indonesia, termasuk orang-orang pendukung lembaga tersebut. Sejak itu terlihat proses
Indonesianisasi terhadap berbagai hal yang berbau kolonial, termasuk pada 29 Februari 1950 Bataviaach
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang diganti menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI).
LKI membawahkan dua instansi, yaitu musium dan perpustakaan. Pada 1962 LKI menyerahkan musium dan
perpustakaan kepada pemerintah, kemudian menjadi Musium Pusat beserta perpustakaannya. Periode
1962-1967 merupakan masa sulit bagi upaya untuk peren-canaan mendirikan Musium Nasional dari sudut
profesionalitas, karena dukungan keuangan dari perusahaan Belanda sudah tidak ada lagi.
Di tengah kesulitan tersebut, pada 1957 pemerintah membentuk bagian Urusan Musium. Urusan
Musium diganti menjadi Lembaga Urusan Musium-Musium Nasional pada 1964, dan diubah menjadi
Direktorat Musium pada 1966. Pada 1975, Direktorat Musium diubah menjadi Direktorat Permusiuman.
Pada 17 September 1962 LKI dibubarkan, Musium diserahkan pada pemerintah Indonesia dengan nama
Musium Pusat di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Kebudayaan. Musium Pusat diganti namanya
menjadi Musium Nasional pada 28 Mei 1979.
MATA KULIAH
MUSIOLOGI
Penyerahan musium ke pemerintah pusat diikuti oleh musium-musium lainnya. Yayasan Musium Bali
menyerahkan musium ke pemerintah pusat pada 5 Januari 1966 dan langsung di bawah pengawasan
Direktorat Musium. Begitu pula dengan Musium Zoologi, Musium Herbarium, dan musium lainnya di luar
Pulau Jawa mulai diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Sejak musium-musium diserahkan ke
pemerintah pusat, musium semakin berkembang. Bahkan musium baru pun bermunculan, baik
diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh yayasan-yayasan swasta.
Perubahan politik akibat gerakan reformasi yang dipelopori oleh para mahasiswa pada 1998, telah
mengubah tata negara Republik Indonesia. Perubahan ini memberikan dampak terhadap permusiuman di
Indonesia. Direktorat Permusiuman diubah menjadi Direktorat Sejarah dan Musium di bawah Departemen
Pendidikan Nasional pada 2000. Pada 2001, Direktorat Sejarah dan Musium diubah menjadi Direktorat
Permusiuman. Susunan organisasi diubah menjadi Direktorat Purbakala dan Permusiuman di bawah Badan
Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata pada 2002. Direktorat Purbakala dan Permusiuman diubah
menjadi Asdep Purbakala dan Permusiuman pada 2004. Akhirnya pada 2005, dibentuk kembali Direktorat
Musium di bawah Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. (Tim
Direktorat Musium)
MATA KULIAH
MUSIOLOGI
3. Tahap ketiga perkembangan permusiuman adalah ketika Indonesia telah merdeka, dalam periode ini
dapat dibagi menjadi:
a. Era transisi kemerdekaan hingga masa orde baru
Ciri utama dari era transisi adalah masih berubah-ubahnya regulasi permusiuman, musium-musium
dalam rencana pembangunan, dan institusi permusiuman masih mencari formatnya.
b. Era permusiuman dalam zaman Orde baru
Ciri yang dapat diangkat dari periode Orde Baru di bidang permusiuman adalah adanya regulasi
yang seragam dan pembangunan musium-musium di tiap propinsi. Pembakuan itu ditetapkan dan
harus dilaksanakan di musium-musium umum dan khusus yang didirikan.
b. Era Indonesia masa reformasi hingga sekarang ini.
Adapun karakter yang paling menonjol dari permusiuman Indonesia dalam era Reformasi adalah
otonomisasi, ketika lembaga-lembaga musium di ibu kota propinsi diserahkan pengelolaan dan
pengembangannya kepada pemerintah daerah senapas dengan otonomi di bidang-bidang lainnya.
MATA KULIAH
MUSIOLOGI
EVALUASI
Tugas A
Pertanyaan:
1. Apa yang melatarbelakangi perkembangan Musium abad XIX?
2. Apa hikmah di balik peristiwa setelah Perang Dunia II bagi perkembangan musium? Sebutkan !
3. Jelaskan tahapan-tahapan perkembangan musium oleh bangsa Belanda periode kolonial Nusantara!
4. Sebutkan jelaskan tahapan-tahapan perkembangan musium dibawah Lembaga Kebudayaan Indonesia!
5. Apa substansi pokok perkembangan musium Indonesia pada periode Orde Baru? Jelaskan!
Tugas B.
Diskusikan dengan kelompok mengenai usaha pemerintah di kota Anda dalam memberikan perhatian pada
perkembangan Musium di Kota Anda
Tugas C.
Buatlah suatu saran mengenai metode pengembangan musium yang efektif dan efisien di lingkungan Anda
MATA KULIAH
MUSIOLOGI
DAFTAR PUSTAKA
Suwati Kartiwa, Pemasaran Museum, ceramah yang diadakan di museum nasional pada bulan Maret 2005