DI JAKARTA SELATAN
1603174200
DI 41 04 B
BAB II
KAJIAN LITERATUR
Menurut Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2015 tentang Museum, Museum adalah
Lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan
mengkomunikasikannya kepada masyarakat. Definisi museum berdasarkan konferensi
umum ICOM (International Council Of Museums) yang ke-22 di Wina, Austria, pada
24 Agustus 2007 menyebutkan bahwa museum adalah Lembaga yang bersifat tetap,
tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk
umum, yang mengumpulakan, merawat, meneliti, mengkomunikasikan, dan
memamerkan warisan budaya dan lingkungannya yang bersifat kebendaan dan tak
benda untuk tujuan pengkajian, pendidikan, dan kesenangan.
Secara etimologis kata museum berasal dari Bahasa latin yaitu “Museum”(“musea”).
Aslinya dari bahasa Yunani “mouseion” yang merupakan kuila yang dipersembahkan
untuk Museus (9 dewi seni dalam mitologi Yunani), dan merupakan bangunan tempat
Pendidikan dan kesenian, khususnya institute untuk filosofi dan penelitian pada
perpustakaan di Alexandria yang didirikan oleh Ptolomy I Soter 280 SM.
Museum mengelola bukti material hasil budaya dan/atau material alam dan
lingkungannya yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan.
Pendidikan, agama, kebudayaan, teknologi, dan/atau pariwisata untuk
dikomunikasikan dan dipamerkan kepada masyarakat umum melalui pameran
permanen, temporer, dan keliling. Kebanyakan museum menawarkan program dan
kegiatan yang menjangkau seluruh pengunjung, termasuk orang dewasa, anak-anak,
seluruh keluarga, dan tingkat profesi lainnya. Program untuk umum terdiri dari
perkuliahan atau pelatihan dengan staf pengajar, orang-orang yang ahli, dengan fim,
musik atau pertunjukkan tarian, dan demontrasi dengan teknologi.
2.1.2 FUNGSI MUSEUM
Melalui koleksinya, museum harus dapat digunakan untuk menyampaikan pesan yang
memuat berbagai nulai dan makna dari peradaban manusia. Jika pesan yang
disampaikan belum dapat diterima oleh publik maka musu museum sebagai pusat
informasi belum terwujud sepenuhnya.
Menurut Van Mensch (2003) via Ardiwidjaja (2013:35), fungsi dasar museum adalah
melakukan penelitian, konservasi, dan komunikasi sebagai apsek mediasi terhadap
masyarakat. Fungsi dasar tersebut disebut dengan istilah fungsi dasar museologi.
Pengelolaan koleksi adalah serangkaian kegiatan yang menyangkut berbagai aspek
kegiatan yang dimulai dari pengadaan koleksi, registrasi dan inventarisasi, perawatan,
penelitian hingga koleksi tersebut disajikan di ruang pamer atau disimpan pada ruang
penyimpanan.
Museum yang terdapat di Indonesia dapat dibedakan melalui beberapa klasifikasi (Ayo
Kita Mengenal Museum, 2008), yakni sebagai berikut:
1. Jenis museum berdasarkan koleksi yang dimiliki, yaitu terdapat dua jenis:
a. Museum umum, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material
manusia dan atau lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni,
disiplin dan ilmu teknologi.
b. Museum khusus, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material
manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu
cabang ilmu, atau satu cabang teknologi.
2. Jenis museum berdasarkan kedudukannya terdapat tiga jenis:
a. Museum Nasional, museum yang koleksinya terdiri dari koleksi benda yang
berasal, mewakili, dan berkaitan dengan bukti material manusia atau
lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional.
b. Museum Propinsi, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang
berasal, mewakili, dan berkaitan dengan bukti material manusia atau
lingkungannya dari wilayah propinsi dimana museum berada.
c. Museum Lokal, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang
berasal, mewakili, dan berkaitan dengan bukti material manusia atau
lingkungannya dari wilayah kota madya atau kabupaten dimana museum
berada.
1. Museum Seni
3. Natural Museum
Natural History Museum adalah museum ilmu alam yang didalamnya ada hal-hal
yang berkaitan dengan peradaban ilmu pengetahuan alam.
Science and Technology Museum adalah museum yang isinya berkaitan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Museum Khusus
Specialized museum umumnya dikhususkan untuk satu benda khusus tertentu yang
mungkin berbeda dari kelima jenis museum.
Koleksi museum merupakan bahan atau objek penelitian ilmiah. Museum bertugas
mengadakan, melengkapi dan mengembangkan tersediannya objek penelitian itu bagi
siapapun yang membutuhkan. Selain itu, museum bertugas menyediakan sarana untuk
kegiatan penelitian tersebut bagi siapapun, di samping museum bertugas
melaksanakan kegiatan penelitian itu sendiri dan menyebarluaskan hasil penelitian
tersebut untuk pengembangan ilmu pengetahuan umumnya (Gaffar, 2011).
1. Berdasarkan penyelenggaraannya:
a. Museum Swasta, yaitu museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh
swasta.
b. Museum resmi, yaitu museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh
pemerintah. Mseum dalam klasifikasi ini terbagi lagi menjadi museum yang
dikelola oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
2. Berdasarkan kedudukannya:
a. Museum Nasional, yang menjadi urusan pemerintah yang menggambarkan
harta warisan sejarah dan kebudayaan nasional.
b. Museum Lokal, terbahi menjadi museum dengan ruang lingkup tingkat
provinsi, kabupaten, dan kotamadya
c. Museum Lapangan Terbuka, terletak di luar ruangan dapat merupakan suatu
kompleks yang luas, seperti Taman Mini, terdiri dari model-model rumah
adat, baik yang asil dan yang telah berpindah tempat dari asal daerahnya
semula, maupun tiruan sebagai koleksi pelengkap.
3. Berdasarkan jenis koleksinya, meliputi:
a. Museum khusus, museum jenis ini memiliki koleksi penunjang satu cabang
ilmu pengatuan saja, misalnya Museum Geologi, Museum Seni Rupa,
Museum Teknologi, dan lain sebagainya.
b. Museum umum, museum jenis ini memiliki keoleksi penunjang cabang-
cabang ilmu pengetahuan alam, teknologi, dan ilmu pengetahuan sosial.
4. Berdasarkan jenis bangunan:
a. Museum terbuka, penyajian koleksi dilakukan secara terbuka.
b. Museum tertutup, penyajian koleksi dilakukan secara tertutup.
c. Kombinasi, penyajian koleksi disajikan secara kombinasi antara museum
terbuka dan tertutup.
2.2.2 TIPE ALUR PENYAJIAN MUSEUM
Setiap museum terdapat berbagai benda yang berbeda yang di pamerkan didalamnya,
karena itu setiap museum memiliki berbagai macam alur penyajian dan display sesuai
dengan benda yang di pamerkan dengan tujuan agar informasi yang akan disampaikan
kepada pengunjung tersampaikan dengan jelas. Ada beberapa hal utama yang harus
diperhatikan dalam penyusunan pola alur penyajian dan alur pengunjung, yaitu:
Pada mulanya, pameran tetap museum ditata dan disajikan dengan menggunakan
pendekatan:
1. Pendekatan open storage yaitu objek dikumpulkan, lalu dipamerkan seketika tanpa
pengorganisasian, penempatan objek berdasarkan bentuk, asal daerah, waktu atau
masa, dan beberapa kombinasi kesamaan lainnya. Pada umunya tidak
menggunakan label, kalaupun ada informasi yang sangat sederhana.
2. Pendekatan objek yaitu objek dikumpulkan telebih dahulu sebelum mengumpulkan
informasinya. Objek dipilih, dibagi, diteliti, dilabeli, dan diberikan pencahayaan
yang bagus. Pada akhirnya, jenis pendekataan ini tidak menghasilkan ide
intelektual, bahkan hanya menghasilkan objek yang disajikan tanpa informasi
didalamnya.
3. Pendekatan ide yang tujuan utamanya adalah edukasi. Museum memutuskan
ide/cerita yang akan disampaikan, merumuskan dimana cerita tersebut digunakan,
memilih objek yang dibutuhkan dari koleksi dan mengumpulannya untuk pameran.
4. Pendekatan kombinasi yaitu museum memilih objek dan ide dalamw aktu yang
bersamaa berdasarkan signifikansi koleksi dan ide dalam mencapai tujuan
museum.
Konsep alur penyajian atau penataan koleksi museum dapat dilakukan dengan
pendekatan, diantaranya adalah:
1. Pendekatan Kronologi, lebih menekankan pada penyajian koleksi secara kronologi
dari waktu ke waktu dengan menempatkan benda koleksi dan informasi
pendukungnya secara beruntut dan linear dari fase awal hingga akhir mengiktui
alur bergerak pengunjung pada ruang pamer.
2. Pendekatan Taksomonik, lebih menekankan pada penyajian koleksi yang memiliki
kesamaan jenis serta berdasarkan kualitas, kegunaan, gaya, periode, dan pembuat.
3. Pendekatan Tematik, lebih menekankan pada cerita dengan tema tertentu
dibandingkan dengan objek yang disajikan.
4. Pendekatan Evokatid atau Romantik, lebih menekankan pada unsur lingkungan
dimana objek itu berada.
5. Pendekatan Gabungan, model penyajian materi untuk ruang pameran tetap,
diupayakan agar pengunjung tidak selalu digiring untuk bergerak secara linear.
Pendekatann yang menggabungkan antara pendekatan Taksomonik, Tematik, dan
Kronologi
Sepeda motor listrik adalah kendaraan sepeda motor tanpa bahan bakar minyak yang
digerakkan oleh dinamo dan akumulator. Seiring dengan mencuatnya masalah
pemanasan global dan kelangkaan BBM maka kini produsen kendaraan berlomba-
lomba menciptakan kendaraan hibrida, dan sepeda motor listrik termasuk salah satu di
dalamnya. Sampai sekarang di Indonesia telah tersedia tipe dengan kecepatan 60
km/jam, dilengkapi rem cakram, lampu penerangan dekat dan jauh, lampu sein, lampu
rem serta klakson.
Secara umum sumber tenaga sebuah sepeda motor hibrida adalah akumulator, tapi
perkembangan dalam sel bahan bakar menyebabkan terciptanya beberapa prototipe
menggunakannya. Beberapa contoh misalnya ENV dari Intelligent Energy
memanfaatkan proses Fuel Cell hidrogen, pada Honda teknologi ini diberi nama
Honda FC Stack, dan FC-AQEL pada Yamaha. Terdapat pula sepeda motor listrik-
hibrida berbahan bakar yang sedang dikembangkan. Contoh jenis ini misalnya adalah
Ecycle, dan Gen-RYU dari Yamaha.
Dan kini banyak dilakukan inovasi dan terobosan baru dalam menciptakan jenis baterai
sebagai sumber energi yang dapat menunjang jarak tempuh kendaraan ini. Seperti
Yamaha E-Vino yang diperkenalkan di Indonesia sebagai Motor Listrik Uji Pasar
sebelum kemungkinan akan diproduksi massal.
Jarak tempuh terjauh yang dapat dicapai oleh sepeda motor listrik di Indonesia pun
telah meningkat secara signifikan menjadi 80 km dan untuk jarak tempuh sedemikian
hanya perlu mengeluarkan biaya Rp. 900. Sedang untuk jalan menaik kendaraan
mampu naik dengan sudut kemiringan sampai 30 derajat. Waktu yang diperlukan
untuk mengisi penuh akumulator adalah 8 jam dan akumulator dapat diisi kapan saja
tanpa menunggu habis. Sepeda motor listrik ini dapat dipakai melewati jalan yang
tergenang air atau dicuci, yang terpenting dinamo tidak tergenang air.
Cara kerja sepeda motor listrik pada dasarnya sama dengan cara kerja sepeda motor
bertenaga bensin: kendaraan ini didorong oleh sebuah mesin, dan mesin tersebut
membutuhkan bahan bakar. Perbedaan utama adalah bahan bakar bensin di motor
konvensional diganti dengan baterai atau fuel cell dalam bentuk listrik.
a. Komponen Utama
Sepeda motor listrik yang ditenagai oleh baterai kemungkinan akan menggunakan
banyak ruang yang dibutuhkan untuk rumahan baterai tersebut. Mesinnya sendiri
mungkin akan sedikit lebih kecil. Dalam salah satu model, "Enertia", mesin berukuran
sekitar sebuah alternator, dan terpasang rendah pada chassis tepat di depan roda
belakang. Sebuah rantai dan sprocket menghubungkan motor langsung ke roda
belakang.
b. Tenaga
Baterai dalam sepeda motor listrik dapat bertahan antara 1,5 sampai 10 tahun. Jenis
baterai meliputi:
Lithium Ion
Lithium
Lithium Phosphate
Litihum Ion Fosfat
Lead Acid
Nickel Metal Hydride
Salah satu kelemahan yang dirasakan dari sepeda motor listrik adalah rentang
pengisian. Sebagian besar sepeda motor listrik yang sekarang tersedia di pasaran dapat
menempuh kisaran 40 (65 km) sampai 100 mil (160 km) sekali isi ulang baterai.
Kebanyakan sepeda motor bertenaga bensin akan melebihi jarak tersebut, meskipun
hal ini tergantung pada ukuran tangki bensin.
Lama pengisian baterai menjadi kekhawatiran lain pada sepeda motor bertenaga listrik,
mengingat waktu mengisi ulang akan mencapai minimal 2 sampai 3 jam. Bandingkan
dengan 10 menit atau kurang untuk kebutuhan mengisi tangki bensin, dan ini mungkin
menjadi perhatian utama saat mempertimbangkan untuk membeli sepeda motor listrik.
Pada 19 September 1895, permohonan paten untuk "sepeda listrik" diajukan oleh
Ogden Bolton Jr. dari Canton, Ohio. Pada 8 November di tahun yang sama,
permohonan paten lain untuk "sepeda listrik" juga diajukan oleh Hosea W. Libbey dari
Boston.
Di acara Stanley Cycle Show tahun 1896 yang bertempat di London, Inggris, produsen
sepeda Humber memamerkan sepeda tandem listrik. Dibekali oleh baterai
penyimpanan daya, motor yang digunakan pada sepeda tersebut ditempatkan di depan
roda belakang. Kontrol kecepatan ditempatkan di bagian setang.
Pada tahun 1919, Ransomes, Sims & Jefferies membuat prototipe sepeda motor listrik
dengan baterai yang dipasang di bawah jok sespan. Meski sudah terdaftar untuk
penggunaan di jalanan, namun motor ini tidak pernah melewati tahap uji coba.
Pada tahun 1936, Limelette bersaudara mendirikan perusahaan sepeda motor listrik
bernama Socovel yang merupakan kesingkatan dari Société pour l'étude et la
Construction de Véhicules Electriques atau dalam diartikan sebagai perusahaan untuk
penelitian dan pembuatan kendaraan listrik di Brussel.
Mereka melanjutkan produksi selama pendudukan Jerman dengan izin dari mereka.
Karena diberikan jatah suplai bahan bakar, mereka mampu mencapai titik
keberhasilan. Namun setelah perang, pabrikan ini beralih ke model konvensional
karena lebih banyak peminatnya. Model kendaraan listrik ini tetap tersedia sampai
tahun 1948.
1911: Menurut Popular Mechanics article sepeda motor listrik telah tersedia.
1920: Perusahaan Ransomes, pembuat forklift, meneliti penggunaan motor
bertenaga listrik.
1941: Krisis bahan bakar di Eropa mendorong perusahaan Socovel dari Austrian
membuat sepeda motor listrik kecil. Saat itu kendaraan yang dibuat berjumlah sekitar
400 buah.
1946: Terinspirasi oleh kelangkaan BBM dari masa Perang Dunia II, Merle Williams
menciptakan kendaraan listrik pertamanya. Kemudian dia mulai memproduksi
kendaraan ini di garasi rumah dan bisnis ini terus bergulir hingga akhirnya menjadi
Perusahaan dengan nama Marketeer.
1967: Sepeda motor listrik bertenaga surya pertama berhasil dibuat oleh Karl
Kordesch.
1967: Sepeda motor listrik bertenaga ringan dengan nama "Papoose" dibuat oleh
sebuah pabrik sepeda motor suku Indian di Springfield, Massachusetts, dibawah
pengarahan Flyod Clymer.
1973: Mike Corbin membuat sepeda motor listrik pertamanya dengan rekor
kecepatan 162 km/jam.
1974: Corbin-Gentry Inc. memulai penjualan sepeda motor listrik secara legal.
1978: Harley Davidson MK2 bertenaga listrik dibuat oleh Transitron di Honolulu,
Hawaii.
1988: Eyeball Engineering membuat sepeda motor listrik KawaSHOCKi and produk
ini menghiasi majalah-majalah utama saat itu.
Akhir 1990: Scott Cronk dan EMB membuat sepeda motor listrik dengan nama EMB
Lectra VR24. Pelopor untuk jenis variable reluctance motors (VR) dan dijual secara
resmi.
2000: Killacycle mencatat rekor 244.62 km/jam pada Woodburn Drags 2000, OR.
2004: Tanggal 24 August Honda membuat sebuah percontohan motor hibrida 50cc
yang diberi nama Honda Numo. Percontohan ini membawa Honda selangkah lebih
dekat kepada jenis sepeda motor hibrida yang dapat diproduksi secara massal.
2006: Titik balik penting dalam perkembangan kendaraan listrik dengan diangkatnya
sebuah skandal otomotif dunia ke layar lebar: "Who Killed The Electric Car".
2007: Melalui Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Nurachman, dan Kabag
Registrasi dan Identifikasi Ditlantas Polda Metro Jaya, AKBP Giri Purwanto,
Pemerintah Indonesia pertama kali mengemukakan pendapat kepada media
mengenai keberadaan kendaraan listrik.
2007: Killacycle membuat sebuah sepeda motor listrik bertenaga Li-Ion dan dengan
kecepatan 250.7 km/jam di Phoenix, AZ pada AHDRA 2007.
2008: Sebagai komponen utama dari kendaraan listrik, maka prototype Super
Charge Ion Battery (SCiB) dari Toshiba merupakan terobosan yang luar biasa.
Baterai ini memiliki kemampuan isi ulang di bawah 5 menit serta memiliki umur pakai
sampai 10 tahun.
2008: Sepeda motor listrik TTX01 muncul di Birmingham International Motor Show
dengan kemampuan mencapai 60 mph hanya dalam waktu 3.5 detik.
2010: Kendaraan Listrik memecahkan rekor baru, yaitu untuk pertama kalinya
kendaraan ini berhasil menempuh 624 mil hanya dengan satu kali charging/isi
baterai.
2011: Direktur Utama PLN Dahlan Iskan menyatakan PLN mencari satu pulau yang
bisa dijadikan tempat uji coba kendaraan listrik tersebut. Jadi, satu pulau 100 persen
memakai kendaraan listrik.
January 2012: BioBemo, proyek dari rakyat untuk rakyat mengubah Bemo yang
berpolusi menjadi nihil polusi pertama di Indonesia.
January 2012: Diluncurkan film yang merupakan sequel dari "Who Killed The
Electric Car" pada tahun 2012.
1 April 2012: Pemerintah Indonesia pemerintah kucurkan 100 miliar rupiah untuk
riset kendaraan listrik.
Juli 2012: PLN akan merilis 1000 sepeda motor listrik lokal.
Oktober 2012: Miroslav Krstic dan Scott Moura menemukan algoritme baru untuk
baterai Lithium-Ion sehingga ukuran baterai bisa dipangkas menjadi 25% dan lama
pengisian menjadi 50% lebih cepat.
Oktober 2013: Indonesia selaku tuan rumah APEC 2013 memutuskan akan
mensterilkan wilayah Nusa Dua dari kendaraan BBM dan mengganti seluruh
transportasi dengan kendaraan listrik.
Motor listrik pertama di Indonesia adalah Gesit, yang diluncurkan pada tahun 2018 oleh PT Wijaya
Karya dan Universitas Gadjah Mada. Gesits merupakan singkatan dari "Generasi Emas Kendaraan
Listrik Indonesia" dan diharapkan menjadi pionir dalam penggunaan kendaraan listrik di Indonesia.
Gesits menggunakan baterai lithium-ion dengan kapasitas 2,4 kWh dan dapat menempuh jarak
hingga 80 km dengan kecepatan maksimum 60 km/jam. Motor listrik ini juga dilengkapi dengan
teknologi anti-maling dan sistem rem cakram. Selain itu, Gesits juga dibekali dengan fitur-fitur
modern seperti layar LCD yang menampilkan informasi tentang kecepatan, jarak tempuh, dan
tingkat baterai. Motor ini juga dilengkapi dengan koneksi internet dan aplikasi mobile yang
memungkinkan pengguna untuk melacak lokasi motor dan memantau kondisi baterai.
Gesits telah mendapat sertifikasi dari Kementerian Perindustrian Indonesia dan dijual dengan harga
sekitar 23 juta rupiah. Saat ini, Gesits telah tersedia di beberapa kota di Indonesia dan menjadi
salah satu alternatif kendaraan ramah lingkungan yang semakin diminati oleh masyarakat
Indonesia.
Perkembangan motor listrik di Indonesia semakin pesat setelah peluncuran Gesits. Saat ini, sudah
ada beberapa produsen yang memproduksi motor listrik di Indonesia, seperti Viar, Selis, dan
Garansindo Electric Scooter. Mereka menghadirkan berbagai varian motor listrik, dari skuter
hingga motor sport. Selain itu, pemerintah Indonesia juga telah mengambil berbagai langkah untuk
mendorong penggunaan kendaraan listrik di Indonesia, seperti memberikan insentif fiskal dan
mengembangkan infrastruktur pengisian baterai.
Namun, masih banyak kendala yang harus diatasi dalam pengembangan motor listrik di Indonesia,
seperti harga yang masih relatif mahal dibandingkan dengan motor konvensional dan masih
sedikitnya infrastruktur pengisian baterai yang tersedia.
Namun, dengan semakin banyaknya produsen yang memproduksi motor listrik dan semakin
berkembangnya infrastruktur, diharapkan motor listrik akan semakin mudah diakses oleh
masyarakat Indonesia dan menjadi alternatif transportasi yang lebih ramah lingkungan dan efisien
di masa depan.
Didalam museum cara penyajian suatu benda adalah hal yang sangat penting untuk
diperhatikan. Karena dalam penyajian sebuah informasi harus tersampaikan dengan
jelas kepada pengunjung, oleh karena itu tipe display yang digunakan juga akan
berpengaruh dalam penyampaian informasi didalamnya.
Tipe display:
a. Display Statis
Adalah tipe display yang diam dan cenderung tidak bisa dirubah bentuknya dan
sifatnya permanen contohnya adalah: Vitrin, Manekin, Pedestal dan Panel
Didesain dapat terpisah namun dapat disatukan apabila diinginkan, tipe display
seperti ini biasanya digunakan untuk membuat kestauan dalam irama.
c. Display rangka
Dibuat atas dasar kekuatan dan ketahanan struktur yang digunakan, cocok
digunakan untuk area display bertingkat dan memiliki beban hidup maupun mati
yang reltif tinggi.
Contoh gambar display Rangka:
d. Display lipat
e. Display Pop-Up
Didesain agar bisa diberdikiran hanya dengan menggunakan sedikit alat, desain ini
cocok untuk pameran bersifat sementara
Struktur Organisasi Museum adalah sebuah tatanan hirarki sebuah lembaga sehingga
dalam pelaksanaanya setiap orang yang memiliki jabatan dalam sebuah susunan
organisasi dapat memiliki tanggung jawab dan hak masing masing. Struktur Organisasi
Museum atau Pusat Edukasi telah diatur sedemikian rupa dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No 28 Tahun 2015 Tentang Tata kerja dan Organisasi
Museum Nasional dengan sehingga dalam pelaksanaanya telah ditetapkan standar yang
baik agar tercipta susunan organisasi yang lebih teratur.
1. Seksi Identifikasi
2. Seksi Dokumentasi
3. Seksi Katalogiasi
h. Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf h
mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-
masing berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Standar kebutuhan ruang seperti yang tercantum didalam buku Neufert Architect Data
Jilid II yang menyebutkan bahwa Museum atau Pusat Edukasi wajib memiliki:
Dalam studi Preseden yang dilakukan di Museum Mercedes Benz Jerman, ditemukan
beberapa fasilitas tambahan yang mendukung terciptanya Museum otomotif yang
memiliki standar nasional yaitu :
a. Ruang Simulator
b. Ruang Audio Visual
c. Workshop Studio
d. Special Exhibition display
e. Area Penyimpanan
f. Ruang Direksi dan SDM
2.2.3 STANDAR ERGONOMI
Standar ergonomic suatu ruangan adalah sebuah standar yang mengatur mengenai
besaran ruang yang digunakan, alur sirkulasi yang digunakan dalam perancangan
hingga kedalam antropometri sebuah furniture didalamnya. Standar ergonomic sebuah
ruangan berguna dalam menentukan standart dan juga kebutuhan dalam ruang
sehingga dalam proses desain nantinya akan lebih mudah.
Dalam standar ergonomic ruang resepsionis yang dikutip dari buku Human Dimension,
untuk menjaga keamanan dan privasi dari resepsionis maka keberadaan furniturenya
harus terdiri dari built-in furniture dan partisi. Untuk ketinggian bukaan pada belakang
meja resepsionis telah ditentukan dengan ketinggian minimal E ( 198.1cm). Lebar
meja antara tinggi dudukan dan tinggi pandangan kedepan meja resepsionis juga diatur
agar pandangan tidak terganggu, lebarnya adalah O ( 66 – 76 cm ) untuk ketinggian
meja dapat diatur dengan kebutuhan masing masing dengan standar S ( 73 – 76 cm )
untuk base dan juga tambahan T ( 30 cm ) untuk ketinggian yang disarankan.
b. Standar Ergonomi Ruang Display Museum
Jarak ideal suatu show display tergantung dari postur tubuh pengunjung yang melihat,
sehingga dalam patokanya jarak minimum show display dengan pengunjung sekurang
kurangnya adalah W ( 30 cm).
c. Standar Ergonomi Ruang Workshop Museum
Jarak standar workshop pada human dimension terbagi menjadi dua, yaitu fasilitas
workshop dengan bangku pendek atau tanpa fasilitas duduk ( berdiri ). Untuk lebar
meja workshop memiki dimensi ukuran A ( 45 – 90 cm ) dan untuk dudukan kursi G
(45 – 61 cm ) sedangkan untuk tinggi low workbench adalah H (73 – 76 cm ).
Jarak antara manusia satu dengan yang lainya pada perancangan alur sirkulasi harus
dihitung dengan satu langkah didepanya B ( 50 cm ) dihitung dari angka rata rata
manusia dewasa saat melangkah. Untuk sirkulasi dua arah menggunakan ukuran D
( 172 cm ) minimal.
Ruangan direksi memiliki standar 3 orang dalam ruangan , orang sebagai tamu dan
satu orang sebagai direksi Museum, Lebar meja direksi idealnya adalah H ( 76 – 114
cm ). Bagian belakang direksi harus memiliki space untuk sirkulasi yaitu C ( 53 – 70
cm ) dan juga lebar panjang meja direksi idealnya B ( 167 – 200 cm ) sehingga luas
totalnya adalah G x B+A = 330 x 167-213+ 76-99 cm.
a. Emphasis ( Accent )
Accent / Emphasis digunakan untuk menarik perhatian benda display agar
memiliki kesan dramatis dalam benda yang di display didalam Museum.
b. Orientation
Penataan objek pamer didalam ruang disesuaikan dengan bentuk ruang sehingga
pencahayaannya akan mengikuti bentuk ruang.
c. Color
Pendefinisian objek pamer akan menjadi benar apabila dibantu dengan penggunaan
warna dari lampu yang benar. Color Rendering Index , Color Temperature , Color
Apperance.
Dengan table diatas maka pengelompokan jumlah lux yang ditentukan akan semakin
mudah , tergantung dengan material yang digunakan dalam Museum.
Table 3.0 Tabel Standar Lux Display Museum (Cuttle, Winaya 2010 )
Ruang pamer didalam Museum merupakan sebuah hal mutlak yang wajib ada didalam
perancangan Museum, terdapat standar minimal perancangan ruang pamer yang
digunakan.
a. Dinding
Permukaan dinding harus padat dan terbuat dari material yang mudah diperbaiki
secara langsung. Dinding didalam Museum diusahakan berpori sehingga dapat
membantu mengkontrol kelembaban dalam Museum.
b. Lantai
Permukaan lantai harus padat, menarik , nyaman , awet , dapat merefleksi cahaya
dan mampu menahan beban berat. Material yang biasa digunakan adalah kayu ,
batu dan karpet.
c. Objek Pamer
Setiap benda wajib ditempatkan pada tempat yang memiliki sudut pandang baik
juga memiliki pencahayaan yang cukup sehingga dapat terlihat dengan jelas. Setiap
objek atau benda pameran wajib memiliki konteks visual didalamnya meliputi
informasi objek , penjelasan , nama dll
d. Media Pamer
Media pamer sangat penting dalam unsur desain Museum, media pamer juga dapat
menjadi hiasan Museum. Penempatan media pamer harus mempertimbangkan
keberadaanya seperti background serta objek lain disekitarnya.
e. Penghawaan
Penghawaan didalam Museum wajib diperhatikan demi mempertahankan benda
koleksi didalamnya, yang perlu dipertimbangkan adalah :
Suhu Suhu adalah factor yang dapat mengurangi tingkat kelembaban suatu
ruang secara alami sehingga dapat memperpanjang umur display
didalamnya. Namun suhu yang digunakan juga tidak boleh melebihi factor
kenyamanan manusia yaitu 19 C
Kelembaban Kelembaban suatu ruangan dapat diakibatkan oleh suhu
ruangan itu sendiri, beberapa jamur dapat menyebar dengan cepat apabila
mencapai kelembaban 60% . Pada ruangan display Museum tingkat
maksimal yang dapat ditoleransi oleh benda display paling sensitif adalah
55 % kelembaban.
Pengamanan benda pamer / objek didalam Museum dapat dikelompokan mejadi dua
yaitu :
Dua jenis system pengamanan yang biasanya diterapkan didalam Museum yaitu:
Photoelectronic Eyes
Kamera yang memantau setiap pergerakan yang ada didalam Museum,
terhubung dengan satu komputer dan monitor.
Thermal Detector
Smoke Detector
Gambar x.x Contoh Smoke Detector | Lazada.com
Sprinkle System
Gas System
Museum memiliki peran penting dalam memberikan edukasi kepada masyarakat secara
luas. Penggunaan dan penataan informasi display hal yang sangat penting untuk
diperhatikan. Maka dari itu, penggunaan pendekatan teknologi bisa menjadi pilihan
yang tepat.
Sebagai sebuah percontoh penggunaan salah satu teknologi digital pada Museum
adalah Michael Schumacher Private Collection yang berada di the Motorworld of
Cologne, Jerman.
Penggunaan teknologi yang digunakan adalah Gigapixel technology. Teknologi ini
menggunakan beberapa kamera untuk mengambil 10 ribu high resolution images yang
nantinya akan dijadikan menjadi 1 bagian dalam bentuk dua dimensi dan tiga dimensi.
Dengan adanya teknologi ini bisa memudahkan pengunjung untuk lebih mudah
memahai secara detail bagian-bagian dari mobil Formula 1.