Anda di halaman 1dari 20

HALAMAN JUDUL

PERANAN SISTEM KEAMANAN BERTINGKAT DALAM


MENCIPTAKAN KEAMANAN DAN KENYAMANAN
DI MUSEUM SONOBUDOYO YOGYAKARTA

Disusun Oleh:

Nama : Triana Cahya Febyyanti

Kelas :O

NIM : 195341

Jurusan : S-1 Pariwisata

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA AMBARRUKMO (STIPRAM)

YOGYAKARTA

2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
BAB 1................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
A. Latar Belakang.......................................................................................................3
B. Tujuan....................................................................................................................4
C. Manfaat..................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
A. Profil Museum Sonobudoyo...................................................................................5
3. Paradigma Pariwisata...........................................................................................12
4. Jenis Kejahatan.....................................................................................................12
5. Sistem Keamanan.................................................................................................14
6. Manajemen Resiko...............................................................................................15
7. Kendala Teknis.....................................................................................................15
BAB III...........................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................16
A. Simpulan..............................................................................................................16
B. Saran....................................................................................................................17
LAMPIRAN...................................................................................................................18

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Museum Sonobudoyo merupakan sebuah lembaga kebudayaan yang


mengembangkan visi dan misi sebagai sebuah museum daerah di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Museum ini telah berdiri sejak tahun 1935 dan memiliki
jumlah koleksi mencapai 62.000 buah yang merepresentasikan kebudayaan Jawa,
Bali, Lombok, dan Madura. Museum Sonobudoyo juga menjadi objek wisata
edukasi karena di dalamnya dapat dijadikan sarana penujang pemahaman kita
terhadap materi yang sudah diberikan di sekolah formal mengenai peninggalan
masa purbakala.

Selain penting dalam bidang pendidikan, museum juga penting dalam


bidang pariwisata. Bagi para wisatawan dalam maupun luar negeri yang
berkunjung ke museum dapat melihat dan membuktikan sendiri ciri-ciri
kebudayaan serta kekayaan alam suatu bangsa, seperti terwujud dalam benda-
benda koleksi museum. Jenis-jenis museum itu Menurut koleksi yang dimilikinya,
jenis museum dapat dibagi menjadi dua jenis museum. Pertama, museum umum
yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya
yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi. Kedua,
museum khusus adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti
material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni,
cabang ilmu atau satu cabang teknologi. Museum berdasarkan kedudukannya,
terdiri dari museum nasional, museum propinsi, dan museum lokal.

Untuk misi awalnya museum melakukan peningkatan pelayanan informasi


dan pertisipasi pelaku pembangunan kepada masyarakat, membangun system
monitoring dan evaluasi pengunjung guna meningkatkan kinerja museum dan
merumuskan perencanaan pembiayaan museum yang rasional, proposional,
trasparan dan akuntabel guna meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja. Sedang
untuk misi pengembangannya mewujudkan museum yang bertaraf internasional
yang memiliki keunggulan kompetitif sebagai sumber dayabudaya yang berperan
dan bernilai strategis sebagai daya tarik utama kepariwisataan DIY serta
mengelola warisan budaya dalam pelestarian, preservasi dan diseminasi. Museum
Negeri Sonobudoyo memiliki jumlah koleksi 63.000 buah meliputi 10 jenis

3
diantaranya Geologika, Biologi, Etnografika, Arkeologika, Historika,
Numismatika, Filologika, Keramologi, Senirupa, dan Teknologika.

Pada 11 Agustus 2010 terjadi pencurian koleksi emas sejumlah 75 koleksi


yang merupakan peninggalan Majapahit. Berangkat dari kasus tersebut, kami
tertarik untuk melakukan wawancara kepada pengurus Museum Sonobudoyo
untuk mengetahui bagaimanakah system keamanan saat ini di Museum
Sonobudoyo.

Setelah penulis melakukan wawancara dengan Kepala Seksi Bidang


Konservasi, Koleksi, dan Preparasi dan Staff Tata Usaha saat ini di Museum
Sonobudoyo untuk menghindari kehilangan benda koleksi, Sonobudoyo memiliki
sistem keamanan yang terpadu dan sangat kompleks. Sistem keamanan yang
dimiliki Museum Sonobudoyo dinamai SIKOBOI (Sistem Keamanan Museum
Sonobudoyo). Mengingat sistem keamanan juga menjadi syarat mutlak sebuah
musem karena terdapat aset yang tak ternilai harganya.

B. Tujuan

1. Meningkatkan pemahaman yang lebih luas tentang Tourism Security


and Safety.
2. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai sistem keamanan
yang terbaru di Museum Sonobudoyo.
3. Sebagai referensi memilih wisata yang aman dan nyaman.

C. Manfaat

1. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai sistem keamanan


2. Mengetahui standar pengamanan di Museum Sonobudoyo
3. Mengetahui pentingnya sistem keamanan di sebuah Daya Tarik Wisata
khususnya di Museum Sonobudoyo

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Profil Museum Sonobudoyo


1. Bangunan
Bangunan museum Sonobudoyo ini memiliki karakter campuran antara
bangunan Jawa dan Kolonial. Citra bangunan Jawa terlihat dari penggunaan
bentuk atap dan regol (pintu gerbang). Sedangkan citra bangunan kolonial terlihat
dari skala bangunan dan elemen struktur yang digunakan pada bangunan museum.
Bangunan museum Sonobudoyo awalnya memiliki luas 5.031m2 namun dalam
perkembangannya tanah museum diperluas dengan pembelian terhadap tanah
milik penduduk dan milik orang Eropa di tepi jalan Trrikora sehingga mencapai
luas 7.867m2, bangunan-bangunan yang ada meliputi:
N
Ruangan Fungsi
O
1 Guest House Tempat peristirahatan untuk pengunjung
Ruang
2 Untuk kegiatan penelitian
Koleksi
Ruang Untuk mengatur perbendaharaan dan pemasukan
3
Koperasi keuangan Museum Negeri Sonobudoyo
Tempat terkumpulnya koleksi buku-buku dan naskah-
Ruang
4 naskah yang sebagian besar mengenai kebudayaan
Perpustakaan
bangsa Indonesia
Untuk menjaga kelestarian benda-benda koleksi dari
Ruang
5 kerusakan yang diakibatkan oleh faktor iklim maupun
Laboratorium
usia
Ruang Studi Untuk mempelajari koleksi yang ada di Museum Negeri
6
Koleksi Sonobudoyo
Sebagai wadah untuk kegiatan komunikasi antara benda
Ruang
7 yang dikoleksi dengan masyarakat sebagai pengamat
Pameran
melalui kegiatan pameran
Ruang Untuk menyelenggarakan kegiatan seperti seminar,
8
Auditorium sarasehan, ceramah, workshop, rapan dan lain-lain
Ruang Sebagai tempet persiapan benda koleksi yang akan di
9
Preparasi pamerkan

5
Ruang Sebagai tempat untuk mengamati, mengawetkan benda-
10
Konservasi benda museum
Sebagi tempat untuk menyimpan bendabenda koleksi
11 Ruang Storage
yang tidak atau belum sempat dipamerkan
Ruang Sebagai tempat pegelaran atau pertunjukan wayang dan
12
Pagelaran gamelan Jawa
13 Ruang Kantor Untuk mengelola segala kegiatan Museum
Gudang
14 Menyimpan alat-alat pagelaran
pagelaran
15 Gift Shop Tempat menjual souvenir berupa wayang kulit
16 Pendopo Kecil Untuk menerima pengunjung dalam jumlah banyak
17 Toilet Untuk umum
Pos keamanan sekaligus sebagai tempat untuk menjual
18 Pos Satpam
tiket
19 Mushola Tempat ibadah
Medical
20 Jika ada yang sakit
Center

Selain perluasan tanah pada museum ini ternyata pada tahun 1998 museum
ini juga memperluas ruang pamer namun ruang pamer tersebut tidak berada di
museum Sonobudoyo unit I melainkan berada di museum Sonoudoyo unit II.
Museum Sonobudoyo unit II yang berada di Dalem Condrokiranan Yogyakarta
diresmikan pada tanggal 28 Oktober 1998 oleh Gubernur Kepala Daerah Istimewa
Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X. Museum ini merupakan perluasan
ruang pameran Museum Sonobudoyo yang terletak di jalan Trikora Nomor 6
Yogyakarta. Perluasan ruang pameran ini menempati lokasi di Kompleks Dalem
Condrokiranan yang terletak di Jalan Wijilan Yogyakarta.

2. Ruang Pameran Tetap


a. Ruang Pendopo
Ruang ini terletak dibagian paling depan. Ruang pendopo pada awalnya
berfungsi sebagai ruang penerima tamu yang berjumlah banyak dalam pola
bangunan tradisional Jawanya. Akan tetapi saat ini pendopo dialih fungsikan
sebagai tempat penyajian gamelan kuno. Pada ruangan ini dipajang dua gamelan
yang sudah cukup tua. Disebelah barat gamelan "Kyai Mega Mendhung" yang

6
berasal dari Keraton Kesepuhan Cirebon yang dibuat pada abad ke-19. Gamelan
ini bernada slendro dan pelog. Gamelan ini memiliki mmotif ukir mega mendung
yang mana motif ini merupakan motif khas dari Cirebon. Sedangkan di sisi timur
adalah gamelan "Kyai dan Nyai Riris Manis" yang mana gamelan ini merupakan
hibah dari Keraton Yogyakarta. Gamelan ini dibuat pada masa Sri Sultan
Hamengkubuwono VI. Motif pada gamelan ini bermotif sulur-suluran.

b. Ruang Pengenalan
Ruang pameran berfungsi sebagai tempat memperkenalkan barbagai jenis
koleksi museum kepada pengunjung. Dalam ruang pengenalan memamerkan
beberapa koleksi diantaranya:
a. Peta Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1857 (Pada masa pemerintahan
Sri Sultan Hamengkubuwono I)
b. Lambang Keraton Yogyakarta serta lambang Kadipaten Pakualaman.
c. Koleksi wayang kulit purwa episode Ramayana dan berbagai benda
koleksi ukir kayu motif Cirebon.
d. Genta besar dari Candi Kalasan, miniatur kereta kuda.
e. Seperangkat pasren, yang terdiri dari kasur, bantal, guling, tempat tidur,
kelambu, sepasang loro blonyo, sepasang lampu robyong dan sebuah
lampu jlupak. Pasren ini merupakan hadiah dari Sri Sulta
Hamengkubuwono VIII yang dibuat pada masa Sri Sultan
Hamengkubuwono I (1765)
f. Koleksi kain batik dan topeng. Koleksi batik sendiri berasal dari daerah
pesisiran utara Jawa. Sedangkan koleksi topeng berasal dari daerah Jawa.
c. Ruang Prasejarah
Ruang ini menyajikan benda-benda peninggalan masa prasejarah yang
menggambarkan cara hidup manusia pada masa prasejarah meliputi berburu,
mengumpulkan dan meramu makanan. Pada tingkatan yang berikutnya manusia
mulai bercocok tanam yang sederhana serta melakukan upacara-upacara yang
berhubungan dengan religi (kepercayaan kepada roh nenek moyang, penguburan
dan kesuburan). Benda-benda koleksi tersebut antara lain berupa alat-alat serpih,
bilah, kapak persegi, nekara, moko, kapak corong, patung megalitik, gerabah serta
replika kubur batu.

7
d. Ruang Klasik dan Peninggalan Islam
a. Masa Klasik
Masa klasik berlangsung kira-kira abad IV M hingga abad XV M. saat itu
pengaruh Hindu-Budha sangat kuat terutama dikalangan kerajaan. Dalam
penyajian koleksi, ruang klasik berpedoman dengan adanya tujuh unsur
kebudayaan, yaitu:
1. Sistem kemasyarakatan.
2. Sistem bahasa.
3. Sistem religi.
4. Sistem kesenian.
5. Ilmu pengetahuan.
6. Sistem peralatan hidup.
7. Sistem maya pencaharian hidup.

b. Peninggalan Masa Islam


Koleksi yang terdapat di masa ini mengenai system bahasa, bangunan masjid,
kesenian, kemasyarakatan, ilmu pengetahuan, peralatan dan mata pencaharian
hidup. Terdapat sebuah kidung Pambaratan, tembang Dandanggulo sebagai tolak
bala. Terdapat juga kitab suci Al-Qur an dengan tulisan tangan, sajadah terbuat
dari anyaman dan miniature makam Sunan Bayat, Klaten.

e. Ruang Batik
Ruang ini berfungsi untuk memamerkan koleksi batik. Berbagai jenis batik
yang dipamerkan di ruang ini. Beberpa contoh koleksi batik yang dipamerkan
antara lain :
 Batik motif Sido mukti berasal dari Yogyakarta
 Batik motif Kawung berasal dari Yogyakarta
 Batik tulis Lasem yang berasal dari Jawa Tengah
 Batik Pradan yang berasal dari Jawa Tengah
 Batik tulis Bleg, ketupat berasal dari Cirebon
 Batik tulis Tengkuluk masjid Cirebon yang berasal dari Cirebon

Di ruangan ini juga terdapat patung seorang penari Bedaya asal Yogyakarta
dengan busana kain batik, dengan motif parang yang terbuat dari semen yang
dibatik dengan teknik cetak. Selain itu juga terdapat koleksi contoh alat-alat yang

8
dipakai dalam membatik, baik peralatanbatiktulis maupun barik cap serta foto cara
pembuatan bati juga dipamerkan di ruangan ini.

f. Ruang Wayang
Wayang sebagi salah satu teater tradisional yang berfungsi sebagai hiburan dan
banyak mengandung nilai-nilai ajaran kehidupan. Wayang sebagai wahana
hiburan merupakan ungkapan seni yang dapat dinikmati dan dapat memberi
kepuasan batin bagi para pecintanya. Sehingga wayang mempunyai nilai yang Adi
Luhung yang berarti mengandung nilai-nilai keindahan, kelembutan serta
kesucian moral dan religi. Bagan mengenai jenis-jenis wayang yang ada di
Indonesia:
a. Wayang Kulit gaya Yogyakarta, salah satu adegan dengan lakon
Marwokolo (ruwatan), cerita bersumber dari kitab Ramayana dan
Mahabrata.
b. Wayang Suluh, bercerita tentang kemerdekaan RI pada masa revolusi pada
tahun 1945-1946.
c. Wayang Kulit Gedog, bersumber dari cerita Panji pada zaman Kediri dan
Majapahit sejak masa Srigatayu Putra Prabu Jaya Lengkara sampai Prabu
Kuda Laleyan.
d. Wayang Diponegara, karya R.M. Kuswaji KS. Yogyakarta 1985,
bersumber cerita dari babad Diponegara yang mengisahkan perjuangan
Pangeran Diponegara dalam mengusir penjajah Belanda pada tahun 1825-
1830.
e. Wayang Wahyu, karya Bp. Sutadi BS. Solo Jateng, bersumber cerita dari
kitab perjanjian lama dan kitab perjanjian baru. Mengisahkan tentang
kelahiran perjalanan hidup Yesus Kristus.
f. Wayang Kancil, cerita tentang binatang. Bersumber cerita dari dongeng
kancil yang cerdik.
g. Wayang Sadat, karya Bp. Suryadi BA. Trucuk Klaten Jateng, 1992.
Bersumber dari Babad Demak dan Babad Tanah Jawi yang mengisahkan
perjuangan para Wali dalam menyebarkan agamalslam di Pulau Jawa.
h. Wayang Cina, bersumber dari Babad Cina berasal dari Kapiten Liem Kie
Tju, 1950.
i. Simpingan Wayang Kulit Purwo, satu simpingan lengkap wayang kulit
purwo, terdiri dari 144 wayang yang peralatannya menggunakan kelir,
lampu blencong, dan gedebog pisang untuk menancapkan wayang.

9
j. Wayang Kulit Purwo gaya Bali, cerita bersumber dari kitab Ramayana dan
Kresna.
g. Ruang Topeng
Topeng sebagai salah satu bentuk karya seni tradisional Indonesia telah
mengalami perkembangan, bersamaan dengan nilai-nilai budaya dan seni rupa.
Topeng yang tampil dalam bentuk tradisional mempunyai fungsi sebagai sarana
upacara dan pertunjukan. Sejak masa prasejarah sampai pada masa kini topeng
tetap ditampilkan dalam hubungannya dengan kehidupan sosial-budaya suku
bangsa di Indonesia.
Koleksi topeng yang ada dalam ruang pameran Museum Negeri Sonobudoyo
antara lain Topeng Bali, Topeng gaya Jawa Timuran, Topeng gaya Yogyakarta,
Topeng gaya Cirebonan dan beberapa foto pertunjukan wayang topeng di
beberapa tempat.
h. Ruang Jawa Tengah
Ruang Jawa Tengah menampilkan bermacam-macam perlengkapan, hasil
kerajinan kayu, perak, logam dan berbagai sarana serta kelengkapan upacaradaur
hidup. Ada kelengkapan untuk menjaga kesehatan ibu sehabis bersalin, berbagai
kelengkapan upacara Tedhaksiten, kelengkapan upacara sunatan, berbagai macam
peralatan upacara kematian, berbagai bentuk perhiasan dari perak dan proses
pembuatannya, seperangkat meja kursi dari Jepara, paying dan ploncon, tempat
tiang bendera dcan pada atap terdapat 4 buah dada peksi dan 2 buah lampu
gantung.
i. Ruang Emas
Koleksi emas yang ada di museum dinilai sangat menarik, baik dari jumlah
maupun keragaman bentuknya. Ruang emas mendapat tempat tersendiri,akan
tetapi menjadi satu lokasi dengan ruang Jawa Tengah. Koleksi di ruang emas
diantaranya hiasan kepala dan rambut yaitu jamang, tusuk konde, penetep, dan
sirkam. Kemudian kalung dan liontin dengan berbagai macam bentuk, perhiasan
telinga, perhiasan lengan, cincin dengan bervariasi bentuk juga model, artefak
simbolik religius yang terbuat pula dari emas, dan beberapa mata uang emas juga
perak. Namun untuk sementara ini ruang emas sedang mengalami renovasi
sehingga koleksi yang ada tidak dapat ditampilkan diruang amer emas ini.
j. Ruang Bali
Bali sebagai wilayah Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama
Hindu. Maka banyak koleksi perwujudan dari agama tersebut. Koleksi di ruang

10
Bali I antara lain panil yaitu penjelasan dasar mengenai Bali, kemudian terdapat
patung Atintya, patung Brahma, patung Wisnu, dan patung Siwa sebagai dewa
perusak dalam agama Hindu.
Terdapat pula Pratima yaitu perwujudan dari seorang dewa ditempatkan pada
salah satu pelinggih di dalam pura, yang berfungsi sebagai media kosentrasi
pada upacara agama Hindhu. Terbuat dari kayu dengan tehnik pahat gaya Bali.
Pralingga sebagai wahana dari pratima yang terbuat dari kayu dengan teknik
pahat dan sungging. Bentuknya gajah, garuda, dan naga.
Selain itu ada pula rimpi sebagai tempat menyimpan taji dari kayu, taji yaitu
sejenis senjata dan kadutan berfungsi sebagai pelengkap pada upacara
keagamaan. Tempat untuk menyimpan air suci saat upacara keagamaan yaitu
Tripala dan Sangku. Tekep Pagenian sebagai penutup api terbuat dari tempurung
kelapa yang diukir. Bajra/Gentha digunakan oleh pendeta saat upacara yang
terbuat dari kuningan dengan ditempa. Canthing Tirta sebagai alat untuk
mengambil air suci saat upacara keagamaan yang terbuat dari tempurung kelapa
berhias dengan teknik ukir dan bertangkai kayu.
k. Balai Pertemuan
a. Ruang Bimbingan, Dokumendan Informasi, ruang ini sebagai tempat
bimbingan bagi para pengunjung, mempublikasi, marketing dan promosi,
serta mendokumentasi segala aktifitas yang dilaksanakan oleh museum.
b. Ruang Tata Usaha, ruang ini difungsikan ketika pihak lain memerlukan
surat ijin untuk tugas, surat untuk jumpa pers atau keperluan lain, tata
usahalah yang menyediakannya.
c. Ruang Studi Koleksi, Preparasi, dan Konservasi. Ruang koleksi sebagai
tempat mengelola benda-bneda koleksi semisal registrasi, dokumen dan
inventarisasi. Ruang preparasi sebagai tempat penyajian, pengamanan dan
penyelamatan. Ruang konservasi sebagai tempat untuk mencermati,
mengawetkan bneda-benda museum. Ketika akan diadakan suatu pameran
para staf di ruangan ini sangan sibuk dan tentunya teliti agar benda-benda
yang hendak dipamerkan haruslah kelihatan bersih dan menarik dengan
tidak merubah bentuk aslinya.

11
3. Paradigma Pariwisata
Pada tahun tahun terakhir ini, terjadi pergeseran tren kepariwisataan, dari
motivasi bersenang-senang menjadi mencari pengalaman baru. Paradigma
pariwisata pun bergeser dari “sun, sand and sea” menjadi “serenity,
sustainability and spirituality”. Wisatawan dapat mendapatkan pengalaman baru
di Museum Sonobudoyo yaitu ketenangan, keberlanjutan dan spiritualitas.

Serenity (ketenangan), kebanyakan pengunjung dapat menenukan


ketenangan di area Museum Sonobudoyo apabila tujian kedatangan wisatawan
ingin mempelajari kebudayaan jawa, bali, Lombok, dan Madura. Wisatawan juga
dapat mendapatkan ketenangan dari menikmati arsitektur bangungan dan suasana
di Museum Sonobudoyo yang menyajikan musik gamelan dan dari suara gamelan
tersebut menghadirkan ketenangan.

Sustainability (keberlanjutan), di Museum Sonobudoyo koleksi yang ada


dirawat agar koleksi dapat bertahan dengan kondisi yang bagus. Bagian yang
merawat koleksi di Museum Sonobudoyo yaitu bagian Seksi Koleksi,Konservasi,
dan Preparasi.

Spirituality, di Museum Sonobudoyo terdapat banyak sekali serat yang


dapat dipelajari dan dapat mendekatkan diri kepada alam dan tuhan.

4. Jenis Kejahatan
Jenis kejahatan yang terjadi di Museum Sonobudoyo adalah pencurian
koleksi emas peninggalan Majapahit. Pencurian koleksi Museum
Sonobudoyo adalah kasus pencurian puluhan benda cagar budaya di Museum
Sonobudoyo Yogyakarta pada 11 Agustus 2010. Koleksi yang hilang mencapai 54
buah (beberapa informasi sebelumnya menyatakan 87 atau 75), umumnya
merupakan peninggalan Mataram Kuno dan Majapahit berbahan emas, serta
sedikit koleksi berbahan perunggu dan perak. Salah satu di antara benda yang
dicuri adalah Topeng Emas Nayan, mahakarya topeng emas utuh satu-satunya
yang dimiliki museum di Indonesia. Kasus pencurian koleksi Museum
Sonobudoyo tidak terselesaikan sampai sekarang dan benda-benda yang dicuri
diduga telah diperdagangkan di pasar gelap internasional. Peristiwa ini dianggap
sebagai pencurian koleksi museum terbesar sepanjang sejarah Indonesia.

12
Menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, jika sebuah benda cagar
budaya hilang dan dalam jangka waktu enam tahun belum ditemukan, maka akan
dihapus dari register benda cagar budaya nasional.

Perhitungan benda yang dicuri semula sebanyak 87 benda, tetapi setelah


dihitung ulang oleh tim evaluasi beranggotakan sembilan orang bentukan
Gubernur Sri Sultan Hamengkubuwana X menjadi 75 buah dan selebihnya
tercecer. Keterangan yang lebih baru menyanggah jumlah tersebut dan
menyatakan bahwa jumlah benda koleksi yang hilang sebanyak 54 buah. Setelah
audit dilakukan, salah satu anggota dari tim evaluasi, Jhohannes Marbun,
dari Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (MADYA), menyatakan bahwa
selama ini museum tidak dikelola secara profesional. Ia juga mempertanyakan
keseriusan pihak-pihak terkait dalam menyelesaikan kasus ini. Dinas terkait dan
kepolisian cenderung menangani kasus ini dengan sangat lambat dan sambil
lalu. Tim Penyelidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) bentukan Kepala Dinas
Kebudayaan DIY juga tidak tampak berpengaruh.

Penyelidikan polisi tidak membuahkan banyak hasil. Pada tahun 2011,


polisi mengendus banyak kejanggalan dan kemungkinan rekayasa dalam laporan
pencurian Museum Sonobudoyo. Pada tahun 2013, kecurigaan sempat
mengerucut kepada dua orang pegawai museum, sebab sistem alarm dan CCTV
diduga sengaja dimatikan. Penyelidikan dianggap mandek sejak tahun
2014. Desember 2018, Badan Musyawarah Musea (Barahmus) DIY berharap
pengukuhan Polda menjadi tipe A membawa angin segar bagi kasus pencurian
koleksi Museum Sonobudoyo 2010 lalu.

Dugaan lain memungkinkan bahwa pencurian tidak dilakukan dalam satu


waktu, melainkan dibagi dalam beberapa kesempatan. Dugaan ini dikuatkan
dengan ditemukannya replika koleksi yang menggantikan koleksi asli, juga
ditemukannya ruangan dalam bangunan Sonobudoyo yang menyimpan banyak
koleksi berharga, tetapi kepala museum mengaku tidak mengetahui adanya
ruangan tersebut. MADYA berharap ada perluasan pencarian, tidak hanya di
wilayah DIY, tetapi juga hingga luar negeri dan melibatkan Interpol. Sementara
itu, Ketua Badan Musyawarah Musea (Barahmus) DIY, Thomas Haryonagoro
menyanyangkan pihak terkait terburu-buru melapor pada Dewan Museum
Internasional sehubungan dengan hilangnya sejumlah koleksi Museum
Sonobudoyo sehingga tidak memberikan data yang memenuhi syarat.

13
5. Sistem Keamanan
Sistem keamanan menjadi syarat mutlak di sebuah museum karena di
Museum terdapat asset yang yak ternialai harganya. Museum harus membuat
sistem keamanan yang aman dan nyaman bagi pengelola dan wisatawan. Museum
Sonobudoyo memiliki sistem keamanan yang kompleks mulai tahun 2020.
Museum Sonobudoyo memiliki sistem keamanan yang dinamakan SIKOBOI
yaitu sistem keamanan bertingkat yang saat ini masuk 100 besar Inovasi Publik.

Pada tahun 2015, Museum Sonobudoyo membuat Pilot Project di Ruang


Klasik, Perhiasan, Wayang yaitu sistem keamanan bertingkat yaitu:

1. Glass Break
Jika ada deteksi vitrin dipecahkan maka akan ada notifikasi di handphone
Kepala Seksi Koleksi, Konservasi, dan Preparasi kemudian akan terdengar sirine.
2. Inframerah
Jika pencuri sudah lebih pintar dan saat memecahkan vitrin sirine glass
break tidak berbunyi, maka sudah dipasang inframerah yang mendeteksi ketika
ada tangan yang masuk kedalam vitrin.
3. Sensor
Museum Sonobudoyo juga sudah memasang berbagai sensor baik di
sekitar vitrin maupun di benda koleksinya. Saat ini Museum Sonobudoyo sudah
memiliki sensor gerak, panas, asap, dan cahaya. Jadi, ketika benda koleksi
tergeser dari tempatnya, atau akan diambil oleh pencuri maka akan memberikan
notifikasi dan sirine akan berbunyi.
4. RFID System
Museum Sonobudoyo memiliki RFID system dimana semua orang yang
memasuki ruangan yang digunakan untuk menyimpan benda koleksi yang tidak
terpajang di vitrin akan terrecord dan tidak semua orang mempunyai akses untuk
bisa masuk ke ruang penyimpanan bend koleksi.
5. CCTV gerak unik
CCTV yang dimiliki Museum Sonobudoyo adalah CCTV gerak unik yang
bisa mendeteksi ketika tingkah laku seseorang sudah mencurigakan seperti akan
menyentuh koleksi atau terdeteksi akan memecahkan vitrin maka akan berbunyi
alarm.

14
6. Log System
Log System digunakan di Unit 2 dimana semua pengunjung yang datang
dibatasi dan harus menitipkan kartu identitas dan pengunjung akan difoto sebagai
data siapa yang masuk dan jam berapa. Dan ketika pengunjung diberikan akses
berupa id card untuk scan membuka pintu menuju rungan, maka id card tersebut
hanya bisa membuka pintu ruangan yang dituju saja. Tidak semua ruangan bisa
pengunjung akses. Tujuan dari pembatasan orang yang masuk adalah untuk
mempersempit ruang interogasi ketika nanti terjadi hal yang tidak diinginkan
seperti kerusakan benda koleksi atau pencurian.

6. Manajemen Resiko
Museum Sonobudoyo memiliki Sistem Informasi Database yang berisi
data aset/koleksi yang dimiliki Museum sonobudoyo Koleksi berjumlah sekitar
63.000 dan sudah terinventaris. Di Museum Sonobudoyo pernah terjadi pencurian
75 koleksi emas yang merupakan koleksi peninggalan Majapahit. Dampak yang
ditimbuklan dari kehilangan Koleksi Emas di Museum Sonobudoyo yaitu trauma
yang mendalam bagi para pengelola namun juga membuat para pengelola lebih
memiliki kehati-hatian serta peningkatan system keamanan yang lebih baik
dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.
Mitigasi yang dilakukan Museum Sonobudoyo setelah kehilangan yaitu
dengan membatasi pengunjung yang datang ke Unit II, scan wajah, ID Card untuk
akses masuk dan akses masuk terbatas, menerapkan sistem keamanan yang
terpadu, setiap pintu ada scan id, yang tidak memiliki akses tidak bisa masuk,
memiliki sensor gerak, panas, asap, dan cahaya, memiliki petugas penjaga
(satpam) 33 orang yang berjaga 24 jam dalam 3 shift. Untuk membuat sistem
keamanan yang terpadu di Museum Sonobudoyo sudah menghabiskan kuarang
lebih 2 Milyar, namun anggaran yang dikeluarkan belum sebanding dengan apa
yang diamankan.

7. Kendala Teknis
` Sistem keamanan yang sangat kompleks terkadang menimbulkan
hambatan seperti contohnya pada penerapan RFID di Storage Wayang walaupun
tidak ada yang berpindah/bergerak tetapi karena tingginya sensitivitas sistem
keamanan sehingga sering terjadi salah deteksi.

15
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Museum Negeri Sonobudoyo merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah pada


Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, mempunyai fungsi
pengelolaan benda museum yang memiliki nilai budaya ilmiah, meliputi koleksi
pengembangan dan bimbingan edukatif kultural. Sedangkan tugasnya adalah
mengumpulkan, merawat, pengawetan, melaksanakan penelitian, pelayanan
pustaka, bimbingan edukatif kultural serta penyajian benda koleksi Museum
Negeri Sonobudoyo.

Dengan isi dari barang berharga yang memiliki nilai kebudayaan dan sejarah
tinggi, tentunya dapat mengundang niat jahat dari para pelaku yang kurang
bertanggungjawab untuk mencuri ataupun menyalahgunakan produk didalam
museum. Disisi lain karena pernah terjadi insiden pencurian, maka pihak
pengelola museum sendiri terus berupaya meningkatkan kualitas keamanan
museum. Dari hasil observasi tim dapat dikatakan bahwa segi sistem keamanan di
sonobudoyo sudah dinilai sangat baik, dibuktikan dengan sonobudoyo lolos
seleksi administrasi inovasi publik tentang security system di tahun 2022.
Teknologi yang digunakan sebagai supporting unit keamanan pun sudah cukup
mempuni seperti :

- Scan wajah untuk pengunjung dan akan ter record ke dalam system
- Kartu akses tamu dengan keperluan spesifik
- Tiap tiap keamanan dilengkapi scanner yang memastikan pengunjung
memiliki akses
- CCTV aktif 24 jam
- Sensor gerak di bagian depan museum
- Sensor panas & sensor asap
- Sensor lampu di bagian storage secara otomatis
- Pembatasan pengunjung terutama di bagian storage
- Pembagian peran bagi para pekerja

16
B. Saran

Saran yang dapat penulis berikan kepada para pembaca artikel ini
meliputi :

1. Para pengunjung, staff, dan para pengurus wisata agar selalu menjaga
keamanan, ketertiban di sekitar museum agar tetap terlestarikan.
2. Sekalipun kondisi keamanan sudah sangat memadai dan memiliki
teknologi canggih, pengurus museum diharapkan tetap waspada dan
tidak lengah selama bertugas menjaga dan melestarikan museum.
3. Manajemen resiko tetap perlu dilakukan lebih teliti lagi untuk mencegah
terjadinya kerugian yang besar.
4. Keamanan yang terganggu sendiri disini bukan hanya selalu tentang niat
orang yang tidak bertanggungjawab saja melainkan juga segala
kemungkinan yang terjadi diluar perbuatan manusia atau alam. Dalam
hal ini para pengelola wisata diharapkan dapat lebih detail lagi.

17
LAMPIRAN

Gambar 1. Scan Wajah dan Kartu Identitas

Gambar 2. Pengujung diberi Akses berupa Id Card

18
Gambar 3. Scan id Pintu Masuk

Gambar 3. Scan id Menuju Storage B Koleksi Wayang dan Lukisan

19
Gambar 5. Scan id untuk membuka Tempat Penyimpanan Koleksi

Gambar 6. Scan id yang terpasang disetiap tempat penyimpanan

20

Anda mungkin juga menyukai