PENELITIAN ARSITEKTUR
menyatakan bahwa penelitian ini adalah merupakan hasil karya saya sendiri dan dapat
dipublikasikan sepenuhnya oleh Universitas Gunadarma. Segala kutipan dalam bentuk
apa pun telah mengikuti kaidah dan etika yang berlaku. Mengenai isi dan tulisan adalah
merupakan tanggung jawab penulis, bukan Universitas Gunadarma.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan dengan penuh kesadaran
Depok, ..........................
(Dinda Jesika)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul PA : ………………………………………………………....
………………………………………………………....
………………………………………………………....
………………………………………………………....
Nama : Dinda Jesika
NPM : 22316096
NIRM : ………………………………………………………...
Menyetujui,
(……………………………………)
ABSTRAKSI
1. Latar Belakang: Latar belakang adalah motivasi untuk membuat karya tulis. Mengapa
kita peduli tentang masalah ini? Apa arti perbedaan praktis, teoritis, ilmiah, dari penelitian
Anda?
2. Metode atau Pendekatan: Apa yang lakukan untuk mendapatkan hasil dari karya
tulis Anda? Bagaimana anda mendapatkan hasil dari karya tulis Anda? Apakah Anda
menggunakan kerangka teori tertentu, prosedur teknis, atau metodologi?
3. Hasil atau Produk: Sebagai hasil dari metode atau pendekatan yang anda gunakan, hal
apa yang Anda dapat, pelajari, buat, atau ciptakan?
4. Kesimpulan atau Implikasi: Apa dampak yang lebih besar dari temuan Anda?
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul……………………………………………………………….. i
Pernyataan Originalitas dan Publikasi..………………………………………ii
Lembar Pengesahan …………………………………………………………... iii
Abstraksi …………………………………………………………………….... iv
Kata Pengantar ……………………………………………………………….... v
Daftar Isi …………………………………………………………………….... vi
Daftar Tabel …………………………………………………………………...... vii
Daftar Gambar ………………………………………………………………...... viii
Daftar Grafik ............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1. Program Ruang …………………………………………….. 1
Tabel 1.2. Data A ………………………………………………………… 3
Tabel 3.1. Data X …………………………………………………………. 14
Tabel 4.1. Data Y ………………………………………………………….. 27
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada sirkulasi Museum Konferensi Asia
Afrika yang berkaitan dnegan fungsi bangunannya.
2. Memahami pentingnya pola sirkulasi yang baik terhadap peletakan tata ruang pada
Museum Konferensi Asia Afrika.
3. Mengetahui bagaimana sirkulasi yang baik dan tepat pada Museum.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat pada pihak-pihak terkait
sebagai berikut :
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan sumbangan bagi
pengembangan teori di bidang arsitektur, terutama arsitektur yang menyangkut dengan
pola sirkulasi dan tata ruang pada bangunan dengan fungsi museum.
b. Manfaat Praktis
1. Dapat memberikan wawasan dalam karakteristik pola sirkulasi yang baik pada
museum.
2. Dapat membantu dalam memberikan informasi dalam kajian penerapan pola sirkulasi
pada elemen bangunan.
2.1.3. Ruang
A. Definisi
1). KBBI
Ruang menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) adalah sela-sela antara dua
(deret) tiang atau sela-sela antar empat riang (di bawah kolong rumah), rongga yang
berbatas atau terlingkung oleh bidang, rongga yang tidak terbatas, tempat yang ada.
Ruangan menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) adalah tempat yang legar; kamar
(besar); bilik (dalam rumah); kelas (tempat belajar).
2). D.A. Tisnaadmidjaja (1997)
Menurut D.A. Tisnaadmidjaja (1997), yang dimaksud dengan ruang adalah “wujud
fisik wilayah dalam dimensi geografis dan geometris yang merupakan wadah bagi
manusia dalam melaksanakan kegiatan kehidupannya dalam suatu kualitas kehidupan
yang layak”.
3). Plato (dalam Surasetja, 2007)
Ruang adalah sesuatu yang dapat terlihat dan teraba, menjadi teraba karena memiliki
karakter yang jelas berbeda dengan semua unsur lainnya. Plato mengatakan: kini, segala
sesuatunya harus berwadaq, kasat mata, dan teraba: namun tak ada sesuatu pun yang
dapat kasat mata tanpa adanya api, tak ada sesuatu pun yang dapat teraba bila tak
bermassa, dan tak ada sesuatu pun yang dapat bermassa tanpa adanya unsur tanah. Maka
Tuhan pun menciptakan dunia dari api dan tanah …. Meletakan air dan udara diantara
api dan tanah dan membuatnya sebanding antara yang satu dengan lainnya, sehingga
udara terhadap air sebanding dengan air terhadap tanah; demikian ia membuat dunia ini
sebagai kesatuan yang kasat mata dan teraba. (Cornelis van de Ven, 1995).
Ruang adalah sebagai tempat (topos), tempat (topos) sebagai suatu dimana, atau
sesuatu place of belonging, yang menjadi lokasi yang tepat dimana setiap elemen fisik
cenderung berada. Aristoteles mengatakan: „wadaq-wadaq semata bergerak ke atas dan
kebawah menuju tempatnya yang tetap„ dan ‟setiap hal berada di suatu tempat yakni
dalam sebuah tempat‟. „Suatu tempat, atau ruang, tidak dapat memiliki suatu wadaq”.
(Cornelis van d Ven, 1995). Karakteristik dari ruang dirangkum menjadi lima butir:
Tempat melingkupi objek yang ada padanya. Tempat bukan bagian dari yang
dilingkupinya. Tempat dari suatu objek tidak lebih besar dan tidak lebih kecil dari objek
tersebut. Tempat dapat ditinggalkan oleh objek serta dapat dipisahkan dari objek itu
Tempat selalu mengikuti objek, meskipun objek terus berpindah sampai berhenti pada
posisinya.
D. Terbentuknya Ruang
1). Terbentuknya Ruang Dari Unsur-unsur Horizontal
1. Bidang Dasar
2. Bidang Yang Diangkat dll
2). Terbentuknya Ruang Dari Unsur-unsur Vertikal
E. Hubungan-Hubungan Spasial
1). Ruang Dalam Ruang
2). Ruang-Ruang Yang Saling Mengunci
3). Ruang-Ruang Yang Berdekatan
4). Ruang-Ruang Yang Dihubungkan oleh Sebuah Ruang Bersama
2.1.4. Sirkulasi
A. Definisi
Menurut Francis D.K. Ching dalam bukunya Teori Arsitektur (1993), alur sirkulasi
dapat diartikan sebagai “tali” yang mengikat ruang-ruang suatu bangunan atau suatu
deretan ruang-ruang dalam maupun luar, menjadi saling berhubungan. Oleh karena itu
kita bergerak dalam waktu melalui suatu tahapan ruang. Kita merasakan ruang ketika kita
berada di dalamnya dan ketika kita menetapkan tempat tujuan.
Sedangkan menurut Roger H. Clark & Michael Pause (1995) sirkulasi juga dapat di
artikan sebagai tempat yang mengarahkan perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang
lainnya pada area yang tertutup.
B. Tujuan Sirkulasi
Menurut Rob Krier (1993) tujuan mengolah suatu sistem sirkulasi yaitu membuat
pergerakan manusia atau kendaraan atar barang dapat berlangsung dengan baik ayitu
dengan menghubungkan ruang yang satu dengan yang lainnya. Sirkulasi juga dapat
mempengaruhi kesan psikologik yang di ungkapkan oleh suatu sistem sirkulasi dengan
mengurangi atau meningkatkan kualitas elemen sirkulasi.
C. Jenis Sirkulasi
1). Jenis Sirkulasi Berdasarkan Penghubung Ruang
Sirkulasi sebagai penghubung ruang adalah pergerakan atau ruang lingkup gerak
suatu ruang yang saling berhubungan baik dengan fungsi, bentuk dan lain-lain. Sirkulasi
penghubung ruang dibagi menjadi 3 (James C dan Anthony J, 1984), yaitu :
1. Sirkulasi Melewati Ruang
Gambar 2.1
Suatu pergerakkan atau ruang lingkup gerak yang berfungsi sebagai penghubung
ruang satu dengan lainnya.
2. Sirkulasi Menembus Ruang
Gambar 2.2
Sirkulasi Pergerakan atau ruang lingkup gerak yang berfungsi sebagai
penghubung ruang satu dengan lainnya melalui atau menembus ruang yang lain.
Gambar 2.3
Suatu pergerakan atau ruang lingkup gerak yang berfungsi sebagai pemfokus
akses penghubung ruang yang dianggap penting dan berakhir pada satu ruang.
Gambar 2.5
Membentuk balkon atau galeri yang memberikan kontinuitas visual dan
kontinuitas ruang dnegan ruang-ruang yang dihubungjannya.
2. Radial
Gambar 2.9 Pola Radial
(Sumber: Teori Arsitektur 2)
Pola radial memiliki jalan yang berkembang dari satu atau menuju sebuah pusat.
3. Spiral
Pola spiral adalah suatu jalan yang menerus yang berasal dari titik pusat, berputar
mengelilinginya dan bertambah jauh darinya.
4. Network
5. Campuran
Suatu bangunan biasanya memiliki suatu kombinasi dari pola-pola di atas untuk
menghindari terbentuknya orientasi yang membingkungkan dibentukan aturan urutan
dalam sirkulasi.
BAB III
TINJAUAN KHUSUS DAN METODE PENELITIAN
3.1. Museum
3.1.1. Definisi
Secara Etimologi kata museum berasal dari bahasa latin yaitu “museum” (“musea”).
Aslinya dari bahasa Yunani mouseion yang merupakan kuil yang dipersembahkan untuk
Muses (dewa seni dalam mitologi Yunani), dan merupakan bangunan tempat
pendididkan dan kesenian, khususnya institut untuk filosofi dan penelitian pada
perpustakaan di Alexandria yang didirikan oleh Ptolomy I Soter 280 SM.
Dalam kongres majelis umum ICOM (International Council of Museum) sebuah
organisasi internasional dibawah UNESCO, menetapkan defenisi museum sebagai
berikut: “Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan
dalam melayani masyarakat, terbuka untuk umum, memperoleh, mengawetkan,
mengkomunikasikan dan memamerkan barang-barang pembuktian manusia dan
lingkungan untuk tujuan pendidikan, pengkajian dan hiburan.
Melengkapi pengertian museum seperti yang dimaksud di atas, ICOM mengakui
yang berikut ini sebagai yang sesuai dengan definisi di atas:
1. Lembaga-lembaga konservasi dan ruangan-ruangan pameran yang secara tetap
diselenggarakan oleh perpustakaan dan pusat-pusat kearsipan.
2. Peninggalan dan tempat-tempat alamiah arkeologis dan etnografis, peninggalan
dan tempat-tempat bersejarah yang mempunyai corak museum, karena kegiatan-
kegiatannya dalam hal pangadaan, perawatan dan komunikasinya dengan
masyarakat.
3. Lembaga-lambaga yang memamerkan makhluk-makhluk hidup, seperti kebun-
kabun, tanaman dan binatang, makhluk dan tumbuhan lainnya.
4. Suaka alam.
5. Pusat-pusat Pengetahuan dan planetarium.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (1) adalah
lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pe- manfaatan benda-benda
bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya
perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.
3.1.1. Perkembangan Museum Indonesia
Pada tahun 1778 pertama kali didirikan museum di Indonesia yaitu Museum
Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Westenschappen di Batavia (sekarang
Jakarta). Lalu mulai dilakukan penelitian terhadap benda warisan budaya di Indonesia
yang telah di kumpulkan. Dan pada 1915 didirikan Museum Sono Budoyo di Yogyakarta.
Sampai akhir Perang Dunia II jumlah museum yang terdapat di Indonesia kurang lebih
30 museum. Setelah kemerdekaan Indonesia jumlah museum terus bertambah karena
memiliki tujuan untuk kepentingan masyarakat dalam usaha pemerintah mencerdaskan
bangsa.
Lembaga museum nasional diresmikan pada tahun 1964, kemudian pada tahun 1966
lembaga museum nasional diganti menjadi Direktorat Museum dalam cakupan Direktorat
Jenderal Kebudayaan.
Dalam rangka pembinaan dan pengembangan permuseuman di Indonesia maka :
• Pada tahun 1971 Direktorat Permuseuman mengelompokkan museummuseum
menurut jenis koleksinya menjadi tiga jenis yaitu Museum Umum, Museum Khusus
dan Museum Lokal.
• Pada tahun 1975 pengelompokkan itu diubah menjadi Museum Umum, Museum
Khusus, dan Museum Pendidikan.
• Pada tahun 1980 pengelompokkan itu disederhanakan menjadi Museum Umum dan
Musuem Khusus
Hingga kini perkembangan pembangunan museum terus berlanjut, pembinaan dan
pengembangan museum di Indonesia khususnya museum di lingkngan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan meliputi bidang koleksi, fisik bangunan, ketenangan, sarana
penunjang, dan fungsionalisasi.
Ruang pameran dengan pencahayaan dari samping; tinggi tempat gantung yang baik
antara 30° dan 60°, dengan ketinggian ruang 6700 dan tinggi ambang 2130 untuk lukisan
atau 3040 – 3650 untuk meletakkan patung, hitungan ini berdasarkan di Boston
Gambar 3.4 Ruang Pameran Dengan Pencahayaan Dari Samping
(Sumber: Ernst Neufert, 1997)
Ruang pameran dengan penggunaan penyekat ruang di antara tiang tengah dapat
diatur kembali misalnya diletakkan di antara penyangga; jika dinding bagian luar terbuat
kaca, maka penataan jendela pada dinding dalam juga dapat bervariasi.
Sirkulasi terbentuk berdasarkan ruang yang telah dilalui dan benda seni
dipamerkan satu per satu menurut ruang pamer yang berbentuk ulir atau memutar
hingga kembali menuju pusat area galeri.
2. Random Circulation
Sirkulasi memberi kebebasan bagi pengunjung memilih rute sendiri, tidak terikat
bentuk ruang tertentu tanpa adanya pemisah atau batasan ruang.
3. Ring Circulation
Sirkulasi memiliki 2 alternatif. Pengguna lebih aman karena memiliki 2 rute yang
berbeda untuk menuju keluar ruangan,
4. Linear Bercabang
Sirkulasi pengunjung jelas, tidak terganggu dan pembagian koleksi teratur
sehingga bebas melihat koleksi yang dipamerkan.
Gagasan pendirian Museum Konperensi Asia Afrika diwujudkan oleh Joop Ave,
sebagai Ketua Harian Panitia Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Direktur
Jenderal Protokol dan Konsuler Departemen Luar Negeri, bekerjasama dengan
Departemen Penerangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Daerah
Tingkat I Provinsi Jawa Barat, dan Universitas Padjadjaran. Perencanaan dan
pelaksanaan teknisnya dikerjakan oleh PT Decenta, Bandung.
Museum Konperensi Asia Afrika diresmikan berdirinya oleh Presiden Soeharto pada
24 April 1980, sebagai puncak Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia Afrika.
Museum ini bernama MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA. Nama tersebut
digunakan untuk mengenang peristiwa Konferensi Asia Afrika yang menjadi sumber
inspirasi dan motivasi bagi bangsa-bangsa Asia Afrika.
Museum ini dibangun oleh Pemerintah Republik Indonesia dan berada di bawah
wewenang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. sementara pengelolaannya di
bawah koordinasi Departemen Luar Negeri dan Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi
Jawa Barat.
Pada 18 Juni 1986, kedudukan Museum Konperensi Asia Afrika dialihkan dari
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ke Departemen Luar Negeri di bawah
pengawasan Badan Penelitian dan Pengembangan Masalah Luar Negeri. Pada tahun 2003
dilakukan restrukturisasi di tubuh Departemen Luar Negeri dan Museum Konferensi asia
Afrika dialihkan ke Ditjen Informasi, Diplomasi Publik, dan Perjanjian Internasional
(sekarang Ditjen Informasi dan Diplomasi Publik). Saat ini, UPT Museum Konferensi
Asia Afrika berada dalam koordinasi Direktorat Diplomasi Publik. Museum ini menjadi
museum sejarah bagi politik luar negeri Indonesia.
Dalam rangka Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika 2005 dan peringatan 50 tahun
Konferensi Asia-Afrika 1955, pada 22-24 April 2005, tata pameran Museum Asia-Afrika
direnivasi atas prakarsa Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Dr. N. Hassan
Wirajuda.
Penataan kembali Museum tersebut dilaksanakan atas kerjasama
Departemen Luar Negeri dengan Sekretariat Negara dan Pemerintah Provinsi jawa Barat.
Perencanaan dan pelaksanaan teknisnya dikerjakan oleh Vico Design dan waka Reality.
Data tentang
standarisasi dan
Standar /
Studi ketentuan
Design
Literatur fasilitas yang
Guidelines
dibutuhkan
pada museum.
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1.Penerapan Sirkulasi
Museum Konperensi Asia Afrika merupakan sarana edukasi serta hiburan bagi
masyarakat untuk memperoleh segala informasi mengenai sejarah perjuangan dan
perkembangan politik luar negeri Indonesia. Museum Konperensi Asia Afrika
menyajikan peninggalan-peninggalan serta informasi yang berkaitan dengan
Konperensi Asia Afrika, termasuk latar belakang, perkembangan, sosial budaya, dan
peran bangsa-bangsa Asia Afrika khususnya bangsa Indonesia dalam percaturan politik
dan kehidupan dunia. Museum Konperensi Asia Afrika menempati Gedung Merdeka
yang dahulu digunakan sebagai tempat sidang pleno konferensi tersebut. Secara
umum, pembagian ruang pada Gedung Merdeka dapat dibagi menjadi dua, yaitu
ruang privat yang terdiri atas ruang kerja staf museum, ruang simpan koleksi, dan
ruang VIP. Yang kedua yaitu ruang publik, yaitu ruangan yang dapat dimasuki
oleh pengunjung museum, terdiri atas ruang utama, ruang pamer tetap, ruang pamer
temporer, perpustakaan, dan ruang audiovisual.
Pada dasarnya yang menjadi Museum Konperensi Asia Afrika adalah seluruh
bangunan Gedung Merdeka yang saat ini berstatus sebagai bangunan cagar budaya.
Namun, ruangan yang bersifat publik yang dapat dijelajahi pengunjung museum yaitu
ruang utama yang menjadi ruang sidang pleno Konperensi Asia Afrika, ruang audio
visual, perpustakaan, ruang pamer temporer, dan ruang pada sayap kiri bangunan yang
menjadi ruang pamer tetap.