Anda di halaman 1dari 9

Museum Sri Baduga

Museum Sri Baduga, merupakan salah satu museum pendidikan yang ada di Kota Bandung ini, keberadaan museum ini tidak seterkenal museum Geologi mungkin dikarenakan letaknya yang sedikit jauh dari pusat kota. Museum ini ada di Jalan BKR No. 185 Tegallega, berhadapan langsung dengan Monumen Lautan Api. Museum Sri Baduga ini di rintis sejak tahun 1974 yang baru kemudian diresmikan pada 5 Juli 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada saat itu Dr. Daud Yusuf, awalnya museum ini hanyalah sebuah bangunan dan lahan kosong, bekas kewedanaan Tegallega yang bangunan awalnya hanya berbentuk suhunan panjang dan rumah panggung khas Jawa Barat yang dipadukan dengan gaya arsitektur modern, hingga saat ini telah mengalami beberapa kali renovasi dan perluasan namun tetap mempertahankan mempertahankan bangunan aslinya yang saat ini difungsikan sebagai ruang perkantoran. Mengingat perkembangan peran dan fungsi museum sebagai sebuah tempat atau wahana dalam menunjang pendidikan, menambah pengetahuan, dan rekreasi; Museum Negeri Sri Baduga Propinsi Jawa Barat melaksanakan renovasi terhadap tata pameran tetap secara bertahap mulai tahun 1989 sampai dengan tahun 1992, termasuk perluasan ruang pameran baru di lantai tiga. Pada awal peresmiannya, Museum ini di beri nama Museum Negeri Propinsi Jawa Barat, sepuluh tahun kemudian, nama museum ini

dilengkapi dengan nama Sri Baduga yang diambil dari nama seorang raja Sunda yang bertahta di Pakwan Pajajaran sekitar abad ke-16 Masehi. Nama raja tersebut tertuang dalam prasasti Batutulis (Bogor) sebagai SRI BADUGA MAHARAJA RATU HAJI I PAKWAN PAJAJARAN SRI RATU DEWATA. Museum ini memiliki koleksi yang sangat kaya berupa barang-barang seni budaya Jawa Barat yang berhubungan dengan biologi, etnografi, arkeologi, numismatik, filologi, dermatologi, seni murni dan teknologi, dalam museum ini terdapat tidak kurang dari 5.367 buah koleksi. Sebagai sebuah Museum umum dengan beragam koleksi dari bidang Geologi, Biologi, Arkeologi, dan Sejarah, juga Numismatika/Heraldika, Filologi, Keramik, serta Seni Rupa, Teknologi dan yang kebanyakan merupakan barang barang yang berhubungan dengan kebudayaan daerah (Etnografi), yang menjadi ciri khas dari museum ini sendiri.Koleksi-koleksi yang dimiliki tidak terbatas pada bentuk real saja, tetapi juga dilengkapi dengan koleksi replika, miniatur, foto, dan maket. Benda-benda koleksi tersebut selain dipamerkan dalam pameran tetap, juga didokumentasikan dengan sistem komputerisasi dan disimpan di gudang penyimpanan koleksi. Untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap museum pada umumnya, pengelola Museum Sri Baduga mengadakan berbagai kegiatan yang diselenggarakan di museum ini seperti berbagai lomba di tingkat pelajar, ceramah, lokakarya, dan lain lain. Areal museum yang luasnya mencapai 8.415,5 m2 ini dibagi menjadi dua bagian; wilayah publik atau public area (mencakup gedung pameran dan auditorium) dan wilayah bukan publik atau non public area (mencakup ruang perkantoran Kepala Museum, Sub Bagian Tata Usaha, Kelompok Kerja Bimbingan dan Edukasi, Kelompok Kerja Konservasi dan Preparasi serta Kelompok Kerja Koleksi yang termasuk di dalamnya Gedung Penyimpanan Koleksi). Pengelompokan area pameran ini dibagi menjadi tiga buah lantai. Lantai satu menampilkan perkembangan awal dari sejarah alam dan budaya Jawa Barat. Dalam tata pameran ini, sejarah alam yang melatarbelakangi sejarah Jawa Barat digambarkan dengan menampilkan

benda-benda peninggalan buatan tangan dari masa Prasejarah hingga zaman Hindu-Buddha. Lantai dua memuat materi pameran budaya tradisional berupa pola kehidupan masyarakat, mata pencaharian hidup, perdagangan, dan transportasi, juga pengaruh budaya Islam dan Eropa, sejarah perjuangan bangsa,serta lambang-lambang daerah kabupaten dan kota se-Jawa Barat. Lantai tiga, memamerkan koleksi etnografi berupa ragam bentuk dan fungsi wadah, kesenian, serta keramik asing.
Fungsigasi

Untuk mencegah kerusakan, maka upaya fungsigasi pun dilakukan oleh institusi terkait. Fungsigasi ini dilakukan untuk membunuh bakteri maupun hama pengerat yang tumbuh dalam berbagai koleksi museum yang tentunya berpotensi dalam merusak naskah-naskah kuno itu. Memang kondisinya cukup memprihatinkan, karena idealnya fungsigasi dilakukan setiap enam bulan sekali, namun karena keterbatasan dana maka upaya ini tidak bisa dilakukan secara berkala.

Museum ini memiliki 145 naskah. Sedangkan naskah yang difungigasi mencapai 70 naskah, dan 20 naskah akan dilakukan restorasi yang dibiayai dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) perubahan, sehingga harus selesai dalam waktu dua bulan. Untuk restorasi naskah kuno diperlakukan sangat hati-hati setiap lembarnya dan dilakukan ahlinya. Setiap naskah akan diperlakukan beda, yakni deasidifikasi yakni proses untuk mengurangi kadar keasaman pada kertas arsip, dengan menggunakan laurtan magnesium carbonate (MC). Koleksi yang disajikan pada pameran tetap museum Sri Baduga ditata menyajikan benda benda bukti kebudayaan Jawa Barat. Kondisi geografis dan kekayaan alam berpengaruh pada tumbuh dan berkembangnya kebudayaan Jawa Barat. Fase-fase perkembangan tersebut dikelompokkan dalam bentuk pameran dalam tiga lantai ruang pameran tetap museum. Museum Sri Baduga yang memiliki jumlah koleksi sebanyak 6600 koleksi terdiri dari 6346 buah, 220 set, 23 stel dan 11 pasang yang kemudian dikelompokan menjadi 10 klasifikasi.

1.Geologika / Geografika -79buah -3set -0stel -0pasang 2.Biologika -180buah -1set -0stel -0pasang 3.Etnografika -2420buah -179set -20stel -9pasang 4.Arkeologika -953buah -3set -0stel -0pasang 5.Historika -16buah -6set -3stel -0pasang

6.Numismatika / Heraldika -1705buah -0set -0stel -0pasang 7.Filologika -145buah -0set -0stel -0Pasang 8.Keramologika -599buah -1set -0stel -0pasang 9.Senirupa -134buah -0set -0stel -2pasang 10.Teknologika -115buah -27set -0stel -0pasang

Koleksi 1 Geologika / Geografika Berupa koleksi yang terdiri dari batuan, mineral, fosil dan benda bentukan alam lainnya

Koleksi 2 Biologika Berupa benda-benda yang menjadi obyek penelitian /yang di-pelajari oleh disiplin ilmu biologi, diantaranya berupa teng-korak, rangka manusia tumbuhan dan hewan baik berupa fosil maupun bukan.

Koleksi 3 Etnografika Berupa benda-benda yang menjadi obyek penelitian /yang di-pelajari oleh disiplin ilmu antropologi, diantaranya berupa benda hasil budaya yang menggambar-kan identitas suatu etnis

Koleksi 4 Arkeologika Berupa benda-benda peninggalan dari kurun waktu prasejarah sampai dengan masuknya pengaruh Barat

Koleksi 5 Historika Berupa benda yang memiliki nilai sejarah meliputi benda-benda peninggalan sejak masuknya pengaruh barat sampai sekarang(sejarah baru), pernah digunakan untuk hal yang berhubungan dengan suatu peristiwa (sejarah), berkaitan dengan organisasi masyarakat (negara, kelompok, tokoh)

Koleksi 6 Numismatika / Heraldika Numismatika berupa mata uang atau alat tukar(token) yang syah. Heraldika ada-lah berupa benda koleksi yang meru-pakan tanda jasa, lambang, dan tanda pangkat resmi(cap/ stempel)

Koleksi 7 Filologika Berupa benda yang merupakan naskah kuno yang ditulis tangan, menguraikan suatu hal atau peristiwa

Koleksi 8 Keramologika Berupa benda yang terbuat dari tanah liat yang dibakar (baced clay) berupa barang pecah belah.

Koleksi 9 Senirupa Berupa benda yang merupakan perwu-judan ekspresi pe-ngalaman artistik manusia melalui obyek dua atau tiga demensional.

Koleksi 10 Teknologika Berupa koleksi yang merupakan benda hasil perkembangan teknologi tradisional sampai sekarang

Anda mungkin juga menyukai