Anda di halaman 1dari 39

PERANCANGAN BARU

MUSEUM SEPEDA MOTOR LISTRIK DEGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI

DI JAKARTA SELATAN

MOCHAMAD TAUFIQ TRIADI

1603174200

DI 41 04 B
BAB II

KAJIAN LITERATUR

2.1 DEFINISI UMUM


2.1.1 DEFINISI MUSEUM

Menurut Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2015 tentang Museum, Museum adalah
Lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan
mengkomunikasikannya kepada masyarakat. Definisi museum berdasarkan konferensi
umum ICOM (International Council Of Museums) yang ke-22 di Wina, Austria, pada
24 Agustus 2007 menyebutkan bahwa museum adalah Lembaga yang bersifat tetap,
tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk
umum, yang mengumpulakan, merawat, meneliti, mengkomunikasikan, dan
memamerkan warisan budaya dan lingkungannya yang bersifat kebendaan dan tak
benda untuk tujuan pengkajian, pendidikan, dan kesenangan.

Secara etimologis kata museum berasal dari Bahasa latin yaitu “Museum”(“musea”).
Aslinya dari bahasa Yunani “mouseion” yang merupakan kuila yang dipersembahkan
untuk Museus (9 dewi seni dalam mitologi Yunani), dan merupakan bangunan tempat
Pendidikan dan kesenian, khususnya institute untuk filosofi dan penelitian pada
perpustakaan di Alexandria yang didirikan oleh Ptolomy I Soter 280 SM.

Museum mengelola bukti material hasil budaya dan/atau material alam dan
lingkungannya yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan.
Pendidikan, agama, kebudayaan, teknologi, dan/atau pariwisata untuk
dikomunikasikan dan dipamerkan kepada masyarakat umum melalui pameran
permanen, temporer, dan keliling. Kebanyakan museum menawarkan program dan
kegiatan yang menjangkau seluruh pengunjung, termasuk orang dewasa, anak-anak,
seluruh keluarga, dan tingkat profesi lainnya. Program untuk umum terdiri dari
perkuliahan atau pelatihan dengan staf pengajar, orang-orang yang ahli, dengan fim,
musik atau pertunjukkan tarian, dan demontrasi dengan teknologi.
2.1.2 FUNGSI MUSEUM

Melalui koleksinya, museum harus dapat digunakan untuk menyampaikan pesan yang
memuat berbagai nulai dan makna dari peradaban manusia. Jika pesan yang
disampaikan belum dapat diterima oleh publik maka musu museum sebagai pusat
informasi belum terwujud sepenuhnya.

Menurut Van Mensch (2003) via Ardiwidjaja (2013:35), fungsi dasar museum adalah
melakukan penelitian, konservasi, dan komunikasi sebagai apsek mediasi terhadap
masyarakat. Fungsi dasar tersebut disebut dengan istilah fungsi dasar museologi.
Pengelolaan koleksi adalah serangkaian kegiatan yang menyangkut berbagai aspek
kegiatan yang dimulai dari pengadaan koleksi, registrasi dan inventarisasi, perawatan,
penelitian hingga koleksi tersebut disajikan di ruang pamer atau disimpan pada ruang
penyimpanan.

Pada rancangan peraturan pemerintahan tentang museum, dipaparkan bahwa museum


berfungsi sebagai perlindungan, pengembangan, pemanfaatan koleksi dan
mengkomunikasikannya kepada masyarakat. Berdasarkan peraturan no. 19 tahun
1995 dalam Pedoman Museum Indonesia (2008), museum memiliki fungsi atau tugas
menyimpan, merawat, mengamankan, dan memanfaatkan koleksi museum benda
berupa cagar budaya. Dengan demikian museum memiliki dua fungsi besar yaitu:

1. Sebagai tempat pelestarian, museum harus melakukan kegiatan sebagai berikut:


a. Penyimpanan, yang meliputi pengumpulan benda untuk menjadi koleksi,
pencatatan koleksi, sistem penomoran, dan penataan koleksi.
b. Perawatan, yang meliputi kegiatan mencegah dan menanggulangi benda
koleksi.
c. Pengamanan, yang meliputi kegiatan perlindugan untuk menjaga koleksi dari
kerusakan atau gangguan oleh faktor alam atau ulah manusia.
2. Sebagai sumber informasi museum melaksanakan kegiatan pemanfaatan melalui
penelitian dan penyajian, penelitian dilakukan untuk mengembangkan kebudayaan
nasional, ilmu pengetahuan, dan teknologi, sedangkan penyajian harus tetap
memperhatikan aspek pelestarian dan pengamanannya.
2.2 KLASIFISKASI MUSEUM
2.2.1 KLASIFIKASI MUSEUM

Museum yang terdapat di Indonesia dapat dibedakan melalui beberapa klasifikasi (Ayo
Kita Mengenal Museum, 2008), yakni sebagai berikut:

1. Jenis museum berdasarkan koleksi yang dimiliki, yaitu terdapat dua jenis:
a. Museum umum, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material
manusia dan atau lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni,
disiplin dan ilmu teknologi.
b. Museum khusus, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material
manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu
cabang ilmu, atau satu cabang teknologi.
2. Jenis museum berdasarkan kedudukannya terdapat tiga jenis:
a. Museum Nasional, museum yang koleksinya terdiri dari koleksi benda yang
berasal, mewakili, dan berkaitan dengan bukti material manusia atau
lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional.
b. Museum Propinsi, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang
berasal, mewakili, dan berkaitan dengan bukti material manusia atau
lingkungannya dari wilayah propinsi dimana museum berada.
c. Museum Lokal, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang
berasal, mewakili, dan berkaitan dengan bukti material manusia atau
lingkungannya dari wilayah kota madya atau kabupaten dimana museum
berada.

Menurut International Council of Museum (ICOM), museum bisa diklasifikasikan


menjadi 6 jenis diantarannya yaitu:

1. Museum Seni

Museum seni adalah museum yang mengelola. Menyimpan dan mengumpulakan


benda yang berkaitan dengan kesenian.

2. Museum Sejarah & Arkeolog


Museum Sejarah & Arkeolog adalah museum didalamnya ada benda arkeolog dan
benda bersejarah yang meyimpan tentang sejarah manusia beserta peradabannya.

3. Natural Museum

Natural History Museum adalah museum ilmu alam yang didalamnya ada hal-hal
yang berkaitan dengan peradaban ilmu pengetahuan alam.

4. Science & Technology Museum

Science and Technology Museum adalah museum yang isinya berkaitan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

5. Museum Khusus

Specialized museum umumnya dikhususkan untuk satu benda khusus tertentu yang
mungkin berbeda dari kelima jenis museum.

Koleksi museum merupakan bahan atau objek penelitian ilmiah. Museum bertugas
mengadakan, melengkapi dan mengembangkan tersediannya objek penelitian itu bagi
siapapun yang membutuhkan. Selain itu, museum bertugas menyediakan sarana untuk
kegiatan penelitian tersebut bagi siapapun, di samping museum bertugas
melaksanakan kegiatan penelitian itu sendiri dan menyebarluaskan hasil penelitian
tersebut untuk pengembangan ilmu pengetahuan umumnya (Gaffar, 2011).

Adapun kegiatan yang dapat dilakukan di museum meliputi:

1. Pameran atau eksebisi produk dan koleksi museum, yang meliputi:


a. Pameran tetap (Permanen), kegiatan penyajian koleksi berdasarkan sistem dan
tahun
b. Pameran khusus (temporer atau non temporer). Kegiatan penyajian koleksi
dalam jangka waktu relatif singkat (1 minggu sampai 1 bulan) dengan tema
khusus.
c. Pameran keliling, kegiatan penyahian koleksi dalam jangan waktu tertentu
dengan tema khusus serta dilakukan di luar lokasi museum.
2. Perpustakaan, menyediakan dan meminjamkan buku, majalah serta melayani
peminat microfis, film yang berkaitan dengan benda-benda koelksi museum
beserta sejarah keterangannya.
3. Kegiatan edukatif yang meliputi:
a. Ceramah, memperkenalkan koleksi museum kepada khayalak ramai dengan
cara menyampaian yang mudah dimengerti oleh masyarakat umum.
b. Pemutaran film, penyajian audiovisual yang memperjelas pengetahuan
mengenai benda-benda koleksi museum serta sejarah yang berkaitan dengan
benda-benda koleksi tersebut.
c. Bimbingan edukatif, memberikan data dan penjelasan yang dibutuhkan oleh
para peneliti yang bergerak di bidang yang berhubungan dengan koleksi
museum.

Klasifikasi museum dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis, antara lain:

1. Berdasarkan penyelenggaraannya:
a. Museum Swasta, yaitu museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh
swasta.
b. Museum resmi, yaitu museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh
pemerintah. Mseum dalam klasifikasi ini terbagi lagi menjadi museum yang
dikelola oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
2. Berdasarkan kedudukannya:
a. Museum Nasional, yang menjadi urusan pemerintah yang menggambarkan
harta warisan sejarah dan kebudayaan nasional.
b. Museum Lokal, terbahi menjadi museum dengan ruang lingkup tingkat
provinsi, kabupaten, dan kotamadya
c. Museum Lapangan Terbuka, terletak di luar ruangan dapat merupakan suatu
kompleks yang luas, seperti Taman Mini, terdiri dari model-model rumah
adat, baik yang asil dan yang telah berpindah tempat dari asal daerahnya
semula, maupun tiruan sebagai koleksi pelengkap.
3. Berdasarkan jenis koleksinya, meliputi:
a. Museum khusus, museum jenis ini memiliki koleksi penunjang satu cabang
ilmu pengatuan saja, misalnya Museum Geologi, Museum Seni Rupa,
Museum Teknologi, dan lain sebagainya.
b. Museum umum, museum jenis ini memiliki keoleksi penunjang cabang-
cabang ilmu pengetahuan alam, teknologi, dan ilmu pengetahuan sosial.
4. Berdasarkan jenis bangunan:
a. Museum terbuka, penyajian koleksi dilakukan secara terbuka.
b. Museum tertutup, penyajian koleksi dilakukan secara tertutup.
c. Kombinasi, penyajian koleksi disajikan secara kombinasi antara museum
terbuka dan tertutup.
2.2.2 TIPE ALUR PENYAJIAN MUSEUM

Setiap museum terdapat berbagai benda yang berbeda yang di pamerkan didalamnya,
karena itu setiap museum memiliki berbagai macam alur penyajian dan display sesuai
dengan benda yang di pamerkan dengan tujuan agar informasi yang akan disampaikan
kepada pengunjung tersampaikan dengan jelas. Ada beberapa hal utama yang harus
diperhatikan dalam penyusunan pola alur penyajian dan alur pengunjung, yaitu:

- Alur sirkulasi, mulai dari pintu masuk hingga pintu keluar.


- Konsep dan besaran ruang.
- Material (bahan bangunan), tekstur dan warna yang digunakan (textual dan visual
konsep).

Pada mulanya, pameran tetap museum ditata dan disajikan dengan menggunakan
pendekatan:

1. Pendekatan open storage yaitu objek dikumpulkan, lalu dipamerkan seketika tanpa
pengorganisasian, penempatan objek berdasarkan bentuk, asal daerah, waktu atau
masa, dan beberapa kombinasi kesamaan lainnya. Pada umunya tidak
menggunakan label, kalaupun ada informasi yang sangat sederhana.
2. Pendekatan objek yaitu objek dikumpulkan telebih dahulu sebelum mengumpulkan
informasinya. Objek dipilih, dibagi, diteliti, dilabeli, dan diberikan pencahayaan
yang bagus. Pada akhirnya, jenis pendekataan ini tidak menghasilkan ide
intelektual, bahkan hanya menghasilkan objek yang disajikan tanpa informasi
didalamnya.
3. Pendekatan ide yang tujuan utamanya adalah edukasi. Museum memutuskan
ide/cerita yang akan disampaikan, merumuskan dimana cerita tersebut digunakan,
memilih objek yang dibutuhkan dari koleksi dan mengumpulannya untuk pameran.
4. Pendekatan kombinasi yaitu museum memilih objek dan ide dalamw aktu yang
bersamaa berdasarkan signifikansi koleksi dan ide dalam mencapai tujuan
museum.

Konsep alur penyajian atau penataan koleksi museum dapat dilakukan dengan
pendekatan, diantaranya adalah:
1. Pendekatan Kronologi, lebih menekankan pada penyajian koleksi secara kronologi
dari waktu ke waktu dengan menempatkan benda koleksi dan informasi
pendukungnya secara beruntut dan linear dari fase awal hingga akhir mengiktui
alur bergerak pengunjung pada ruang pamer.
2. Pendekatan Taksomonik, lebih menekankan pada penyajian koleksi yang memiliki
kesamaan jenis serta berdasarkan kualitas, kegunaan, gaya, periode, dan pembuat.
3. Pendekatan Tematik, lebih menekankan pada cerita dengan tema tertentu
dibandingkan dengan objek yang disajikan.
4. Pendekatan Evokatid atau Romantik, lebih menekankan pada unsur lingkungan
dimana objek itu berada.
5. Pendekatan Gabungan, model penyajian materi untuk ruang pameran tetap,
diupayakan agar pengunjung tidak selalu digiring untuk bergerak secara linear.
Pendekatann yang menggabungkan antara pendekatan Taksomonik, Tematik, dan
Kronologi

2.2.3 SEPEDA MOTOR LISTRIK

Sepeda motor listrik adalah kendaraan sepeda motor tanpa bahan bakar minyak yang
digerakkan oleh dinamo dan akumulator. Seiring dengan mencuatnya masalah
pemanasan global dan kelangkaan BBM maka kini produsen kendaraan berlomba-
lomba menciptakan kendaraan hibrida, dan sepeda motor listrik termasuk salah satu di
dalamnya. Sampai sekarang di Indonesia telah tersedia tipe dengan kecepatan 60
km/jam, dilengkapi rem cakram, lampu penerangan dekat dan jauh, lampu sein, lampu
rem serta klakson.

Secara umum sumber tenaga sebuah sepeda motor hibrida adalah akumulator, tapi
perkembangan dalam sel bahan bakar menyebabkan terciptanya beberapa prototipe
menggunakannya. Beberapa contoh misalnya ENV dari Intelligent Energy
memanfaatkan proses Fuel Cell hidrogen, pada Honda teknologi ini diberi nama
Honda FC Stack, dan FC-AQEL pada Yamaha. Terdapat pula sepeda motor listrik-
hibrida berbahan bakar yang sedang dikembangkan. Contoh jenis ini misalnya adalah
Ecycle, dan Gen-RYU dari Yamaha.
Dan kini banyak dilakukan inovasi dan terobosan baru dalam menciptakan jenis baterai
sebagai sumber energi yang dapat menunjang jarak tempuh kendaraan ini. Seperti
Yamaha E-Vino yang diperkenalkan di Indonesia sebagai Motor Listrik Uji Pasar
sebelum kemungkinan akan diproduksi massal.

Jarak tempuh terjauh yang dapat dicapai oleh sepeda motor listrik di Indonesia pun
telah meningkat secara signifikan menjadi 80 km dan untuk jarak tempuh sedemikian
hanya perlu mengeluarkan biaya Rp. 900. Sedang untuk jalan menaik kendaraan
mampu naik dengan sudut kemiringan sampai 30 derajat. Waktu yang diperlukan
untuk mengisi penuh akumulator adalah 8 jam dan akumulator dapat diisi kapan saja
tanpa menunggu habis. Sepeda motor listrik ini dapat dipakai melewati jalan yang
tergenang air atau dicuci, yang terpenting dinamo tidak tergenang air.

Cara kerja sepeda motor listrik pada dasarnya sama dengan cara kerja sepeda motor
bertenaga bensin: kendaraan ini didorong oleh sebuah mesin, dan mesin tersebut
membutuhkan bahan bakar. Perbedaan utama adalah bahan bakar bensin di motor
konvensional diganti dengan baterai atau fuel cell dalam bentuk listrik.

a. Komponen Utama

Sepeda motor listrik yang ditenagai oleh baterai kemungkinan akan menggunakan
banyak ruang yang dibutuhkan untuk rumahan baterai tersebut. Mesinnya sendiri
mungkin akan sedikit lebih kecil. Dalam salah satu model, "Enertia", mesin berukuran
sekitar sebuah alternator, dan terpasang rendah pada chassis tepat di depan roda
belakang. Sebuah rantai dan sprocket menghubungkan motor langsung ke roda
belakang.

b. Tenaga

Baterai dalam sepeda motor listrik dapat bertahan antara 1,5 sampai 10 tahun. Jenis
baterai meliputi:

 Lithium Ion
 Lithium
 Lithium Phosphate
 Litihum Ion Fosfat
 Lead Acid
 Nickel Metal Hydride

Salah satu kelemahan yang dirasakan dari sepeda motor listrik adalah rentang
pengisian. Sebagian besar sepeda motor listrik yang sekarang tersedia di pasaran dapat
menempuh kisaran 40 (65 km) sampai 100 mil (160 km) sekali isi ulang baterai.
Kebanyakan sepeda motor bertenaga bensin akan melebihi jarak tersebut, meskipun
hal ini tergantung pada ukuran tangki bensin.

Lama pengisian baterai menjadi kekhawatiran lain pada sepeda motor bertenaga listrik,
mengingat waktu mengisi ulang akan mencapai minimal 2 sampai 3 jam. Bandingkan
dengan 10 menit atau kurang untuk kebutuhan mengisi tangki bensin, dan ini mungkin
menjadi perhatian utama saat mempertimbangkan untuk membeli sepeda motor listrik.

2.2.4 SEJARAH SEPEDA MOTOR LISTRIK

Pada 19 September 1895, permohonan paten untuk "sepeda listrik" diajukan oleh
Ogden Bolton Jr. dari Canton, Ohio. Pada 8 November di tahun yang sama,
permohonan paten lain untuk "sepeda listrik" juga diajukan oleh Hosea W. Libbey dari
Boston.

Di acara Stanley Cycle Show tahun 1896 yang bertempat di London, Inggris, produsen
sepeda Humber memamerkan sepeda tandem listrik. Dibekali oleh baterai
penyimpanan daya, motor yang digunakan pada sepeda tersebut ditempatkan di depan
roda belakang. Kontrol kecepatan ditempatkan di bagian setang.

Beberapa tahun setelah diperkenalkannya sepeda listrik, Popular Mechanics edisi


Oktober 1911 memperkenalkan sepeda motor listrik. Kendaraan ini diklaim memiliki
jangkauan sejauh 121 km hingga 160 km sekali pengisian daya. Sepeda motor elektrik
ini memiliki girboks tiga percepatan, dengan kecepatan 6,4 km, 24 km, dan 56 km per
jam.
Gambar . Motor listrik socovel

Pada tahun 1919, Ransomes, Sims & Jefferies membuat prototipe sepeda motor listrik
dengan baterai yang dipasang di bawah jok sespan. Meski sudah terdaftar untuk
penggunaan di jalanan, namun motor ini tidak pernah melewati tahap uji coba.

Pada tahun 1936, Limelette bersaudara mendirikan perusahaan sepeda motor listrik
bernama Socovel yang merupakan kesingkatan dari Société pour l'étude et la
Construction de Véhicules Electriques atau dalam diartikan sebagai perusahaan untuk
penelitian dan pembuatan kendaraan listrik di Brussel.

Mereka melanjutkan produksi selama pendudukan Jerman dengan izin dari mereka.
Karena diberikan jatah suplai bahan bakar, mereka mampu mencapai titik
keberhasilan. Namun setelah perang, pabrikan ini beralih ke model konvensional
karena lebih banyak peminatnya. Model kendaraan listrik ini tetap tersedia sampai
tahun 1948.

2.2.5 SEPEDA MOTOR LISTRIK DARI TAHUN KE TAHUN

 Akhir 1860: Referensi pertama tentang sepeda motor listrik dipatenkan.

 1911: Menurut Popular Mechanics article sepeda motor listrik telah tersedia.
 1920: Perusahaan Ransomes, pembuat forklift, meneliti penggunaan motor
bertenaga listrik.

 1941: Krisis bahan bakar di Eropa mendorong perusahaan Socovel dari Austrian
membuat sepeda motor listrik kecil. Saat itu kendaraan yang dibuat berjumlah sekitar
400 buah.

 1946: Terinspirasi oleh kelangkaan BBM dari masa Perang Dunia II, Merle Williams
menciptakan kendaraan listrik pertamanya. Kemudian dia mulai memproduksi
kendaraan ini di garasi rumah dan bisnis ini terus bergulir hingga akhirnya menjadi
Perusahaan dengan nama Marketeer.

 1967: Sepeda motor listrik bertenaga surya pertama berhasil dibuat oleh Karl
Kordesch.

 1967: Sepeda motor listrik bertenaga ringan dengan nama "Papoose" dibuat oleh
sebuah pabrik sepeda motor suku Indian di Springfield, Massachusetts, dibawah
pengarahan Flyod Clymer.

 1973: Mike Corbin membuat sepeda motor listrik pertamanya dengan rekor
kecepatan 162 km/jam.

 1974: Corbin-Gentry Inc. memulai penjualan sepeda motor listrik secara legal.

 1978: Harley Davidson MK2 bertenaga listrik dibuat oleh Transitron di Honolulu,
Hawaii.

 1988: Eyeball Engineering membuat sepeda motor listrik KawaSHOCKi and produk
ini menghiasi majalah-majalah utama saat itu.

 Akhir 1990: Scott Cronk dan EMB membuat sepeda motor listrik dengan nama EMB
Lectra VR24. Pelopor untuk jenis variable reluctance motors (VR) dan dijual secara
resmi.
 2000: Killacycle mencatat rekor 244.62 km/jam pada Woodburn Drags 2000, OR.

 2004: Tanggal 24 August Honda membuat sebuah percontohan motor hibrida 50cc
yang diberi nama Honda Numo. Percontohan ini membawa Honda selangkah lebih
dekat kepada jenis sepeda motor hibrida yang dapat diproduksi secara massal.

 2006: Titik balik penting dalam perkembangan kendaraan listrik dengan diangkatnya
sebuah skandal otomotif dunia ke layar lebar: "Who Killed The Electric Car".

 2007: Sebuah tonggak bersejarah bagi negara Indonesia, Komunitas Kendaraan


Listrik telah terbentuk, mendahului komunitas serupa di negara-negara tetangga kita.

 2007: Melalui Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Nurachman, dan Kabag
Registrasi dan Identifikasi Ditlantas Polda Metro Jaya, AKBP Giri Purwanto,
Pemerintah Indonesia pertama kali mengemukakan pendapat kepada media
mengenai keberadaan kendaraan listrik.

 2007: Killacycle membuat sebuah sepeda motor listrik bertenaga Li-Ion dan dengan
kecepatan 250.7 km/jam di Phoenix, AZ pada AHDRA 2007.

 2008: Sebagai komponen utama dari kendaraan listrik, maka prototype Super
Charge Ion Battery (SCiB) dari Toshiba merupakan terobosan yang luar biasa.
Baterai ini memiliki kemampuan isi ulang di bawah 5 menit serta memiliki umur pakai
sampai 10 tahun.

 2008: Sepeda motor listrik TTX01 muncul di Birmingham International Motor Show
dengan kemampuan mencapai 60 mph hanya dalam waktu 3.5 detik.

 2010: Kendaraan Listrik memecahkan rekor baru, yaitu untuk pertama kalinya
kendaraan ini berhasil menempuh 624 mil hanya dengan satu kali charging/isi
baterai.

 2008: Dr. Surajit Sengupta mengemukakan teknologi Superlattice yang


memungkinkan baterai memiliki kapasitas dua kali lipat.
 2010: Setelah tiga tahun di Indonesia, akhirnya pemerintah membuka mata atas
kontribusi kendaraan listrik. Melalui Kepala Sub Direktorat Sarana Angkutan Jalan
Direktorat LLAJ Kementrian Perhubungan, Ir M Tansil, mengusulkan sepeda listrik
sebagai pengganti kendaraan roda dua atau motor.

 2011: Direktur Utama PLN Dahlan Iskan menyatakan PLN mencari satu pulau yang
bisa dijadikan tempat uji coba kendaraan listrik tersebut. Jadi, satu pulau 100 persen
memakai kendaraan listrik.

 January 2012: BioBemo, proyek dari rakyat untuk rakyat mengubah Bemo yang
berpolusi menjadi nihil polusi pertama di Indonesia.

 January 2012: Diluncurkan film yang merupakan sequel dari "Who Killed The
Electric Car" pada tahun 2012.
 1 April 2012: Pemerintah Indonesia pemerintah kucurkan 100 miliar rupiah untuk
riset kendaraan listrik.

 Juli 2012: PLN akan menyediakan stasiun pengisian kendaraan listrik


di Jakarta & Bandung.

 Juli 2012: PLN akan merilis 1000 sepeda motor listrik lokal.

 September 2012: Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan sebentar lagi akan


mengeluarkan paket insentif kepada kendaraan low cost and green car (LCGC) dan
emisi karbon rendah untuk Indonesia. Selain kendaraan murah ramah lingkungan,
mobil listrik, hybrid, ada juga kendaraan berbahan bakar biofuel yang akan dapat
insentif.

 Oktober 2012: Miroslav Krstic dan Scott Moura menemukan algoritme baru untuk
baterai Lithium-Ion sehingga ukuran baterai bisa dipangkas menjadi 25% dan lama
pengisian menjadi 50% lebih cepat.

 20 Mei 2013: Bus listrik Indonesia pertama dioperasikan di kota Yogya.


 10 Jun 2013: Pemerintah tegaskan kendaraan listrik bebas pajak.

 12 Jun 2013: Zbee Swedia resmi mengoperasikan pabrik kendaraan listrik


pertamanya di Indonesia dengan nama PT Lundin Industry, yang terletak di Kota
Banyuwangi, Jawa Timur, dan target produksi minimal 100.000 unit per tahun.

 Oktober 2013: Indonesia selaku tuan rumah APEC 2013 memutuskan akan
mensterilkan wilayah Nusa Dua dari kendaraan BBM dan mengganti seluruh
transportasi dengan kendaraan listrik.

2.1.1 SEPEDA MOTOR LISTRIK DI INDONESIA

Gambar . Motor Listrik Gesit

Motor listrik pertama di Indonesia adalah Gesit, yang diluncurkan pada tahun 2018 oleh PT Wijaya
Karya dan Universitas Gadjah Mada. Gesits merupakan singkatan dari "Generasi Emas Kendaraan
Listrik Indonesia" dan diharapkan menjadi pionir dalam penggunaan kendaraan listrik di Indonesia.

Gesits menggunakan baterai lithium-ion dengan kapasitas 2,4 kWh dan dapat menempuh jarak
hingga 80 km dengan kecepatan maksimum 60 km/jam. Motor listrik ini juga dilengkapi dengan
teknologi anti-maling dan sistem rem cakram. Selain itu, Gesits juga dibekali dengan fitur-fitur
modern seperti layar LCD yang menampilkan informasi tentang kecepatan, jarak tempuh, dan
tingkat baterai. Motor ini juga dilengkapi dengan koneksi internet dan aplikasi mobile yang
memungkinkan pengguna untuk melacak lokasi motor dan memantau kondisi baterai.

Gesits telah mendapat sertifikasi dari Kementerian Perindustrian Indonesia dan dijual dengan harga
sekitar 23 juta rupiah. Saat ini, Gesits telah tersedia di beberapa kota di Indonesia dan menjadi
salah satu alternatif kendaraan ramah lingkungan yang semakin diminati oleh masyarakat
Indonesia.

Perkembangan motor listrik di Indonesia semakin pesat setelah peluncuran Gesits. Saat ini, sudah
ada beberapa produsen yang memproduksi motor listrik di Indonesia, seperti Viar, Selis, dan
Garansindo Electric Scooter. Mereka menghadirkan berbagai varian motor listrik, dari skuter
hingga motor sport. Selain itu, pemerintah Indonesia juga telah mengambil berbagai langkah untuk
mendorong penggunaan kendaraan listrik di Indonesia, seperti memberikan insentif fiskal dan
mengembangkan infrastruktur pengisian baterai.

Namun, masih banyak kendala yang harus diatasi dalam pengembangan motor listrik di Indonesia,
seperti harga yang masih relatif mahal dibandingkan dengan motor konvensional dan masih
sedikitnya infrastruktur pengisian baterai yang tersedia.

Namun, dengan semakin banyaknya produsen yang memproduksi motor listrik dan semakin
berkembangnya infrastruktur, diharapkan motor listrik akan semakin mudah diakses oleh
masyarakat Indonesia dan menjadi alternatif transportasi yang lebih ramah lingkungan dan efisien
di masa depan.

2.1.2 TIPE DISPLAY

Didalam museum cara penyajian suatu benda adalah hal yang sangat penting untuk
diperhatikan. Karena dalam penyajian sebuah informasi harus tersampaikan dengan
jelas kepada pengunjung, oleh karena itu tipe display yang digunakan juga akan
berpengaruh dalam penyampaian informasi didalamnya.

Tipe display:

a. Display Statis

Adalah tipe display yang diam dan cenderung tidak bisa dirubah bentuknya dan
sifatnya permanen contohnya adalah: Vitrin, Manekin, Pedestal dan Panel

Contoh gambar display Vitrin:


Gambar 2.0 Display Vitrin | www.autocar.co.uk

Contoh gambar display Manekin:

Gambar 2.1 Display Manekin | www.litmediaproductions.com


Contoh gambar display Pedestal:

Gambar 2.2 Display Pedestal | www.amalgamcollection.com

Contoh gambar display Panel:


Gambar 2.3 Display Panel | pinterest.com

b. Display modular struktur

Didesain dapat terpisah namun dapat disatukan apabila diinginkan, tipe display
seperti ini biasanya digunakan untuk membuat kestauan dalam irama.

Contoh gambar display Modular Struktur

Gambar 2.4 Display Modular Strktur | fba.pt

c. Display rangka

Dibuat atas dasar kekuatan dan ketahanan struktur yang digunakan, cocok
digunakan untuk area display bertingkat dan memiliki beban hidup maupun mati
yang reltif tinggi.
Contoh gambar display Rangka:

Gambar 2.5 Display rangka | Sebastianerazo.com

d. Display lipat

Dibuat agar bisa mengefesiensikan ruangan sedemikian rupa sehingga data


menghemat ruangan Ketika tidak digunakan, cocok diterapkan pada area display
yang digunakan sementara

Contoh gambar display lipat


Gambar 2.6 Display lipat | themobilestudio.co.uk

e. Display Pop-Up

Didesain agar bisa diberdikiran hanya dengan menggunakan sedikit alat, desain ini
cocok untuk pameran bersifat sementara

Contoh gambar display Pop-Up


Gambar 2.7 Display Pop-Up | Stylepark.com
2.2 STANDARISASI MUSEUM

Standarisasi proyek Museum of Formula1 menggunakan berbagai sumber dan pedoman


sebagai bahan untuk melalukan desain baru, sehingga didalamnya akan diisi oleh rincian dan
juga standar yang didapatkan dari buku , jurnal , studi preseden , undang undang , peraturan
pemerintah dan juga berdasarkan pengalaman pribadi.

2.2.1 STANDAR STRUKTUR ORGANISASI

Struktur Organisasi Museum adalah sebuah tatanan hirarki sebuah lembaga sehingga
dalam pelaksanaanya setiap orang yang memiliki jabatan dalam sebuah susunan
organisasi dapat memiliki tanggung jawab dan hak masing masing. Struktur Organisasi
Museum atau Pusat Edukasi telah diatur sedemikian rupa dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No 28 Tahun 2015 Tentang Tata kerja dan Organisasi
Museum Nasional dengan sehingga dalam pelaksanaanya telah ditetapkan standar yang
baik agar tercipta susunan organisasi yang lebih teratur.

Standar mengenai Susunan Organisasi Museum di Indonesia yang diatur oleh


Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 28 Tahun 2015 tersebut berisi :

a. Ketua / Kepala Museum sebagai ketua yang membawahi direksi / struktur


organisasi dibawahnya dengan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal
Kebudayaan Kemendikbud.
b. Bagian Tata Usaha
Bertugas sebagai perancangan urusan perencanaan , keuangan , kepegawaian , ke
arsipan , ketatalaksanaan , pengelolaan barang negara dan penyusunan laporan
Museum. Kebutuhan pelaksaan tugas tersebut akan dibantu oleh tiga jabatan lagi
yaitu :

1. Sub Bagian Perencaan dan Tata Laksana

2. Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian

3. Sub Rumah Tangga

c. Bagian Pengkajian dan Pengumpulan


Bertugas sebagai pelaksana dalam pengkajian dan pengumpulan benda bernilai
budaya berskala Nasional. Dalam fungsinya sebagai pelaksana pengkajian maka
fungsi utama dalam bidang ini adalah :

1. Pelaksanaan Identifikasi Benda Budaya


2. Pelaksanaan Klasifikasi Benda Budaya
3. Pelaksaanan Katalogisasi Benda Budaya
4. Penyusunan Konsep Pemanfaatan Benda

Dalam Pelaksaanaanya dibantu oleh tiga jabatan yaitu :

1. Seksi Identifikasi
2. Seksi Dokumentasi
3. Seksi Katalogiasi

d. Bidang Registrasi dan Dokumentasi

Bertugas melaksanakan pencatatan koleksi Museum Nasional dan pendokumentasian


benda bernilai budaya berskala nasional serta pengelolaan perpustakaan.

Fungsi dari bidang registrasi dan Dokumentasi adalah:

1. Pencatatan dan penghapusan koleksi / inventaris Museum.


2. Pelaksanaan pendokumentasian benda bernilai budaya berskala nasional.
3. Pengelolaan perpustakaan Museum.

e. Bidang Perawatan dan Pengawetan

Bidang Perawatan dan Pengawetan mempunyai tugas melaksanakan perawatan dan


pengawetan koleksi Museum Nasional.

f. Bidang Penyajian dan Publikasi

Bidang Penyajian dan Publikasi mempunyai tugas melaksanakan perancangan,


penyajian dan publikasi benda bernilai berskala nasional.

g. Bidang Kemitraan dan Promosi

Bidang Kemitraan dan Promosi mempunyai tugas melaksanakan layanan edukasi,


kemitraan, dan promosi di bidang benda bernilai budaya berskala nasional.

h. Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf h
mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-
masing berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.2.2 STANDAR KEBUTUHAN RUANG

Standar kebutuhan ruang dalam Museum haruslah mengakomodasi segala kegiatan


yang terjadi didalamnya, fasilitas dan kebutuhan ruang akan selalu berbanding lurus
karena didalamnya terdapat sdm yang wajib difasilitasi juga pengunjung yang datang
untuk menikmati Museum tersebut.

Standar kebutuhan ruang seperti yang tercantum didalam buku Neufert Architect Data
Jilid II yang menyebutkan bahwa Museum atau Pusat Edukasi wajib memiliki:

a. Ruang pameran tetap


b. Ruang pameran khusus
c. Ruang untuk belajar
d. Ruang untuk bersantai
e. Ruang untuk rapat
f. Ruang untuk Hiburan : Café dan Restaurant

Dalam studi Preseden yang dilakukan di Museum Mercedes Benz Jerman, ditemukan
beberapa fasilitas tambahan yang mendukung terciptanya Museum otomotif yang
memiliki standar nasional yaitu :

a. Ruang Simulator
b. Ruang Audio Visual
c. Workshop Studio
d. Special Exhibition display
e. Area Penyimpanan
f. Ruang Direksi dan SDM
2.2.3 STANDAR ERGONOMI

Standar ergonomic suatu ruangan adalah sebuah standar yang mengatur mengenai
besaran ruang yang digunakan, alur sirkulasi yang digunakan dalam perancangan
hingga kedalam antropometri sebuah furniture didalamnya. Standar ergonomic sebuah
ruangan berguna dalam menentukan standart dan juga kebutuhan dalam ruang
sehingga dalam proses desain nantinya akan lebih mudah.

a. Standar Ergonomi Lobby Receptionist

Gambar 2.8 Antropometri Resepsionist ( Human Dimension)

Dalam standar ergonomic ruang resepsionis yang dikutip dari buku Human Dimension,
untuk menjaga keamanan dan privasi dari resepsionis maka keberadaan furniturenya
harus terdiri dari built-in furniture dan partisi. Untuk ketinggian bukaan pada belakang
meja resepsionis telah ditentukan dengan ketinggian minimal E ( 198.1cm). Lebar
meja antara tinggi dudukan dan tinggi pandangan kedepan meja resepsionis juga diatur
agar pandangan tidak terganggu, lebarnya adalah O ( 66 – 76 cm ) untuk ketinggian
meja dapat diatur dengan kebutuhan masing masing dengan standar S ( 73 – 76 cm )
untuk base dan juga tambahan T ( 30 cm ) untuk ketinggian yang disarankan.
b. Standar Ergonomi Ruang Display Museum

Gambar 2.9 Antropometri Display Museum (Human Dimension)

Gambar 3.0 Antropometri Display Museum (Human Dimension)

Jarak ideal suatu show display tergantung dari postur tubuh pengunjung yang melihat,
sehingga dalam patokanya jarak minimum show display dengan pengunjung sekurang
kurangnya adalah W ( 30 cm).
c. Standar Ergonomi Ruang Workshop Museum

Gambar 3.1 Antropometri Display Museum (Human Dimension)

Jarak standar workshop pada human dimension terbagi menjadi dua, yaitu fasilitas
workshop dengan bangku pendek atau tanpa fasilitas duduk ( berdiri ). Untuk lebar
meja workshop memiki dimensi ukuran A ( 45 – 90 cm ) dan untuk dudukan kursi G
(45 – 61 cm ) sedangkan untuk tinggi low workbench adalah H (73 – 76 cm ).

d. Standar Ergonomi Sirkulasi


Gambar 3.2 Antropometri Sirkulasi Museum (Human Dimension)

Gambar 3.3 Antropometri Sirkulasi Museum (Human Dimension)

Jarak antara manusia satu dengan yang lainya pada perancangan alur sirkulasi harus
dihitung dengan satu langkah didepanya B ( 50 cm ) dihitung dari angka rata rata
manusia dewasa saat melangkah. Untuk sirkulasi dua arah menggunakan ukuran D
( 172 cm ) minimal.

e. Standar Ergonomi Ruang Direksi

Gambar 3.4 Ergonomi Ruang Direksi Museum (Human Dimension)


Gambar 3.5 Ergonomi Ruang Direksi Museum (Human Dimension)

Ruangan direksi memiliki standar 3 orang dalam ruangan , orang sebagai tamu dan
satu orang sebagai direksi Museum, Lebar meja direksi idealnya adalah H ( 76 – 114
cm ). Bagian belakang direksi harus memiliki space untuk sirkulasi yaitu C ( 53 – 70
cm ) dan juga lebar panjang meja direksi idealnya B ( 167 – 200 cm ) sehingga luas
totalnya adalah G x B+A = 330 x 167-213+ 76-99 cm.

f. Standar Ergonomi Ruang Staff


Gambar 3.6 Ergonomi Ruang Staff (Human Dimension)

Gambar 3.7 Ergonomi Ruang Staff (Human Dimension)

Ruangan staff memiliki perbedaan ukuran dibandingkan dengan direksi, kebutuhan


ruangnya pun berbeda, lebar meja adalah B ( 75 – 91 cm ) sedangkan panjangnya E
( 150 – 180 cm ) . Posisi duduk para staff memiliki jarak 50 – 60 dari tembok / batas.

2.2.4 STANDAR PENCAHAYAAN

Pencahayaan pada Museum sangat penting untuk menunjang kegiatan didalam


Museum, pencahayaan samping menjadi salah satu hal wajib yang dihadirkan di dalam
Museum melalui ventilasi , jendela , hingga pintu.

Menurut Egan ( Wijaya,2010) syarat pencahayaan didalam Museum harus memenuhi


empat kategori, diantaranya :

a. Emphasis ( Accent )
Accent / Emphasis digunakan untuk menarik perhatian benda display agar
memiliki kesan dramatis dalam benda yang di display didalam Museum.
b. Orientation
Penataan objek pamer didalam ruang disesuaikan dengan bentuk ruang sehingga
pencahayaannya akan mengikuti bentuk ruang.

c. Color
Pendefinisian objek pamer akan menjadi benar apabila dibantu dengan penggunaan
warna dari lampu yang benar. Color Rendering Index , Color Temperature , Color
Apperance.

Pencahayaan didalam ruangan pamer menurut IESNA ( Iluminating Engineering


Society of North America ) berkisar 300 – 500 lux untuk pencahayaan seluruh
ruangan. Dalam penerapanya, pencahyaan yang digunakan bisa mengikuti benda yang
dipajang didalamnya seperti :

Table 1.0 Tabel Pencahayaan Display Museum (Sutanto, Winaya 2010 )

Pemilihan lampu dan intensitas cahaya Museum dapat di klasifikikasikan menjadi


empat bagian diantaranya adalah :
Table 2.0 Tabel Pencahayaan Display Museum (Sutanto, Winaya 2010 )

Dengan table diatas maka pengelompokan jumlah lux yang ditentukan akan semakin
mudah , tergantung dengan material yang digunakan dalam Museum.

Table 3.0 Tabel Standar Lux Display Museum (Cuttle, Winaya 2010 )

2.2.5 STANDAR RUANG PAMER

Ruang pamer didalam Museum merupakan sebuah hal mutlak yang wajib ada didalam
perancangan Museum, terdapat standar minimal perancangan ruang pamer yang
digunakan.

Pedoman dasar dalam mendesain ruang pamer didalam Museum adalah :

a. Dinding
Permukaan dinding harus padat dan terbuat dari material yang mudah diperbaiki
secara langsung. Dinding didalam Museum diusahakan berpori sehingga dapat
membantu mengkontrol kelembaban dalam Museum.
b. Lantai
Permukaan lantai harus padat, menarik , nyaman , awet , dapat merefleksi cahaya
dan mampu menahan beban berat. Material yang biasa digunakan adalah kayu ,
batu dan karpet.
c. Objek Pamer
Setiap benda wajib ditempatkan pada tempat yang memiliki sudut pandang baik
juga memiliki pencahayaan yang cukup sehingga dapat terlihat dengan jelas. Setiap
objek atau benda pameran wajib memiliki konteks visual didalamnya meliputi
informasi objek , penjelasan , nama dll
d. Media Pamer
Media pamer sangat penting dalam unsur desain Museum, media pamer juga dapat
menjadi hiasan Museum. Penempatan media pamer harus mempertimbangkan
keberadaanya seperti background serta objek lain disekitarnya.
e. Penghawaan
Penghawaan didalam Museum wajib diperhatikan demi mempertahankan benda
koleksi didalamnya, yang perlu dipertimbangkan adalah :
 Suhu Suhu adalah factor yang dapat mengurangi tingkat kelembaban suatu
ruang secara alami sehingga dapat memperpanjang umur display
didalamnya. Namun suhu yang digunakan juga tidak boleh melebihi factor
kenyamanan manusia yaitu 19 C
 Kelembaban Kelembaban suatu ruangan dapat diakibatkan oleh suhu
ruangan itu sendiri, beberapa jamur dapat menyebar dengan cepat apabila
mencapai kelembaban 60% . Pada ruangan display Museum tingkat
maksimal yang dapat ditoleransi oleh benda display paling sensitif adalah
55 % kelembaban.

2.2.6 STANDAR PENGAMANAN

Pengamanan benda pamer / objek didalam Museum dapat dikelompokan mejadi dua
yaitu :

a. Pengamanan Umum Melalui Organisasi Ruang


Benda benda yang terdapat didalam ruang pamer mendapatkan perhatian lebih
dibandingkan dengan yang sedang disimpan dalam ruang koleksi. Perencanaan
ruang secara sistematis dapat dilakukan untuk meminimalisir kejahatan didalam
Museum.
b. Pengamanan Terhadap Pencurian.

Dua jenis system pengamanan yang biasanya diterapkan didalam Museum yaitu:

1. Perimeter Protection System.


2. Interior Protection System.

Untuk mendukunng system keamanan tersebut maka diperlukan standar pengamanan


yang ada dan sering digunakan yaitu:
 Glass Breaking System
Sensor pemberitahuan apabila terjadi kaca pecah untuk benda pamer didalam
Museum.

Gambar x.x Contoh Glass Breaking System | www.securicoelectronics.com

 Photoelectronic Eyes
Kamera yang memantau setiap pergerakan yang ada didalam Museum,
terhubung dengan satu komputer dan monitor.

Gambar x.x Contoh Photoelectronic Eyes | Covesecurity.com

c. Pengamanan Terhadap Kebakaran.


Pengamanan kebakaran adalah suatu hal multak yang diperhatikan dalam perancangan
Museum, mengingat dampak yang dihasilkan oleh kebakaran cukup hebat dan tidak bisa
diperbaiki sehingga kebakaran dikategorikan menjadi tiga level yaitu:
1. Tingkat 1
Disebabkan oleh terbakarnya kertas , tekstil , kayu dll.
2. Tingkat 2
Disebabkan oleh terbakarnya bahan bahan mudah terbakar seperti minyak, pelumas,
cat, dll.
3. Tingkat 3
Disebabkan oleh terjadinya hubungan arus listrik pendek yang menyebabkan
kebakaran Untuk menghindari efek dari kebakaran yang parah maka diperlukan alat
alat untuk mendeteksi kebakaran secara dini yaitu dengan bantuan alat :

 Thermal Detector

Gambar x.x Contoh Thermal Detector | www.systemsensoreurope.com

 Smoke Detector
Gambar x.x Contoh Smoke Detector | Lazada.com

 Sprinkle System

Gambar x.x Contoh Sprinkle System | nfpa.org

 Gas System

Gambar x.x Contoh Gas System | Wikipedia.com


 Portable Fire Extinguisher

Gambar x.x Contoh Portable Fire Extinguisher | Bhinneka.com


2.3 TEORI PENDEKATAN DESAIN MUSEUM
2.3.1 PENDEKATAN TEKNOLOGI

Museum memiliki peran penting dalam memberikan edukasi kepada masyarakat secara
luas. Penggunaan dan penataan informasi display hal yang sangat penting untuk
diperhatikan. Maka dari itu, penggunaan pendekatan teknologi bisa menjadi pilihan
yang tepat.

Pendekatan teknologi adalah sebuah pemanfaatan sarana teknologi dalam penyampaian


suatu informasi atau bisa menjadi sarana rekreasi yang menarik untuk peugunjung.
Teknologi yang dimaksud dalam perancangan ini adalah teknologi yang digunakan
untuk menyelesaikan masalah serta mendukung tujuan dan fungsi museum.
Diantaranya adalah pertama, untuk menunjang fungsi edukasi museum, melalui
display informasi pada ruang pamer. Kedua, teknologi sebagai sarana rekreasi, melalui
display interkatif pada museum, seperti layer sentuh interaktif, gadget interaktif, virtual
reality, topography surface, augmented reality dan driving simulation yang dapat
mendukung suasana dalam interior museum.

Selain untuk mempermudah dan memperbanyak informasi yang bisa disampaikan


kepada pengunjung. Penggunaan pendekatan teknologi untuk menarik pengunjung
khususnya generasi muda yang lebih tertarik dengan teknologi digital.

Sebagai sebuah percontoh penggunaan salah satu teknologi digital pada Museum
adalah Michael Schumacher Private Collection yang berada di the Motorworld of
Cologne, Jerman.
Penggunaan teknologi yang digunakan adalah Gigapixel technology. Teknologi ini
menggunakan beberapa kamera untuk mengambil 10 ribu high resolution images yang
nantinya akan dijadikan menjadi 1 bagian dalam bentuk dua dimensi dan tiga dimensi.
Dengan adanya teknologi ini bisa memudahkan pengunjung untuk lebih mudah
memahai secara detail bagian-bagian dari mobil Formula 1.

Gambar x.x the Motorworld of Cologne | www.automotivemuseums.com

Gambar x.x the Ferrari 248 F1 2006 | www.privatecollection.ms

Anda mungkin juga menyukai