Anda di halaman 1dari 25

Proposal Penelitian

ARAHAN PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN


INFRASTRUKTUR SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN
WILAYAH DI DESA BONTOSUNGGU, KECAMATAN
BAJENG, KABUPATEN GOWA

Oleh:

MIRDA AINUR PRATAMI


NIM. 608001287

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2023
ARAHAN PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN
WILAYAH DI DESA BONTOSUNGGU, KECAMATAN
BAJENG, KABUPATEN GOWA

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana
Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar

Oleh:
MIRDA AINUR PRATAMI
NIM. 60800120087

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2023

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Skripsi :
Nama Mahasiswa :
Nim :
Jurusan :
Fakultas :
Tanggal :

Disetujui Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Nama Pembimbing Nama Pembimbing

Mengetahui

Ketua Jurusan
Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota

Nama Ketua Jurusan


Halaman pakai romawi i

KATA PENGANTAR

Kata Pengantar yang berisi ungkapan perasaan syukur penulis kepada Allah
swt. dan pernyataan terima kasih dan penghargaannya kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan moral dan material atas penyelesaian karya tulis ilmiah
yang bersang- kutan seperti bantuan dalam hal perolehan data, sumber informasi,
dan bantuan lainnya. Ucapan terima kasih juga dapat disampaikan kepada pihak-
pihak yang dinilai telah berjasa kepada penulis selama menempuh pendidikan di
universitas. Panjang kata pengantar sebaiknya berkisar pada 1 (satu) sampai 2 (dua)
halaman saja.
Ucapan terima kasih untuk orang tua dituliskan pada paragraph khusus.
Ucapan terima kasih selanjutnya ditujukan kepada, tetapi tidak mesti terbatas pada,
pihak-pihak berikut:
1) Rektor dan Dekan/Direktur dengan seluruh jajarannya;
2) Para pembimbing (penguji);
3) Instansi yang memberikan fasilitas waktu, tempat, dan rekomendasi bagi
pelaksanaan penelitian;
4) Kepala perpustakaan dan seluruh stafnya;
5) Pihak-pihak yang secara konkret memberikan bantuan kepada penulis;
6) Anggota keluarga dan kawan-kawan penulis yang benar-benar memberikan
bantuan kepadanya dalam rangka penyelesaian studi.

Gowa, tanggal bulan tahun


Penulis

Nama Mahasiswa
Halaman pakai romawi ii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 2
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 2
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 2
F. Sistematika Pembahasan ................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4
A. Tinjauan Umum............................................................................... 4
B. Tinjauan Khusus .............................................................................. 4
C. Tinjauan Integrasi ........................................................................... 4
D. Penelitian Relevan........................................................................... 4
E. Kerangka Pikir Penelitian ............................................................... 4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 7
A. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 7
B. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 7
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 7
D. Populasi dan Sampel ....................................................................... 7
E. Variabel Penelitian.......................................................................... 7
F. Analisis Data ................................................................................... 7
G. Defenisi Operasional ....................................................................... 8
Halaman pakai romawi iii

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 11


LAMPIRAN ..................................................................................................... 15
Halaman pakai romawi iv

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 Judul Tabel 1 ....................................................................................... 1
Tabel 2 Judul Tabel 2 ..................................................................................... 10
Tabel 3 Judul Tabel 3 ..................................................................................... 11
Tabel 4 Judul Tabel 4 ..................................................................................... 12
Tabel 5 Judul Tabel 5 ..................................................................................... 15
Halaman pakai romawi v

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 Judul Gambar 1 ............................................................................... 1
Gambar 2 Judul Gambar 2 ............................................................................... 2
Gambar 3 Judul Gambar 3 ............................................................................... 1
Gambar 4 Judul Gambar 4 ............................................................................... 2
Gambar 5 Judul Gambar 5 ............................................................................... 1
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sesuai Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang,
disebutkan bahwa dalam penataan ruang terdapat 3 (tiga) tahapan yang perlu
dilakukan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Oleh karena itu,
perencanaan merupakan tahapan awal dan memiliki posisi penting dalam
mengendalikan harkat dan derajat hidup manusia. Dalam melakukan sebuah
pembangunan di suatu wilayah maupun desa yang dilakukan oleh pemerintah desa
merupakan suatu upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi
kesenjangan antar wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu
wilayah. Sejak diterbitkannya Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang desa
telah membawa harapan baru kepada pemerintah dan masyarakat desa dalam
penyelenggaraan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Pelaksanaan
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang desa secara tidak langsung mendorong
pemerintah desa untuk melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik.
Misalnya, beberapa desa telah mampu membawa perubahan menjadi desa terbaik
di Indonesia, yaitu Nagari (desa adat) Sungai Nyalo di Kabupaten Pesisir Selatan
(Sumbar), begitu juga dengan Desa Madobak di Kepulauan Mentawai (Sumbar),
Desa Tamansari di Banyuwangi (Jatim), Desa Pujon Kidul di Malang (Jatim), Desa
Seigentung di Gunung Kidul (Yogyakarta), Desa Ubud di Gianyar (Bali), Desa
Waturaka di Ende (NTT), Desa Ponggok Klaten (Jateng), Desa Teluk Meranti
Pelalawan (Riau), Desa Bontagula di Bontang (Kaltim). Cara yang digunakan di
Indonesia dalam pembangunan desa adalah meningkatkan desa swadaya
(tradisional) menjadi desa swasembada (maju) melalui desa swakarsa (transisi),
diadakan peningkatan kegiatan sosial ekonomi serta membangun prasarananya
yang diperlukan, sehingga pendapatan perkapita bertambah. Indikator dalam
menilai, tipologi desa tadi (swadaya, swakarsa, swasembada) adalah alam, manusia,
letak desa, mata pencaharian, produksi, adat, kelembagaan, pendidikan, swadaya,
gotong royong, prasarana dan administrasi. Program Pembangunan Infrastruktur
2

Pedesaan adalah merupakan bagian dari kegiatan peningkatan kesejahteraan rakyat,


bentuk desa yang ada sangat mempengaruhi usulan kegiatan infrastruktur pedesaan
tersebut , bentuk- bentuk desa yang ada seperti desa memusat pegunungan,
memusat fasilitas, bentuk desa linear ataupun desa tepi pantai sangat berpengaruh
terhadap bentuk dan jenis kebutuhan pembangunan infrastruktur pedesaan sehingga
tersedia infrastruktur lokal yang lebih memadai, dapat dimanfaatkan secara
langsung dan cepat oleh masyarakat, disamping itu manfaat lain yang dapat
diperoleh adalah dalam bentuk peningkatan ketrampilan (Human Investment)
didalam penyelenggaraan prasarana lokal. Pembangunan infrastruktur di Indonesia
masih sangat tertinggal dibandingkan sejumlah negeri tetangga. Ketertinggalan
dalam pembangunan infrastruktur itu tak hanya terlihat dari tertundanya proyek-
proyek besar, tapi juga dapat dirasakan langsung dari kondisi jalan yang rusak,
seretnya pengadaan air bersih, dan buruknya kondisi prasarana umum. Berbagai
sub-sektor infrastruktur pasca-reformasi hingga saat ini dalam kondisi yang
memprihatinkan. Di sub-sektor irigasi hingga 2017, sekitar 1,5 juta hektare dari 6,7
juta hektar jaringan irigasi dalam kondisi rusak ringan dan berat dan pemerintah
hanya mampu menyediakan 40-50% biaya operasi dan pemeliharaan (Bappenas,
2018). Selain itu, sekitar 15 ribu – 20 ribu hektare per tahun lahan pertanian
beririgasi teknis beralih fungsi (konversi) menjadi lahan non-pertanian. Kerusakan
jaringan irigasi akan menurunkan kinerja penyediaan air irigasi sehingga dapat
menurunkan luas areal tanam padi, dan bila tidak diantisipasi secara serius akan
mengganggu pemenuhan produksi beras nasional. Kondisi serupa juga terjadi pada
sub-sektor kelistrikan, rasio elektrifikasi masih rendah yaitu sekitar 58% pada tahun
2015. Di sisi lain, tidak adanya investasi baru di bidang perlistrikan (pembangkit
baru) mengakibatkan 28 daerah di luar Jawa-Bali mengalami kritis listrik
(Bappenas, 2018). Seperti kondisi infrastruktur lainnya, penyediaan air bersih pun
masih menjadi kendala, saat ini terjadi penurunan kuantitas dan kualitas air baku.
Sistem dan jaringan prasarana dan sarana masih terbatas. 65 persen PDAM saat ini
mempunyai utang sebesar 4,46 triliun rupiah . Sebanyak 187 PDAM beroperasi di
tingkat kabupaten dan kota melayani sekitar 39% total penduduk dengan empat juta
sambungan. Infrastruktur sebenarnya merupakan kebutuhan vital untuk menunjang
3

kegiatan ekonomi. Kemajuan ekonomi suatu negara biasanya berkorelasi dengan


pembangunan infrastruktur di negara itu. Negara yang infrastrukturnya baik
biasanya makin makmur (Dewanto, 2017).
Kabupaten Gowa salah satu kabupaten yang masuk pada kawasan perencanaan kota
metropolitan Mamminasata yang ada pada Perpres No 55 Tahun 2011 (Makassar,
Sungguminasa, Maros Takalar), Kabupaten Gowa mempunyai letak yang
berbatasan langsung dengan kota Makassar sehingga perkembangan Kabupaten
Gowa mengalami perkembangan yang cukup pesat yang dilihat dari perubahan fisik
ruang seperti bertambahnya permukiman dan berkembangnya sarana dan prasarana
perkotaan lainnya. Kabupaten Gowa yang terus mengalami perkembangan terutama
di kawasan pusat kota Berkembangnya pusat kota Kabupaten Gowa mempengaruhi
daerah daerah pinggiran lainya yang mulai juga membentuk perkotaan perkotaan
baru seperti yang terjadi di Kecamatan Bajeng. Kecematan Bajeng adalah salah satu
kecamatan yang berada pada Kabupaten Gowa, di dalam kebijakan RTRW
Kabupaten Gowa, Kecamatan Bajeng sebagai Kawasan Budidaya, Kecamatan
Bajeng terletak di kawasan strategis dekat dengan pusat kegiatn Kabupaten Gowa
dan di lalui dengan jalan provinsi. Kecamatan Bajeng memiliki luas 60,09 Ha
dengan jumlah penduduk yang terus meningkat di tiap tahunya seperti terihat pada
data BPS. perkembangan suatu perkotaan bisa dilihat dari pertumbuhan penduduk
yang cukup pesat. Selain dari peningkatan jumlah penduduk yang cukup pesat di
Kecamatan Bajeng, di setiap tahunnya mengalami perubahan lahan yang dulunya
lahan pertanian menjadi lahan permukiman dan sarana dan prasarana lainnya.
Perkembangan perkotaan di Kecamatan Bajeng yang terletak di Kelurahan
Limbung, Kelurahan Mataallo, Kelurahan Kalebajeng dan Kelurahan Tubajeng
sangatlah mempengaruhi perkembangan Desa Bone, Desa Lempangan, Desa
Bontosunggu, Desa Panciro, Desa Paraikatte, Desa Pabentengan, Desa Maccini
Baji, Desa Panyangkalang dan Desa Tangkebajeng yang ada di daerah sekitarnya.
Penelitian ini di arahkan untuk melihat tentang proses perencanaan pembangunan
infrastruktur di desa dengan ruang yang diberikan oleh UndangUndang No 6 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Desa. Perencanaan pembangunan merupakan sebuah
proses yang rumit dan membutuhkan sumber daya yang tinggi baik sumber daya
4

alamnya maupun sumber daya manusianya. Apalagi di desa yang sumber dayanya
kurang memadai perencanaan menjadi perhatian yang serius. Sejak diterbitkan
Undang- Undang No 6 Tahun 2014 desa mengalami perubahan paradigma
pembangunan partisipatif, apalagi diberi dana desa yang jumlahnya tiap tahun
meningkat. Oleh karenanya penelitian tentang perencanaan pembangunan
infrastruktur berdasarkan kondisi dan potensi desa ini menjadi penting dilakukan
untuk mengetahui bagaimana perencanaan pembangunan desa terkhususnya di
bagian pembangunan infrastruktur desa seperti jalan, air bersih, fasilitas
perumahan, drainase dan irigasi dilaksanakan dengan kendala penyebaran Sumber
Daya dan Sumber daya Manusia yang tidak merata penyebarannya di Indonesia.
Salah satu desa yang sedang maraknya dalam perencanaan pembangunan
infrastruktur desa yang merupakan salah satu program penting dalam
perkembangan desa yakni terdapat di Desa Bontosunggu. Desa Bontosunggu
merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa
yang memiliki banyak potensi dan isu permasalahan yang harus segera diatasi
dalam segi penyediaan infrastruktur yang ada. Bertambahnya jumlah penduduk
membutuhkan lahan untuk pembangunan. Seiring dengan hal itu, maka luas lahan
setiap tahunnya akan mengalami pengurangan luas lahan. Karena lahan merupakan
salah satu kebutuhan penduduk untuk keperluan pembangunan infrastruktur seperti
jalan dan perumahan serta kebutuhan fasilitas penunjang lainnya. Dalam hal
tersebut, Allah swt telah berfirman pada srah Al- A'raf 56-58 :
َ‫َّللاِ قَ ِريبٌ مِنَ ْال ُم ْح ِسنِين‬ َّ َ‫ط َم ًعا ۚ ِإ َّن َر ْح َمت‬ َ ‫ض َب ْعدَ ِإص ََْلحِ َها َوادْعُوهُ خ َْوفًا َو‬ ِ ‫َو ََل ت ُ ْف ِسد ُوا فِي ْاْل َ ْر‬
‫ت فَأ َ ْنزَ ْلنَا ِب ِه ْال َما َء‬ٍ ‫س ْقنَاهُ ِل َبلَ ٍد َم ِي‬
ُ ‫س َحابًا ِثقَ ًاَل‬ َ ‫ت‬ ْ َّ‫ي َر ْح َم ِت ِه ۖ َحت َّ ٰى ِإذَا أَقَل‬ ِ ‫َوه َُو الَّذِي ي ُْر ِس ُل‬
ْ َ‫الر َيا َح بُ ْش ًرا َبيْنَ َيد‬
َ‫ج ْال َم ْوت َٰى لَعَلَّكُ ْم تَذَ َّك ُرون‬ ُ ‫ت ۚ كَ ٰذَلِكَ نُ ْخ ِر‬
ِ ‫فَأ َ ْخ َر ْجنَا بِ ِه م ِْن كُ ِل الث َّ َم َرا‬
‫ت ِل َق ْو ٍم يَ ْشكُ ُرون‬ ِ ‫ف ْاْل َيا‬ ُ ‫ص ِر‬ َ ُ‫ج إِ ََّل نَ ِكدًا ۚ َك ٰذَلِكَ ن‬ُ ‫ج نَبَاتُهُ بِإِذْ ِن َربِ ِه ۖ َوالَّذِي َخبُثَ ََل يَ ْخ ُر‬ ُ ‫ب يَ ْخ ُر‬ ُ ِ‫طي‬َّ ‫َو ْالبَلَد ُ ال‬
Artinya : “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepadanya rasa takut (tidak akan diterima) dan
harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-
orang yang berbuat baik. Dan dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa
berita gembira sebelum kedatangan rahma Nya (hujan) hingga apabila angin itu
telah membawa awan mendung, kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu kami
5

turunkan hujan di daerah itu. Maka kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai
macam buah-buahan. Seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang telah
mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. Dan tanah yang baik, tanam-
tanamannya tumbuh dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur, tanaman-
tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda
kebesaran (Kami)bagi orang-orang yang bersyukur.” (QS Al A’raf : 56-58)
Isi Kandungan :
Bumi sebagai tempat tinggal dan tempat hidup manusia dan makhluk Allah lainnya
sudah dijadikan Allah dengan penuh rahmat-Nya. Gunung-gunung, lembah-
lembah, sungai-sungai, lautan, daratan dan lain-lain semua itu diciptakan Allah
untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh manusia, bukan
sebaliknya dirusak dan dibinasakan. Membangun infrastruktur yang baik adalah
bentuk memanfaatkan karunia Allah SWT dengan sebaik-baiknya agar mampu
mensejahterakan masyarakat dengan mengembangkan wilayah.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis
merumuskan masalah dalam penelitian yaitu :
1. Bagaimana arahan perencanaan dan pengembangan infrastruktur sebagai
upaya pembangunan wilayah di Desa Bontosunggu, Kecamatan Bajeng,
Kabupaten Gowa ?
2. Bagaimana Efektifitas Musrembangdes (Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa) Dalam arahan perencanaan dan pengembangan
infrastruktur sebagai upaya pembangunan wilayah di Desa Bontosunggu,
Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Bagaimana arahan perencanaan dan pengembangan
infrastruktur sebagai upaya pembangunan wilayah di Desa Bontosunggu,
Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa.
6

2. Untuk mengetahui Bagaimana Efektifitas Musrembangdes (Musyawarah


Perencanaan Pembangunan Desa) Dalam arahan perencanaan dan
pengembangan infrastruktur sebagai upaya pembangunan wilayah di Desa
Bontosunggu, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis
dan manfaat praktis, dapat dilihat sebagai berikut:
1. Secara Teoritis Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan
sebagai bahan informasi untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya dalam
pengembangan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur desa. Selain itu
juga untuk pengembangan teori- teori yang membahas mengenai perencanaan
pembangunan.
2. Secara praktis Dari segi praktis, penelitian ini dilakukan untuk diharapkan dapat
menjadi wawasan baru baik bagi mahasiswa tentang perencanaan pembangunan
infrastruktur desa, dalam tataran kehidupan mahasiswa, terutama dalam
pembahasan perencanaan yang merupakan hal menarik untuk diteliti seperti:
a. Bagi peneliti memberikan wawasan pengetahuan tentang arahan
perencanaan dan pengembangan infrastruktur sebagai upaya
pembangunan wilayah di Desa Bontosunggu, Kecamatan Bajeng,
Kabupaten Gowa.
b. Bagi masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan dan
menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi, potensi serta
kehidupan desa membuat rencana dan bertindak.

E. Ruang Lingkup /Batasan Masalah


Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari ruang lingkup materi dan ruang
lingkup wilayah. Ruang lingkup materi bertujuan untuk menjelaskan batasan dan
cakupan penelitian, sedangkan ruang lingkup wilayah bertujuan untuk membatasi
lingkup wilayah kajian.
1. Ruang Lingkup Materi
7

Ruang lingkup materi dari penelitian ini yaitu membahas mengenai arahan
perencanaan dan pengembangan infrastruktur sebagai upaya pembangunan wilayah
di Desa Bontosunggu, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa.
2. Ruang Lingkup Wilayah
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan dari penelitian ini untuk arahan
perencanaan dan pengembangan infrastruktur sebagai upaya pembangunan wilayah
di Desa Bontosunggu, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, maka ruang lingkup
wilayah penelitian ini hanya terbatas pada wilayah Desa Bontosunggu, Kecamatan
Bajeng, Kabupaten Gowa.
F. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah :
BAB I. : PENDAHULUAN
Bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II. : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini terdiri dari pembahasan pengembangan wilayah,
sumberdaya, komoditi unggulan, kondisi fisik lahan,konsep
pengembangan agropolitan, pendekatan pengembangan agropolitan,
arahan pengembangan kawasan agropolitan, pemberdayaan
masyarakat.
BAB III. : METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari metode penelitian, teknik pengumpulan data,
metode pengolahan dan analisis data dan kerangka penulisan.
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengembangan Wilayah

Pengembangan Wilayah Pembangunan merupakan upaya yang sistematik


dan berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat
menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap
warga. Pembangunan wilayah dilakukan untuk mencapai tujuan
pembangunan wilayah yang mencakup aspek-aspek pertumbuhan,
pemerataan dan keberlanjutan yang berdimensi lokasi dalam ruang dan
berkaitan dengan aspek sosial ekonomi wilayah.
Pengertian pembangunan dalam sejarah dan strateginya telah mengalami
evolusi perubahan, mulai dari strategi pembangunan yang menekankan
kepada pertumbuhan ekonomi, kemudian pertumbuhan dan kesempatan
kerja, pertumbuhan dan pemerataan, penekanan kepada kebutuhan dasar
(basic need approach), pertumbuhan dan lingkungan hidup, dan
pembangunan yang berkelanjutan (suistainable development) (Anwar,
2005). Pengembangan suatu wilayah harus berdasarkan pengamatan
terhadap kondisi internal, sekaligus mengantisipasi perkembangan eksternal
(Bappenas, 2004). Dalam pengembangan wilayah perlu diperhatikan faktor
internal dan eksternal. Faktor internal sendiri terdiri dari potensi wilayah
yang berupa sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM),
sumber daya buatan (SDB), dan pengembangan infrastruktur, sedangkan
untuk faktor eksternal dilihat dari globalisasi ekonomi (masalah
kesenjangan wilayah dan perdagangan bebas) dan kerjasama ekonomi
antar-wilayah (pengembangan kapasitas otonomi daerah dan kebijakan
otonim daerah) maupun antar negara, faktor eksternal ini membutuhkan
ruang dan prasarana wilayah untuk dapat memanfaatkan lahan yang terbatas
agar dapat berkembang dengan baik (Awan, 2009).
B. Infrastruktur
Infrastruktur strategis adalah tulang pungu yang menghubungkan ekonomi
modern kita. Investasi paling strategis adalah fungsional dan menciptakan
9

dampak terbesar dalam hal pertumbuhan ekonomi, peningkatan social dan


keberlanjutan World Economic Forum, 2012.
Di Asia pertumbuhan ekonomi yang pesat telah memberikan tekana besar
pada infrastruktur. Ketidakcukupan jaringan infrastruktur Asia sekarang
menjadi kendala untuk pengembangan lebih lanjut dan hambatan
pengurangan kemiskinan. Di Pasifik, keterpencilan negara-negara pulau
menghadirkan tantangan untuk pembangunan, banyak di antaranya dapat di
atasi dengan meningkatkan infrastruktur (Crescent, 2015).
C. Desa
Menurut UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa, ditentukan bahwa desa adalah
desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut
desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas–batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal-usal dan hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa, dalam definisi
lainnya, adalah suatu tempat atau daerah dimana penduduk berkumpul dan
hidup bersama, menggunakan lingkungan setempat, untuk
mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan kehidupan mereka.
Desa dalam arti administrative. Penamaan atau istilah desa, disesuaikan
dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat seperti kampung, desa,
dusun, dan sebagainya yang bersifat istimewa. Pengaturan mengenai
pemerintahan desa telah terjadi pergeseran kewenangan sehingga
pemerintah pusat dan pemerintah daerah tidak lagi ikut campur tangan
secara langsung tetapi hanya bersifat sebagai fasilitator yang memberikan
pedoman, arahan, bimbingan, pelatihan dan termsuk pengawasan
presentatif terhadap peraturan desa dan APBD. Menurut Wasistiono dan
Tahir (2007:7) mengemukakan kata “desa” sendiri berasal dari bahasa India
yakni ”swadesi” yang berarti tempat asal, tempat tinggal, negeri asal, atau
tanah leluhur yang merujuk pada satu kesatuan hidup, dengan satukesatuan
norma, serta memiliki batas yang jelas.
10

D. Pembangunan
Defenisi Pembangunan Definisi pembangunan melalui serangkaian
pemikiran telah berkembang, mulai dari perspektif sosiologi klasik
(Durkheim,Weber, dan Marx), pandangan Marxis, modernisasi oleh
Rostow, strukturalisme bersama modernisasi memperkaya ulasan
pendahuluan pembangunan sosial, hingga pembangunan berkelanjutan.
Namun, ada tema-tema pokok yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal
ini, pembangunan dapat diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk
menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga
negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi
(Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004). Mengenai pengertian pembangunan,
para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya
perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu
orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara
satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa
pemba-ngunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan
Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005). Menurut Galtung (dalam Trijono,
2007:3).
11

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 1 April sampai dengan 17 April 2023.
Adapun lokasi penelitian di lakukan di Desa Bontosunggu, Kecamatan Bajeng,
Kabupaten Gowa. Wilayah ini dipilih sebagai lokasipenelitian karena merupakan
tempat tinggal peneliti sehingga peneliti mudah dan mampu menyerap berbagai
data dan mengkaji permasalahan yang ada.

B. Jenis dan Sumber Data


Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Nawawi (1990:64) bentuk deskriptif adalah
bentuk penelitian yang memusatkan pada masalah-masalah atau fenomena-
fenomena yang bersifat akual pada saat penelitian dilakukan, kemudian
menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya
diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat.
Adapun jenis data yang penulis peroleh dalam penelitian lapangan ini adalah data
perimer dan data sekunder yang bersifat kualitatif. Sedangkan dalam penelitian ini,
penulis melakukan teknik pengumpulan data dengan Jurnal SIKAP Vol. 1 Nomor
1 April 2017.
Adapun Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas 2,
yaitu:
1. Data primer, adalah data yang dimana diperoleh melalui pengematan langsung
dilokasi yang berhubungan dengan pengembangan infrastruktur pada objek
penelitian, jenis data yang dimaksud seperti kondisi dan kelayakan
infrastruktur di lokasi penelitian.
2. Data sekunder, adalah data yang diperoleh peneliti melalui instansi-instansi
terkait guna mengetahui data kuantitatif objek dari penelitian, Sumber data
sekunder berasal dari Kantor BAPPEDA untuk memperoleh RTRW, Serta
kantor Badan Pusat Statistik untuk memperoleh data geografis dan demografis.
C. Metode Pengumpulan Data
12

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam studi ini, maka dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1. Survei lapangan, yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung
pada objek penelitian yang menjadi sasaran penelitian untuk memahami
kondisi pada kawasan Agrowisata kebun Buah. Pengumpulan data melalui
instansi terkait guna mendapatkan data kuantitiatif dan data kualitatif baik
dalam bentuk data statistik maupun dalam bentuk peta yang dikumpulkan dari
berbagai dinas dan instansi.
2. Metode Wawancara yaitu melakukan wawancara atau percakapan yang
bertujuan memperoleh informasi, pengumpulan data-data yang bersifat
dokumen, literature pada instansi terkait dan buku-buku yang mampu
mendukung penelitian. Adapun yang menjadi responden pada penelitian ini
yaitu stakeholder atau orang yang berkepentingan pada pengembangan
infrastruktur di kawasan permukiman Desa Bontosunggu, Kecamatan Bajeng,
Kabupaten Gowa.
3. Dokumentasi suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi
dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa
laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah gejala yang menjadi fokus penelitian untuk
diamati yang dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif. Biasanya bersumber dari
pedoman atau jurnal terkait mengenai hal-hal apa yang harus diperhatikan untuk
mencapai tujuan penelitian.
penelitian adalah gejala yang menjadi fokus penelitian yang dapat diukur

secara kualitatif dan kuantitatif. Adapun variabel yang digunakan pada penelitian
ini yaitu:
Program pengembangan infrastruktur
 Program fisik: pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah.
Umumnya yang bersifat infrastruktur atau prasarana, yaitu bangunan fisik
seperti jalan dan sarana bangunan lainnya.
13

 Program non fisik: pembangunan non fisik berkaitan dengan penggunaan


sumber daya manusia itu sendiri. Pembangunan non fisik Variabel
mengedepankan pembangunan sumber daya manusia.

E. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari data, menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari.
Pada bagian ini dikemukakan teknik pengolahan dan analisis data yang
digunakan. Dalam penelitian kuantitatif, perlu ditegaskan lebih lanjut tentang
model penyajian data seperti penyajian dalam bentuk tabel atau grafik dan
memastikan penggunaan analisis statistikanya. Jika penelitian kualitatif, perlu
ditegaskan teknik analisis dan interpretasi data yang digunakan.
Pada bagian ini penulis menjelaskan alat analisis apa yang digunakan untuk
mencapai jawaban dari rumusan masalah yang telah dituliskan di bagaian
pendahuluan. Alat analisis dalam dunia perencanaan wilayah yang sering di temui
misalnya analisis SWOT, analisis overlay, analisis daya dukung dan daya tampung
lingkungan dll.
Metode Analisis Penelitian ini menggunakan berbagai cara sebagai berikut:

1. Pengeditan : Dengan pengeditan kita secara tidak langsung juga


memeriksa kembali data data yang telah kita kumpulkan yaitu
dengan menggunakan sumber data primer (Wawancara, observasi,
dokumentasi) dan data sekunder (Teori-teori, Jurnal, buku, koran)
yang dapat di gunakan untuk mengecek validitas data yang
diperoleh.
2. Verifikasi : Dengan mengverifikasi proses pengumpulan dan
pengelompokan data-data yang sesuai dan tidak sesuai, kita harus
memaparkan dan menyesuaikannya dengan permasalahan yang ada.
14

Lalu mengumpulkan semua data yang berkaitan dengan


pembahasan untuk dikelompokkan sehingga diketahui data yang
tidak sesuai dan data yang sesuai. Hal ini dapat mempermudah
peneliti dan memberikan fokus kepada objek yang sedang di teliti.
Pengklasifikasian: yaitu untuk mengecek objek kebenaran data.
Setelah mengelompokkan data yang sudah sesuai lalu mengecek
kebenarannya.

F. Defenisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang diberikan kepada suatu variabel
atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikan kegiatan, ataupun
memberikan suatu operasionalisasi yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau
variabel tertentu.
1. Pengembangan adalah usaha untuk merubah suatu kondisi ke kondisi yang lain,
pengembangan dimaksudkan agar dapat memberikan pelayanan yang baik di
masyarakat.
2. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), adalah perencanaan sebagai
suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan
pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Daerah.(Ariadi,
2019)
3. Desa adalah desa atau desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memilki batas
wilayah yang berwewenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan hak tradisonal yang diakui dan dihormati dalam
system pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah Desa dengan melibatkan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dan unsur masyarakat secara partisipatif guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai
tujuan pembangunan desa.
15

5. Pembangunan infrastruktur desa adalah bentuk upaya meningkatkan


kesejahteraan masyarakat. Membangun desa juga mengandung arti
memungkinkan roda penggerak tetap berputar dan mendukung pertumbuhan
eko serta desa secara mikro. Infrastruktur Akses bagi masyarakat meliputi logistik
utamanya. Dengan demikian, infrastruktur dapat dikatakan sebagai
pengembangan pembangunan desa.(Rohma, 2021)

DAFTAR PUSTAKA

Ariadi, A. (2019). Perencanaan Pembangunan Desa. Meraja Journal, 2(2), 135–147.


https://merajajournal.com/index.php/mrj/article/download/54/45
Rohma, M. (2021). Pembangunan Desa Lewat Pemeliharaan Infrastruktur Dukung
Pembangunan Desa Lebih Inklusif. Jurnal Sosial Politik Integratif, 1(1),
61–
71. https://jisip.org/index.php/jsp/article/view/12
Yonatan, Fitriyah Nur, M. A. (2014). Implementasi Pembangunan
Infrastruktur Dalam Menunjang Kelancaran Pelayanan Pada Masyarakat
Di Kecamatan Mentarang Kabupaten Malinau Yonatan 1 , Nur Fitriyah 2
,Antonius Margono 3. 2(4), 538–550.
16
17

LAMPIRAN

Bagian lampiran memuat lembaran data pelengkap yang dipandang secara


konkret dapat mendukung validitas atau kesahihan suatu uraian, tetapi tidak perlu
dimuat dalam bagian utama karya tulis ilmiah. Lembaran dimaksud bisa berupa
dokumen khusus, peta, gambar, foto, grafik, skema, naskah undang-undang dan
peraturan, surat resmi atau pribadi, silsilah, model angket, pedoman wawancara,
dan sejenisnya. Urutan pemuatan lampiran ini harus disesuaikan dengan urutan
uraian terkait dalam karya tulis ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai