Anda di halaman 1dari 54

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Terminologi Judul


Judul dari proyek ini ialah Museum Sejarah Nias, Pemaparan pengertian judul
ialah sebagai berikut :

2.1.1 Pengertian Museum

Menurut Internasional Council of Museum (ICOM), Museum adalah


lembaga non-profit yang bersifat permanen yang melayani masyarakat dan
perkembangannya, terbuka untuk umum, yang bertugas untuk mengumpulkan,
melestarikan, meneliti, mengkomunikasikan, dan memamerkan warisan sejarah
kemanusiaan yang berwujud benda beserta lingkungannya, untuk tujuan
pendidikan, penelitian, dan hiburan.

Pengertian Museum Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1995 Pasal 1 ayat


(1) adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan
pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan
lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan
budaya bangsa.

2.1.2 Pengertian Sejarah Nias


Sejarah adalah peristiwa atau kejadian pada masa lalu yang dipelajari dan
diselidiki untuk menjadi acuan serta pedoman kehidupan masa mendatang.
Menurut etimologi atau asal katanya, sejarah berasal dari bahasa Arab, yakni
syajarotun, yang artinya pohon.
Dengan demikian, berdasarkan asal katanya, sejarah dapat diartikan sebagai
akar, keturunan, asal-usul, riwayat, dan silsilah. Sementara itu, dalam bahasa
Inggris, sejarah disebut dengan kata history. Adapun kata history berasal dari

7
bahasa Yunani, yakni istoria, yang artinya ilmu. Ada beberapa pengertian sejarah
berdasarkan pendapat para ahli, di antaranya adalah:
 Herodotus (484-425 SM): Sejarah tidak berkembang ke arah depan dan
memiliki tujuan jelas, melainkan bergerak seperti garis lingkaran yang tinggi
dan rendahnya diakibatkan oleh keadaan manusia itu sendiri.
 Ibnu Khaldun (1332-1406): Sejarah adalah catatan tentang masyarakat, umat
manusia, atau peradaban dunia, dan tentang perubahan-perubahan yang terjadi
pada watak masyarakat.
 Moh Yamin: Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang tersusun atas hasil
penyelidikan peristiwa yang dapat dibuktikan dengan kenyataan.
Adapun pengertian sejarah secara umum adalah segala bentuk
pengetahuan hasil penyelidikan dari masa lalu yang akan menjadi acuan atau
pedoman untuk masa sekarang serta proses untuk kemajuan di masa depan.
Sementara itu, dalam menyusun catatan sejarah, diperlukan beberapa hal,
seperti makalah pemerintah, buku harian, surat, prasasti, biografi, dan lainnya.
Untuk sejarah kuno, sumber sejarah biasanya menggunakan daftar raja, perang,
dan peristiwa penting seperti pembangunan kuil dan bencana alam
Pada zaman yang lebih modern, lebih mudah mendapatkan catatan sejarah
karena pemerintah dan lembaga sudah mulai membuat arsip untuk menyimpan
catatan penting.
Selain itu, catatan sejarah di zaman modern sudah menggunakan kertas,
sedangkan catatan pada masa lalu ditulis di atas batu, perkamen (papirus), atau
digambar di atas bangunan bahkan tembikar.
Meurut Wikipedia , Nias (bahasa Nias: Tanö Niha) adalah sebutan untuk
pulau dan kepulauan yang terletak di sebelah barat Pulau Sumatra, Indonesia, dan
secara administratif berada dalam wilayah Provinsi Sumatra Utara. Pulau ini
merupakan pulau terbesar di antara gugusan pulau di pantai barat Sumatra, dihuni
oleh mayoritas suku Nias (Ono Niha). Daerah ini memiliki objek wisata seperti
selancar, rumah tradisional, penyelaman, hombo batu (lompat batu). Pulau dengan

8
luas wilayah 5.625 km² ini berpenduduk hampir 1.000.000 jiwa. Pulau Nias
terbagi atas lima daerah administrasi, satu kota dan empat kabupaten.
Suku Nias adalah pulau yang kelompok etnik yang berasal dari Pulau
Nias. Mereka menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono berarti anak/keturunan;
Niha = manusia) dan Pulau Nias sebagai "Tanö Niha" (Tanö berarti tanah).
Hukum adat tradisional Nias secara umum disebut fondrakö. Masyarakat Nias
kuno hidup dalam budaya megalitik, dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa
ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau
ini sampai sekarang.

2.1.3 Pengertian Museum Sejarah Nias


Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan Museum Sejarah Nias
adalah suatu bangunan umum yang dikelola oleh lembaga sebagai tempat
penyimpanan dan memamerkan benda warisan peninggalan masyarakat nias kuno
yang hidup pada budaya megalitik untuk tujuan pendidikan, penelitian dan
hiburan yang berada di Kota Teluk dalam, Kabupaten Nias Selatan.

2.2 Museum
2.2.1 Sejarah Museum di Indonesia
Perkembangan museum di Indonesia sangat dipengaruhi oleh masa
penjajahan Belanda. Memasuki abad ke-18 VOC maupun Hindia-Belanda pada
tanggal 24 April 1778 medirikan Bataviaach Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen merupakan sebuah lembaga yang bertugas terhadap ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. Yang salah satu tugasnya adalah memelihara
museum yang meliputi: pembukuan (boekreij); himpunan etnografis; himpunan
kepurbakalaan; himpunan prehistori; himpunan keramik; himpunan muzikologis;
himpunan numismatik, pening dan capcap; serta naskah-naskah (handschriften),
termasuk perpustakaan.
Setelah Perang Dunia I masyarakat setempat didukung Pemerintah Hindia
Belanda memberi perhatian terhadap pendirian museum di beberapa daerah, di

9
samping yang sudah berdiri di Batavia, seperti Lembaga Kebun Raya Bogor yang
terus berkembang di Bogor.
1. (Museum Zoologi) didirikan Von Koenigswald di Bogor,1894.
2. (Museum Radyapustaka) didirikan di Solo pada tanggal 28 Oktober 1890,
3. (Museum Geologi) didirikan di Bandung pada tanggal 16 Mei 1929,
4. (Museum Sonobudoyo) didirikan di Yogyakarta,1919.
5. (Museum Mangkunegoro) didirikan Mangkunegoro VII di Solo, 1918.
6. (Museum Purbakala Trowulan) didirikan Ir. H. Haclaine,1920.
7. (Museum Herbarium) didirikan Pemerintah kolonial Belanda,Bogor 1941.
Pada 29 Februari 1950 Bataviaach Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen yang diganti menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI).
LKI membawahkan 2 instansi, yaitu museum dan perpustakaan. Pada tahun 1962
LKI menyerahkan museum dan perpustakaan kepada pemerintah, kemudian
menjadi Museum Pusat beserta perpustakaannya. Tahun 2005 hingga sekarang
lembaga permuseuman di Indonesia dibawah Direktorat Museum, Direktorat
Jenderal Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

2.2.2 Fungsi Museum


Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 1995, museum memiliki
tugas sebagai berikut :
a. Sebagai tempat pelestarian :
1. Penyimpanan, yang meliputi pengumpulan benda untuk menjadi koleksi,
pencatatan koleksi, sistem penomoran dan penataan koleksi.
2. Perawatan, yang meliputi kegiatan mencegah dan menanggulangi
kerusakan koleksi.
3. Pengamanan, yang meliputi kegiatan perlindungan untuk menjaga koleksi
dari gangguan atau kerusakan oleh faktor alam maupun ulah manusia.
b. Sebagai sumber informasi
1. Penelitian, untuk mengembangkan kebudayaan nasional dan ilmu
pengetahuan.

10
2. Penyajian, harus tetap memperhatikan aspek pelestarian dan
pengamanannya.

2.2.3 Klasifikasi Museum


Melalui Direktorat Museum dalam Ayo Kita Mengenal Museum (2009),
museum dibedakan menjadi beberapa klasifikasi, yaitu :
a. Berdasarkan koleksi yang dimiliki :
1. Museum Umum
Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia
dan atau lingkungannya bermacam-macam.
2. Museum Khusus
Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia
atau lingkungannya dan berkaitan dengan satu cabang seni, ilmu, atau
teknologi.
b. Berdasarkan kedudukannya :
1. Museum Nasional
Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal,
mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia atau
lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bersifat nasional.
2. Museum Provinsi
Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal,
mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia atau
lingkungannya dari wilayah provinsi tempat museum berada.
3. Museum Lokal
Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal,
mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia atau
lingkungannya dari wilayah kabupaten atau kotamadya tempat museum
berada.
c. Berdasarkan penyelenggaraannya :
1. Museum Pemerintah

11
Museum yang pengelolaannya dikelola oleh Pemerintah
2. Museum Swasta
Museum yang pengelolaannya dikelola oleh pihak Swasta
Maka, kesimpulan klasifikasi pada perancangan Museum Sejarah Nias
Selatan berdasarkan koleksi ialah museum khusus. Dimana koleksi pada
museum berdasarkan peninggalan leluhur nias selatan. Klasifikasi berdasarkan
kedudukannya ialah museum local. dimana koleksinya di kumpulkan dari wilayah
kabupaten Nias Selatan serta berdasarkan penyelenggaranya, Museum Sejarah
Nias Selatan dikelola oleh Pemerintah.

2.2.4 Tata Pameran Museum


Pameran dan penyajian informasi merupakan cara yang paling mudah bagi
museum untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Suatu pameran yang terencana
dengan baik patut menjamin keselamatan dan keterawatan lingkungan baik
keselamatan dan keterawatan koleksi maupun pengunjungnya.
Pameran merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan sekelompok
masyarakat guna menyampaikan informasi, ide, dan emosi yang berkaitan dengan
bukti materi kebudayaan manusia dan lingkungannya melalui bantuan metode
visual dan dimensi. Di dalam menyajikan informasi koleksi tersebut, kebijakan
pada setiap museum akan mengacu pada jenis museum dan koleksi yang
dihimpunnya. Kebijakan yang dimaksud pada umumnya tertuang pada visi dan
misi museum (museum mission statement). Dalam perkembangannya, museum
bergerak maju dengan memperluas cakupan kebijakan penyelenggaraan pameran.
Di samping menguraikan pameran tetap dan temporer, informasi yang akurat, dan
menjaga keterawatan koleksi, museum juga mulai mengantisipasi berbagai
tanggapan atas kebutuhan pengunjung dan masyarakat melalui kajian yang
intensif, rancangan desain pameran, dan beragam strategi komunikasi.
a. Jenis pameran
Jenis pameran di museum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pameran
tetap dan pameran khusus/temporer

12
- Pameran tetap
Adalah pameran yang diadakan dalam jangka 5 tahun. Tema pameran sesuai
dengan jenis, visi dan misi museum. Idealnya, koleksi pameran yang
disajikan adalah 25 sampai dengan 40 persen dari koleksi yang dimiliki
museum, dan dilakukan penggantian koleksi yang dipamerkan dalam jangka
waktu tertentu. Pameran tetap bertujuan untuk meningkatkan apresiasi
masyarakat terhadap bukti-bukti material manusia dan lingkungannya.
- Pameran Khusus/temporer
Adalah pameran koleksi museum yang diselenggarakan dalam waktu relatif
singkat. Pameran khusus bertujuan untuk memberikan dimensi tambahan
informasi pameran tetap kepada masyarakat dengan tema khusus, dalam
rangka meningkatkan apresiasi masyarakat.
b. Metode pameran
Metode dan teknik penyajian koleksi di museum terdiri dari :
- Metode pendekatan intelektual, adalah museum yang mengungkapkan
informasi tentang guna, arti dan fungsi benda koleksi museum.
- Metode pendekatan romantik (evokatif), adalah cara penyajian benda-benda
koleksi museum yang mengungkapkan suasanan tertentu yang berhubungan
dengan benda-benda yang dipamerkan.
- Metode pendekatan estetik, adalah cara penyajian benda-benda koleksi
museum yang mengungkapkan nilai artistik yang ada pada benda koleksi
museum.
- Metode pendekatan simbolik, adalah cara penyajian benda-benda koleksi
museum dengan menggunakan simbol-simbol tertentu sebagai media
interpretasi pengunjung.
- Metode pendekatan kontemplatif, adalah cara penyajian koleksi di museum
untuk membangun imajinasi pengunjung terhadap koleksi yang dipamerkan.
- Metode pendekatan interaktif, cara penyajian koleksi di museum dimana
pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan koleksi yang dipamerkan.
Penyajian interaktif dapat menggunakan teknologi informasi.

13
Maka, pada perancangan Museum Sejarah Nias Selatan berdasarkan jenis
pameran yang ditampilkan yaitu pameran tetap dengan jangka waktu 5 tahun dan
pameran temporer dengan jangka waktu relatif singkat, 10 hari – 1 bulan
lamanya.

2.2.5 Tata Pameran Koleksi


Dalam buku Museografika yang diterbitkan oleh Ditjen Kebudayaan
Direktorat Permuseuman dan Isaq Daud dalam bukunya yang berjudul Kecil Tapi
Indah, Pedoman Pendirian Museum disebutkan persyaratan untuk benda-benda
koleksi museum diantaranya:
 Memiliki nilai budaya, bersejarah serta nilai ilmiah dan estetika.
 Dapat diidentifikasikan mengenai wujud (morfologi), tipe, gaya, fungsi,
makna dan asalnya secara historis dan geografis, genusnya, generasi serta
periodenya dalam benda-benda sejarah alam dan teknologi.
 Dapat dijadikan dokumen, dalam arti sebagai bukti atas realita dan
eksistensi kehadirannya bagi penelitian ilmiah.
 Dapat dijadikan monumen atau akan menjadi monumen dalam sejarah alam
dan budaya.
 Benda asli, replika atau reproduksi yang sah menurut aturan persyaratan
permuseuman.
a. Pengadaan Koleksi
Pengadaan merupakan suatu kegiatan pengumpulan (collecting) berbagai
benda yang akan dijadikan koleksi baik berupa benda asli maupun tidak asli
(replika). Pengadaan koleksi dapat dilakukan dengan cara :
 Hibah (hadiah atau sumbangan)
 Titipan
 Pinjaman
 Tukar Menukar
 Hasil Temuan (hasil survei, ekskavasi, atau warisan )
Pengadaan koleksi memiliki 2 tujuan pokok, yaitu :

14
 Penyelamatan warisan sejarah alam dan sejarah budaya
 Sebagai bahan penyebarluasan informasi mengenai kekayaan warisan
sejarah alam dan sejarah budaya dengan melalui pameran museum baik
pameran tetap maupun temporer.
b. Tata Cara Penyajian Koleksi
 Penyajian Koleksi
Penyajian koleksi merupakan salah satu cara berkomunikasi antara
pengunjung dengan benda-benda koleksi yang dilengkapi dengan teks,
gambar, foto, ilustrasi dan pendukung lainnya
Penyajian koleksi di ruang pameran museum harus memiliki :
- Sistematika atau alur cerita pameran, sangat diperlukan dalam penyajian
koleksi di ruang pameran, karena akan mempermudah komunikasi dan
penyampaian informasi koleksi museum kepada masyarakat.
- Koleksi yang mendukung alur cerita, yang disajikan di ruang pameran
harus dipersiapkan sebelumnya, agar sajian koleksi terlihat hubungan
dan keterkaitan yang jelas antar isi materi pameran.
 Penataan koleksi
Penataan dalam suatu pameran dapat disajikan secara :
- Sifat koleksi, sebagai benda cagar budaya yaitu tidak dapat
diperbaharui, terbatas, baik itu dalam bentuk, jumlah dan jenisnya serta
mudah rusak atau tidak.
- Jenis koleksi, apakah terbuat dari bahan organik (kayu, kertas, lukisan,
kain, bambu), atau dari bahan anorganik (logam emas, perak,tembaga,
perunggu, kuningan, besi keramik, tanah liat dan batu).
- Tematik, yaitu dengan menata materi pameran dengan tema dan
subtema.
- Taksonomik, yaitu menyajikan koleksi dalam kelompok atau sistem
klasifikasi.

15
- Kronologis, yaitu menyajikan koleksi yang disusun menurut usianya
dari yang tertua hingga sekarang. Penataan Koleksi dapat
menggunakan :
- Panel, digunakan untuk menggantung atau menempelkan koleksi yang
bersifat dua dimensi dan cukup dilihat dari sisi depan. Kadang-kadang
panel hanya digunakan untuk menempelkan label atau koleksi
penunjang lainnya seperti peta, grafik dan lain sebagainya.

16
1.

2.

3. 1. Panil yang terletak di atas lantai


2. Panil yang berdiri di atas lantai membentuk
suatu ruangan
3. Panil yang dihubungkan dengan menggunakan kaki (25 x 25 mm)
Gambar 2.1. Jenis panel di museum
Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di Museum, 1994

17
Gambar 2.2. Ukuran panel di museum
Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di Museum, 1994
- Vitrin, digunakan untuk meletakkan benda-benda koleksi yang
umumnya tiga dimensi, dan relatif bernilai tinggi serta mudah
dipindahkan. Vitrin mempunyai fungsi sebagai pelindung koleksi baik
dari gangguan manusia, maupun dari gangguan lingkungan yang berupa
kelembapan udara ruangan, efek negatif cahaya serta perubahan suhu
udara ruangan.
Menurut Fungsinya, Vitrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Vitrin Tunggal
Vitrin yang berfungsi sebagai almari pajang saja
2. Vitrin Ganda

18
Vitrin yang berfungsi sebagai almari pajang dan tempat penyimpanan
benda koleksi.

Gambar 2.3. Jenis Vitrin tunggal di museum


Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di Museum, 1994

Gambar 2.4. Ukuran Vitrin Ganda di Mus


Sumber: Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di Museum, 1994

Pedestal atau alas koleksi, meletakkan koleksi berbentuk tiga dimensi.Jika


koleksiyang diletakkan bernilai tinggi dan berukuran besar maka perlu mendapat
ekstra pengamanan, yaitu diberi jarak yang cukup aman dari jangkauan
pengunjung. Alas koleksi yang berukuran kecil diletakkan di vitrin sebagai alat
bantu agar benda vitrin dapat disajikan dengan baik. Ukuran tinggi rendahnya
harus disesuaikan dengan besar kecilnya koleksi yang diletakkan di atasnya.

19
Gambar 2.5. Ukuran Pedestal/alas kaki yang disesuaikan dengan koleksi
Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di Museum, 1994

Gambar 2.6. Beberapa bentuk pedestal/alas kaki yang disesuaikan dengan koleksi
Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di Museum, 1994

• Ukuran Vitrin dan Panil


Ukuran vitrin dan panil tidak boleh terlalu tinggi ataupun terlalu rendah.
Tinggi rendahnya sangat relatif untuk patokan disesuaikan dengan tinggi rata rata
orang Indonesia. Umpama tinggi rata-rata orang Indonesia kira-kira antara 160cm
s/d 170cm dan kemampuan gerak anatomi leher manusia kira kira sekitar 30°,
gerak ke atas ke bawah atau kesamping maka tinggi vitrin seluruhnya kira-kira

20
200-210 cm sudah cukup alas terendah 65-70 cm dan tebal 50cm – ukuran dan
bentuk vitrin harus memperhitungkan juga ruangan dan bentuk bangunan dimana
vitrin itu akan diletakkan. Sediakan ruang kaki dengan kedalaman 18 cm dan
tinggi 22,4 cm pada bagian bawah vitrin atau pedestal untuk pengguna kursi roda.
Panil-panil Informasi
Panil-panil informasi atau label secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu :
- Teks dinding (introductory label) yang memuat informasi awal/
pengenalan mengenai pameran yang diselenggarakan, tema dan subtema
pameran, kelompok koleksi.Label individu yang berisi nama dan
keterangan singkat mengenai koleksi yang dipamerkan. Informasi yang
disampaikan berisi keterangan yang bersifat deskriptif, dan informasi
yang dibutuhkan sesuai dengan alur cerita.

2000 mm

750 mm

Gambar 2.7 : Tinggi display yang sesuai dengan tinggi manusia


Sumber : Glasgow Art Council

2.2.6 Struktur Organisasi Museum


Berdasarkan buku Pedoman Pengelolaan Koleksi (2007), pengelola
memiiki struktur organisasi yang mengatur dan mengelola museum. Berikut
struktur organisasi museum secara umum dan tugasnya :

21
- Kepala / Direktur Museum
Memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi museum
- Kepala Bagian Tata Usaha Museum
Memimpin penyelenggaraan urusan tata usaha, urusan rumah tangga,
dan ketertiban Museum
- Kepala Bagian Kuratorial
Memimpin penyelenggaraan pengumpulan, penelitian dan pembinaan
koleksi.
- Kepala Bagian Konservasi dan Preparasi
Memimpin penyelenggaraan konservasi, restorasi dan reproduksi
koleksi serta preparasi
- tata pameran.
Kepala Bagian Bimbingan dan Publikasi Memimpin penyelenggaraan
kegiatan bimbingan dengan metode dan sistem edukatif kultural dalam
rangka menanamkan daya apresiasi dan penghayatan nilai warisan
budaya dan ilmu pengetahuan serta menyelenggarakan publikasi tentang
koleksi museum.
- Kepala Bagian Registrasi dan Dokumentasi
1. Memimpin penyelenggaraan registrasi dan dokumentasi seluruh
koleksi. Perpustakaan
2. Menyelenggarakan perpustakaan dan menyimpan hasil penelitian
serta penerbitan museum.
Berdasarkan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang museum, fungsi dan tugas
Museum sekurang-kurangnya dilaksanakan oleh :
a. Kepala Museum
Kepala Museum memiliki tugas dan taggung jawab yang meliputi :
 Menyusun kebijakan
 Menyusun program
 Merencaanakan dan mengajukan anggaran
 Merencanakan dan mengusulkan sumber daya manusia

22
 Melaksanakan program
 Melakukan pemantauan dan evaluasi
 Hal-hal yang berkaitan dengan bidang hukum
b.Tenaga administrasi yang terdiri atas :
• Ketatausahaan dengan subbagian :
 Kepegawaian
 Keuangan
 Perencanaan dan tata laksana
 Kerumahtanggaan
• Keamanan
c. Tenaga teknis yang terdiri atas :
• Registrar
Yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk :
➢ Mencatat koleksi
➢ Mendokumentasikan koleksi
• Kuratorial
Yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk :
➢ Menginventarisasi koleksi
➢ Melakukan penelitiaan koleksi
➢ Menyiapkan konsep dan materi pameran
➢ Menyiapkan materi publikasi
 Konservator
Yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memelihara
dan merawat koleksi
 Penata pameran
Yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk :
➢ Merancang pameran
➢ Menyiapkan sarana dan prasarana pameran
 Edukator

23
Yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk :
➢ Merancang kegiatan edukasi museum
➢ Memberikan layanan edukatif dan informatif tentang
museum
• Hubungan masyarakat dan pemasaran
Yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk
 Merancang kegiatan dalam rangka hubungan masyarakat
dan pemasaran museum
➢ Menyampaikan informasi secara lisan, tertulis, atau
melalui gambar (visual) kepada public tentang kegiatan
yang dilakukan museum
➢ Memantau, mendokumentasikan, mengevaluasi, serta
menyalurkan opini publik kepada museum

2.2.7 Persyaratan Perancangan Bangunan Museum


Berdasarkan buku Pedoman Pendirian Museum (1999:15), bahwa untuk
mendirikan suatu museum yang baik dipenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan
tersebut akan menjadikan suatu museum yang baru dapat berfungsi dengan baik,
sesuai yang termaktup dalam pengertian, fungsi, maupun tujuan museum.
Beberapa persyaratan yang harus dipertimbangkan dalam perancangan dan
pembangunan museum yaitu :
 Persyaratan Lokasi
Persyaratan lokasi museum :
1. Lokasi museum harus strategis.
Strategis disini tidak berarti harus berada dipusat kota atau pusat
keramaian kota, melainkan tempat yang mudah dijangkau oleh
umum.
2. Lokasi museum harus sehat.
Yang dimaksud lokasi yang sehat adalah sebagai berikut:

24
a. Lokasi yang bukan terletak di daerah industri yang banyak
pengotoran udara.
b. Bukan daerah yang tanahnya berlumpur/tanah rawa atau tanah
berpasir. Elemen-elemenan iklim yang berpengaruh pada lokasi

 Persyaratan Bangunan
Terdapat dua macam persyaratan bangunan museum, yaitu :
a. Persyaratan Umum
1. Bangunan dikelompokkan dan dipisahkan sesuai :
• Fungsi dan aktivitasnya
• Ketenangan dan keramaian
• Keamanan
2. Pintu masuk utama (main entrance) untuk pengunjung
3. Pintu masuk khusus (service) untuk bagian pelayanan, perkantoran,
rumah jaga, serta ruang-ruang pada bangunan khusus.
4. Area publik terdiri dari :
• Bangunan utama yang meliputi pameran tetap, pameran temporer
dan peragaan.
• Auditorium, keamanan, gift shop, cafetaria, ticket box, penitipan
barang, lobby, dan tempat parkir.
5 Area semi publik terdiri dari bangunan administrasi termasuk
perpustakaan dan ruang rapat
6. Area privat terdiri dari :
• Laboratorium Konservasi
• Studio preparasi
• Storage
• Office
b. Persyaratan Khusus
1. Bangunan utama yang mewadahi kegiatan pameran tetap dan
temporer wajib:

25
• Memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan
• Mudah dalam pencapaiannya baik dari luar atau dalam
• Merupakan bangunan penerima yang harus memiliki daya Tarik
sebagai bangunan utama yang dikunjungi oleh pengunjung museum.
• Memiliki sistem keamanan yang baik dari segi kontruksi,
spesifikasi ruang untuk mencegah rusaknya benda-benda secara
alami ataupun karena pencurian.
2. Bangunan khusus wajib :
• Terletak pada tempat yang kering.
• Mempunyai pintu masuk khusus.
• Memiliki sistem keamanan yang baik (terhadap kerusakan, kebakaran,
dan pencurian).
3. Bangunan administrasi :
• Terletak di lokasi yang strategis baik dari pencapaian umum maupun
terhadap bangunan lainnya.
Persyaratan Ruang
a. Sirkulasi dan jarak pandang
Bangunan museum setidaknya terdiri dari 2 unsur, yakni bangunan
pokok dan bangunan penunjang. (Direktorat Museum, 1999: 9)
1. Bangunan pokok meliputi beberapa ruang sebagai berikut:
• Ruang pameran tetap
• Ruang pameran kontemporer
• Ruang auditorium
• Ruang administrasi dan perpustakaan serta ruang rapat
• Ruang perpustakaan
• Laboratorium Konservasi
• Studio Preparasi
• Storage
2. Bangunan penunjang meliputi beberapa ruang sebagai berikut:
• Ruang cenderamata dan kafetaria

26
• Ruang penjualan tiket dan penitipan barang
• Ruang lobi
• Ruang toilet
• Ruang parkir dan taman
• Ruang pos jaga

Jalur sirkulasi di dalam ruang pamer harus dapat menyampaikan informasi,


membantu pengunjung memahami koleksi yang dipamerkan. Penentuan jalur
sirkulasi bergantung juga pada alur cerita yang ingin disampaikan dalam pameran.
Besaran ruang sirkulasi berdasarkan tingkat kenyamanan
5% - 10% : Standar minimal sirkulasi
20% : Standar keleluasaan
30% : Standar kenyamanan fisik
40% : Standar kenyamanan psikologis
50% : Tuntutan spesifik kegiatan
70% - 100% : Keterkaitan dengan banyak kegiatan

27
Gambar 2.8. Sirkulasi pengunjung dalam Ruang Pamer
Sumber : Menimbang Ruang Menata Rupa, 2006

Gambar 2.9 :
Sudut Penglihatan Manusia
Sumber : Neufert, 1986
Dari gambar di atas, disimpulkan bahwa pandangan yang nyaman ke arah
objek (lukisan/fotografi) adalah pandangan saat dimana mata kita dapat mengenali
warna atau membedakan warna dengan baik, yaitu di dalam daerah visual 30° ke
arah atas, 30° ke arah bawah, 30° ke arah kanan, dan 30° ke arah kiri. Sehingga
dapat disimpulkan rumus untuk menetukan jarak pengamat dan jarak antar lukisan
adalah sebagai berikut:
- Jarak pengamat = ½ x (t.lukisan) / tg 30°
- Jarak antar lukisan = (j.pengamat) x tg 45°- ½ x (t.lukisan)

28
700 mm

Gambar
2.10 . Jarak Pengamat terhadap Koleksi
Sumber : Glasglow Art Council

Jarak pengamat terhadap benda koleksi tiga dimensi diambil dari tepi objek
ke tepi bentuk penghalang yang direkomendasikan berdasarkan jarak jangkauan
lengan adalah 70 cm hingga 120 cm.
b.Standar Organisasi dan Kebutuhan Ruang
Secara umum organisasi ruang pada bangunan museum terbagi menjadi
lima zona/ area berdasarkan kehadiran publik dan menjadi lima zona/area
berdasarkan kehadiran publik dan keberadaan koleksi/ pajangan.
Zona –zona tersebut antara lain :
- Zona Publik – Tanpa Koleksi
- Zona Publik – Dengan Koleksi
- Zona Non Publik – Tanpa Koleksi
- Zona Non Publik – Dengan Koleksi
- Zona Penyimpanan Koleksi

29
Tabel 2.1 Kelompok Ruang dalam Museum
Sumber : DeChiara, 2001
b. Pencahayaan
Pencahayaan merupakan salah satu aspek teknis utama yang perlu
diperhatikan untuk membantu memperlambat proses pelapukan dari koleksi.
Beberapa ketentuan dan contoh penggunaan cahaya alami pada museum sebagai
berikut :

30
Tabel 2.2 Pencahayaan yang baik
Sumber : Texas Historical Comission, 2013

Lampu yang digunakan dalam ruang pameran sebaiknya adalah


lampu TL dan lampu pijar yang ditempatkan di dalam vitrin. Sedangkan
lampu yang digunakan di luar vitrin hendaknya hanya diarahkan kepada
benda koleksi yang disajikan. Lampu TL yang digunakan harus
ditutupi/dibatasi oleh tutup VV.

Gambar 2.11. Lampu TL digunakan untuk menerangi koleksi yang datar


Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di Museum, 1994

31
Gambar 2.12. Contoh Pemasangan Lampu pada Museum Arca
Sumber : www.google.com (Akses 16 Maret 2023)

Lampu-lampu TL yang digunakan untuk menyinari benda yang peka


cahaya seperti lukisan, kain-kain serta cetakan berwarna lainnya sebaiknya
berjarak ± 40cm. Lampu pijar biasanya dapat memantulkan cahaya yang
gemerlap jika menyinari benda benda yang berkilat sangat baik digunakan
pada vitrin yang memamerkan batu-batu permata,perhiasan,dll.
Untuk menyajikan patung-patung batu yang besar atau patung perunggu,
peralatan dari besi atau mesin-mesin, selain menggunakan lampu TL
sebaiknya menggunakan lampu spotlight dari sudut-sudut tertentu.

c. Penghawaan

32
Suhu yang direkomendasikan untuk pameran dalam museum adalah 20°-
22° dengan kelembaban relatif 55%.

2.3 Kegiatan Di Museum Sejarah Nias


Museum Sejarah Nias merupakan tempat untuk menampung, mempelajari
dan menunjukkan peninggalan seperti ukiran tulisan yang terukir dibatu sehingga
benda cagar budaya Kabupaten Nias dapat terpelihara dengan baik.
Berdasarkan kepemilikan, dimana museum Sejarah Nias dimiliki oleh
Pemerintah Daerah, maka dalam pengoperasian harus mendukung sektor
pendidikan dan pariwisata. Dimana Museum dapat bekerja sama dengan sekolah
dan universitas dalam mendukung sektor pendidikan serta instansi negeri ataupun
swasta yang mendukung sektor pariwisata. Kegiatan yang dapat dilakukan ialah
kunjungan studi tour, melakukan event indoor seperti pameran bersifat singkat,
serta melakukan event outdoor seperti festival kebudayaan. Maka, dapat
disimpulkan kegiatan yang direncanakan pada Museum Sejarah Nias ialah indoor
dan outdoor. Dimana, pengunjung dapat melihat pameran tetap maupun khusus
dalam ruangan dan festival yang diadakan dalam waktu tertentu yang berada di
luar ruangan. Dalam pengaplikasiannya, pengunjung dapat mempelajari dan ikut
merasakan seperti kembali ke masa tersebut melalui replica, diorama hingga
pemanfaatan teknologi seperti Ruang Audio Visual, penggunaan Virtual Reality,
Augmentality Reality dan Architarium.
Dengan adanya pengaplikasian pemanfaatan teknologi untuk dapat
merekonstruksi secara visual bangunan rum,ah adat nias sehingga pengunjung
dapat terbantu dalam mengamati sudut bangunan peninggalan sejarah nias.
Virtual Reality (VR) merupakan ruang digital dimana seluruh gerakan
pengguna dapat diketahui atau dilacak dan mengetahui gambaran sekitarnya.
Hasil yang didapat disusun dan ditampilkan ke indra manusia sesuai dengan
gerakan – gerakan yang dilakukan.
Augmentaluty Reality (AR) adalah suatu teknologi yang dapat
menggambarkan dan menggabungkan dunia nyata dan dunia virtual yang dibuat

33
melalui computer sehigga batas antara keduanya menjadi sangat tipis. Perbedaan
mendasar pada Virtual Reality (VR) dan Augmentality Reality (AR) yaitu dari
proses input terhadap konsol yang digunakan. Pada Virtual Reality (VR) semua
data input sudah diprogram sebelumnya, sedangkan pada Augmentality Reality
(AR) input yang digunakan berasal dari lingkungan sekitar pada konsol tersebut.

A. Festival
fenomena sosial yang pada hakekatnya dijumpai dalam semua kebudayaan
manusia). Sedangkan, menurut W.J.S.Poerwadarminta (dalam Jiunkpe: 1998)
Festival dapat diartikan dalam dua pengertian, yaitu :
1. Hari atau pekan gembira dalam rangka peringatan peristiwa penting dan
bersejarah, pesta rakyat.
2 . Perlombaan.
Dapat diketahui atau disimpulkan bahwa sifat dasar dari semua festival adalah
sesuatu yang berhubungan dengan perayaan dan juga pesta rakyat yang pada
umumnya ditentukan oleh sesuatu yang mempunyai nilai kebudayaan.
Maka, pada kegiatan festival yang diadakan di Museum Sejarah Nias,
diadakan pada peringatan ulang tahun museum, maupun peringatan hari
bersejarah seperti Hari Pendidikan Nasional, pesta yaahowu dan hari ulang tahun
jadinya kabupaten nias selatan
Jenis-Jenis Festival ialah sebagai berikut :

a. Festival musik
Biasanya serangkaian tindakan di tempat tertentu dan terinspirasi oleh
tema pemersatu, seperti musik nasional, musik modern atau
mempromosikan karya-karya komposer / yang menonjol, dapat juga
berupa bentuk kontes untuk penyanyi atau komposer.
b. Festival seni
Merupakan peristiwa besar di mana pertunjukan, pameran dan kompetisi
seputar seni musik, teater, lukis dan kerajinan diadakan.

34
c. Festival budaya
Festival budaya merupakan pengekspresian pandangan tentang isu-isu
budaya, sosial dan politik. Seringkali perdebatan perubahan pada fokus
polarisasi antara para pendukung perubahan dan yang ingin melestarikan
"tradisional" atau "lokal budaya modernisasi dan globalisasi.
Kabupaten Nias Selatan memiliki kebudayaan lokal yang merupakan
kebudayaan asli suku nias , Berikut merupakan kebudayaan lokal yang dapat di
tampilkan dalam festival.
1. Budaya lompat batu ( Fahombo )
Tradisi Hombo Batu ini merupakan sebuah tradisi di Desa Bawo
Mataluo yang digunakan untuk menentukan kedewasaan seorang pemuda
apabila mampu melompat melewati batu dengan mengandalkan kemampuan
fisiknya dan bantuan batu penompang kecil untuk pijakan melompat.
Sebelum proses Hombo batu ini akan ada beberapa upacara adat khas dari
suku Nias yang dilakukan terlebih dahulu.
Fahombo, Hombo Batu atau dalam bahasa Indonesia “Lompat Batu”
adalah olahraga tradisional Suku Nias. Olahraga yang sebelumnya
merupakan ritual pendewasaan suku Nias ini banyak dilakukan di Pulau
Nias dan menjadi objek wisata tradisional unik dan cukup aneh namun
menarik hingga ke seluruh dunia. Mereka harus melompati susunan
bangunan batu setinggi 2 meter dengan ketebalan 40 cm.

35
Gambar 2.13 Fahombo Batu ( Lompat batu )
Sumber : https:// museum-nias .org/situs-budaya-nias-selatan

2. Tarian Maena

Tarian ini termasuk jenis tarian rakyat yang dilakukan secara bersama-
sama atau masal. Kelompok-kelompok pria maupun wanita berbaris dan
menari. Biasanya diawali dengan pantun yang dibawakan oleh pembawa
acara. Untuk pantun yang dibawakan biasanya disesuaikan dengan tema
acara. Kemudian dilanjutkan dengan syair maena (fanehe maena) yang
dilantunkan semua penari sambil menari. Ini adalah tarian yang paling
populer dan menyenangkan di Nias. Semua orang Nias tahu langkah-
langkah untuk tarian ini.

Gambar 2.14 Tarian Maenaa

36
Sumber : https:// museum-nias .org/situs-budaya-nias-selatan/

3.Tari Perang ( Fataele )

Fatele adalah tarian perang yang terkenal dari Nias Selatan. Pada
dasarnya ini adalah berlakunya kembali pertempuran, dengan banyak
prajurit dengan pakaian tanda kerajaan mengambil bagian. Tarian ini
mengikuti naskah tertentu dan mirip dengan pertunjukan di panggung
sandiwara. Tarian ini sangat realistis dan prajurit biasanya masuk ke
karakter sampai terlihat seperti pertempuran nyata akan terjadi.

Gambar 2.15 Tari Perang Nias


Sumber : https:// museum-nias .org/situs-budaya-nias-selatan
4. Tari Moyo
Di Nias, ada satu tari tradisional yang sangat populer, yaitu Tari
Moyo. Tari tradisional ini terkenal karena keunikannya dan sarat akan
makna..Tarian ini merupakan salah satu tarian kebanggaan bagi
masyarakat Nias yang kini banyak ditampilkan diberbagai acara perayaan
maupun festival budaya.
Tari Moyo ini termasuk jenis tarian pertunjukan, sehingga biasanya
ditampilkan sebagai hiburan dalam suatu acara maupun sebagai
pertunjukan seni. Selain kaya akan nilai seni,mtarian ini juga kaya akan
makna serta nilai filosofi di dalamnnya.

37
Tari ini sering ditampilkan di berbagai acara seperti perayaan hari
besar, penyambutan tamu terhormat, pernikahan dan acara adat lainnya.tari
ini biasanya ditampilkan oleh para penari wanita secara berpasangan.
Untuk jumlah penari biasanya terdiri dari 4 orang penari atau lebih, sesuai
dengan kelompok masing masing.
Dalam pertunjukannya, para penari menggunakan busana tradisional
yang merupakan busana adat khas Suku Nias. Busana tersebut terdiri dari
baju lengan panjang, kain panjang, kain serampang dan ikat kepala khas
Nias. Kostum tersebut biasanya didominasi oleh warna seperti merah,
kuning, hitam, dan putih.

Gambar 2.16 Tari Moyo Nias


Sumber : https:// museum-nias .org/situs-budaya-nias-selatan
5. Mogaele

Ini adalah tarian di mana penari perempuan menawarkan sekapur sirih


dari tas khusus kepada tamu penting. Hari ini tarian ini sering dilakukan
ketika tamu penting seperti menteri atau pegawai pemerintah
mengunjungi Nias. Tari Mogaele adalah nama tarian ini di Nias Selatan.
Di Nias Utara tarian ini disebut tari Famaola gö afo.

38
Gambar 2.17 Tari Mogaele
Sumber : https:// museum-nias .org/situs-budaya-nias-selatan

2.4. Sejarah Nias


Nias memiliki beberapa adat dan budaya yang ada sampe saat ini antara
lain: 2.4 .1 Sejarah Adat Istiadat Nias
Ada beberapa adat istiadat nias
1.lompat batu (Hombo Batu)
Lompat batu adalah praktek budaya Nias yang unik. Ini juga terkenal
oleh orang Indonesia karena, upacara lompat batu Nias digambarkan pada
uang lama seribu rupiah. Awalnya upacara lompat batu adalah sebagian
dari ritual inisiasi pria muda untuk diterima sebagai orang dewasa dan
prajurit. Ketinggian piramida batu lompat itu adalah di antara 1,8 meter
sampai 2,2 meter. Lompat ini dilakukan tanpa alas kaki dan latihan
berulang-ulang diperlukan sebelum mencoba lompat ini. Keterampilan
untuk melompat benda yang tinggi dikembangkan sebagai teknik
pertempuran. Dalam serangan mendadak, prajurit bisa melompati tembok
pertahanan di desa musuh. Banyak desa di selatan masih memiliki susunan
batu untuk upacara ini.

39
Gambar 2.18 Lompat Batu
Sumber : Dokumentasi Pribadi

2.Patung

Dibuat patung dari kayu untuk orangtua yang baru meninggal. Patung itu
diresmikan pada hari keempat sesudah kematian. Kemudian roh orang tua
hadir dalam patung itu (pemujaan leluhur). Segala peristiwa yang terjadi di
dalam satu keluarga disampaikan dengan doa kepada mereka.

Gambar 2.19 Patung Leluhur Nias


Sumber : https:// museum-nias .org/situs-budaya-nias-selatan
3. Warna, lambang dan pola Nias
Warna Nias adalah merah, kuning dan hitam. Arti dari warna adalah:
Kuning (emas): mewakili kekayaan, kemuliaan dan kesuksesan.
Merah (darah): mewakili keberanian dan keganasan pendekar Nias, serta
marga mereka dan keluarga.
Hitam (tanah): mewakili tanah air mereka dan tanah yang subur di Nias,
serta ketabahan dari orang-orang biasa.

40
Gambar 2.20 Lambang, Pola Dan Warna Nias
Sumber : https:// museum-nias .org/situs-budaya-nias-selatan
4. Perhiasan Orang Nias
Hiasan yang paling penting bagi pria adalah kalung yang terbuat dari
tempurung kelapa atau tempurung kura-kura, yang disebut 'Kalabubu'. Ini
hanya bisa dipakai oleh pendekar yang telah membuktikan diri dalam
pertempuran. Bangsawan dan kepala suku memakai hiasan kepala yang
besar. Pria memakai anting-anting hanya di telinga kanan. Di bagian
utara, anting-anting ini besar sekali dan hampir sebesar kepala pria.
Sebuah penghiasan yang sangat unik di Nias adalah kumis logam yang
dipakai oleh pendekar

Gambar 2.21 Perhiasan Orang Nias ( laki-laki)


Sumber : https:// museum-nias .org/situs-budaya-nias-selatan

Gambar 2.22 Perhiasan Orang Nias ( Perempuan)


Sumber : https:// museum-nias .org/situs-budaya-nias-selatan
5. Pakaian Nias

41
Pakain Tradisional Nias dinamakan "Baru Oholu" untuk pakaian
pria dan "Baru Ladari" atau "Baru Isitö" untuk pakaian wanita. Pakaian
tradisional biasanya merah atau kuning dan dikombinasikan dengan warna
hitam dan emas. Pada zaman dulu orang-orang di Nias tidak memiliki
akses ke tekstil seperti kapas. Mereka membuat pakaian dari kulit pohon
atau dengan menenun serat-serat dari kulit pohon atau rumput. Pakaian
laki-laki terdiri dari rompi yang pada dasarnya cokelat atau hitam dan
dihiasi ornamen kuning, merah dan hitam. Pakaian wanita hanya terdiri

dari selembar kain yang melilit pinggang dan tanpa baju atas, tapi dihiasi
dengan gulungan gelang kuningan dan anting besar.

Gambar 2.23 Baju jirah ( perang) Nias Dari Kulit buaya dan baju Adat Nias Selatan
Sumber : https:// museum-nias .org/situs-budaya-nias-selatan

6. Alat Musik Tradisional Nias


Alat music tradisional nias selatan ada banyak sekitar 25 jenis alat music

42
Gambar 2.24 Alat Musik dari Nias Selatan
Sumber : https:// museum-nias .org/situs-budaya-nias-selatan

7. Alat Perang Nias


Berikut nama nama senjata Tradisional atau peralatan perang
suku nias zaman dulu :
Baluse

TOHO

BALUSE

Gambar 2.25 Perlengkapan Perang Nias Selatan

Sumber : https://niasexplore.wordpress.com/2018/04/01/senjata-tradisional-suku-nias/

8. Batu Megalitikum

Batu Megalitikum di kabupaten Nias Selatan Kurang lebih dari 40


batu ini beberapa contoh batu megalitikumnya :

Gambar 2.26 Batu Megalitikum Nias Selatan

Sumber : https:// museum-nias .org/situs-budaya-nias-selatan

43
2.4.2 Sejarah Rumah Adat Nias Selatan

Gambar 2.27 Rumah Adat Nias Selatan


Sumber : https://www.rumah.com/panduan-properti/Rumah-adat-Nias-33649

Rumah adat khas daerah ini adalah setiap tempat tinggalnya berada di
daerah yang lebih tinggi. Setiap rumah yang ada membutuhkan anak tangga yang
panjang dan terbuat dari batu. Selain itu juga, pada kompleks pemukiman rumah
adat ini terdapat sebuah parit yang dalam yang berada di belakang bambu runcing
sebagai salah satu tempat untuk bertahan dari serangan.

2.5 Interpretasi Judul


Museum Sejarah Nias Selatan berfungsi sebagai tempat pelestraian dan
informasi benda cagar budaya peninggalan masa nenek moyang zaman dulu.
Klasifikasi Museum ini direncanakan sebagai museum provinsi dimana
koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan
dengan bukti material manusia atau lingkungannya dari wilayah provinsi sumatera
utara .

2.6. Studi Banding Proyek Sejenis

44
2.6.1 Museum Mulawarman, Kalimantan Timur

Gambar 2.28 Perspektif Museum Mulawarman


Sumber : www.google.com
Bangunan Kolonial peninggalan Belanda ini merupakan hadiah untuk
kerajaan Kutai Kartanegara pada masa pemerintahan Kesultanan A. M Parikesit.
Bangunan ini dibangun pada tahun 1936 dan selesai pada tahun 1937. Bangunan
digunakan sebagai Keraton Kutai Kartanegara hingga pada tahun 1971, kemudian
dialih fungsikan menjadi Museum Negeri Mulawarman dimana kepemilikannya
di serahkan kepada pemerintah daerah Kalimantan Timur.

Museum Negeri Mulawarman terletak di jalan Mulawarman pusat Kota


Tenggarong, kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Museum
Mulawarman sangat mudah di jangkau dengan berbagai macam transportasi
baik berjalan kaki, sepeda, dan transportasi umum lainnya.Jarak tempuh
museum Mulawarman dari Balikpapan berkisar 3 jam perjalanan darat, dari
Samarinda berkisar 45 menit.

Sebagai Museum Negeri Provinsi, Museum Negeri Mulawarman memiliki


10 jenis koleksi dengan jumlah koleksi sebanyak 5373 buah, dengan berbagai
klasifikasi sebagai berikut: Geologika 55 buah, Biologika 155 buah, Etnografika
2037 buah, Arkeologika 43 buah, Historika 1295 buah, Numismatika/Heraldika
880 buah, Filologika 31 buah, Keramologika 581 buah, Seni rupa 197 buah dan
Teknologika 99 buah.

45
Di dalam Museum Mulawarman ini tersimpan benda-benda yang
mempunyai nilai sejarah/seni yang tinggi yang pernah digunakan oleh Kesultanan
seperti :

 Singgasana, sebagai tempat duduk Raja dan Permaisuri. Kursi ini terbuat
dari kayu, dudukan dan sandarannya diberi berlapis kapuk yang
berbungkus dengan kain yang berwarna kuning, sehingga tempat duduk
dan sandaran kursi tersebut terasa lembut. Kursi ini dibuat dengan
gaya Eropa, penciptanya adalah seorang Belanda bernama Ir. Vander
Lube pada tahun 1935.
 Patung Lembu Swana, Lambang Kesultanan Kutai, dibuat di Birma pada
tahun 1850 dan tiba di Istana Kutai pada tahun 1900. Lembu Swana
diyakini sebagai Kendaraan Tunggangan Batara Guru. Nama lainnya
adalah Paksi Liman Janggo Yoksi, yakni Lembu yang bermuka gajah,
bersayap burung, bertanduk seperti sapi, bertaji dan berkukuh seperti ayam
jantan, berkepala raksasa dilengkapi pula dengan berbagai jenis ragam hias
yang menjadikan patung ini terlihat indah.
 Kalung Uncal, benda ini merupakan atribut dan benda kelangkapan
kebesaran Kesultanan Kutai Kartanegara yang digunakan pada waktu
penobatan Sultan Kutai menjadi Raja atau pada waktu Sultan merayakan
ulang tahun kelahiran dan penobatan Sultan serta acara sakral lainnya.
 Meriam Sapu Jagad Peninggalan VOC, Belanda
 Prasasti Yupa, yang trdapat di Museum ini adalah tiruan dari Yupa yang
asli yang terdapat di Museum Nasional di Jakarta. Prasasti Yupa adalah
prasasti yang ditemukan di bukit Brubus Kecamatan Muara Kaman. ke-7
prasasti ini menadakan dimulainya zaman sejarah di Indonesia yang
merupakan bukti tertulis pertama yang ditemukan berupa aksara
Pallawa dalam bahasa Sanskerta.
 Seperangkat Gamelan dari Keraton Yogyakarta 1855
 Arca Hindu

46
 Seperangkat Meja Tamu peninggalan Kesultanan Bulungan
 Ulap Doyo, hasil kerajinan Suku Dayak Benuaq
 Minirama tentang sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara
 Koleksi Numismatika (mata uang dan alat tukar lainnya)
 Koleksi Keramik dari Cina, Jepang, Vietnam dan Thailand
 Dan lain-lain.
Luas total massa bangunan museum adalah 2.270 m2 dengan lahan 35.000
m2 dimana luas seluruh gedung adalah 18% dari total luas site, selebihnya masih
kawasan hijau. Pintu utama menghadap tepat ke arah timur.

Konstruksi bangunan dikerjakan oleh Hollandsche Beton Maatschappij


(HBM) dengan desain rancangan yang dikerjakan oleh arsitek bernama Charles
Marie François Henri Estourgie. Istana ini terpengaruh gaya arsitektur
bangunan Eropa, dengan dilengkapi ruangan bawah tanah dan aula besar di
bagian tengah bangunannya. Dibagian belakang museum terdapat kompleks
pemakaman keluarga sultan serta took souvenir.

Gambar 2..29 Denah Museum Mulawarman Periode 1972-Sekarang


Sumber : Jurnal Reka Karsa Institut Teknologi Nasional

Keterangan Fasilitas:
1. Serambi depan/teras gedung Keraton
2. Ruang singgasana raja

47
3. Ruang koleksi sejarah dan fisiologi
4. Ruang koleksi sejarah/kelambu kuning
5. Ruang gamelan
6. Aula
7. Ruang koleksi Arkeolog
8. Ruang koleksi Penginangan
9. Ruang koleksi Etnografi
10. Ruang koleksi Senjata Sejarah
11. Ruang seni rupa dan etnografi
12. Ruang koleksi ranjang pengantin
13. Ruang sejarah naik ayun
14. Ruang diorama pendulangan emas
15. Ruang koleksi topeng
16. Ruang koleksi alat tenun
17. Ruang koleksi mata uang (Numistika)
18. Ruang tidur raja
19. Ruang koleksi Flora dan Fauna
20. Banker/Ruang Penyimpanan barang tak terpakai
21. Ruang utilitas
22. Ruang koleksi keramik, teknologi tradisional wawasan
Nusantara

Gambar 2.30 Bangunan sekitar Museum Mulawarman


Sumber : Jurnal Reka Karsa Institut Teknologi Nasional

48
Museum Mulawarman dalam penyajiannya menggunakan Metode
pendekatan romantik (evokatif), adalah cara penyajian benda-benda koleksi
museum yang mengungkapkan suasana tertentu yang berhubungan dengan benda-
benda yang dipamerkan dengan tata penyajian berupa Taksonomik, yaitu
menyajikan koleksi dalam kelompok atau sistem klasifikasi.

2.6.2 Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara


Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara diresmikan tanggal 19 April
1982 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr.Daoed Yoesoef, namun
peletakan koleksi pertama dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia pertama,
Ir. Soekarno, tahun 1954 berupa makara. Oleh karena itu museum ini terkenal
dengan nama Gedung Arca. Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara terletak di
Jalan H.M.Joni no. 15, Medan. Jarak dari bandara udara Polonia sekitar 3 km, dan
dari pelabuhan laut Belawan sekitar 25 km. Sedangkan dari pusat pemerintahan
kantor Gubernur Sumatera Utara berkisar 3 km.
Bangunan museum berdiri di atas lahan seluas 10.468 meter persegi,
terdiri dari bangunan induk dua lantai yang difungsikan sebagai ruang pameran
tetap, ruang pameran temporer, ruang audio-visual/ceramah, ruang Kepala
Museum, tata usaha, ruang seksi bimbingan, perpustakaan, ruang mikro film,
ruang komputer, serta gudang. Secara arsitektur, bentuk bangunan induk museum
ini menggambarkan rumah tradisional daerah Sumatera Utara. Pada bagian atap
depan dipenuhi dengan ornamen dari etnis Melayu, Batak Toba, Simalungun,
Karo, Mandailing, Pakpak, dan Nias.

49
Gambar 2.31 Perspektif Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara
Sumber : www.google.com (diakses 1 Maret 2019)

Berdasarkan koleksi yang dimiliki, Museum Negeri Provinsi Sumatera


Utara dikategorikan sebagai museum umum. Sebagian besar koleksinya berasal
dari daerah Sumatera Utara berupa benda-benda peninggalan sejarah budaya
mulai dari masa prasejarah, klasik pengaruh Hindu-Buddha, Islam, hingga sejarah
perjuangan masa kini. Sebagian lainnya berasal dari beberapa daerah lain di
Indonesia dan dari negara lain seperti Thailand. Hingga tahun 2005 Museum
Negeri Provinsi Sumatera Utara menyimpan kurang lebih 6.799 koleksi. Berikut
akan diuraikan koleksi museum ini.

Masa prasejarah
Pada ruang pertama ini ditampilkan sejarah geologi mulai terbentuknya
alam semesta, pergeseran benua, dan pulau sumatera. Sejarah alam mengenai
migrasi manusia, sebaran flora dan fauna, juga mengenai kehidupan prasejarah.
Koleksi yang ditampilkan meliputi replika hewan khas sumatera, replika fosil
manusia purba, diorama kehidupan prasejarah, serta beragam perkakas prasejarah.

50
Gambar 2.32. Interior museum
Sumber : www.google.com (diakses 1 maret 2019)

kebudayaan sumatera utara kuno


Menampilkan jejak dari peradaban awal masyarakat sumatera utara, mulai dari
masa megalitik tua hingga masa perundagian. Koleksi yang ditampilkan meliputi
temuan budaya megalit seperti peti mati dari batu (sarkofagus), benda-benda religi
berupa patung batu dan kayu, tongkat perdukunan, wadah obat dari gading, serta
koleksi naskah batak kuno yang ditulis pada kulit kayu yang disebut pustaha
laklak.

Masa kerajaan hindu-buddha


Peradaban hindu dan buddha menyebar ke wilayah indonesia seiring dengan
berkembangnya perniagaan asia sekitar abad ke-2 masehi. Ruang ini
menampilkan koleksi peninggalan agama hindu-buddha yang ditemukan di daerah
sumatera utara, diantaranya temuan arkeologi dari situs percandian padang lawas
dan situs kota cina. Benda koleksi meliputi arca batu, perunggu, pecahan keramik,
dan mata uang kuno, juga sebuah replika candi induk dari candi bahali.

Masa kerajaan islam

51
Ruang islam menampilkan berbagai artefak peninggalan masa islam seperti
replika berbagai batu nisan dari makam islam yang ditemukan di daerah barus,
sumatera utara. Serta nisan peninggalan islam yang bercorak khas batak, beberapa
al qur'an, dan naskah islam tua yang ditulis dengan tangan. Serta sebuah replika
masjid azizi di medan (note: tepatnya di tanjung pura, langkat; negeri kelahiran
amir hamzah).
Kolonialisme di sumatera utara
Sebelum pemerintah hindia belanda masuk dan memerintah di wilayah sumatera,
para pengusaha dari eropa khususnya jerman telah datang dan membuka
perkebunan di sumatera. Koleksi masa kolonial membawa kita kembali pada
masa-masa tersebut, ketika kemajuan usaha perkebunan telah melahirkan medan
sebagai kota multikultur yang kaya, unik, dan menarik. Koleksi yang ditampilkan
meliputi komoditas perdagangan kolonial, alat-alat, dan mata uang perkebunan,
foto-foto bersejarah yang langka, model figur kolonial, serta replika dari
kehidupan kota medan tempo dulu.

Perjuangan rakyat sumatera utara


Seperti halnya daerah lain di indonesia, di sumatera utara telah tumbuh benih-
benih perlawanan terhadap penjajah jauh sebelum kemerdekaan. Ruang
perjuangan menceritakan sejarah perjuangan masyarakat sumatera utara sejak
sebelum 1908 sampai masa revolusi fisik 1945-1949, juga ditampilkan sejarah
perjuangan pers di sumatera utara. Benda koleksi meliputi senjata tradisional dan
modern, obat-obatan tradisional, peralatan komunikasi yang digunakan melawan
penjajah. Juga ditampilkan lukisan kepahlawanan dan poster propaganda masa
perang.

Gubernur & pahlawan sumatera utara


Ruang ini menampilkan para pahlawan nasional yang berasal dari provinsi
sumatera utara, juga para mantan gubernur yang telah berjasa membangun dan

52
memajukan provinsi sumatera utara. Koleksi berupa foto-foto serta lukisan dari
para pahlawan dan mantan gubernur sumatera utara.

2.6.3 Museum Pusaka Nias


museum Pusaka Nias adalah satu-satunya museum di Pulau Nias dan
memiliki koleksi sebagian besar benda-benda yang berkaitan dengan budaya dan
sejarah Nias. Pameran menampilkan benda-benda yang penting dari koleksi dan
bertempat di empat paviliun besar. Pameran ini terbuka untuk umum setiap hari
dan menawarkan pengenalan secara mendalam terhadap budaya asli dan sejarah
Pulau Nias. Pameran menampilkan rangkaian lengkap dari perhiasan yang
dikenakan oleh bangsawan, senjata, perlengkapan perang dibuat dari kulit buaya,
peralatan memancing tradisional, peralatan berburu dan perlengkapan
pengayauan, ukiran kayu yang digunakan dalam pemujaan leluhur, gendang
khusus untuk upacara, peti jenazah dengan kepala naga, dan skala cantik model-
model rumah tradisional.

Gambar 2.33 Tampak Depan Pavilion Pameran Nias


Sumber : Dokumentasi Pribadi
Selain dari pameran, Museum juga terkenal untuk taman yang indah dan
daerah rekreasi. Halaman tertutup museum memiliki pandangan menghadap ke

53
laut. Berenang dan bermain di laut adalah kegiatan populer untuk pengunjung.
Sebenarnya Museum menawarkan salah satu dari beberapa daerah yang bersih
dan aman untuk berenang di Gunungsitoli. Ada dermaga untuk perenang untuk
menyelam ke dalam air yang lebih dalam, dan juga pantai dengan air dangkal
untuk anak-anak. Ada juga beberapa kolam terlindung dan dangkal untuk anak-
anak yang kecil. Dekat pantai dan taman bermain anak-anak ada beberapa
perosotan air.
Taman dan kebun di sini adalah tempat yang bagus untuk bertemu
teman-teman untuk minum kopi atau berpiknik bersama keluarga. Ada banyak
tempat duduk luar dan pondok penampungan di seluruh kebun serta banyak
artefak asli Nias seperti patung megalit dan patung kayu. Pohon-pohon besar yang
memberikan keteduhan dan angin laut berarti bahwa kebun selalu sejuk. Ini
adalah sebuah oase hijau damai di tengah pusat sibuk kota Gunungsitoli. Karena
kecantikan kebun, lokasi ini populer bagi pasangan untuk mengambil foto
pernikahan.
Pada hari-hari libur, dijejali oleh banyak pengunjung namun pada hari-hari biasa
agak sepi. Suasana alam sangat terasa di tempat ini. Kita masih bisa menikmati
terpaan angin semilir, indahnya surya terbit, menyaksikan dan mendengarkan
kepak sayap si camar laut yang kadang terbang merendah mencari mangsa,
perahu-perahu nelayan yang kembali pulang adalah panorama yang senantiasa
mengawali hari.

Di area Taman Rekreasi ini juga tersedia tempat-tempat yang dapat digunakan
untuk berkumpul bersama rekan kerja, keluarga maupun acara-acara resmi kantor,
kebaktian padang, retret rohani maupun rekoleksi
.
2.6.4. Museum Nasional

54
Gambar 2.34 Perspektif Museum Nasional
Sumber : www.google.com

Eksistensi Museum Nasional diawali dengan berdirinya suatu himpunan


yang bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen,
didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tanggal 24 April 1778. Pada masa itu di
Eropa tengah terjadi revolusi intelektual (the Age of Enlightenment) yaitu dimana
orang mulai mengembangkan pemikiran-pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan.
Pada tahun 1752 di Haarlem, Belanda berdiri De Hollandsche Maatschappij der
Wetenschappen (Perkumpulan Ilmiah Belanda). Hal ini mendorong orang-orang
Belanda di Batavia (Indonesia) untuk mendirikan organisasi sejenis.
Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG) merupakan
lembaga independen yang didirikan untuk tujuan memajukan penetitian dalam
bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi,
fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah, Berta menerbitkan hash
penelitian. Lembaga ini mempunyai semboyan “Ten Nutte van het Algemeen”
(Untuk Kepentingan Masyarakat Umum).
Salah seorang pendiri lembaga ini, yaitu JCM Radermacher, menyumbangkan
sebuah rumah miliknya di Jalan Kalibesar, suatu kawasan perdagangan di Jakarta-
Kota. Kecuali itu ia juga menyumbangkan sejumlah koleksi benda budaya dan
buku yang amat berguna, sumbangan Radermacher inilah yang menjadi cikal
bakal berdirinya museum dan perpustakaan.
Selama masa pemerintahan Inggris di Jawa (1811-1816), Letnan Gubernur Sir
Thomas Stamford Raffles menjadi Direktur perkumpulan ini. Oleh karena rumah
di Kalibesar sudah penuh dengan koleksi, Raffles memerintahkan pembangunan
gedung baru untuk digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk
Literary Society (dulu disebut gedung “Societeit de Harmonie”). Bangunan ini
berlokasi di jalan Majapahit nomor 3. Sekarang di tempat ini berdiri kompleks
gedung sekretariat Negara, di dekat Istana kepresidenan.

55
Museum ini sangat dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya
penduduk Jakarta. Mereka menyebutnya “Gedung Gajah” atau “Museum Gajah”
karena di halaman depan museum terdapat sebuah patung gajah perunggu hadiah
dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke
museum pada tahun 1871. Kadang kala disebut juga “Gedung Arca” karena di
dalam gedung memang banyak tersimpan berbagai jenis dan bentuk arca yang
berasal dari berbagai periode.

Pada tahun 1923 perkumpulan ini memperoleh gelar “koninklijk” karena


jasanya dalam bidang ilmiah dan proyek pemerintah sehingga lengkapnya menjadi
Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Pada
tanggal 26 Januari 1950, Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen diubah namanya menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia.
Perubahan ini disesuaikan dengan kondisi waktu itu, sebagaimana tercermin
dalam semboyan barunya: “memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang berfaedah
untuk meningkatkan pengetahuan tentang kepulauan Indonesia dan negeri-negeri
sekitarnya”.

Mengingat pentingnya museum ini bagi bangsa Indonesia maka pada tanggal 17
September 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan
museum kepada pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadi Museum Pusat.
Akhirnya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
No.092/ 0/1979 tertanggal 28 Mei 1979, Museum Pusat dit…
Museum Nasional Indonesia kini mengembangkan Ruang ImersifA yang
memanfaatkan teknologi imersif untuk menciptakan pengalaman interaktif bagi
pengunjung. Teknologi imersif merupakan sebuah teknologi informasi, di mana
seluruh dinding dan lantai di sebuah ruangan diproyeksikan gambar bergerak yang
dilengkapi dengan tata suara, sehingga pengunjung dapat merasakan pengalaman
yang unik dan menarik. Ruang ImersifA hadir di Gedung A Museum Nasional

56
Indonesia dan telah resmi diluncurkan pada Kamis, 31 Maret 2022, oleh Direktur
Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid.

Gambar 2.35 Ruang imersif museum nasional


Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id
Ruang ImersifA merupakan instalasi permanen video mapping dengan
ukuran 12 m x 21 m. Pada setiap sesi pertunjukan, sajian video mapping berdurasi
30 menit yang diproyeksi dengan sudut 360°, termasuk lantai. Pengunjung yang
menyaksikan akan merasakan sensasi seolah-olah ada di dalam video. Dinding
yang mengelilingi dan lantai yang dipijak menjadi layar yang memutar
pertunjukan.
Konten ImersifA menampilkan sejarah Indonesia dalam konsep alam, masyarakat,
sejarah dan budaya dari masa ke masa. Di ruang ini, pengunjung akan
berpetualang, mengalami dunia dari sudut pandang pelaku sejarah. Layaknya
penjelajah, pengunjung dapat mengeksplorasi khasanah dan keanekaragaman
alam Indonesia, seni dan budaya, kerukunan beragama, benda cagar budaya,
bangunan cagar budaya, hingga pengalaman eksotik menembus batas berbagai
motif-motif tradisional Indonesia yang tersebar di berbagai koleksi museum.

2.7. Data Koleksi

57
Deskripsi benda koleksi yang direncanakan berdasarkan studi banding dan
literatur ialah sebagai berikut :

No Benda Koleksi Jumlah Sifat Benda

1 Kursi Raja 2 Replika

2 Peralatan Perang 4 Asli

3 Peralatan Dapur 11 Asli, Hibah

4 Peralatan bertani 14 Asli,Hibah

5 Peralatan perdagangan 4 Asli

6 Peti mati 10 Replika

7 Patung 13 Asli,Replika

8 Batu Megalitikum 40 Asli, Replika

9 Pakian Tradisional

- Pakain 3 Pasang Asli


( 3 set lk, 3 Set
Bangsawan
Pr)
2 Pasang
Replika
( 2 Set Lk, 2 set
- Pakaian Tetua
Pr )
2 Pasang
( 2 Set Lk, 2 set Asli
- Pakaian Rakyat
Pr )

58
10 Perhiasan Bangsawan 6 Asli, Replika

11 Bola nafo 3 set Replika, Hibah

12 Alat Musik 25 Replika,Asli

13 Kursi 5 Replika

14 Meja 1 Replika

15 Lompat Batu 1 Replika

16 Foto 100 Asli,Hibah

17 Ruang Kamar Raja 1 Replika

JUMLAH 254 Koleksi

Tabel 2.4 Deskripsi Benda Koleksi

No Diorama Suasana Jumlah Asumsi Sifat Benda


Kegiatan

59
1 Suasana Kegiatan
pertemuan raja dengan
1 Replika
prajurit perang di ruang
balai desa

2 Suasana Kegiatan Pesta 1 Replika


Adat

3 Suasana Kegiatan Adat 1 Replika


Lompat Batu dan Tarian

4 Miniatur Rumah Adat 2 Replika


Nias Selatan

5 Miniatur Rumah Adat 1 Replika


Nias Tengah

6 Miniatur Rumah Adat 1 Replika


Nias Utara

Tabel 2.5 Diorama Suasana Kegiatan

60

Anda mungkin juga menyukai