Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknik Penyediaan Air Minum
(TLB-208)
Disusun Oleh :
Dhafin Qinthara
Aulya Amitasyah
BANDUNG
2023
Prakata
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat, barokah, dan ridho-
nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Besar ini dengan
judul “ Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum di Kecamatan Kuta Selatan
Kabupaten Badung”.
Penyusunan laporan tugas besar ini selain merupakan salah satu persyaratan yang harus
dipenuhi untuk menyelesaikan mata kuliah Teknik Penyediaan Air Minum di Jurusan
Teknik Lingkungan Institut Teknologi Nasional.
Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini penyusun di bantu oleh banyak pihak oleh
karena itu melalui kesempatan ini, penyusun menyampaikan terimakasih kepada :
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan tugas besar ini masih terdapat
kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan pengetahuan penyusun. Oleh
karenanya, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan tugas besar ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
khususnya bagi penyusun sendiri.
Daftar Isi............................................................................................................................ii
Daftar gambar...................................................................................................................iv
Daftar Tabel.......................................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.2.1 Maksud........................................................................................................2
1.2.2 Tujuan..........................................................................................................2
2.5.1 Demografi....................................................................................................9
BAB 3 Metodologi......................................................................................................1
ii
4.2.2 Perhitungan Faktor Korelasi, Standar Deviasi, dan Koefisien Variansi. . .11
Daftar Pustaka.................................................................................................................11
iii
iv
Tabel 2.1 Banyaknya Hari Hujan dan Curah Hujan Per Bulan.........................................5
Tabel 2.2 Ketinggian Perkelurahan Tahun 2018...............................................................6
Tabel 2.3 Tabel Demografi Kota Surabaya......................................................................9
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk kecamatan Wonokromo Berdasarkan jenis kelamin............9
Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Kecamatan Wonokromo 10 Tahun Terakhir.....................10
Tabel 2.6 Kepadatan Penduduk Kecamatan Wonokromo Perkelurahan Tahun 2018....11
Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal Per kelurahan 2018.15
Tabel 2.8 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal Per kelurahan 2018.15
Tabel 2.9 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal Per kelurahan 2018.15
Tabel 2.10 Banyaknya Sekolah Pada kecamatan Wonokromo Tahun 2018 / 2019........16
Tabel 2.11 Banyaknya Guru dan Siswa..........................................................................16
Tabel 2.12 Fasilitas Kesehatan Menurut Jenisnya Tahun 2018......................................17
Tabel 2.13 Fasilitas Kesehatan Menurut Jenisnya Tahun 2018......................................18
Tabel 2.14 Fasilitas Keagamaan di Kecamatan Wonokromo.........................................18
Tabel 3.1 Data Sekunder Kecamatan Wonokromo...........................................................2
Tabel 3.2 Data Sekunder Kecamatan Wonokromo...........................................................3
Tabel 4.1 Perbandingan Syarat PerMenPUPR No. 4 Tahun 2017 dengan Data Penapisan
...........................................................................................................................................2
Tabel 4.2 Perbandingan Syarat PerMenPUPR No. 4 Tahun 2017 dengan Data Penapisan
...........................................................................................................................................2
Tabel 4.3 Proyeksi Jumlah Penduduk Menggunakan Metode Aritmatika........................5
Tabel 4.4 Rasio..................................................................................................................6
Tabel 4.5 Proyeksi Penduduk Menggunakan Metode Geometri.......................................7
Tabel 4.6 Proyeksi Penduduk Menggunakan Metode Least Square.................................9
Tabel 4.7 Proyeksi Penduduk Menggunakan Metode Least Square.................................9
Tabel 4.8 Proyeksi Penduduk Menggunakan Metode Eksponensial...............................11
Tabel 4.9 Faktor Korelasi Hasil Proyeksi Penduduk Dengan Metode Aritmatika..........13
Tabel 4.10 Faktor Korelasi Hasil Proyeksi Penduduk Dengan Menggunakan Metode
Aritmatika........................................................................................................................13
vi
vii
Bali adalah salah satu pulau yang tidak luput dari ancaman krisis air bersih. Berdasarkan
laporan Kementerian Lingkungan Hidup RI mengingatkan bahwa defisit air di Bali
telah terlihat sejak 1995 dengan jumlah sebanyak 1,5 miliar m3/ tahun. Defisit tersebut
terus meningkat sampai 7,5 miliar meter3/ tahun pada tahun 2000. Kemudian,
diperkirakan pada 2015 Bali akan kekurangan air sebanyak 27,6 miliar meter kubik/
tahun. Pada tahun 2023 krisis air di Bali benar benar terjadi sebanyak 5 ribu liter air
bersih di distribusikan ke warga terutama di Kecamatan Kuta Selatan
Salah satu dosen senior Geography and Environmental Management University of The
West of England yang Bernama Dr. Stroma Cole pernah melakukan riset gabungan
bersama dosen dari Universitas Udayana terkait krisis air di Bali. Setelah menemui
pemangku kepentingan di Bali dan melakukan wawancara kepada masyarakat lokal dan
turis asing, ia menyimpulkan bahwa krisis air akan lebih parah terjadi di Bali pada
2020-2025, jika tak ada aksi nyata dalam penyadaran, konservasi, dan koordinasi
kebijakan. (Mongabay.Co.Id, 2022)
Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya krisis air selama ini. Yang pertama
adalah, perkembangan industri pariwisata, di mana hampir semua hotel, villa, dan
tempat wisata di Bali menggunakan air dari sumur bor dan melakukan pengeboran yang
terlalu dalam sekitar 60 meter di bawah tanah. Hal ini diperparah dengan kerusakan
sumber air sungai Petanu dari hulu ke hilir. Kedua, rencana melanjutkan pembangunan
reklamasi Pelabuhan di Tanjung Benoa yang berada pada kecamatan Kuta Selatan yang
dapat membuat semakin berkurangnya sumber air tanah. Ketiga, adanya konversi lahan
hijau seperti sawah, hutan, kebun, hutan bakau, dan danau menjadi infrastruktur
penunjang pariwisata seperti penginapan, objek wisata, dan lain-lain yang membuat
semakin berkurangnya jumlah area resapan air dalam tanah.
Konsumsi air yang berlebih terutama untuk pemenuhan sektor industri pariwisata tentu
berdampak terhadap ketersediaan air bersih di Bali. Keadaan tersebut diperparah dengan
kebijakan pembangunan akomodasi pariwisata di daerah hulu yang menjadi faktor
dalam mendorong terjadinya krisis air di Bali. Pengelolaan air berupa suplai air besar-
besaran bagi kepentingan industri pariwisata mewarnai praktek pengelolaan air di Bali.
Contoh, saat ini pasokan air ke kawasan Kuta Selatan khususnya Bali Tourism
Deveopment Centre (BTDC) sebesar 1300-3000 m3/hari. Pasokan ini berbanding
terbalik dengan konsumsi air bersih rumah tangga yang hanya menghabiskan rata-rata 1
m3 /hari. Berarti konsumsi air besih dari Bali Tourism Deveopment Centre (BTDC)
setara dengan konsumsi 1.300 KK. Ironisnya pasokan air besih yang sedemikian besar,
masih dalam kategori kurang, sehingga Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Badung berencana menambah suplai air bersih ke kawasan tersebut. Keadaan ini
berbanding terbalik dengan suplai air bersih bagi penduduk di kawasan Badung Utara
yang sampai saat ini masih kesulitan air bersih atau sangat kontradiktif dengan
masyarakat di kawasan Bali timur yang harus bersusah payah untuk mendapatkan air
bersih. (WALHI Bali, t.t.)
Oleh karena itu dibutuhkan perencanaan sistem penyediaan air minum yang baik dan
sesuai yang sesuai dalam KLHS RPJMD, RPPLH dan peraturan seperti dalam Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor 7
Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005
PekerjaanUmumNomor18/PRT/M/2007TentangPenyelenggaraan Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum,dan PeraturanMenteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Indonesia (PerMen PUPR) No.27 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Sistem
Penyediaan Air Minum
Dengan dibentuknya Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) untuk menjamin kepastian
kuantitas dan kualitas Air Minum yang dihasilkan serta kontinuitas pengaliran Air
Minum. karena itu perlunya penyelenggaraan untuk membuat unit air baku, unit
produksi, distribusi dan unit pelayanan (PP 122 Tahun 2015). Agar perencanaan
memperoleh hasil yang maksimal dalam mengatasi permasalahan permasalahan yang
terjadi di kelurahan Jimbaran, sehingga masyarakat dapat memperoleh air minum yang
memadai supaya dapat meningkatkan kualitas hidup yang sehat dan bersih seperti
terjaminnya kualitas air minum yang didapat, dan semakin melebarnya cakupan air dari
PDAM di Kelurahan Jimbaran.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari perencanaan sistem penyaluran air limbah di Kecamatan Wonokromo
antara lain:
Tukad adalah saluran air besar yang mengarah ke arah pantai atau yang disebut
sungai Tukad Yeh Penet dan sungai-sungai lainnya yang sebagian diantaranya termasuk
dalam wilayah Kabupaten Tabanan. Karakteristik sungai-sungai di Kabupaten Badung,
adalah sebagai berikut:
Tukad Ayung
Tukad Mati
Tukad Badung
Tukad Yeh Panet
Sungai-sungai lain di sub-SWS 03.01.02.
Sungai-sungai di Jazirah Nusa Dua
Table 2.1 Panjang dan Cathment Area pada Sungai Kab. Badung
Mata air dapat terjadi karena air permukaan meresap ke dalam tanah, maka air
tanah akan muncul ke permukaan sebagai mata air. Keterdapatan mata air di
Kabupaten Badung menurut data Dinas Kehutanan dan Perkebunan tahun 2005
ditemukan di beberapa tempat sebanyak 379 buah. Sementara kedudukan beberapa
mata air yang telah termanfaatkan berdasarkan telah diidentifikasi oleh Tim Studi JICA
pada tahun 2005. Manfaat mata air tersebut terutama adalah untuk fungsi sebagai
pemasok air minum yang langsung dimanfaatkan oleh lingkungan pemukiman, irigasi
atau permandian
2.4 Iklim
Kabupaten Badung mengalami dua musim yaitu musim kemarau dan
penghujan. Hal ini dipengaruhi oleh arus angin yang melintasi daratan serta banyak
uap air yang dikandungnya. Nyaris sepanjang tahun 2015, curah hujan berada di
bawah kondisi normal kecuali di bulan Maret. Informasi perkembangan curah hujan
dapat dimanfaatkan dalam perencanaan usaha pertanian, karena air hujan adalah
salah satu faktor pendukung bagi kelangsungan hidup tanaman. Perbedaan angka curah
hujan dari bulan ke bulan berikutnya cukup tinggi dibandingkan dengan angka
normal. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 316,1 mm,
sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus dan Oktober 0,0 mm.
Secara administratif, terdapat 8 kecamatan yang dilalui oleh Kali Mas, yang meliputi
Kecamatan Wonokromo, Kecamatan Tegalsari, Kecamatan Gubeng, Kecamatan
Genteng, Kecamatan Bubutan, Kecamatan Pabean Cantikan, Kecamatan Krembangan
dan Kecamatan Semampir. Wilayah Kelurahan yang dilalui oleh Kalimas sebanyak 15
Kelurahan, yang meliputi : Kelurahan Ngagel, Darmo, Keputran, Gubeng, Pacarkeling,
Genteng, Embong Kaliasin, Ketabang, Alon-alon Contong, Bongkaran, Krembangan
Utara, Nyamplungan, Perak Utara, Krembangan Selatan dan Kelurahan Ujung.
Kalimas yang mengalir ke arah utara Kota Surabaya dari Pintu Air Ngagel sampai
kawasan Tanjung Perak memiliki bentuk sungai yang meliuk dan sebagian melurus,
khususnya di bagian utara. Lebar penampang permukaan sungai bervariasi antara 20 m
– 35 m. Bagian terlebar terdapat di Kelurahan Ngagel dengan lebar sungai sekitar 35
meter yaitu di dekat pintu air. Di daerah ini kondisi air termasuk paling bersih sehingga
di sini air sungai banyak dimanfaatkan oleh warga sekitar sungai untuk mandi dan cuci
(aktivitas MCK). Untuk lebar sungai tersempit terdapat di Kelurahan Bongkaran yaitu
di dekat Jl. Karet dan Jl. Coklat dengan lebar sekitar 20 meter.
Kedalaman Sungai Kalimas menurut data di Perum Jasa Tirta adalah antara 1 sampai 3
meter. Sedangkan kedalaman air antara 1 sampai 2 meter pada saat air laut pasang.
Kedalaman sungai yang paling dalam berada pada kawasan Monkasel sampai kawasan
Genteng. Secara relatif, ketersediaan raung terbuka hijau di sekitar Sungai Kalimas
tidak luas. Lokasi yang efektif berupa Ruang Terbuka Hijau adalah di Kawasan Ngagel
(Taman Wisata dan sebagian sempadan Sungai) dan di Taman Prestasi di Kawasan
Genteng.
a) Kualitas Air Sungai, Menurut hasil penelitian Laboratorium Perum Jasa Tirta,
Kualitas air Sungai Kalimas tidak mencapai tingkat C (sesuai untuk perikanan
dan peternakan). Dibandingkan dengan kualitas air sungai yang berada di alur
Sungai Brantas lainnya (di luar kota Surabaya), kualitas air di Kalimas termasuk
yang paling buruk. Kondisi tersebut tidak terlepas dari kontribusi sampah dan
limbah yang dibuang ke Kalimas. Beberapa sumber buangan tersebut adalah
kegiatan rumah tangga, pasar, saluran drainase, dan kegiatan non rumah tangga
di sekitar Kalimas.
b) Keberadaan Air Asin, Pertemuan antara air sungai (tawar) dengan air laut (asin)
di Kalimas, sebenarnya berada di Kawasan Kayoon (terdapat pintu air). Namun
karena daya dorong air tawar terhadap air laut di kawasan tersebut menyebabkan
air Kalimas yang tawar dapat dirasakan mulai ujung selatan (kawasan Ngagel)
sampai kawasan Monumen Kapal Selam (Monkasel). Air Sungai yang mulai
terasa asin berada di alur antara Monkasel sampai Peneleh. Air Payau terdapat
mulai kawasan Peneleh sampai kawasan Jembatan Merah atau Jembatan
Petekan. Sedangkan air sungai yang benar-benar berupa air laut (asin) berada di
kawasan mulai Jembatan Petekan hingga ke laut.
c) Endapan atau Lumpur di Sungai, Secara umum pada semua area atau alur
Sungai Kalimas terdapat lumpur. Endapan atau lumpur yang berada di Kalimas
rata-rata memiliki kedalaman sekitar 1 meter. Sumber lumpur tersebut selain
karena karakter fisik Sungai Kalimas, juga berasal dari Kali Surabaya dan
saluran drainase kota (lewat saluran Darmo dan saluran Dinoyo).
d) Lingkungan Kumuh, Beberapa kawasan di sekitar atau di tepian Kalimas, yang
kondisinya kumuh dijumpai di kawasan Dinoyo, Gemblongan, sekitar Akhmad
Jais, dan wilayah Surabaya utara. Kekumuhan tersebut di samping berupa fisik
bangunan rumah yang tidak permanen, ukuran bangunan yang kecil, kepadatan
bangunan yang tinggi, juga bangunan tersebut dibangun di atas badan air dengan
buangan rumah tangga yang langsung ke badan air.
Fungsi utama Kalimas pada saat ini adalah sebagai tempat pembuangan air dari saluran
drainase yang ada di wilayah kota Surabaya, terutama yang berada di bagian tengah.
BAB 3
DASAR – DASAR PERENCANAAN
3.1 Sistem Sumber
3.1.1 Macam – macam sumber air baku
Air baku merupakan air yang didistribusikan dalam penyediaan air bersih/ konsumsi
yang harus memenuhi baku mutu tertentu sebagai bahan baku untuk air bersih/
konsumsi. Air baku dapat diperoleh dari beberapa sumber air seperti air hujan, air
tanah, mata air dan air permukaan. Dalam perencanaan, sebelum menentukan sumber
air baku mana yang dipakai harus diperhatikan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas
sumber air baku tersebut. Hal ini dikarenakan masingmasing sumber air baku memiliki
karakter yang berbeda sehingga perlu direncanakan dengan baik.
1. Air permukaan
Air permukaan adalah air yang berada di permukaan bumi yang tidak mengalami
infiltrasi ke bawah tanah. Terdiri dari air sungai, air rawa, air danau, dan air waduk. Air
sungai merupakan alternatif sumber air yang paling mudah diperoleh karena
kondisinya yang mudah dijangkau dan terletak dekat dengan pemukiman masyarakat.
Fluktuasi air sungai tinggi karena dipengaruhi oleh air hujan. Dari segi kualitasnya air
sungai banyak yang tidak memenuhi syarat sebagai air bersih sehingga perlu
pengolahan lebih lanjut. Sedangkan air rawa/ danau/ waduk, merupakan genangan air
dengan volume relatif besar yang terdapat pada cekungan permukaan tanah baik
alamiah maupun buatan.
2. Air hujan
Sumber air baku yang berasal dari air hujan pada umumnya digunakan sebagai
suplemen, bukan sumber utama. Hal ini dikarenakan curah hujan fluktuasinya sangat
tinggi. Dengan demikian pemanfaatannya sebagai sumber air baku terbatas pada
daerah dengan curah hujan tinggi. Selain itu hal yang perlu diperhatikan adalah
ketersediaan tempat penangkapan air hujan, kualitas air serta pengelolaannya yang
tepat.
3. Air tanah
Air tanah merupakan air yang terdapat dalam lapisan tanah. Lapisan yang dimaksud
disebut akuifer yang mampu menampung air dalam kuantitas besar. Pada beberapa
daerah tertentu air tanah sering dimanfaatkan sebagai sumber air baku mengingat
kuantitasnya besar. Kuantitas dan kontinuitas air tanah dipengaruhi oleh luasnya
daerah resapan, sehingga berkurangnya ruang resapan mengakibatkan kuantitas dan
kontinuitasnya juga berkurang. Air tanah terdiri dari :
Air tanah dangkal, terjadi karena proses peresapan air dari permukaan tanah.
Terdapat pada kedalaman kurang lebih 15 meter dari permukaan. Sebagai sumur
untuk sumber air bersih cukup baik dari segi kualitas tetapi kuantitas sangat
tergantung pada musim.
Air tanah dalam, berada di bawah lapisan kedap air. Pengambilan dilakukan
dengan pengeboran. Umumnya terdapat pada kedalaman 80-300 meter dibawah
permukaan tanah. Dapat terjadi artesis (semburan ke permukan) jika tekanan
besar.
Mata Air, mata air adalah air tanah dalam yang merupakan sumber air yang
sangat potensial karena pada umumnya berkualitas baik, terlebih dapat dialirkan
ke sistem penampung secara gravitasi.
Intake merupakan bangunan untuk pengumpulan air baku yang kemudian akan
dialirkan menuju instalasi pengolahan air bersih (Gaib, 2016). Intake ini berfungsi
sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari sumber air. Pada umumnya,
sumber air untuk pengolahan air bersih, didapat dari sungai. Pada bangunan intake
biasanya terdapat bar screen yang dimanfaatkan untuk menyaring benda-benda yang
ikut terbawa dalam air. Selanjutnya, air akan masuk ke dalam sebuah bak yang
nantinya akan dipompa ke WTP – Water Treatment Plant. (Al-Layla, 1990). Adapun hal-
hal yang perlu di diperhatikan dalam tata letak perencanaan intake (Al-Layla, 1980).
1. Intake harus terletak ditempat yang aliran airnya tidak deras karena dapat merusak
intake dan akan mengganggu penyediaan air bersih;
2. Tanah sekitar intake harus stabil agar tidak terkena erosi;
3. Penempatan intake harus terhindar dari batuan;
4. Inlet sebaiknya berada di bawah permukaan badan air untuk mencegah masuknya
benda-benda terapung;
5. Intake disimpan jauh dari reservoir agar tidak mengkontaminasi reservoir; dan
6. Intake harus ditempatkan di hulu sungai suatu kota.
3.1.3 Jenis – jenis intake
Menurut Al-Layla (1980), ada beberapa jenis intake dalam tinjauan kuantitas air
permukaan.
1. Reservoir Intake
Menara intake seperti yang terdapat pada Gambar 3.1 dibangun dekat dengan bagian
dasar dam. Fondasi menara intake dipisahkan dari dam, sedangkan untuk menara
dibangun di bagian hulu. Banyaknya Inlet dibeberapa tingkatan berfungsi untuk
menyeimbangkan dengan fluktuasi air. Ketika reservoir berada ditempat dimana air
dapat mengalir secara gravitasi, maka menara intake tidak perlu digunakan.
2. Kanal Intake
Salah satu contoh sketsa disain Kanal intake yang biasanya digunakan ditunjukan oleh
Gambar 3.2. Digunakan untuk air yang berasal dari kanal. Dinding chamber sebagian
terbuka ke arah kanal dan dilengkapi dengan pipa pengolahan selanjutnya. Canal Intake
terdiri atas sumur beton yang dilengkapi dengan pipa bell-mouthed yang terpasang
menghadap ke atas, terdapat saringan halus pada bagian atas untuk mencegah masuknya
ikan-ikan kecil dan benda-benda terapung. Ruangan juga dilapisi dengan saringan dari
kerikil.
3. Intake Langsung
Intake Langsung lebih murah jika dibandingkan dengan jenis intake yang lain. Intake
langsung digunakan untuk perairan yang dalam, gambar sketsa intake langsung
ditunjukan oleh Gambar 3.3.
3.1.4 Fungsi intake
Intake merupakan bangunan tempat masuknya sumber air yang terdiri dari bukaan,
saringan, dan saluran yang menyalurkan air. Air yang masuk melaui intake akan
diminimalisir gangguannya (Terrence, 1991).
1. Mengumpulkan air dari sumber untuk menjaga kualitas debit air yang dibutuhkan
oleh instalasi,
2. Menyaring benda-benda kasar dengan menggunakan bar screen,
3. Mengambil air baku yang diperlukan instalasi pengolahan yang direncanakan demi
menjaga kontinuitas penyediaan dan pengambilan air dari sumber.
1. Reservoir tinggi, yaitu pengaliran distribusi dilakukan secara gravitasi, reservoir ini
bisa berupa ground tank (reservoir), atau berupa reservoir menara (roof tank) yang
ketinggiannya harus diperhitungkan agar pada titik kritis masih ada sisatekan.
2. Reservoir rendah yaitu pengaliran distribusi dilakukan dengan pemompaan,
reservoirnya berupa ground tank.
3. Penggunaan reservoir pembantu, misalkan karena adanya batasan konstruksi,
sehingga volume yang keluar dari reservoir tidak mencukupi.
3.3.1 Perletakan reservoir
Pada saluran tanpa tekanan, saluran yang digunakan adalah saluran terbuka, sehingga
tekanan air sama dengan tekanan atmosfer. Saluran terbuka menyalurkan air dengan
mengandalkan gravitasi dan kemiringan saluran. Berikut ini merupakan penjelasan
detail mengenai sistem pengaliran :
1. Sistem pemompaan
2. Sistem gravitasi
Pengaliran dengan sistem gravitasi digunakan jika sumber air terletak pada elevasi yang
mempunyai perbedaan cukup besar dengan daerah pelayanan sehingga dapat
mempertahankan teknanan yang diperlukan. Penggunaan sistem gravitasi
memungkinkan suplai air lebih dari satu reservoir distribusi.
3. Sistem gabungan
Saluran transmisi untuk aliran bebas/ tidak bertekanan terdiri dari beberapa macam
bentuk sebagai berikut :
1. Open Canals Saluran transmisi open canals biasanya terbuat dari beton bertulang.
Potongan melintang saluran open canal berbentuk trapesium
2. Aquaduct Aquaduct adalah open canals yang disanggah oleh jembatan untuk
membawa aliran air yang tidak bertekanan melewati lembah/ jurang.
3. Tunnels Tunnel adalah saluran air berbentuk canal namun tertutup. Jenis saluran air
ini digunakan pada saat saluran open canel harus menembus bukit.
Tabel 3.1 Jumlah dan Debit Pompa Sistem Transmisi Air Minum
Total
Debit (m3 /hari) Jumlah Pompa
Unit
Sampai 2.800 1 + 1 (cadangan) 2
2.500 sampai dengan
2 + 1 (cadangan) 3
10.000
4 atau
3 atau lebih + 1 (cadangan
Lebih dari 90.000 lebih
minimum)
lokasi ujung pipa tempat aliran air masuk atau aliran air keluar;
setiap percabangan;
pipa outlet pompa;
pipa penguras atau wash out.
Tipe katup yang dapat dipakai pada jaringan pipa transmisi adalah gate valve;
b. Pipa penguras (wash out/blow off), dipasang pada tempat-tempat yang relatif
rendah sepanjang jalur pipa, ujung jalur pipa yang mendatar dan menurun dan
titik awal jembatan;
c. Katup udara, dipasang pada titik-titik tertinggi di sepanjang pipa transmisi, di
jembatan pipa dengan peletakan 1/4 panjang bentang pipa dari arah aliran pada
jalur lurus setiap jarak tertentu (750 m - 1000 m);
d. Meter induk;
e. Bak pelepas tekanan dipasang pada jaringan pipa transmisi yang membutuhkan
pengurangan tekanan akibat perbedaan topografi yang terlalu besar sampai pada
sisa tekanan yang dipersyaratkan, pada jaringan pipa transmisi yang mengalami
kelebihan tekanan, sekaligus untuk membantu mengurangi kehilangan air akibat
kebocoran fisik.
3.4.4 Peralatan dan perlengkapan pada sistem transmisi
Saluran transmisi untuk aliran yang bertekanan biasanya menggunakan pipa sebagai
saluran pipa transmisi. Saluran transmisi untuk aliran yang bertekanan dapat membawa
air melalui jalur yang turun-naik mengikuti kontour permukaan tanah yang dilewatinya.
Pipa transmisi pada aliran bertekanan perlu memperhatikan titik yang paling tinggi dan
titik yang paling rendah. Pada titik yang paling tinggi, udara akan terjebak didalamnya,
yang akan menyebabkan penyumbatan aliran airnya. Untuk mengatasi hal tersebut,
maka diperlukan penempatan katup pelepas udara (air release valve). Air release vale
juga berfungsi untuk memasukkan udara ke dalam pipa agar dapat mempercepat aliran
air pada saat pengurasan pipa. Sedangkan pada titik yang paling rendah pada jalur pipa
bertekanan akan terkumpul kotoran yang terbawa oleh aliran air. Untuk mengatasi hal
tersebut maka dibutuhkan penempatan katup penguras (drain valve).
1. Secara Gravitasi
Cara gravitasi dapat digunakan apabila elevasi sumber air mempunyai perbedaan cukup
besar dengan elevasi daerah pelayanan, sehingga tekanan yang diperlukan dapat
dipertahankan.
2. Cara Pemompaan
Pada cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang diperlukan untuk
mendistribusikan air dari reservoir distribusi ke konsumen. Cara ini digunakan jika
daerah pelayanan merupakan daerah yang datar dan tidak ada daerah yang berbukti.
3. Cara Gabungan
Pada cara gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan tekanan yang
diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat, misalnya saat
terjadi kebakaran, atau tidak adanya energi. Selama periode pemakaian rendah, sisa air
dipompakan dan disimpan dalam reservoir distribusi. Karena reservoir distribusi
digunakan sebagai cadangan air selama periode pemakaian tinggi atau pemakaian
puncak, maka pompa dapat dioperasikan pada kapasitas debit rata-rata.
1. Secara Gravitasi
Cara gravitasi dapat digunakan apabila elevasi sumber air mempunyai perbedaan cukup
besar dengan elevasi daerah pelayanan, sehingga tekanan yang diperlukan dapat
dipertahankan.
Umumnya pengelolaan NRW merupakan satu sistem terbuka yang dijalankan secara
pasif dimana aktivitas-aktivitas pengurangan NRW mulai dilakukan hanya ketika
kehilangan mulai nampak terlihat atau dilaporkan. Satu pendekatan yang lebih efektif
adalah dengan mewujudkan Pengelolaan NRW yang Aktif dimana tim-tim yang
berdedikasi dibentuk dan dikirimkan untuk mengidentifikasi kehilangan air, seperti
kebocoran, limpahan reservoir, dan sambungan tidak resmi. Pengelolaan NRW yang
aktif hanya mungkin dilakukan dengan menggunakan zonazona, dimana sistem secara
keseluruhan terbagi menjadi serangkaian subsistem yang lebih kecil untuk bisa
menghitung NRW masing-masing subsistem secara terpisah. Subsistem-subsistem lebih
kecil ini, yang seringkali disebut sebagai Kawasan Bermeter (District Meter
Area/DMA) harus terisolasi secara hidraulis sehingga para manajer perusahaan mampu
untuk menghitung volume air yang hilang di dalam DMA. Ketika satu sistem pasokan
dibagi menjadi kawasan-kawasan yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola,
perusahaan bisa menentukan sasaran-sasaran aktivitasaktivitas pengurangan NRW
dengan lebih baik, mengisolasi masalah-masalah kualitas air, dan mengelola tekanan
seluruh sistem dengan lebih baik untuk memungkinkan pasokan air 24/7 di seluruh
jaringan.
Membagi jaringan yang terbuka menjadi kawasan-kawasan yang lebih kecil dan lebih
bisa dikelola yang disebut Kawasan Bermeter (DMA) membantu para operator jaringan
untuk mengelola sistem dengan lebih efektif dalam hal pengendalian tekanan, kualitas
air, dan NRW. Bab ini menjelaskan bagaimana perusahaan– perusahaan air minum
harus membentuk DMA-DMA dan kemudian menggunakan informasi tentang aliran
dan tekanan untuk mengelola NRW degan lebih baik. Bab ini juga membahas tentang
manfaat-manfaat menggunakan DMA untuk memperbaiki kualitas air dan pasokan bagi
para pelanggan.
Konsep manajemen DMA pertama kali diperkenalkan pada industri air Inggris awal
1980. Menurut Morrison (2003) DMA adalah area atau kawasan dari sistem distribusi
yang jelas batasannya, dan jumlah volume air yang masuk dan keluar dari distrik dapat
terukur . Di Indonesia istilah DMA disebut juga dengan kawasan bermeter (Noer dan
Hadi, 2015).
1. Kriteria dan Proses Pembentukan DMA Kriteria tersebut antara lain (The Manager’s
Non-Revenue Water Hanbook: A Guide to Understanding Water Losses):
Bentuk DMA (misalnya jumlah sambungan – umumnya antara 1.000 dan 2.500
sambungan)
Jumlah katup yang harus ditutup untuk mengisolasi DMA
Jumlah meter air untuk mengukur air masuk dan air keluar (semakin sedikit meter
yang diperlukan, semakin kecil biaya pembentukannya)
Variasi permukaan tanah dan dengan demikian tekanan-tekanan di dalam DMA
(semakin datar kawasannya, semakin stabil tekanan yang ada dan semakin mudah
untuk membentuk kendali tekanan)
Ciri-ciri topografis yang mudah terlihat yang bisa menjadi batas-batas untuk
DMA, seperti sungai, saluran pembuangan air, jalan kereta api, jalan raya, dsb.
Untuk membagi satu sistem yang besar menjadi serangkaian DMA, penting untuk
menutup katupkatup untuk mengisolasi satu kawasan tertentu dan memasang meter air.
Proses ini dapat berdampak pada tekanan-tekanan sistem, baik di dalam DMA tertentu
tersebut serta di wilayahwilayah sekitarnya. Perusahaan air minum dengan demikian
harus memastikan bahwa pasokan air bagi semua pelanggan tidak dikorbankan terkait
dengan tekanan dan jam layanan.
2. Perhitungan DMA
Begitu DMA telah terbentuk, ia menjadi satu alat operasional untuk memantau dan
mengelola baik komponen-komponen utama NRW maupun kehilangan fisik dan
nonfisik (komersial). Penghitungan NRW dalam satu DMA didefinisikan sebagai
berikut:
Setelah meter air dipasang pada semua inlet ke DMA, Total Air masuk DMA dapat
diukur menggunakan kenaikan dalam jumlah keseluruhan, atau meter counter mengukur
volume air yang melewati meter, untuk periode penghitungan.
Total Konsumsi DMA tergantung pada cakupan meter pelanggan. Jika DMA
mempunyai cakupan meter rumah tangga 100%, yang artinya semua pelanggan di
dalam DMA mempunyai meter, Total Konsumsi DMA dapat dihitung dengan
menggunakan satu penjumlahan sederhana semua pengukuran meter untuk periode
penghitungan.(The Manager’s Non-Revenue Water Hanbook: A Guide to
Understanding Water Losses).
3. Manfaat DMA
Membentuk serangkaian DMA bukan hanya menargetkan pengurangan NRW tapi juga
memperbaiki kondisi aset dan layanan kepada pelanggan dengan (The Manager’s
NonRevenue Water Hanbook: A Guide to Understanding Water Losses):
1. Cast-Iron Pipe
Pipa CI tersedia untuk ukuran panjang 3,7 sampai 5,5 dengan diameter 50 – 900 mm,
sertaa dapat menahan tekanan air hingga 240 m tergantugbesar diameter pipa.
Kelebihan:
a. Harga tidak terlalu mahal
b. Ekonomis karena berumur panjang (bisa mencapai 100 tahun)
c. Kuat dan tahan lama
d. Tahan korosi jika dilapisi
e. Mudah disambung
f. Dapat menahan tekanan tanpa mengalami kerusakan.
Kekurangan
a. Bagian dalam pipa lama kelamaan menjadi kasar sehingga kapasitas
pengangkutan berkurang
b. Pipa berdiameter besar berat dan tidak ekonomis
c. Cenderung patah selama pengangkutan atau penyambungan.
2. Concrete Pipe
Pipa beton biasa digunakan jika tidak berada dalam tekanan dan kebocoran pada pipa
tidak terlalau dipersoalkan. Diameter pipa beton mencapai 610 mm. Pipa RCC
digunakan untuk diameter lebih dari 2,5 m dan bisa didesain untuk tekanan 30 m.
Kelebihan:
a. Bagian dalam pipa sangat halus dan kehilangan akibat friksi paling sedikit
b. Tahan lama, sekurangnya 75 tahun.
c. Tidak berkarat atau terbentuk lapisan di dalamnya
d. Biaya pemeliharaan murah
Kekurangan:
a. Pipanya berat dan sulit diangkat
b. Cenderung patah saat pengangkutan
c. Sulit diperbaiki
3. Steel Pipe
Pipa baja digunakan untuk memenuhi kebutuhan pipa yang berdiameter besar dan
bertekanan tinggi. Pipa ini dibuat dengan ukuran dan diameter standar. Pipa baja
kadang-kadang dilindungi dengan lapisan mortar.
Kelebihan :
a. Kuat
b. Lebih ringan dari pada pipa CI
c. Mudah dipasang dan disambung
d. Dapat menahan tekanan hingga 70 mka (meter kolom air)
Kekurangan :
a. Mudah rusak karena air yang asam dan basa
b. Daya tahan hanya 25 – 30 tahun kecuali dilapisai bahan tertentu.
4. Asbestos-Cement Pipe
Pipa ini dibuat dengan mencampurkan serat asbes dengan semen pada tekanan tinggi.
Diameternya berkisar 50 -90 mm dan dapat menahan tekanan antara 50 – 250 mka
tergantung kelas dan tipe pembuatan.
Kelebihan :
a. Ringan dan mudah digunakan
b. Tahan terhadap air yang asam dan basa
c. Bagian dalamnya tahan halus dan tahan terhadap korusi
d. Tersedia dengan ukuran yang lebih panjang sehingga sambungannya lebih
sedikit.
e. Dapat dipotong menjadi beberapa ukuran panjang dan disambung seperti pipa
CI
Kekurangan :
a. Rapuh dan mudah patah
b. Tidak dapat digunakan untuk tekanan tinggi.
5. Galvanised- Iron Pipe
Pipa GI banyak digunakan untuk saluran dalam gedung. Tersedia untuk ukuran
diameter 60 – 750 mm.
Kelebihan :
a. Murah
b. Ringan, sehingga mudah digunakan dan diangkut
c. Mudah disambung
d. Bagian dalamnya halus sehingga kehilangan tekanan akibat gesekan kecil.SS
Kekurangan :
a. Umur pendek 7 – 10 tahun
b. Mudah rusak karena air yang asam dan basa serta mudah terbentuk lapisan
kotoran di bagian dalamnnya.
c. Mahal dan sering digunakan untuk kebutuhan pipa dengan diameter kecil.
6. Plastic Pipe
Pipa pelastik memiliki banyak kelebihan, seperti tahan terhadap korosi, ringan dan
murah. Pipa Polytene tersedia dalam warna hitam. Pipa ini lebih tahan terhadap
bahan kimia, kecuali asam nitrat dan asam kuat, lemak dan minyak.
Pipa plastic terdiri atas 2 (dua) tipe :
a. Low-Density Polytene Pipe. Pipa ini lebih fleksibel, diameter yang tersedia
mencapai 63 mm, digunakan untuk jalur panjang, dan tidak cocok untuk
penyediaan air minum dalam gedung.
b. High-Density Polytene Pipe. pipa ini lebih kuat dibandingkan LowDensity
Polytene Pipe. Diameter pipa berkisar antara 16 – 400 mm. Pipa plastik tidak bisa
memenuhi standar lingkungan, yaitu jika terjadi kontak dengan bahan-bahan
seperti adam organik, keton, ester, alkhol, dan sebagainya.
7. PVC Pipe (Unplasticised)
Kekurangan pipa PVC (Polivinyl Chloride) adalah tiga kali kekuatan pipa polythene
biasa. Pipa PVC lebih kuat dan dapat menahan tekanan lebih tinggi. Sambungan
lebih mudah dibuat dengan car las. Pipa PVC than terhadap asam organic, alkal dan
garam, senyawa organik, serta korosi. Pipa ini banyak digunakan untuk penyediaan
air dingin di dalam maupun di luar sistem penyediaan air minum, sistem
pembuangan, dan drainase bawah tanah. Pipa PVC tersedia dalam ukuran yang
bermacam-macam.
8. Pipa HDPE
Pipa HDPE atau pipa PE 100 (high-density polyethylene) adalah pipa plastik
bertekanan yang materialnya memiliki elastisitas yang tinggi, elastis dan mempunyai
tingkat keretakan yang rendah sehingga pipa HDPE memiliki daya tahan hingga 50
tahun pemakaian. Pipa HDPE terbuat dari Polietilena IV-54 (PE) adalah termoplastik
yang digunakan secara luas oleh konsumen produk sebagai kantong plastik. Sekitar
80 juta metrik ton plastik ini diproduksi setiap tahunnya. Polietilena adalah polimer
yang terdiri dari rantai panjang monomer etilena (IUPAC: etena). Di industri
polimer, polietilena ditulis dengan singkatan PE, perlakuan yang sama yang
dilakukan oleh Polistirena (PS) dan Polipropilena (PP). Pipa HDPE yang kuat adalah
hasil dari teknologi rekayasa pipa modern. Penggunaan teknologi terbaru
menambahkan dukungan khusus untuk liners lapisan longgar dipasang atau slip pipa.
Ini adalah proses intensifikasi atau PI yang dianggap sebagai jenis khusus dari
teknologi yang digunakan oleh sebagian besar produsen pipa HDPE (Willoughby,
2002).
Kelebihan :
a. Memiliki kemampuan dalam menahan benturan (Impact Strength)
b. Anti karat dan aman bagi kesehatan
c. Mudah dalam pemasangan dan ringan
d. Masa pemakaian bisa mencapai >50 th
e. Permukaan halus, akan meminimalisasi hilangnya tekanan f
f. Mempunyai sifat food grade jadi aman bagi kesehatan g
g. Permukaan yang licin, aliran lancer dan tahan abrasi
h. Tahan rayap
i. Tahan terhadap kelembaban, flexible, anti karat, ringan dan tahan lama
j. Tahan segala cuaca, isolasi listrik yang bagus
k. Hampir tidak berpengaruh segala bahan kimia dan anti UV
l. Mudah penanganan dan pemasangan
m. Bebas perawatan
Kriteria desain reservoar air bersih didasarkan pada fluktuasi pemakaian air bersih.
Instalasi pengolahan air menyediakan kapasitas reservoar berdasarkan kebutuhan air
maksimum per hari, sedangkan untuk sistem distribusi direncanakan berdasarkan debit
puncak perjam, untuk menyeimbangkan perbedaan tersebut maka diperlukan suatu
tempat penampungan air yaitu reservoar distribusi. Kelebihan air yang diakibatkan oleh
pemakaian air yang tidak maksimal akan disimpan dalam reservoir.
1. Metode tabulasi; volume efektif adalah jumlah dari selisih positif terbesar (m3 )
dengan selisih negatif terbesar (m3 ) antara fluktuasi pemakaian air dan pasokan air
ke reservoar. Hasil perhitungan nilai kumulatif dibuat dalam bentuk tabel.
2. Secara persentase; volume efektif dapat ditentukan minimum 15% dari kebutuhan air
maksimum per hari.
3. Kurva massa; volume efektif dapat diketahui dari jumlah persentase akumulasi
surplus terbesar pemakaian air ditambah akumulasi deficit terbesar pemakaian air
terhadap akumulasi pengaliran air ke reservoar.
Metode yang digunakan pada perencanaan ini adalah metode tabulasi. Volume efektif
yang digunakan yaitu jumlah dari selisih positif terbesar dengan selisih negatif terbesar
antara fluktuasi pemakaian air ke reservoar.
Perhitungan volume reservoar didasarkan pada besarnya debit yang masuk dan debit
yang keluar dari reservoar. Debit yang masuk adalah konstan, sedangkan debit yang
keluar dari reservoar bervariasi tergantung dari pemakaian air minum kota. Jenis
reservoar yang akan digunakan pada perencanaan ini adalah berbentuk persegi panjang.
Dimensi Reservoir=P × L ×T
Keterangan:
P = Panjang (m)
L = Lebar (m)
T = Tinggi (m)
1. Pipa masuk dan keluar ; Jalur masuk dan keluar pada reservoar biasanya terpisah.
Hal ini disebabkan bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi aliran di dalam tangki
sehingga air yang keluar dari tangki mempunyai kualitas yang terjamin.
2. Pipa peluap diperlukan terutama pada saat alat pengukur ketinggian air dalam
keadaan rusak. Saat terjadinya pelimpahan maka tidak boleh langsung ditambahkan
ke saluran air kotor atau aliran air.
3. Alat monitor digunakan untuk mengukur ketinggian muka air di dalam tangki
menggunakan sensor ketinggian dalam tangki. Kemudian sensor tersebut
dihubungkan dengan pusat operasi sehingga dapat diketahui ketinggian air dalam
tangki.
4. Ventilasi udara harus dipasang pada reservoar untuk keluar masuknya udara saat air
turun dan naik. Ventilasi harus dipasang dengan saringan kawat 13 mm agar burung
atau hewan tidak dapat masuk.
Selain itu pada wilayah perencanaan reservoar juga harus dilengkapi dengan rumah
pompa dan rumah genset. Pompa adalah alat dengan bantuan motor yang berfungsi
untuk mengalirkan air dari tempat rendah ke tempat yang lebih tinggi (Arianto, 2015).
Rumah pompa harus berada dekat dengan bangunan reservoar.