TINJAUAN UMUM
7
bahasa Yunani, yakni istoria, yang artinya ilmu. Ada beberapa pengertian sejarah
berdasarkan pendapat para ahli, di antaranya adalah:
Herodotus (484-425 SM): Sejarah tidak berkembang ke arah depan dan
memiliki tujuan jelas, melainkan bergerak seperti garis lingkaran yang tinggi
dan rendahnya diakibatkan oleh keadaan manusia itu sendiri.
Ibnu Khaldun (1332-1406): Sejarah adalah catatan tentang masyarakat, umat
manusia, atau peradaban dunia, dan tentang perubahan-perubahan yang terjadi
pada watak masyarakat.
Moh Yamin: Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang tersusun atas hasil
penyelidikan peristiwa yang dapat dibuktikan dengan kenyataan.
Adapun pengertian sejarah secara umum adalah segala bentuk
pengetahuan hasil penyelidikan dari masa lalu yang akan menjadi acuan atau
pedoman untuk masa sekarang serta proses untuk kemajuan di masa depan.
Sementara itu, dalam menyusun catatan sejarah, diperlukan beberapa hal,
seperti makalah pemerintah, buku harian, surat, prasasti, biografi, dan lainnya.
Untuk sejarah kuno, sumber sejarah biasanya menggunakan daftar raja, perang,
dan peristiwa penting seperti pembangunan kuil dan bencana alam
Pada zaman yang lebih modern, lebih mudah mendapatkan catatan sejarah
karena pemerintah dan lembaga sudah mulai membuat arsip untuk menyimpan
catatan penting.
Selain itu, catatan sejarah di zaman modern sudah menggunakan kertas,
sedangkan catatan pada masa lalu ditulis di atas batu, perkamen (papirus), atau
digambar di atas bangunan bahkan tembikar.
Meurut Wikipedia , Nias (bahasa Nias: Tanö Niha) adalah sebutan untuk
pulau dan kepulauan yang terletak di sebelah barat Pulau Sumatra, Indonesia, dan
secara administratif berada dalam wilayah Provinsi Sumatra Utara. Pulau ini
merupakan pulau terbesar di antara gugusan pulau di pantai barat Sumatra, dihuni
oleh mayoritas suku Nias (Ono Niha). Daerah ini memiliki objek wisata seperti
selancar, rumah tradisional, penyelaman, hombo batu (lompat batu). Pulau dengan
8
luas wilayah 5.625 km² ini berpenduduk hampir 1.000.000 jiwa. Pulau Nias
terbagi atas lima daerah administrasi, satu kota dan empat kabupaten.
Suku Nias adalah pulau yang kelompok etnik yang berasal dari Pulau
Nias. Mereka menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono berarti anak/keturunan;
Niha = manusia) dan Pulau Nias sebagai "Tanö Niha" (Tanö berarti tanah).
Hukum adat tradisional Nias secara umum disebut fondrakö. Masyarakat Nias
kuno hidup dalam budaya megalitik, dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa
ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau
ini sampai sekarang.
2.2 Museum
2.2.1 Sejarah Museum di Indonesia
Perkembangan museum di Indonesia sangat dipengaruhi oleh masa
penjajahan Belanda. Memasuki abad ke-18 VOC maupun Hindia-Belanda pada
tanggal 24 April 1778 medirikan Bataviaach Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen merupakan sebuah lembaga yang bertugas terhadap ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. Yang salah satu tugasnya adalah memelihara
museum yang meliputi: pembukuan (boekreij); himpunan etnografis; himpunan
kepurbakalaan; himpunan prehistori; himpunan keramik; himpunan muzikologis;
himpunan numismatik, pening dan capcap; serta naskah-naskah (handschriften),
termasuk perpustakaan.
Setelah Perang Dunia I masyarakat setempat didukung Pemerintah Hindia
Belanda memberi perhatian terhadap pendirian museum di beberapa daerah, di
9
samping yang sudah berdiri di Batavia, seperti Lembaga Kebun Raya Bogor yang
terus berkembang di Bogor.
1. (Museum Zoologi) didirikan Von Koenigswald di Bogor,1894.
2. (Museum Radyapustaka) didirikan di Solo pada tanggal 28 Oktober 1890,
3. (Museum Geologi) didirikan di Bandung pada tanggal 16 Mei 1929,
4. (Museum Sonobudoyo) didirikan di Yogyakarta,1919.
5. (Museum Mangkunegoro) didirikan Mangkunegoro VII di Solo, 1918.
6. (Museum Purbakala Trowulan) didirikan Ir. H. Haclaine,1920.
7. (Museum Herbarium) didirikan Pemerintah kolonial Belanda,Bogor 1941.
Pada 29 Februari 1950 Bataviaach Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen yang diganti menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI).
LKI membawahkan 2 instansi, yaitu museum dan perpustakaan. Pada tahun 1962
LKI menyerahkan museum dan perpustakaan kepada pemerintah, kemudian
menjadi Museum Pusat beserta perpustakaannya. Tahun 2005 hingga sekarang
lembaga permuseuman di Indonesia dibawah Direktorat Museum, Direktorat
Jenderal Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
10
2. Penyajian, harus tetap memperhatikan aspek pelestarian dan
pengamanannya.
11
Museum yang pengelolaannya dikelola oleh Pemerintah
2. Museum Swasta
Museum yang pengelolaannya dikelola oleh pihak Swasta
Maka, kesimpulan klasifikasi pada perancangan Museum Sejarah Nias
Selatan berdasarkan koleksi ialah museum khusus. Dimana koleksi pada
museum berdasarkan peninggalan leluhur nias selatan. Klasifikasi berdasarkan
kedudukannya ialah museum local. dimana koleksinya di kumpulkan dari wilayah
kabupaten Nias Selatan serta berdasarkan penyelenggaranya, Museum Sejarah
Nias Selatan dikelola oleh Pemerintah.
12
- Pameran tetap
Adalah pameran yang diadakan dalam jangka 5 tahun. Tema pameran sesuai
dengan jenis, visi dan misi museum. Idealnya, koleksi pameran yang
disajikan adalah 25 sampai dengan 40 persen dari koleksi yang dimiliki
museum, dan dilakukan penggantian koleksi yang dipamerkan dalam jangka
waktu tertentu. Pameran tetap bertujuan untuk meningkatkan apresiasi
masyarakat terhadap bukti-bukti material manusia dan lingkungannya.
- Pameran Khusus/temporer
Adalah pameran koleksi museum yang diselenggarakan dalam waktu relatif
singkat. Pameran khusus bertujuan untuk memberikan dimensi tambahan
informasi pameran tetap kepada masyarakat dengan tema khusus, dalam
rangka meningkatkan apresiasi masyarakat.
b. Metode pameran
Metode dan teknik penyajian koleksi di museum terdiri dari :
- Metode pendekatan intelektual, adalah museum yang mengungkapkan
informasi tentang guna, arti dan fungsi benda koleksi museum.
- Metode pendekatan romantik (evokatif), adalah cara penyajian benda-benda
koleksi museum yang mengungkapkan suasanan tertentu yang berhubungan
dengan benda-benda yang dipamerkan.
- Metode pendekatan estetik, adalah cara penyajian benda-benda koleksi
museum yang mengungkapkan nilai artistik yang ada pada benda koleksi
museum.
- Metode pendekatan simbolik, adalah cara penyajian benda-benda koleksi
museum dengan menggunakan simbol-simbol tertentu sebagai media
interpretasi pengunjung.
- Metode pendekatan kontemplatif, adalah cara penyajian koleksi di museum
untuk membangun imajinasi pengunjung terhadap koleksi yang dipamerkan.
- Metode pendekatan interaktif, cara penyajian koleksi di museum dimana
pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan koleksi yang dipamerkan.
Penyajian interaktif dapat menggunakan teknologi informasi.
13
Maka, pada perancangan Museum Sejarah Nias Selatan berdasarkan jenis
pameran yang ditampilkan yaitu pameran tetap dengan jangka waktu 5 tahun dan
pameran temporer dengan jangka waktu relatif singkat, 10 hari – 1 bulan
lamanya.
14
Penyelamatan warisan sejarah alam dan sejarah budaya
Sebagai bahan penyebarluasan informasi mengenai kekayaan warisan
sejarah alam dan sejarah budaya dengan melalui pameran museum baik
pameran tetap maupun temporer.
b. Tata Cara Penyajian Koleksi
Penyajian Koleksi
Penyajian koleksi merupakan salah satu cara berkomunikasi antara
pengunjung dengan benda-benda koleksi yang dilengkapi dengan teks,
gambar, foto, ilustrasi dan pendukung lainnya
Penyajian koleksi di ruang pameran museum harus memiliki :
- Sistematika atau alur cerita pameran, sangat diperlukan dalam penyajian
koleksi di ruang pameran, karena akan mempermudah komunikasi dan
penyampaian informasi koleksi museum kepada masyarakat.
- Koleksi yang mendukung alur cerita, yang disajikan di ruang pameran
harus dipersiapkan sebelumnya, agar sajian koleksi terlihat hubungan
dan keterkaitan yang jelas antar isi materi pameran.
Penataan koleksi
Penataan dalam suatu pameran dapat disajikan secara :
- Sifat koleksi, sebagai benda cagar budaya yaitu tidak dapat
diperbaharui, terbatas, baik itu dalam bentuk, jumlah dan jenisnya serta
mudah rusak atau tidak.
- Jenis koleksi, apakah terbuat dari bahan organik (kayu, kertas, lukisan,
kain, bambu), atau dari bahan anorganik (logam emas, perak,tembaga,
perunggu, kuningan, besi keramik, tanah liat dan batu).
- Tematik, yaitu dengan menata materi pameran dengan tema dan
subtema.
- Taksonomik, yaitu menyajikan koleksi dalam kelompok atau sistem
klasifikasi.
15
- Kronologis, yaitu menyajikan koleksi yang disusun menurut usianya
dari yang tertua hingga sekarang. Penataan Koleksi dapat
menggunakan :
- Panel, digunakan untuk menggantung atau menempelkan koleksi yang
bersifat dua dimensi dan cukup dilihat dari sisi depan. Kadang-kadang
panel hanya digunakan untuk menempelkan label atau koleksi
penunjang lainnya seperti peta, grafik dan lain sebagainya.
16
1.
2.
17
Gambar 2.2. Ukuran panel di museum
Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di Museum, 1994
- Vitrin, digunakan untuk meletakkan benda-benda koleksi yang
umumnya tiga dimensi, dan relatif bernilai tinggi serta mudah
dipindahkan. Vitrin mempunyai fungsi sebagai pelindung koleksi baik
dari gangguan manusia, maupun dari gangguan lingkungan yang berupa
kelembapan udara ruangan, efek negatif cahaya serta perubahan suhu
udara ruangan.
Menurut Fungsinya, Vitrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Vitrin Tunggal
Vitrin yang berfungsi sebagai almari pajang saja
2. Vitrin Ganda
18
Vitrin yang berfungsi sebagai almari pajang dan tempat penyimpanan
benda koleksi.
19
Gambar 2.5. Ukuran Pedestal/alas kaki yang disesuaikan dengan koleksi
Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di Museum, 1994
Gambar 2.6. Beberapa bentuk pedestal/alas kaki yang disesuaikan dengan koleksi
Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di Museum, 1994
20
200-210 cm sudah cukup alas terendah 65-70 cm dan tebal 50cm – ukuran dan
bentuk vitrin harus memperhitungkan juga ruangan dan bentuk bangunan dimana
vitrin itu akan diletakkan. Sediakan ruang kaki dengan kedalaman 18 cm dan
tinggi 22,4 cm pada bagian bawah vitrin atau pedestal untuk pengguna kursi roda.
Panil-panil Informasi
Panil-panil informasi atau label secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu :
- Teks dinding (introductory label) yang memuat informasi awal/
pengenalan mengenai pameran yang diselenggarakan, tema dan subtema
pameran, kelompok koleksi.Label individu yang berisi nama dan
keterangan singkat mengenai koleksi yang dipamerkan. Informasi yang
disampaikan berisi keterangan yang bersifat deskriptif, dan informasi
yang dibutuhkan sesuai dengan alur cerita.
2000 mm
750 mm
21
- Kepala / Direktur Museum
Memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi museum
- Kepala Bagian Tata Usaha Museum
Memimpin penyelenggaraan urusan tata usaha, urusan rumah tangga,
dan ketertiban Museum
- Kepala Bagian Kuratorial
Memimpin penyelenggaraan pengumpulan, penelitian dan pembinaan
koleksi.
- Kepala Bagian Konservasi dan Preparasi
Memimpin penyelenggaraan konservasi, restorasi dan reproduksi
koleksi serta preparasi
- tata pameran.
Kepala Bagian Bimbingan dan Publikasi Memimpin penyelenggaraan
kegiatan bimbingan dengan metode dan sistem edukatif kultural dalam
rangka menanamkan daya apresiasi dan penghayatan nilai warisan
budaya dan ilmu pengetahuan serta menyelenggarakan publikasi tentang
koleksi museum.
- Kepala Bagian Registrasi dan Dokumentasi
1. Memimpin penyelenggaraan registrasi dan dokumentasi seluruh
koleksi. Perpustakaan
2. Menyelenggarakan perpustakaan dan menyimpan hasil penelitian
serta penerbitan museum.
Berdasarkan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang museum, fungsi dan tugas
Museum sekurang-kurangnya dilaksanakan oleh :
a. Kepala Museum
Kepala Museum memiliki tugas dan taggung jawab yang meliputi :
Menyusun kebijakan
Menyusun program
Merencaanakan dan mengajukan anggaran
Merencanakan dan mengusulkan sumber daya manusia
22
Melaksanakan program
Melakukan pemantauan dan evaluasi
Hal-hal yang berkaitan dengan bidang hukum
b.Tenaga administrasi yang terdiri atas :
• Ketatausahaan dengan subbagian :
Kepegawaian
Keuangan
Perencanaan dan tata laksana
Kerumahtanggaan
• Keamanan
c. Tenaga teknis yang terdiri atas :
• Registrar
Yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk :
➢ Mencatat koleksi
➢ Mendokumentasikan koleksi
• Kuratorial
Yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk :
➢ Menginventarisasi koleksi
➢ Melakukan penelitiaan koleksi
➢ Menyiapkan konsep dan materi pameran
➢ Menyiapkan materi publikasi
Konservator
Yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memelihara
dan merawat koleksi
Penata pameran
Yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk :
➢ Merancang pameran
➢ Menyiapkan sarana dan prasarana pameran
Edukator
23
Yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk :
➢ Merancang kegiatan edukasi museum
➢ Memberikan layanan edukatif dan informatif tentang
museum
• Hubungan masyarakat dan pemasaran
Yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk
Merancang kegiatan dalam rangka hubungan masyarakat
dan pemasaran museum
➢ Menyampaikan informasi secara lisan, tertulis, atau
melalui gambar (visual) kepada public tentang kegiatan
yang dilakukan museum
➢ Memantau, mendokumentasikan, mengevaluasi, serta
menyalurkan opini publik kepada museum
24
a. Lokasi yang bukan terletak di daerah industri yang banyak
pengotoran udara.
b. Bukan daerah yang tanahnya berlumpur/tanah rawa atau tanah
berpasir. Elemen-elemenan iklim yang berpengaruh pada lokasi
Persyaratan Bangunan
Terdapat dua macam persyaratan bangunan museum, yaitu :
a. Persyaratan Umum
1. Bangunan dikelompokkan dan dipisahkan sesuai :
• Fungsi dan aktivitasnya
• Ketenangan dan keramaian
• Keamanan
2. Pintu masuk utama (main entrance) untuk pengunjung
3. Pintu masuk khusus (service) untuk bagian pelayanan, perkantoran,
rumah jaga, serta ruang-ruang pada bangunan khusus.
4. Area publik terdiri dari :
• Bangunan utama yang meliputi pameran tetap, pameran temporer
dan peragaan.
• Auditorium, keamanan, gift shop, cafetaria, ticket box, penitipan
barang, lobby, dan tempat parkir.
5 Area semi publik terdiri dari bangunan administrasi termasuk
perpustakaan dan ruang rapat
6. Area privat terdiri dari :
• Laboratorium Konservasi
• Studio preparasi
• Storage
• Office
b. Persyaratan Khusus
1. Bangunan utama yang mewadahi kegiatan pameran tetap dan
temporer wajib:
25
• Memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan
• Mudah dalam pencapaiannya baik dari luar atau dalam
• Merupakan bangunan penerima yang harus memiliki daya Tarik
sebagai bangunan utama yang dikunjungi oleh pengunjung museum.
• Memiliki sistem keamanan yang baik dari segi kontruksi,
spesifikasi ruang untuk mencegah rusaknya benda-benda secara
alami ataupun karena pencurian.
2. Bangunan khusus wajib :
• Terletak pada tempat yang kering.
• Mempunyai pintu masuk khusus.
• Memiliki sistem keamanan yang baik (terhadap kerusakan, kebakaran,
dan pencurian).
3. Bangunan administrasi :
• Terletak di lokasi yang strategis baik dari pencapaian umum maupun
terhadap bangunan lainnya.
Persyaratan Ruang
a. Sirkulasi dan jarak pandang
Bangunan museum setidaknya terdiri dari 2 unsur, yakni bangunan
pokok dan bangunan penunjang. (Direktorat Museum, 1999: 9)
1. Bangunan pokok meliputi beberapa ruang sebagai berikut:
• Ruang pameran tetap
• Ruang pameran kontemporer
• Ruang auditorium
• Ruang administrasi dan perpustakaan serta ruang rapat
• Ruang perpustakaan
• Laboratorium Konservasi
• Studio Preparasi
• Storage
2. Bangunan penunjang meliputi beberapa ruang sebagai berikut:
• Ruang cenderamata dan kafetaria
26
• Ruang penjualan tiket dan penitipan barang
• Ruang lobi
• Ruang toilet
• Ruang parkir dan taman
• Ruang pos jaga
27
Gambar 2.8. Sirkulasi pengunjung dalam Ruang Pamer
Sumber : Menimbang Ruang Menata Rupa, 2006
Gambar 2.9 :
Sudut Penglihatan Manusia
Sumber : Neufert, 1986
Dari gambar di atas, disimpulkan bahwa pandangan yang nyaman ke arah
objek (lukisan/fotografi) adalah pandangan saat dimana mata kita dapat mengenali
warna atau membedakan warna dengan baik, yaitu di dalam daerah visual 30° ke
arah atas, 30° ke arah bawah, 30° ke arah kanan, dan 30° ke arah kiri. Sehingga
dapat disimpulkan rumus untuk menetukan jarak pengamat dan jarak antar lukisan
adalah sebagai berikut:
- Jarak pengamat = ½ x (t.lukisan) / tg 30°
- Jarak antar lukisan = (j.pengamat) x tg 45°- ½ x (t.lukisan)
28
700 mm
Gambar
2.10 . Jarak Pengamat terhadap Koleksi
Sumber : Glasglow Art Council
Jarak pengamat terhadap benda koleksi tiga dimensi diambil dari tepi objek
ke tepi bentuk penghalang yang direkomendasikan berdasarkan jarak jangkauan
lengan adalah 70 cm hingga 120 cm.
b.Standar Organisasi dan Kebutuhan Ruang
Secara umum organisasi ruang pada bangunan museum terbagi menjadi
lima zona/ area berdasarkan kehadiran publik dan menjadi lima zona/area
berdasarkan kehadiran publik dan keberadaan koleksi/ pajangan.
Zona –zona tersebut antara lain :
- Zona Publik – Tanpa Koleksi
- Zona Publik – Dengan Koleksi
- Zona Non Publik – Tanpa Koleksi
- Zona Non Publik – Dengan Koleksi
- Zona Penyimpanan Koleksi
29
Tabel 2.1 Kelompok Ruang dalam Museum
Sumber : DeChiara, 2001
b. Pencahayaan
Pencahayaan merupakan salah satu aspek teknis utama yang perlu
diperhatikan untuk membantu memperlambat proses pelapukan dari koleksi.
Beberapa ketentuan dan contoh penggunaan cahaya alami pada museum sebagai
berikut :
30
Tabel 2.2 Pencahayaan yang baik
Sumber : Texas Historical Comission, 2013
31
Gambar 2.12. Contoh Pemasangan Lampu pada Museum Arca
Sumber : www.google.com (Akses 16 Maret 2023)
c. Penghawaan
32
Suhu yang direkomendasikan untuk pameran dalam museum adalah 20°-
22° dengan kelembaban relatif 55%.
33
melalui computer sehigga batas antara keduanya menjadi sangat tipis. Perbedaan
mendasar pada Virtual Reality (VR) dan Augmentality Reality (AR) yaitu dari
proses input terhadap konsol yang digunakan. Pada Virtual Reality (VR) semua
data input sudah diprogram sebelumnya, sedangkan pada Augmentality Reality
(AR) input yang digunakan berasal dari lingkungan sekitar pada konsol tersebut.
A. Festival
fenomena sosial yang pada hakekatnya dijumpai dalam semua kebudayaan
manusia). Sedangkan, menurut W.J.S.Poerwadarminta (dalam Jiunkpe: 1998)
Festival dapat diartikan dalam dua pengertian, yaitu :
1. Hari atau pekan gembira dalam rangka peringatan peristiwa penting dan
bersejarah, pesta rakyat.
2 . Perlombaan.
Dapat diketahui atau disimpulkan bahwa sifat dasar dari semua festival adalah
sesuatu yang berhubungan dengan perayaan dan juga pesta rakyat yang pada
umumnya ditentukan oleh sesuatu yang mempunyai nilai kebudayaan.
Maka, pada kegiatan festival yang diadakan di Museum Sejarah Nias,
diadakan pada peringatan ulang tahun museum, maupun peringatan hari
bersejarah seperti Hari Pendidikan Nasional, pesta yaahowu dan hari ulang tahun
jadinya kabupaten nias selatan
Jenis-Jenis Festival ialah sebagai berikut :
a. Festival musik
Biasanya serangkaian tindakan di tempat tertentu dan terinspirasi oleh
tema pemersatu, seperti musik nasional, musik modern atau
mempromosikan karya-karya komposer / yang menonjol, dapat juga
berupa bentuk kontes untuk penyanyi atau komposer.
b. Festival seni
Merupakan peristiwa besar di mana pertunjukan, pameran dan kompetisi
seputar seni musik, teater, lukis dan kerajinan diadakan.
34
c. Festival budaya
Festival budaya merupakan pengekspresian pandangan tentang isu-isu
budaya, sosial dan politik. Seringkali perdebatan perubahan pada fokus
polarisasi antara para pendukung perubahan dan yang ingin melestarikan
"tradisional" atau "lokal budaya modernisasi dan globalisasi.
Kabupaten Nias Selatan memiliki kebudayaan lokal yang merupakan
kebudayaan asli suku nias , Berikut merupakan kebudayaan lokal yang dapat di
tampilkan dalam festival.
1. Budaya lompat batu ( Fahombo )
Tradisi Hombo Batu ini merupakan sebuah tradisi di Desa Bawo
Mataluo yang digunakan untuk menentukan kedewasaan seorang pemuda
apabila mampu melompat melewati batu dengan mengandalkan kemampuan
fisiknya dan bantuan batu penompang kecil untuk pijakan melompat.
Sebelum proses Hombo batu ini akan ada beberapa upacara adat khas dari
suku Nias yang dilakukan terlebih dahulu.
Fahombo, Hombo Batu atau dalam bahasa Indonesia “Lompat Batu”
adalah olahraga tradisional Suku Nias. Olahraga yang sebelumnya
merupakan ritual pendewasaan suku Nias ini banyak dilakukan di Pulau
Nias dan menjadi objek wisata tradisional unik dan cukup aneh namun
menarik hingga ke seluruh dunia. Mereka harus melompati susunan
bangunan batu setinggi 2 meter dengan ketebalan 40 cm.
35
Gambar 2.13 Fahombo Batu ( Lompat batu )
Sumber : https:// museum-nias .org/situs-budaya-nias-selatan
2. Tarian Maena
Tarian ini termasuk jenis tarian rakyat yang dilakukan secara bersama-
sama atau masal. Kelompok-kelompok pria maupun wanita berbaris dan
menari. Biasanya diawali dengan pantun yang dibawakan oleh pembawa
acara. Untuk pantun yang dibawakan biasanya disesuaikan dengan tema
acara. Kemudian dilanjutkan dengan syair maena (fanehe maena) yang
dilantunkan semua penari sambil menari. Ini adalah tarian yang paling
populer dan menyenangkan di Nias. Semua orang Nias tahu langkah-
langkah untuk tarian ini.
36
Sumber : https:// museum-nias .org/situs-budaya-nias-selatan/
Fatele adalah tarian perang yang terkenal dari Nias Selatan. Pada
dasarnya ini adalah berlakunya kembali pertempuran, dengan banyak
prajurit dengan pakaian tanda kerajaan mengambil bagian. Tarian ini
mengikuti naskah tertentu dan mirip dengan pertunjukan di panggung
sandiwara. Tarian ini sangat realistis dan prajurit biasanya masuk ke
karakter sampai terlihat seperti pertempuran nyata akan terjadi.
37
Tari ini sering ditampilkan di berbagai acara seperti perayaan hari
besar, penyambutan tamu terhormat, pernikahan dan acara adat lainnya.tari
ini biasanya ditampilkan oleh para penari wanita secara berpasangan.
Untuk jumlah penari biasanya terdiri dari 4 orang penari atau lebih, sesuai
dengan kelompok masing masing.
Dalam pertunjukannya, para penari menggunakan busana tradisional
yang merupakan busana adat khas Suku Nias. Busana tersebut terdiri dari
baju lengan panjang, kain panjang, kain serampang dan ikat kepala khas
Nias. Kostum tersebut biasanya didominasi oleh warna seperti merah,
kuning, hitam, dan putih.
38
Gambar 2.17 Tari Mogaele
Sumber : https:// museum-nias .org/situs-budaya-nias-selatan
39
Gambar 2.18 Lompat Batu
Sumber : Dokumentasi Pribadi
2.Patung
Dibuat patung dari kayu untuk orangtua yang baru meninggal. Patung itu
diresmikan pada hari keempat sesudah kematian. Kemudian roh orang tua
hadir dalam patung itu (pemujaan leluhur). Segala peristiwa yang terjadi di
dalam satu keluarga disampaikan dengan doa kepada mereka.
40
Gambar 2.20 Lambang, Pola Dan Warna Nias
Sumber : https:// museum-nias .org/situs-budaya-nias-selatan
4. Perhiasan Orang Nias
Hiasan yang paling penting bagi pria adalah kalung yang terbuat dari
tempurung kelapa atau tempurung kura-kura, yang disebut 'Kalabubu'. Ini
hanya bisa dipakai oleh pendekar yang telah membuktikan diri dalam
pertempuran. Bangsawan dan kepala suku memakai hiasan kepala yang
besar. Pria memakai anting-anting hanya di telinga kanan. Di bagian
utara, anting-anting ini besar sekali dan hampir sebesar kepala pria.
Sebuah penghiasan yang sangat unik di Nias adalah kumis logam yang
dipakai oleh pendekar
41
Pakain Tradisional Nias dinamakan "Baru Oholu" untuk pakaian
pria dan "Baru Ladari" atau "Baru Isitö" untuk pakaian wanita. Pakaian
tradisional biasanya merah atau kuning dan dikombinasikan dengan warna
hitam dan emas. Pada zaman dulu orang-orang di Nias tidak memiliki
akses ke tekstil seperti kapas. Mereka membuat pakaian dari kulit pohon
atau dengan menenun serat-serat dari kulit pohon atau rumput. Pakaian
laki-laki terdiri dari rompi yang pada dasarnya cokelat atau hitam dan
dihiasi ornamen kuning, merah dan hitam. Pakaian wanita hanya terdiri
dari selembar kain yang melilit pinggang dan tanpa baju atas, tapi dihiasi
dengan gulungan gelang kuningan dan anting besar.
Gambar 2.23 Baju jirah ( perang) Nias Dari Kulit buaya dan baju Adat Nias Selatan
Sumber : https:// museum-nias .org/situs-budaya-nias-selatan
42
Gambar 2.24 Alat Musik dari Nias Selatan
Sumber : https:// museum-nias .org/situs-budaya-nias-selatan
TOHO
BALUSE
Sumber : https://niasexplore.wordpress.com/2018/04/01/senjata-tradisional-suku-nias/
8. Batu Megalitikum
43
2.4.2 Sejarah Rumah Adat Nias Selatan
Rumah adat khas daerah ini adalah setiap tempat tinggalnya berada di
daerah yang lebih tinggi. Setiap rumah yang ada membutuhkan anak tangga yang
panjang dan terbuat dari batu. Selain itu juga, pada kompleks pemukiman rumah
adat ini terdapat sebuah parit yang dalam yang berada di belakang bambu runcing
sebagai salah satu tempat untuk bertahan dari serangan.
44
2.6.1 Museum Mulawarman, Kalimantan Timur
45
Di dalam Museum Mulawarman ini tersimpan benda-benda yang
mempunyai nilai sejarah/seni yang tinggi yang pernah digunakan oleh Kesultanan
seperti :
Singgasana, sebagai tempat duduk Raja dan Permaisuri. Kursi ini terbuat
dari kayu, dudukan dan sandarannya diberi berlapis kapuk yang
berbungkus dengan kain yang berwarna kuning, sehingga tempat duduk
dan sandaran kursi tersebut terasa lembut. Kursi ini dibuat dengan
gaya Eropa, penciptanya adalah seorang Belanda bernama Ir. Vander
Lube pada tahun 1935.
Patung Lembu Swana, Lambang Kesultanan Kutai, dibuat di Birma pada
tahun 1850 dan tiba di Istana Kutai pada tahun 1900. Lembu Swana
diyakini sebagai Kendaraan Tunggangan Batara Guru. Nama lainnya
adalah Paksi Liman Janggo Yoksi, yakni Lembu yang bermuka gajah,
bersayap burung, bertanduk seperti sapi, bertaji dan berkukuh seperti ayam
jantan, berkepala raksasa dilengkapi pula dengan berbagai jenis ragam hias
yang menjadikan patung ini terlihat indah.
Kalung Uncal, benda ini merupakan atribut dan benda kelangkapan
kebesaran Kesultanan Kutai Kartanegara yang digunakan pada waktu
penobatan Sultan Kutai menjadi Raja atau pada waktu Sultan merayakan
ulang tahun kelahiran dan penobatan Sultan serta acara sakral lainnya.
Meriam Sapu Jagad Peninggalan VOC, Belanda
Prasasti Yupa, yang trdapat di Museum ini adalah tiruan dari Yupa yang
asli yang terdapat di Museum Nasional di Jakarta. Prasasti Yupa adalah
prasasti yang ditemukan di bukit Brubus Kecamatan Muara Kaman. ke-7
prasasti ini menadakan dimulainya zaman sejarah di Indonesia yang
merupakan bukti tertulis pertama yang ditemukan berupa aksara
Pallawa dalam bahasa Sanskerta.
Seperangkat Gamelan dari Keraton Yogyakarta 1855
Arca Hindu
46
Seperangkat Meja Tamu peninggalan Kesultanan Bulungan
Ulap Doyo, hasil kerajinan Suku Dayak Benuaq
Minirama tentang sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara
Koleksi Numismatika (mata uang dan alat tukar lainnya)
Koleksi Keramik dari Cina, Jepang, Vietnam dan Thailand
Dan lain-lain.
Luas total massa bangunan museum adalah 2.270 m2 dengan lahan 35.000
m2 dimana luas seluruh gedung adalah 18% dari total luas site, selebihnya masih
kawasan hijau. Pintu utama menghadap tepat ke arah timur.
Keterangan Fasilitas:
1. Serambi depan/teras gedung Keraton
2. Ruang singgasana raja
47
3. Ruang koleksi sejarah dan fisiologi
4. Ruang koleksi sejarah/kelambu kuning
5. Ruang gamelan
6. Aula
7. Ruang koleksi Arkeolog
8. Ruang koleksi Penginangan
9. Ruang koleksi Etnografi
10. Ruang koleksi Senjata Sejarah
11. Ruang seni rupa dan etnografi
12. Ruang koleksi ranjang pengantin
13. Ruang sejarah naik ayun
14. Ruang diorama pendulangan emas
15. Ruang koleksi topeng
16. Ruang koleksi alat tenun
17. Ruang koleksi mata uang (Numistika)
18. Ruang tidur raja
19. Ruang koleksi Flora dan Fauna
20. Banker/Ruang Penyimpanan barang tak terpakai
21. Ruang utilitas
22. Ruang koleksi keramik, teknologi tradisional wawasan
Nusantara
48
Museum Mulawarman dalam penyajiannya menggunakan Metode
pendekatan romantik (evokatif), adalah cara penyajian benda-benda koleksi
museum yang mengungkapkan suasana tertentu yang berhubungan dengan benda-
benda yang dipamerkan dengan tata penyajian berupa Taksonomik, yaitu
menyajikan koleksi dalam kelompok atau sistem klasifikasi.
49
Gambar 2.31 Perspektif Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara
Sumber : www.google.com (diakses 1 Maret 2019)
Masa prasejarah
Pada ruang pertama ini ditampilkan sejarah geologi mulai terbentuknya
alam semesta, pergeseran benua, dan pulau sumatera. Sejarah alam mengenai
migrasi manusia, sebaran flora dan fauna, juga mengenai kehidupan prasejarah.
Koleksi yang ditampilkan meliputi replika hewan khas sumatera, replika fosil
manusia purba, diorama kehidupan prasejarah, serta beragam perkakas prasejarah.
50
Gambar 2.32. Interior museum
Sumber : www.google.com (diakses 1 maret 2019)
51
Ruang islam menampilkan berbagai artefak peninggalan masa islam seperti
replika berbagai batu nisan dari makam islam yang ditemukan di daerah barus,
sumatera utara. Serta nisan peninggalan islam yang bercorak khas batak, beberapa
al qur'an, dan naskah islam tua yang ditulis dengan tangan. Serta sebuah replika
masjid azizi di medan (note: tepatnya di tanjung pura, langkat; negeri kelahiran
amir hamzah).
Kolonialisme di sumatera utara
Sebelum pemerintah hindia belanda masuk dan memerintah di wilayah sumatera,
para pengusaha dari eropa khususnya jerman telah datang dan membuka
perkebunan di sumatera. Koleksi masa kolonial membawa kita kembali pada
masa-masa tersebut, ketika kemajuan usaha perkebunan telah melahirkan medan
sebagai kota multikultur yang kaya, unik, dan menarik. Koleksi yang ditampilkan
meliputi komoditas perdagangan kolonial, alat-alat, dan mata uang perkebunan,
foto-foto bersejarah yang langka, model figur kolonial, serta replika dari
kehidupan kota medan tempo dulu.
52
memajukan provinsi sumatera utara. Koleksi berupa foto-foto serta lukisan dari
para pahlawan dan mantan gubernur sumatera utara.
53
laut. Berenang dan bermain di laut adalah kegiatan populer untuk pengunjung.
Sebenarnya Museum menawarkan salah satu dari beberapa daerah yang bersih
dan aman untuk berenang di Gunungsitoli. Ada dermaga untuk perenang untuk
menyelam ke dalam air yang lebih dalam, dan juga pantai dengan air dangkal
untuk anak-anak. Ada juga beberapa kolam terlindung dan dangkal untuk anak-
anak yang kecil. Dekat pantai dan taman bermain anak-anak ada beberapa
perosotan air.
Taman dan kebun di sini adalah tempat yang bagus untuk bertemu
teman-teman untuk minum kopi atau berpiknik bersama keluarga. Ada banyak
tempat duduk luar dan pondok penampungan di seluruh kebun serta banyak
artefak asli Nias seperti patung megalit dan patung kayu. Pohon-pohon besar yang
memberikan keteduhan dan angin laut berarti bahwa kebun selalu sejuk. Ini
adalah sebuah oase hijau damai di tengah pusat sibuk kota Gunungsitoli. Karena
kecantikan kebun, lokasi ini populer bagi pasangan untuk mengambil foto
pernikahan.
Pada hari-hari libur, dijejali oleh banyak pengunjung namun pada hari-hari biasa
agak sepi. Suasana alam sangat terasa di tempat ini. Kita masih bisa menikmati
terpaan angin semilir, indahnya surya terbit, menyaksikan dan mendengarkan
kepak sayap si camar laut yang kadang terbang merendah mencari mangsa,
perahu-perahu nelayan yang kembali pulang adalah panorama yang senantiasa
mengawali hari.
Di area Taman Rekreasi ini juga tersedia tempat-tempat yang dapat digunakan
untuk berkumpul bersama rekan kerja, keluarga maupun acara-acara resmi kantor,
kebaktian padang, retret rohani maupun rekoleksi
.
2.6.4. Museum Nasional
54
Gambar 2.34 Perspektif Museum Nasional
Sumber : www.google.com
55
Museum ini sangat dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya
penduduk Jakarta. Mereka menyebutnya “Gedung Gajah” atau “Museum Gajah”
karena di halaman depan museum terdapat sebuah patung gajah perunggu hadiah
dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke
museum pada tahun 1871. Kadang kala disebut juga “Gedung Arca” karena di
dalam gedung memang banyak tersimpan berbagai jenis dan bentuk arca yang
berasal dari berbagai periode.
Mengingat pentingnya museum ini bagi bangsa Indonesia maka pada tanggal 17
September 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan
museum kepada pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadi Museum Pusat.
Akhirnya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
No.092/ 0/1979 tertanggal 28 Mei 1979, Museum Pusat dit…
Museum Nasional Indonesia kini mengembangkan Ruang ImersifA yang
memanfaatkan teknologi imersif untuk menciptakan pengalaman interaktif bagi
pengunjung. Teknologi imersif merupakan sebuah teknologi informasi, di mana
seluruh dinding dan lantai di sebuah ruangan diproyeksikan gambar bergerak yang
dilengkapi dengan tata suara, sehingga pengunjung dapat merasakan pengalaman
yang unik dan menarik. Ruang ImersifA hadir di Gedung A Museum Nasional
56
Indonesia dan telah resmi diluncurkan pada Kamis, 31 Maret 2022, oleh Direktur
Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid.
57
Deskripsi benda koleksi yang direncanakan berdasarkan studi banding dan
literatur ialah sebagai berikut :
7 Patung 13 Asli,Replika
9 Pakian Tradisional
58
10 Perhiasan Bangsawan 6 Asli, Replika
13 Kursi 5 Replika
14 Meja 1 Replika
59
1 Suasana Kegiatan
pertemuan raja dengan
1 Replika
prajurit perang di ruang
balai desa
60