Anda di halaman 1dari 64

M E N TA L H E A LT H ’S MUSEUM

Dinda Jesika
22316096
4TB01
MUSEUM
MUSEUM
DEFINISI
Museum menurut International Council of Museums (ICOM) adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani
masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merawat, menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak peri-
hal jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan rekreasi.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (1) adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pe-
manfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan
pelestarian kekayaan budaya bangsa.
FUNGSI MUSEUM

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 dalam Pedoman Museum


Indoneisa, 2008. museum memiliki tugas menyimpan, merawat, mengamankan dan
memanfaatkan koleksi museum berupa benda cagar budaya.

Dengan demikian museum memiliki dua fungsi besar yaitu :


a. Sebagai tempat pelestarian, museum harus melaksanakan kegiatan sebagai berikut :

Penyimpanan, yang meliputi pengumpulan benda untuk menjadi


koleksi, pencatatan koleksi, sistem penomoran dan penataan koleksi.

Perawatan, yang meliputi kegiatan mencegah dan menanggulangi


kerusakan koleksi.

Pengamanan, yang meliputi kegiatan perlindungan untuk menjaga


koleksi dari gangguan atau kerusakan oleh faktor alam dan ulah ma-
nusia.

b. Sebagai sumber informasi, museum melaksanakan kegiatan pemanfaatan melalui


penelitian dan penyajian.

Penelitian dilakukan untuk mengembangkan kebudayaan nasional,


ilmu pengetahuan dan teknologi.

Penyajian harus tetap memperhatikan aspek pelestarian dan pen-


gamanannya.
Jenis museum
Museum yang terdapat di Indonesia dapat dibedakan melaui beberapa jenis klasifikasi (Ayo
Kita Mengenal Museum ; 2009), yakni sebagai berikut :

a. Jenis museum berdasarkan koleksi yang dimiliki, yaitu terdapat dua jenis :

Museum Umum, museum yang koleksinya terdiri


dari kumpulan bukti material manusia dan atau
lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai
cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi.

Museum Khusus, museum yang koleksinya ter-


diri dari kumpulan bukti material manusia atau
lingkungannya yang berkaitan dengan satu
cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang
teknologi.

UCCA Dune, Qinhuangdao, China.


b. Jenis museum berdasarkan kedudukannya, terdapat tiga jenis :
DASA R H U KU M
Museum Nasional, museum yang koleksinya ter-
Museum dapat didirikan oleh Instansi Pemerintah, Yayasan, atau diri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili
Badan Usaha yang dibentuk berdasarkan ketentuan hukum yang dan berkaitan dengan bukti material manusia dan
berlaku di Indonesia, maka pendirian museum harus memiliki dasar atau lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia
hukum seperti Surat Keputusan bagi museum pemerintah dan yang bernilai nasional.
akte notaris bagi museum yang diselenggarakan oleh swasta. Bila
perseorangan berkeinginan untuk mendirikan museum, maka dia
harus membentuk yayasan terlebih dahulu sebelumnya. Museum Provinsi, museum yang koleksinya ter-
diri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili
Pendirian sebuah museum memiliki acuan hukum, yaitu: dan berkaitan dengan bukti material manusia dan
1 Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Bu- atau lingkungannya dari wilayah propinsi dimana
daya museum berada.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 tentang Pemeli-
haraan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum
Museum Lokal, museum yang koleksinya terdiri
3. Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM.33/
dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan
PL.303/MKP/2004 tentang Museum
berkaitan denganbukti material manusia dan atau
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2015
lingkungannya dari wilayah kabupaten atau kota-
Tentang Museum
madya dimana museum tersebut berada.
S ta n d a r k e b u t u h a n b a n g u n a n m u s e u m
S TA N D A R K E B U T U H A N S I T E KEBUTUHAN RUANG
Penempatan lokasi museum dapat bervariasi, mulai dari pusat kota
sampai ke pinggiran kota. Pada umumnya sebuah museum membutuh-
kan dua area parkir yang berbeda, yaitu area bagi pengunjung dan area
bagi karyawan. Area parkir dapat ditempatkan pada lokasi yang sama den-
gan bangunan museum atau disekitar lokasi yang berdekatan.

S TA N D A R O R G A N I S A S I R U A N G
Secara umum organisasi ruang pada bangunan museum
terbagi beberapa zona. Zona-zona tersebut antara lain :
- Zona Publik - Tanpa Koleksi
- Zona Publik - Dengan Koleksi
- Zona Non Publik - Tanpa Koleksi
- Zona Non Publik - Dengan Koleksi
- Zona Penyimpanan Koleksi

Sumber; Time Saver Standards for Building Types (De Chiara & Crosbie. 2001 : p.679)
S TA N D A R L U A S R U A N G O B J E K PA M E R
Dalam hal luas objek pamer akan memerlukan ruang dinding yang
lebih banyak (dalam kaitannya dengan luas lantai) dibandingkan dengan
penyediaan ruang yang besar, hal ini sangat diperlukan untuk lukisan-lu-
kisan besar dimana ukuran ruang tergantung pada ukuran lukisan. Sudut
pandang manusia biasanya (54° atau 27° dari ketinggian) dapat disesuaika
terhadap lukisan yang diberi cahaya pada jarak 10m, artinya tinggi gantun-
gan lukisan 4900 diatas ketinggian mata dan kira – kira 700 di bawahnya.

Gudang Penyimpanan Koleksi


(Source : Ernst Neufert)

Ruang pameran dengan pencahayaan dari samping; tinggi tempat


gantung yang baik antara 30° dan 60°, dengan ketinggian ruang 6700 dan
(Source : Ernst Neufert, 1997, hal.135 ) tinggi ambang 2130 untuk lukisan atau 3040 – 3650 untuk meletakkan pa-
tung, hitungan ini berdasarkan di Boston
TATA L E TA K R U A N G

Ruang Pameran Dengan Pencahayaan Dari Samping


(Source : Ernst Neufert)

Ruang pameran dengan penggunaan penyekat ruang di antara


tiang tengah dapat diatur kembali misalnya diletakkan di antara penyang-
ga; jika dinding bagian luar terbuat kaca, maka penataan jendela pada
(Source : Ernst Neufert) dinding dalam juga dapat bervariasi.
S TA N D A R V I S U A L O B J E K PA M E R
Galeri dan ruang pameran harus merupakan sebuah lingkungan vi-
sual yang murni, tanpa kekacauan visual (termostat, alat pengukur suhu/
kelembaban, alat pemadam kebakaran, akses panel, signage, dll). Bahan
permukaan display tidak boleh dapat teridentifikasi (secara pola atau tek-
stur). Permukaannya harus dapat dengan mudah di cat, sehingga warna
dapat diatur menyesuaikan setiap pameran.

Viewing Distances
(Source : Time Saver Standards for Building
Types, Joseph De Chiara dam Michael J.
Crosbie)

Viewing Distances
(Source : Ernst and Peter Neufert, Architects’ Data,
Third Edition)
Viewing Distances
(Source : Ernst and Peter Neufert, Architects’
Data, Third Edition)

Gerak antomi leher manusia sekitar 30º ke atas dan 40º kebawah atau ke
samping, sehingga pengunjung merasa nyaman dalam bergerak untuk melihat karya-
Jarak Display
(Source : Julius Panelo dan Martin Zelnik, 2003:293) karya pada galeri. (Ernst and Peter Neufert, Architects’ Data, Third Edition)
P E R S YA R ATA N P E N C A H AYA A N PA D A M U S E U M

Pencahayaan Buatan Pencahayaan Alami


Pencahayaan buatan lebih baik dari pada pencahayaan alami Pencahayaan alami dapat digunakan sebagai pengaruh besar un-
supaya tidak merusak, cahaya buatan harus tetap dimodifikasi pada ilu- tuk mendramatisir dan meramaikan desain dari sebuah bangunan. Beber-
minasi (tingkat keterangan cahaya) tertentu. Pada sebagian besar muse- apa arsitek menggunakan cahaya alami sebagai pembentuk desain ban-
um, perlengkapan pencahayaan di semua daerah pameran dan daerah gunan.
koleksi lain harus berpelindung UV hingga kurang dari 75 microwatts per
lumen dan tertutup untuk mencegah kerusakan terhadap objek jika terja-
di kerusakan lampu.
Berdasarkan ketentuan nilai iluminasi yang dikeluarkan Illumina-
tion Engineers Society Of North Amerika (Lighthing Handbook For General
Use). Pada area pameran, pencahayaan paling dominan di permukaan
barang koleksi. Diatas permukaan benda paling sensitif, termasuk benda
dari bahan kertas (seperti hasil print dan foto), tingkat pancahayaan tidak
boleh lebih dari 5 Footcandles (Fc). Kebutuhan pencahayaan eksibisi akan
berbeda sesuai jenis pameran, ukuran karya, dan tata letak setiap pamer-
an.
Ruang pameran biasanya memiliki susunan track lighting berkuali-
tas tinggi yang fleksibel. Tata letak akhir harus mempertimbangkan lokasi
dinding non-permanen. :
- Sudut yang diukur mulai dari titik di dinding dan 5 inci di atas lantai
(yang merupakan rata-rata orang dewasa) harus antara 45 dan 75 derajat
(ke atas) dari bidang horizontal ke posisi lampu.
- Untuk dinding permanen, sudut yang ideal biasanya antara 65-75 derajat.
- Semakin sensitif material koleksi, semakin sedikit pencahayaan yang per-
lu disediakan (Source : Time Saver Standard)

Pencahayaan alami dapat mengakibatkan kerusakan pada berb-


agai bahan koleksi, batu, logam, keramik pada umumnya tidak peka ter-
hadap cahaya, tetapi bahan organik lainnya, seperti tekstil, kertas, koleksi
ilmu hayati adalah bahan yang peka terhadap cahaya.
Perancang museum harus memahami dan menerima bahwa mu-
seum yang paling profesional lebih menghargai penyajian dan pelestarian
koleksi mereka diatas segala manfaat arsitektural pencahayaan alami yang
melimpah pada area koleksi. Terlalu banyak cahaya dan panjang gelom-
bang tertentu mampu menyebabkan kerusakan yang nyata pada kolek-
si-koleksi yang tidak dapat tergantikan.

(Source : Time Saver Standard)


P E R S YA R ATA N S I R K U L A S I PA D A M U S E U M
Sirkulasi berperan dalam mengarahkan dan mengantar pengunjung untuk menikmati hasil karya. Sirkulasi ruang dan penataan lukisan penting
untuk ditata agar pengunjung dapat melihat pameran dengan nyaman dan tanpa rasa lelah. Tipe sirkulasi dalam suatu ruang yang dapat digu-
nakan adalah sebagai berikut :

Sequential Circulation Random Circulation Ring Circulation Linear Bercabang


Sirkulasi terbentuk berdasarkan Sirkulasi memberi kebebasan Sirkulasi memiliki 2 alternatif. Sirkulasi pengunjung jelas, ti-
ruang yang telah dilalui dan bagi pengunjung memilih rute Pengguna lebih aman karena dak terganggu dan pembagian
benda seni dipamerkan satu sendiri, tidak terikat bentuk memiliki 2 rute yang berbeda koleksi teratur sehingga bebas
per satu menurut ruang pa- ruang tertentu tanpa adanya untuk menuju keluar ruangan, melihat koleksi yang dipamer-
mer yang berbentuk ulir atau pemisah atau batasan ruang. kan.
memutar hingga kembali menu-
ju pusat area galeri.

(Source : Time Saver Standards for Building Types, Joseph De Chiara dam Michael J. Crosbie, 1973)
museum reference
LOCATION
637 East Hyman Avenue
Aspen, Colorado, Amerika
Serikat.

ARSITEK
Shigeru Ban Architects
KONTRAKTOR
Turner Contractor & Summit
Contractor

LUAS
33.000 m2

TAHUN PROYEK
2014
Aspen Art Museum (AAM) merupakan muse-
um seni kontemporer yang berada di daer-
ah pegunungan tinggi Aspen Colorado. Ban-
gunan ini terdiri dari 3 lantai dan memiliki 6
galeri serta terrace dengan view pegunungan.
Karya seni kontemporer Aspen Art Museum
(AAM) meliputi karya seni berupa gambar, luk-
isan, patung, instalasi multimedia, dan media
elektronik.
identifikasi Site
concept diagram
MUSEUM
MUSEUM
DEFINISI
Museum menurut International Council of Museums (ICOM) adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani
masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merawat, menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak peri-
hal jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan rekreasi.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (1) adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pe-
manfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan
pelestarian kekayaan budaya bangsa.
blo ckplan
siteplan
flo or plan
E L E VA T I O N 1
E L E VA T I O N 2
section 1
section 2
Perspective

Anda mungkin juga menyukai