Anda di halaman 1dari 11

Kaganga : Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora

Volume 2, Nomor 1, Juni 2019


e-ISSN : 2598-4934
p-ISSN : 2621-119X
DOI : https://doi.org/10.31539/kaganga.v2i1.707

PERAN MUSEUM DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

Dedi Asmara
STKIP Yayasan Abdi Pendidikan Payakumbuh
dedi2019@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran museum dalam
pembelajaran sejarah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian.
Hasil penelitian didapatkan bahwa dengan bergesernya paradigma museum dari
koleksi (collection oriented) ke pengunjung (visitor oriented), maka masyarakat luas
mempunyai akses lebih banyak terhadap koleksi museum. Museum harus
menyediakan berbagai akses bagi pengunjung agar mereka dapat memperoleh
kesempatan menggunakan fasilitas dan layanan, riset dan studi koleksi, sajian
display, termasuk konsultasi dangan staf museum. Simpulan dari penelitian ini adalah
Keberadaan musem dalam dunia pendidikan begitu dibutuhkan, termasuk dalam
pembelajaran sejarah. Baik dari level pendidikan yang peling rendah hingga tinggi.
Seorang siswa dari sekolah dasar akan senang bila belajar di museum, dibandingkan
di dalam kelas. Di museum mereka bisa mengamati benda peninggalan masa lampau
secara langsung. Proses pembelajaran juga bisa dilaksanakan oleh pengunjung yang
bukan berasal dari kalangan pendidikan. Seorang turis yang berkunjung ke museum,
baginya akan menambah khasanah kekayaan mental dan intelektual untuk
mengetahui masa lampau dari suatu etnis atau kelompok masyarakat. Di museum
juga bisa dilaksanakan penelitian koleksi, hal ini memberikan peluang untuk
menghasilkan temuan terbaru.Penelitian bagi mahasiswa, dosen, dan siapapun yang
tertarik dengan museum

Kata kunci: Museum, Belajar, Pengunjung.

ABSTRACT
This study aims to find out how the role of the museum in learning history. The
method used in this study is qualitative research to understand the phenomenon of
what is experienced by research subjects. The results showed that with the shift of the
museum paradigm from collection (collection oriented) to visitors (visitor oriented),
the wider community had more access to museum collections. The museum must
provide various access for visitors so that they can get the opportunity to use
facilities and services, research and study collections, display offerings, including
consultations with museum staff. The conclusions of this study are that the existence
of museums in the world of education is so needed, including in history learning.
Both from the low to high education level. A student from elementary school will be
happy when studying in a museum, compared to in the classroom. In the museum they
can observe ancient relics directly. The learning process can also be carried out by

10
2019. Kaganga : Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora 2 (1): 10-20

visitors who are not from the education community. A tourist visiting the museum, for
him will add to the repertoire of mental and intellectual wealth to know the past from
an ethnic or community group. In the museum, collection research can also be
carried out, this provides an opportunity to produce the latest findings. Research for
students, lecturers, and anyone interested in the museum
Keywords: Museums, Learning, Visitors.

PENDAHULUAN Simalungun (1938) dan Museum


Dibandingkan negara-negara yang Herbarium Bogor (1941).
ada di Asia Tenggara, sejarah Pada tahun 1948, Pemerintah RI
permuseuman di Indonesia jauh lebih mendirikan Jawatan Kebudayaan di
awal kehadirannya. Pada tanggal 24 Yogjakarta. Jawatan ini bertugas untuk
April 1778, di nusantara telah didirikan menggali, membina, dan
Bataviaaschap Genootschap van mengembangkan kebudayaan bangsa
Kusten en Wetenschaapen yang dalam struktur organisasinya berada
merupakan cikal bakal museum sesuai dalam Kementerian Pendidikan,
dengan slogan Ten Nutte van het Pengajaran, dan Kebudayaan. Jawatan
Gemeen atau untuk kepentingan umum. ini didirikan dengan maksud untuk
Setelah masa kemerdekaan, namanya menangkal masuknya pengaruh negatif
diganti dengan Lembaga Kebudayaan ke Indonesia.Pada tahun 1957, jawatan
Indonesia pada tahun 1950.Pada ini memiliki satu unit kerja yang
periode berikutnya museum warisan bernama Urusan Museum.Urusan
Belanda itu diubah menjadi Museum Museum ini pada tahun 1965
Pusat (1962), dan kemudian menjadi ditingkatkan lagi menjadi Lembaga
Museum Nasional pada tahun 1970. Museum-Museum Nasional.Pada tahun
Berdasarkan catatan sejarah, 1986, Lembaga Museum-Museum
sebenarnya pada tahun 1662 Indonesia Nasional itu dijadikan Direktorat
pernah memiliki museum yang Museum dalam lingkungan Direktorat
didirikan oleh Rumphios di Ambon, Jenderal Kebudayaan pada masa
yaitu De Amboinsch Raritenkaimer. Kabinet Ampera.Tahun 1975,
Sayangnya museum yang tertua di Direktorat Museum disempurnakan
nusantara itu lenyap ditelan waktu menjadi Direktorat Permuseuman.
seiring perginya sang pendiri. Penting Pada tahun 2000, Direktorat
juga untuk diketahui bahwa ada Permuseuman diubah menjadi
beberapa museum yang berdiri sebelum Direktorat Sejarah dan Museum
kemerdekaan RI yaitu:Museum dibawah Departemen Pendidikan
Radyapustaka (1890), Museum Zoologi Nasional.Pada tahun 2001 Direktorat
Bogor (1894), Museum Rumah Adat Sejarah dan Museum diubah lagi
Aceh (1915), Museum Purbakala menjadi Direktorat Permuseuman. Pada
Trowulan (1820), Museum Geologi tahun 2002, susunan organisasi diubah
Bandung (1929), Museum Bali (1932), menjadi Direktorat Purbakala dan
Museum Rumah Adat Baanjuang Permuseuman dibawah Badan
Bukittinggi (1933), Museum Pengembangan Kebudayaan dan
Sonobudoyo (1935), Museum Pariwisata.Tahun 2004 Direktorat

11
2019. Kaganga : Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora 2 (1): 10-20

Purbakala dan Permuseuman diubah mengembangkan museum-museum


lagi menjadi Asdep Purbakala dan dilingkungan Departemen Pendidikan
Permuseuman. Tahun 2005 dibentuk dan Kebudayaan, melainkan juga
kembali Direktorat Museum dibawah museum yang dikelola oleh departemen
Direktorat Jenderal Sejarah dan lain, swasta, dan pemerintah
Purbakala, Departemen Kebudayaan daerah.Sejak PELITA I sampai
dan Pariwisata. PELITA V (25 tahun), pembangunan
Dalam rangka pembinaan dan permuseuman telah berkembang dan
pengembangan permuseuman di jumlah museum di Indonesia tercatat
Indonesia, pada tahun 1971 Direktorat 262 buah.Museum tersebut terdiri atas
Museum mengelompokkan museum museum-museum dilingkungan
menjadi tiga jenis yaitu Museum Depatemen Pendidikan dan
Umum, Museum khusus, dan Museum Kebudayaan, museum swasta, dan
Lokal. Kemudian pengelompokkan ini museum Pemerintah Daerah.
diubah pada tahun 1975 menjadi Dalam konteks museum pada
museum umum, museum khusus, dan tataran internasional, gagasan pokok
museum pendidikan. Pada tahun 1980, untuk mendirikan museum umum
pengelompokkan museum disederhana- disetiap Ibukota Provinsi itu ialah agar
kan menjadi musuem umum dan dapat mencerminkan falsafah umum
museum khusus. Museum umum dan museum sebagaimana tersirat dalam
museum khusus itu didasarkan pada rumusan International Council of
tingkatan dan kedudukannya dijabarkan Museums (ICOM). Pada tataran
menjadi Museum Tingkat nasional, nasional dikenal arah dan tujuan yang
museum tingkat regional (provinsi), dan jelas untuk apa museum didirikan, yaitu
museum tingkat lokal (kotamadya/ sebagai sarana edukatif-kultural,
kabupaten). inspiratif, dan rekreatif dalam rangka
Patut disyukuri bahwa perhatian menunjang usaha pemerintah
pemerintah terhadap bidang mencerdaskan kehidupan bangsa dan
permuseuman cukup baik. Dengan memajukan kebudayaaan nasional.
dimulainya proyek rehabilitasi dan Oleh karena itu, dunia permuseuman
perluasan museum pusat dan Bali Indonesia mempunyai landasan
(REPELITA I). Proyek permuseuman kebijakan, yaitu Pancasila, UUD 1945,
ini berkembang menjadi proyek GBHN (sebelum reformasi).Dengan
pengembangan dan pembinaan demikian, dunia permuseuman
permuseuman di Indonesia. Memasuki Indonesia sebenarnya telah menetapkan
REPELITA II, ditetapkan suatu tiga pilar utama yang dijadikan
kebijakan untuk memugar dan kebijakan dalam rangka kegiatan
memperluas museum-museum daerah. operasional museum, yaitu:
Warisan zaman kolonial diarahkan mencerdaskan bangsa, kepribadian
menjadi jenis museum umum, dan bagi bangsa, dan ketahananan nasional dan
provinsi yang belum memiliki museum, wawasan nusantara. Jelas bahwa
didirikan museum baru dengan jenis keberadaan museum itu bukan suatu
museum umum. Melalui Direktorat lembaga pelengkap belaka agar bangsa
Permuseuman pemerintah tidak hanya Indonesia tampak berbudaya. Museum
memperhatikan, membina dan yang baik akan menyebarkan falsafah

12
2019. Kaganga : Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora 2 (1): 10-20

yang dianut bangsanya. Museum Wawancara


Indonesia, tentunya juga berasaskan Teknik wawancara pada
Pancasila serta menghormati dinamika penelitian ini bersifat semi terstruktur,
perkembangan masyarakatnya. dimana dalam wawancara
menggunakan pertanyaan terbuka,
METODE PENELITIAN namun ada batasan tema dan alur
Metode penelitian yang pembicaraan serta ada pedoman
digunakan pada tulisan ini adalah wawancara yang digunakan sebagai
metode kualittatif. Menurut Moleong kontrol dalam wawancara.
(2006), Metode Kualitatif adalah Observasi
penelitian yang bermaksud untuk Dalam penelitian ini
memahami fenomena tentang apa yang menggunakan teknik obsevasi non-
dialami oleh subyek penelitian. partisan, dimana peneliti tidak terlibat
Misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan hanya sebagai pengamat
tindakan, dan lain sebagainya secara independen. Peneliti mengamati
holistik dengan cara deskriptif dalam kegiatan pelayanan terhadap
bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu pengunjung museum. Observasi
konteks khusus yang alamiah dan terstruktur dilakukan apabila peneliti
dengan memanfaatkan berbagai metode telah tahu variabel yang akan diamati.
alamiah. Penelitian ini dilaksanakan Dokumentasi
untuk memahami dan mendeskripsikan Usaha pendokumentasian yang
secara sistematis, faktual, dan akurat dilakukan dalam penelitian ini untk
mengenai suatu fakta, sifat, dan mendapatkan data yang telah diolah
hubungan yang muncul dalam peran baik dalam arsip tertulis maupun arsip
museum dalam pembelajaran sejarah. lainnya
Subyek penelitian merupakan Setelah data dikumpulkan, tahap
orang-orang yang dianggap mampu selanjutnya adalah teknik analisi data
memberikan informasi mengenai latar yaitu mengolah data dan menganalisi
belakang dan keadaan yang sebenarnya data. Data yang diperoleh dianalisis
dari objek yang diteliti sehingga data secara deskriptif yaitu dengan cara
yang dihasilkan dapat akurat.Pihak- menghimpun fakta dan
pihak yang dipilih menjadi subyek mendeskripsikannya. Analisis ini
penelitian adalah Pengelola Museum, dilakukan pada seluruh data yang
Pengunjung, dan pihak terkait yang diperoleh dari hasil wawancara,
berkaitan langsung dengan museum obeservasi, dan dokumen. Menurut
yang menjadi sumber data primer. Mathew B. Miles dan A. Micheal
Selain data primer juga ada data Huberman dalam Rohidi (1992),
sekunder yang diolah dari buku, mengatakan bahwa analisis kualitatif
majalah, jurnal, surat kabar yang melalui empat tahap yaitu pengumpulan
berkaitan dengan museum dan data, reduksi data, penyajian data, dan
pembelajaran sejarah. penarikan kesimpulan. Oleh Tjetjep
Teknik pengumpulan data untuk Rohendi Rohidi disederhanakannya
mendapatkan data yang valid dan menjadi tiga tahap yaitu:
akurat, dilakukan beberapa hal:

13
2019. Kaganga : Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora 2 (1): 10-20

Reduksi Data museum hingga kini. Pengertian


Tahap ini diartikan sebagai proses museum menurut ICOM adalah sebuah
pemilihan, pemusatan perhatian atau lembaga yang bersifat tetap, tidak
penyederhanaan, pengabstrakan dan mencari keuntungan, melayani
transformasi kata dasar yang di dapat masyarakat dan perkembangannya,
dari catatan di lapangan. Reduksi data terbuka untuk umum, memperoleh,
berlangsung secara terus sesudah merawat, menghubungkan dan
penelitian lapangan. Selain itu reduksi memamerkan untuk tujuan studi,
data merupakan bentuk analisis yang pendidikan, dan kesenangan, barang
menajamkan, menggolongkan, pembuktian manusia dan
mengarahkan, membuang yang tidak lingkungannya.
perlu, dan mengorganisasikan sehingga Menurut Peraturan Pemerintah
dapat ditarik kesimpulan. (PP) No. 19 Tahun 1995, museum
Penyajian data adalah lembaga, tempat penyimpanan,
Penyajian data adalah upaya perawatan, pengamanan, dan
penyusunan sekumpulan informasi ke pemanfaatan benda bukti materil hasil
dalam suatu matriks atau konfigurasi budaya manusia, alam dan
yang mudah dipahami.Penyajian data lingkungannya guna menunjang upaya
ini dapat berupa naratif, matrik, grafik, perlindungan dan pelestarian kekayaan
dan bagian yang dirancang untuk budaya bangsa. Berdasarkan PP ini
menggabungkan informasi sehingga museum memiliki tugas menyimpan,
mencapai analisis kualitatif yang valid. merawat, mengamankan, dan
Penarikan kesimpulan memanfaatkan koleksi museum benda
Penarikan kesimpulan merupakan cagar budaya. Dengan demikian,
simpulan dari data dan fakta. museum memiliki fungsi besar yaitu
Pengumpulan data, penyajian data, dan sebagai tempat pelestarian dan sumber
penelitian dapat memberikan makna, informasi benda budaya dan alam.
tafsiran, argumen membandingkan data Sebagai tempat pelestarian,
dan mencari hubungan antara satu museum harus melaksanakan kegiatan
komponen yang lain sehingga dapat Penyimpanan, yang didalamnya
ditarik kesimpulan. meliputi kegiatan: (1) pengumpulan
benda untuk menjadi koleksi melalui
HASIL DAN PEMBAHASAN hibah, imbalan jasa, titipan atau hasil
Sejarah Museum kegiatan lain sesuai ketentuan peraturan
Museum berasal dari kata latin perundangaan yang berlaku; (2)
“Mouseion”, yaitu kuil untuk sembilan Pencatatan koleksi ke dalam buku
dewa muze, anak-anak Dewa Zeus yang registrasi dan inventarisasi; (3) Sistem
tugas utamanya adalah menghibur. Arti penomoran; (4) Penataan koleksi di
museum dapat dipahami dari dalam ruang pameran maupun di luar
kegiatannya. Fungsi museum dari ruangan pameran dan ruangan gudang
zaman ke zaman terus mengalami koleksi bagi koleksi pada kondisi
perubahan sesuai dengan situasi dan tertentu.
kondisi, tetapi hakikatnya pengertian Kegiatan Perawatan, meliputi
museum itu tidak berubah. Landasan kegiatan untuk mencegah dan
ilmiah dan kesenian tetap menjiwai arti menanggulangi kerusakan koleksi yang

14
2019. Kaganga : Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora 2 (1): 10-20

dilakukan oleh tenaga ahli. Perawatan yang bermanfaat bagi kecerdasan


tersebut dapat dilakukan baik didalam masyarakat yang berkunjung.
maupun diluar ruangan.Untuk Layanan Museum
mencegah kerusakan koleksi dapat Metode penyajian di museum
dibuat duplikat agar koleksi tersebut terdiri dari metode: Pendekatan
tetap dapat dimanfaatkan sebagai Intelektual adalah cerita penyajian
sumber rinformasi. benda-benda koleksi museum yang
Kegiatan Pengamanan, meliputi mengungkapkan informasi tentang
kegiatan perlindungan untuk menjaga guna, arti, dan fungsi benda koleksi
koleksi dari gangguan atau kerusakan museum. Metode pendekatan romatik
yang disebabkan oleh faktor alam dan (evokatif) adalah cara penyajian benda-
ulah manusia. Untuk melakukan benda koleksi museum yang
kegiatan pengamanan, pengelola mengungkapkan suasana tertentu yang
museum melakukan beberapa upaya, berhubungan dengan benda-benda yang
diantaranya melengkapi sarana dan dipamerkan. Metode pendekatan
prasarana pengamanan, mengatur tata estetik adalah cara penyajian benda-
tertib pengunjung, dan menyediakan benda koleksi museum yang
tenaga pengawas atau keamanan mengungkapkan nilai artistik yang ada
museum. pada benda koleksi museum. Metode
Sebagai sumber informasi, pendekatan simbolik adalah cara
museum melaksanakan kegiatan penyajian benda-benda koleksi museum
pemanfaatan melalui penelitian dan dengan menggunakan simbol-simbol
penyajian. Penelitian dilakukan untuk tertentu sebagai media interpretasi
pengembangan kebudayaan nasional, pengunjung. Metode pendekatan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni kontemplatif adalah cara penyajian
yang dilakukan berdasarkan izin dari koleksi di museum untuk membangun
kepala museum yang bersangkutan. imajinasi pengunjung terhadap koleksi
Hasil penelitian diserahkan kepada yang dipamerkan. Metode pendekatan
museum.Penelitian yang berakibat pada interaktif adalah cara penyajian koleksi
kerusakan koleksi haris didampingi di museum dimana pengunjung dapat
petugas museum. berinteraksi langsung dengan koleksi
Penyajian di museum tetap yang dipamerkan. Penyajian interaktif
memperhatikan aspek pelestarian dan dapat menggunakan teknologi
pengamanannya melalui pameran, informasi.
panduan keliling museum, bimbingan Metode pameran diartikan
karya tulis, ceramah, pemutara slide/ sebagai sebuah komunikasi.Pada
film/ video, dan museum keliling. kategori ini, terdapat empat macam
Museum yang baik harus menjadi metode pameran yaitu penyajian objek,
jendela yang dapat memberikan diorama, planetarium, dan
informasi tentang daerah bagi museum eksplanasi.Metode pameran diartikan
daerah, peristiwa bagi museum sejarah, sebagai sebuah pengalaman. Pada
dan ilmu bagi museum ilmu kategori ini, terdapat enam metode
pengetahuan, teknologi dan seni pameran yang digunakan, yaitu:
sehingga museum dapat menjadi tempat pengalaman melalui sentuhan (touch),
pengalaman melalui memperlihatkan

15
2019. Kaganga : Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora 2 (1): 10-20

(showing), pengalaman melalui model- terhadap pengunjung dapat memberi


model bergerak (moving models), gambaran bagaimana pola kunjungan,
pengalaman melalui eksperimen yang kebutuhan, dan sikap pengunjung.Hasil
saintifik (scientific experiment), dan riset ini dapat digunakan sebagai
pengalaman melalui gambar. pijakan museum dalam membuat
Setiap penyelenggaraan pameran perencanaan program museum di masa
penting untuk selalu diawasi dengan datang. Pendekatan kuantitatif dan
pengkajian/penelitian terhadap gagasan kualitatif juga dapat digunakan dalam
yang akan dituangkan dalam pameran. merancang riset pengunjung.
Disini peran kurator museum Kegiatan pelayanan pegunjung
diperlukan untuk melakukan kajian sebisanya juga mempertimbangkan tipe
dalam mewujudkan gagasan tersebut. dan kebutuhan pengunjung. Kategori
Hal tersebut dapat dilakukan melalui tipe pengunjung tipe individual, mereka
evaluasi hasil pameran sebelumnya, adalah pengunjung yang memiliki
diskusi dengann berbagai pihak yang alasan khusus, misalnya ingin melihat
relevan dengan gagasan pameran, koleksi yang khusus, atau ingin
survei terhadap pemahaman melakukan riset khusus terhadap
masyarakat, kajian pustaka sebelum koleksi museum tertentu untuk
disusun menjadi sebuah proposal yang memperoleh informasi yang detail. Tipe
menguraikan alur cerita, tema dan sub kelompok dewasa, biasanya banyak
tema, serta informasi koleksi dalam menghabiskan waktu di museum untuk
label. berdiskusi secara santai. Tipe kelompok
Museum dan Pengunjung keluarga, biasanya memiliki kebutuhan
Dengan bergesernya paradigma yang besar baik dari segi usia maupun
museum dari koleksi (collection minat. Anak-anak mungkin kurang
oriented) ke pengunjung (visitor tertarik pada koleksi museum.Namun
oriented), maka studi pengunjung harus dengan kreatifitas tinggi yang dimiliki
dilakukan oleh pengelola museum. pengelola (misalnya permainan, kuis,
Layanan pengunjung pada dasarnya display serta brosur yang menarik)
harus dipusatkan pada bagaimana maka anak-anak pun dapat
koordinasi antar staf museum dalam mengapresiasinya.
melayani pengunjung. Museum harus Pelayanan Umum merupakan
menyediakan berbagai akses bagi usaha museum dalam memberikan
pengunjung agar mereka dapat informasi secara baik kepada
memperoleh kesempatan menggunakan pengunjung. Tujuannya agar mereka
fasilitas dan layanan, riset dan studi mendapat kepuasan berkaitan dengan
koleksi, sajian display, termasuk pengetahuan tentang koleksi yang
konsultasi dangan staf museum dipamerkan. Pelayanan informasi yang
(Olofsson, 1991). diberikan ini erat hubungannya dengan
Dalam memberikan layanan tujuan museum sebagai pusat studi,
kepada pengunjung, penting untuk pendidikan, dan rekreasi.
diperhatikan apa sesungguhnya harapan Bentuk pelayanan yang bersifat
pengunjung. Harapan ini harus dipenuhi umum ini dapat diberikan melalui
sehingga museum mendatangkan panduan keliling melihat pameran di
manfaat bagi pengunjung. Riset museum, baik pada pameran tetap atau

16
2019. Kaganga : Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora 2 (1): 10-20

atau pameran khusus, buku pendidikan agar kegiatan tersebut betul-


pedoman/panduan pameran tetap betul mencapai tujuan yang diharapkan.
museum, brosur/ leaflet, VCD tentang Museum dan Penelitian
museum, dan laman website museum. Sejak awal perkembangan
Untuk hal-hal tersebut diatas museum lembaga museum tidak dapat
harus mempersiapkan secara baik dipisahkan dengan ilmu pengetahuan
sarana pelayanan, khususnya tenaga dan ciri ilmiah merupakan predikat
pelaksana yang menguasai metode dan yang melekat pada lembaga tersebut.
teknik bimbingan (pemandu). Hal itu seiring dengan keinginan
Pelayanan yang bersifat khusus masyarakat bahwa museum adalah
merupakan usaha museum memberikan suatu lembaga atau pusat penelitian
pelayan bagi pengunjung museum bagi ilmiah yang diharapkan dapat selalu
yang memerlukan informasi dengan mengkomunikasikan hasil-hasil
tujuan tertentu, misalnya untuk penelitiannya kepada masyarakat.
penelitian atau tugas menyusun karya Para ahli permuseuman
tulis siswa/mahasiswa. Pengunjung menyadari betapa penting melakukan
yang memiliki tujuan tertentu ini kegiatan penelitian di museum untuk
biasanya sudah terbiasa menggunakan suksesnya fungsionalisasi museum itu
museum sebagai lembaga untuk sendiri. Penelitian di museum berbeda
menambah pengetahuan ataupun untuk dengan penelitian di lembaga akademis
lebih mendalami koleksi yang ada di pada umumnya. Penelitian di museum
museum. Biasanya museum sudah adalah karya bersama antara staf
memeiliki program-program bagi museum yang dapat mengarah kepada
mereka khususnya bagi para siswa/ kepala museum.
mahasiswa baik dari tingkat TK hingga Subjek penelitian di museum
perguruan tinggi. dapat dibagi menjadi dua.Pertama,
Bentuk pelayanan yang bersifat subjek penelitian bersumber pada
khusus ini dapat diberikan melalui masalah yang berkaitan dengan koleksi
bimbingan keliling museum bagi para museum. Hasil penelitian ini kemudian
siswa dengan topik-topik khusus yang dikomunikasikan kepada masyarakat
telah disiapkan, ceramah/workshop melalui penerbitan atau pameran.
dengan tema-tema (topik) khusus, Kedua, subjek penelitian yang
pemutaran film/ video, gerakan bersumber pada masalah bukan koleksi,
museum masuk sekolah, museum kita termasuk penelitian pengunjung
baik untuk siswa ataupun untuk guru, museum. Hasil penelitiaan ini akan
peragaan atau demonstrasi tentang digunakan untuk dasar penyusunan
penggunaan/fungsi suatu koleksi, kebijakan dalam pengelolaan museum.
bimbingan karya tulis, pameran- Dalam melaksanakan penelitian
pameran khusus (lebih bersifat ilmiah di museum, perlu diperhatikan tesa-tesa
dan edukatif); dan sosialisasi museum yang wajib dijadikan sebagai pegangan
kepada masyarakat. Untuk membuat oleh para peneliti. Tesa-tesa tersebut
dan menyiapkan bahan pelayanan di adalah sebagai berikut setiap peneliti
atas diperlukan kerjasama antara harus sejalan dengan visi dan misi
museum dengan huru ataupun para ahli museum masing-masing, setiap peneliti
harus bersandarkan pada tugas pokok

17
2019. Kaganga : Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora 2 (1): 10-20

dan fungsi (tupoksi) museum, kepala koleksi sangat penting artinya. Mereka
museum harus mampu mengarahkan haris menguasai betul pendekatan
dan menjadi motivator bagi staf untuk disiplin ilmu yang khas dan berkenaan
melakukan penelitian, penelitian di dengan koleksi yang akan ditelitinya.
museum harus dilakukan atas nama tim Dalam melakukan penelitian
karena hasil penelitian akan dilaporkan terhadap koleksi museum perlu
atas nama museum. Tim peneliti diperhatikan sumber acuan agar hasil
dibentuk oleh Kepala Museum yang penelitian koleksi tersebut bersifat
minimal terdiri dari seorang sebagai valid. Dalam hal ini, koleksi menempati
peneliti dan dua orang sebagai asisten kedudukan utama dan menjadi tumpuan
peneliti, komposisi peneliti tersebut perhatian selama penelitian
dapat disesuaikan dengan bentuk dan berlangsung. Beberapa butir acuan yang
keluasan cakupan penelitian. Penelitian patut diperhatikan, diantaranya sebagai
dapat diajukan oleh setiap staf berikut: adanya permasalahan yang
fungsional museum dengan prosedur menjadikan koleksi sebagai data utama
sebagai berikut para staf fungsional penelitian, permasalahan penelitian
museum mengajukan proposal yang disusun harus berkenaan dengan
penelitian kepada kepala museum, koleksi.
kepala museum dan/atau tim penilai Koleksi merupakan hal yang
yang ditunjuk memberikan penilaian pertama harus menjadi fokus perhatian,
terhadap proposal, apabila diterima, tumpuan penelitian dan bahan kajian.
kepala museum membentuk tim Jadi koleksi bukan merupakan data
penelitian, Tim penelitian dapat sekunder, adanya penelitian secara fisik
melaksanakan penelitiannya dengan terhadap koleksi (terhadap pengukuran,
memperhatikan segara prosedur penggambaran, pemotretan, dan lain-
penelitian, apabila ditolak, kepala lain), paling tidak harus ada penelitian
museum memberikan arahan dan secara fisik terlebih dahulu terhadap
mengembalikan proposal kepada para koleksi, dan sudut bahan, ukuran, gaya
staf fungsional untuk diperbaiki dan dan lain-lain disertai dengan aktivitas
diusulkan kembali. Bagi museum yang pengukuran,pemotretan, penggambaran,
belum memiliki atau terbatasnya tenaga dan hal lainnya. Jadi, penelitian koleksi
yang cakap untuk melakukan penelitian lewat foto atau gambar merupakan hal
dapat bekerjasama dengan museum atau yang kurang baik, kecuali apabila
instansi penelitian lain yang relevan. sangat terpaksa (sebagai data
Penelitian koleksi museum sangat pendukung) atau koleksi dimaksud
penting dilakukan oleh para kurator sukar diperoleh karena misalnya koleksi
bidang koleksi. Bagi suatu museum disimpan di museum luar negeri,
upaya untuk menginformasikan Adanya pemecahan/ pembahasan
koleksinya kepada publik bukanlah masalah yang berkenaan dengan
persoalan yang mudah. Sejumlah penelitian koleksi, Pemecahan atau
informasi mengenai koleksi yang akan jawaban terhadap masalah penelitian
dikomunikasikan sedapat mungkin terlebih dahulu adalah pemecahan
tersedia secara maksimal. Dalam hal ini masalah-masalah yang berkaitan
peran penelitian koleksi museum yang langsung dengan koleksi, hasil
dilaksanakan para kurator bidang penelitian dapat memberikan penjelasan

18
2019. Kaganga : Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora 2 (1): 10-20

yang lebih luas pada koleksi yang koleksi sepenuhnya bertujuan untuk
diteliti secara mandiri, apabila terdapat memberikan penjelasan tentang riwayat
koleksi yang diteliti secara khusus koleksi itu sendiri. Kedua,Penelitian
(mandiri) yang berkaitan dengan tentang suatu koleksi dengan tujuan
koleksi-koleksi lainnya. untuk menguraikan peranan suatu
Hasil penelitian itu harus dan koleksi yang lebih luasnya dalam
mendalam tentang seluk-beluk koleksi kerangka sejarah (kesenian, politik,
tersebut.Tidak perlu dikaitkan dengan masyarakat, ekonomi, dan lain-lain).
uraian-uraian koleksi lainnya, hasil Ketiga, Penelitian terhadap koleksi
penelitian dapat memberikan penjelasan dengan tujuan hanya sebagai data
secara lebih luas dalam konteks ilmu pendukung dari suatu kajian peristiwa
pengetahuan, misalnya sejarah, yang pernah terjadi.
arkelologi, antropologi, sosiologi, dan Museum juga melakukan
politik. Hasil penelitian terhadap penelitian di luar koleksi. Penelitian
koleksi museum diharapkan juga dapat tersebut dilakukan oleh staf fungsional
memberikan masukan yang lebih luas bidang edukasi, konservasi, dan
pada wawasan ilmu pengetahuan. preparasi. Misalnya, penelitian
Artinya, walaupun hanya bersifat mengenai pengunjung museum,
penelitian terhadap koleksi suatu apresiasi masyarakat terhadap museum,
museum, namun hasilnya dapat konservasi, dan pengamanan
disumbangkan bagi penambahan museum.Penelitian-penelitian tersebut
wacana kognitif (data dan asumsi) pada pada umumnya merupakan penelitian
suatu bidang ilmu yang berkaitan dasar kebijakan yang berbasis pada
dengan koleksi yang bertemakan keinginan pengunjung. Hasil dari
multikulturalisme, atau lainnya, Hasil penelitian ini digunakan untuk dasar
penelitian terhadap koleksi juga dapat penyusunan kebijakan manajemen,
menghasilkan suatu dukungan terhadap ppetunjuk pelaksanaan tugas, serta
suatu teori yang sudah umum, misalnya petunjuk teknis. Berbeda dengan
tentang difusi, akulturasi, dan local penelitian koleksi yang hasilnya
genius, diharapkan adanya manfaat disajikan kepada masyarakat.
dalam konteks kemasakinian atau masa Dalam melaksanakan penelitian
yang akan datang bila dilakukan buka koleksi perlu diperhatikan
penelitian terhadap koleksi. Sejalan beberapa acuan agar penelitian itu
dengan pandangan bahwa museum shahih. Masyarakat, baik pengunjung
harus berperan dalam masyarakat masa museum maupun masyarakat di sekitar
kini dan mampu mengikuti museum menempati kedudukan utama
perkembangan zaman, maka hasil dan menjadi tumpuan perhatian selama
penelitiannya pun mengandung bagian- penelitian berlangsung. Beberapa butir
bagian yang dapat disumbangkan pada acuan yang patut diperhatikan,
zaman sekarang (McClean, 1996). diantaranya sebagai berikut: pertama,
Alur Penelitian di Museum ada permasalahan yang menjadikan
Penelitian terhadap koleksi kebijakan museum sebagai masalah
museum secara garis besar dapat dibagi utama penelitian. Masyarakat
menjadi tiga jenis penelitian, yaitu pengunjung museum, masyarakat
pertama, suatu penelitian terhadap disekitar museum, konservasi, dan

19
2019. Kaganga : Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora 2 (1): 10-20

pengamanan museum menjadi fokus dosen, dan siapapun yang tertarik


perhatian, tumpuan penelitian, dan dengan museum.
bahan kajian. Kedua, Pendekatan Fakta dan kenyataan yang kita
penelitian yang digunakan secara umum temukan hari ini adalah masih
dapat dikelompokkan menjadi minimnya masyarakat untuk
pendekatan kualitatif dan berkunjung ke museum. Banyak faktor
kuantitatif.Keempat,adanya pemecahan/ yang menyebabkan minimnya orang
pembahasan masalah yang berkenaan berkunjung ke musuem, namun lambat
dengan kebijakan museum yang laun museum yang ada di Indonesia
mengacu pada kedua pendekatan sudah mulai berbenah.Sarana dan
keilmuan. Kelima, diharapkan muncul prasarana pendukung mulai diperbaiki
prediksi, saran, dan rekomendasi yang dan bersih, sehinggan kesan museum
patut dijadikan bahan dalam rangka yang kotor dan kusam selama ini bisa
penyusunan kebijakan manajemen, ditepis. Layanan pengunjungpun sudah
petunjuk pelaksanaan tugas, dan dilakukan inovasi. Pengunjung
petunjuk teknis. Keenam, diharapkan dimanjakan dengan pemandu yang
ada manfaat dalam konteks konsep edikatif, ramah, dan profesional serta
pengembangan pengelolaan museum. pusat informasi digital.
Ketujuh, hasil penelitian diharapkan
dapat memberikan masukan kepada DAFTAR PUSTAKA
kepala atau pengelola museum. Kedding O., U. (1991). Museum dan
Anak-Anak: Risalah- Risalah
SIMPULAN Tentang Pendidikan. Jakarta:
Keberadaan musem dalam dunia Balai Pustaka
pendidikan begitu dibutuhkan, termasuk Mclean, K. (1996). Planning for People
dalam pembelajaran sejarah. Baik dari in Museum Exhibitions.
level pendidikan yang peling rendah Michigan: Association of Science
hingga tinggi. Seorang siswa dari Technology Centres.
sekolah dasar akan senang bila belajar Miles & Huberman. (1992). Analisis
di museum, dibandingkan di dalam Data Kualitatif. (diterjemahkan
kelas. Di museum mereka bisa Ole: Tjetjep Rohedi Rosidi).
mengamati benda peninggalan masa Jakarta: Universitas Indonesia.
lampau secara langsung. Proses Moleong. (2006). Metodologi
pembelajaran juga bisa dilaksanakan Penelitian Kualitatif. Bandung:
oleh pengunjung yang bukan berasal PT Remaja Rosdakarya
dari kalangan pendidikan. Seorang turis Republik Indonesia. (1995). Peraturan
yang berkunjung ke museum, baginya Pemerintah Republik Indonesia
akan menambah khasanah kekayaan Nomor 19 Tahun 1995 tentang
mental dan intelektual untuk Pemeliharaan dan Pemanfaatan
mengetahui masa lampau dari suatu Benda Cagar Budaya di Museum.
etnis atau kelompok masyarakat. Di Jakarta : sekertariat negara, 1995.
museum juga bisa dilaksanakan Lembaran negara republik
penelitian koleksi, hal ini memberikan indonesia tahun 1995 nomor 35.
peluang untuk menghasilkan temuan
terbaru. Penelitian bagi mahasiswa,

20

Anda mungkin juga menyukai