Anda di halaman 1dari 11

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
kasihNya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta petunjukNya sehingga
memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam penyusunan makalah tentang hasil
penelitian kunjungan ke Museum Sang Nila Utama ini.
Didalam karya tulis ini kami selaku penyusun hanya sebatas ilmu yang bisa kami sajikan,
sebagai sebagai tugas dari mata pelajaran Sejarah dengan judul Penelitian Benda Benda Sejarah
di Museum Sang Nila Utama . Dimana di dalam topik tersebut ada beberapa hal yang bisa kita
pelajari khususnya benda benda bersejarah yang ada di daerah Riau.
Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami tentang Museum
Sang Nila Utama, menjadikan keterbatasan kami pula untuk memberikan penjabaran yang lebih
dalam tentang masalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini.
Harapan kami, semoga makalah tentang penelitian benda benda bersejarah yang ada di
Museum Sang Nila Utama ini membawa manfaat bagi kita, setidaknya untuk sekedar membuka
cakrawala berpikir kita tentang benda yang pernah bersejarah yang ada di Riau.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan makalah ini. Terutama kepada rekan satu kelompok atas kerjasamanya dan guru
mata pelajaran sejarah yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini.


Pekanbaru, 7 Mei 2014
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Sejarah Singkat Museum Sang Nila Utama Pekanbaru
Banyaknya benda-benda budaya maupun benda-benda yang menjadi sumber daya
alam yang patut dilestarikan di Riau menganggarkan pengumpulan benda-benda tersebut
secara bertahap sejak tahun anggaran 1977/1978. Pembangunan gedung museum itu
sendiri baru dimulai pada tahun anggaran 1984/1985, sedangkan peresmiannya baru
dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 1994 oleh Prof.Dr.Edi Sedyawati, Direktur Jenderal
Kebudayaan pada waktu itu. Pada saat itu pula nama Museum Negeri Provinsi Riau Sang
Nila Utama diresmikan. Nama tersebut berasal dari nama seorang raja Bintan yang
berkuasa pada sekitar abad ke-13 M di Pulau Bintan.
Setelah ditetapkannya Undang-Undang No.22 tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah, pengelolaan Museum Daerah Sang Nila Utama diserahkan kepada Pemerintah
Daerah. Berdasarkan peraturan Provinsi Riau No.17 tahun 2001, Museum Negeri Provinsi
Riau Sang Nila Utama berganti nama menjadi Museum Daerah Sang Nila Utama.
Museum ini berada di bawah Dinas Kebudayaan, Kesenian, dan Pariwisata Provinsi Riau.

Museum Sang Nila Utama adalah salah satu museum yang mungkin terbesar dan
terlengkap di Pekanbaru. Museum ini terletak di Jalan Jenderal Sudirman, sebuah jalan
utama yang menghubungkan antara Bandara Sultan Syarif Kasim II dengan pusat kota.


Museum Daerah Sang Nila Utama ini mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan
urusan, pekerjaan dan kegiatan pengelolaan museum dan kepurbakalaan. Dan memiliki
fungsi sebagai berikut:
1. Melakukan pengumpulan, perawatan, pengawetan dan penyajian benda-benda yang
mempunyai nilai budaya dan ilmiah.
2. Melakukan urusan keperpustakaan dan dokumentasi ilmiah.
3. Memperkenalkan dan menyebar luaskan hasil penelitian koleksi yang mempunyai
nilai bidan dan ilmiah.
4. Melakukan bimbingan edukatif kultural dan penyajian rekreatifitas benda-benda
yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah.
5. Melakukan urusan tata usaha













BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Singkat mengenai Museum Sang Nila Utama Pekanbaru
Koleksi Museum Daerah Sang Nila Utama berjumlah 4.298 buah yang berupa
koleksi geologi (koleksi yang berhubungan dengan geologi dan geografi), biologi ( koleksi
yang berhubungan dengan biologi), etnografi (koleksi yang berhubungan dengan suku
bangsa), arkeologi ( koleksi yang berhubungan dengan kepurbakalaan), historis (koleksi yang
berhubungan dengan sejarah), numismatik/heraldik (koleksi yang berhubungan mata uang,
stempel dan tanda jasa), filologi (koleksi yang berhubungan dengan naskah kuno), keramik
(koleksi yang berhubungan dengan gerabah dan keramik), dan seni rupa (koleksi yang
berhubungan dengan seni lukis, seni kerajinan, dan seni patung).

Bagian yang cukup menonjol di museum ini adalah beberapa koleksi yang berupa
merupakan salah satu ciri khas Riau, yaitu pertambangan minyak bumi. Tidak bisa dipungkiri
lagi, daerah Riau khususnya Dumai dan Duri merupakan penghasil minyak bumi yang
dikelola oleh Chevron.
Koleksi peralatan dan barang-barang tambang seperti mata bor, replika pompa
ayun, batuan pembentuk minyak bumi, dan crude oil atau minyak mentah menjadi koleksi
paling unik yang jarang ditemukan di museum lainnya.

Selebihnya, koleksi Museum Sang Nila Utama berisi aneka koleksi hewan yang telah
diawetkan, koleksi benda-benda bersejarah (replika Candi Muara Takus, senapan, pedang),
dan koleksi hasil kebudayaan (pakaian dan rumah adat dari berbagai kabupaten, keris
buatan Riau, batik, keramik dari China, kerajinan dari logam, dan lain-lain). Selain itu
terdapat pula koleksi foto-foto gubernur yang pernah memimpin Riau.
Museum yang mempunyai bentuk arsitektur tradisional Riau ini berlantai dua dan
dibangun di atas tanah seluas 16.930 m. Luas bangunannya sendiri 5.536 m, dengan luas
ruang pameran tetap 1.123 m. Sarana yang tersedia mencakup :
Ruang Pameran Tetap
Ruang Pameran Temporer
Ruang Auditorium
Ruang Perpustakaan
Ruang Laboraturium/Konservasi
Ruang Penyimpanan Koleksi
Ruang Bengkel/Preparasi
Ruang Administrasi
Ruang Pengelolaan Data
Kantin
Toilet




B. Klasifikasi Benda Benda Bersejarah di Museum Sang Nila Utama Pekanbaru
Ketika memasuki ruangan museum, mata langsung disuguhi oleh benda-benda
peninggalan dari masa lampau. Ada benda yang masih asli yang berusia puluhan bahkan
ratusan tahun dan ada pula benda-benda tiruannya saja atau yang lebih sering disebut
replika. Museum Sang Nila ini sudah memiliki jumlah koleksi sampai tahun 2010 sebanyak
3.886 koleksi dan sekarang sudah lebih dari 4.000 koleksi yang terdapat di dalam museum
tersebut. Koleksi ini terdiri dari berbagai jenis yang keseluruhannya dapat diklasifikasikan
menjadi 10 jenis, yaitu:
1. Geologika/Geografika ( koleksi yang berhubungan dengan geologi dan geografi )
2. Biologika ( koleksi yang berhubungan dengan biologi )
3. Etnografika ( koleksi yang berhubungan dengan suku bangsa )
4. Arkeologi ( koleksi yang berhubungan dengan kepurbakalaan)
5. Historika (koleksi yang berhubungan dengan sejarah)
6. Numismatika dan Heraldika (koleksi yang berhubungan mata uang, stempel dan
tanda jasa)
7. Filologika (koleksi yang berhubungan dengan naskah kuno)
8. Keramologika (koleksi yang berhubungan dengan gerabah dan keramik)
9. Seni rupa (koleksi yang berhubungan dengan seni lukis, seni kerajinan, dan seni
patung)
10. Teknologika/Modern (koleksi yang berhubungan dengan teknologi dan
rekayasa)

C. Peletakan Benda-Benda Bersejarah di Museum Sang Nila Utama Pekanbaru

Saat memasuki pintu utama museum, terdapat berbagai koleksi yang terdiri dari
beberapa benda bersejarah dari masa lampau. Seperti kapak batu, kapak berimbas, dan alat
batu serpih dari zaman paleotikum, mesolitikum dan neolitikum. Di ruangan depan tersebut
juga terdapat beberapa prasasti-prasasti peninggalan kerajaan di masa lampau di Riau
seperti prasati batu kapur, prasasti batu bata dari candi muara takus. Juga terdapat miniatur
dari bangunan mesjid penyengat dari daerah Rengat yang konon saat membangun mesjid
tersebut alat perekat bangunan tersebut adalah putih telur.


Ada juga miniatur candi muara takus yang terdapat di Kampar, dimana disana
terdapat 4 buah candi yang berdiri, yaitu: candi mahligat, candi palangka, candi bungsu dan
candi tua yang merupakan peninggalan dari kerajaan sriwijaya. Dan terdapat banyak lagi
miniatur bangunan lain di Riau.
Dilanjutkan kesebelah kiri pojok ruangan pameran museum terdapat stan
pertambangan minyak bumi sumbangan PT.Chevron Pasifik Indonesia yang dulunya
bernama Caltex. Pengeksplorasi minyak di Riau ini memberikan sumbangan berupa pompa
angguk untuk membuat sumur minyak dan banyak sekali alat peraga serta maket. Alat
peraga yang ada antara lain bentuk minyak dari mulai minyak mentah sampai jadi, mata bor,
jenis-jenis batuan, serta gambar dan foto lapisan bumi sampai tanker raksasa yang sedang
sandar di Dumai. Dari maket kita juga bisa tahu lapisan bumi yang di bor serta urutan
produksi dari mulai di bor sampai siap pakai. dari pelabuhan Dumai minyak bumi tersebut di
ekspor ke beberapa negara di dunia seperti singapura dan lainnya. Sekitar 60% dari hasil
minyak bumi dihasilkan dari Riau. Betapa kaya negeri Riau ini.
Kemudian masih dilantai atas dari pintu masuk depan kita bisa menemukan berbagai
peninggalan kerajaan melayu Riau, yaitu kerajaan Siak. Banyak artefak dan prasasti yang
ditampilkan. Demikian pula dengan kelengkapan kebesaran kerajaan seperti perhiasan, baju,
senjata, dan yang lainnya. Terdapat pula mata uang dari masa sebelum kemerdekaan sampai
sesudah kemerdekaan, alat batu manusia purba, keramik dan gerabah yang kebanyakan
berasal dari cina sekitar abad 10-19 M, payung kerajaan siak, mahkota dan sebagainya.
Diantara benda-benda tersebut terpajang sepeda tua bersejarah bercat hitam milik Soeman
H.S.
Masih di lantai dua ruangan pameran Museum Sang Nila Utama, terpasang di
dinding foto-foto orang yang berjasa kepada Riau. Ada foto Tuanku Tambusai, Imam Bonjol,
Idrus Tintin, Soeman HS, dan lain-lain. Selain itu juga terdapat foto Gubernur Riau yang
pertama kali menjabat sebagai gubernur di Riau hingga saat ini.
Kita langkahkan kaki turun ke lantai bawah dari museum tersebut, disana dapat
ditemui patung harimau yang sebenarnya bukannya tiruan melainkan harimau asli yang
sudah diawetkan. Semua bagian dari harimau itu masih asli kecuali lidah dan mata. Tetapi
disayangkan pada harimau tersebut ada sesuatu yang hilang, yaitu kumis dan taringnya yang
ternyata dicuri orang yang konon katanya ada kepercayaan masyarakat yang mengatakan
kumis dan taring harimau tersebut bisa membuat seseorang berwibawa.

Selain itu ada juga alat tenun tradisional khas Riau serta koleksi-koleksi batik yang
sering digunakan masyarakat melayu riau di zaman dahulu. Berbagai pakaian pengantin juga
dipamerkan dari setiap daerah di Riau, misalnya pakaian pengantin dari kampar, rokan hulu,
siak sri indrapura, dan lain-lain. Dilanjutkan melihat-lihat benda-benda bersejarah di daerah
Riau di lantai bawah, masih banyak terdapat benda peninggalan bersejarah di masa lampau
seperti alat musik tradisional, alat permainan tradisional, alat komunikasi, alat peralatan
dapur, alat penangkap ikan, alat penangkap burung, alat bertani, mesin jahit dan masih
banyak lagi. Terdapat juga beberapa Al-Quran yang ditulis tangan, salah satunya dari
Kampar. Serta pelaminan dan tempat tidur khas melayu Riau.
Di pojok bawah terdapat replika rumah pandai besi, sejak masa lampau manusia
telah mengenal pemanfaatan dan pengaturan suuhu api yang kemudian menciptakan suatu
teknologi pengerjaan dan pengelolaan benda-benda yang terbuat dari bahan baku logam.
Berdasarkan bukti-bukti arkeologis teknologi pengerjaan dan pengelolaan benda logam
sudah dikenal sejak beberapa abad sebelum masehi, yaitu dengan ditemukannya benda
yang terbuat dari perunggu, besi dan emas. Secara umum teknik pembuatan benda-benda
logam dibagi atas teknik cetak dan teknik tempa.
Disamping rumah pandai besi, ada sebuah suku asli riau yaitu suku sakai. Suku sakai
ini sebagian besar berada di daerah minas kabupaten siak, mandau dan bukit batu.
Umumnya suku sakai hidup dalam kelompok-kelompok kecil pada suatu perkampungan
yang mereka dirikan dekat dengan sumber-sumber air, seperti di sungai, rawa dan sumber
mata air di hutan. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, mereka bercocok tanam di ladang
dengan menanam ubi kayu yang disebut dengan ubi manggalo. Selain itu juga mereka
menangkap ikan dan berburu binatang, mengambil madu lebah serta mencari hasil hutan
lainnya.
Pada zaman dahulu sawah merupakan sebidang tanah yang telah digarap untuk
dapat dikembangkan menjadi lahan budidaya tanaman padi. Di indonesia kepandaian
mengolah lahan budidaya tanaman padi sudah dikenal sejak masa lampau yang merupakan
perkembangan dari pengetahuan bercocok tanam dengan pola berladang pada masa
neolitikum atau sekitar 2000 s.d 1000 SM. Pada masa itu manusia telah memanfaatkan
hutan belukar dengan cara menebang dan membakar pohon dan belukar.
Kemudian dikembangkan menjadi ladang untuk ditanami tumbuhan yang dapat
memenuhi kebutuhan bahan pangan. Tumbuhan yang mula-mula ditanam antara lain jenis
umbi-umbian seperti keladi, ubi jalar, jewawut, padi dan kacang. Pengolahan lahan yang
ditampilkan di Museum Sang Nila ini adalah mengolahan model sawah di daerah Kampar
yang dikerjakan dengan menggunakan peralatan yang masih sederhana dan tradisional.
Dilanjutkan setelah mengulas suku sakai dan cara bercocok tanam masyarakat
zaman dahulu, terdapat pula miniatur-minatur rumah adat melayu riau. Ada rumah limas
yang terbuat dari bahan kayu dan seng yang merupakan rumah melayu yang berbentuk
dapur bubung panjang yang disebut gajah menyusu, rumah belah bubung, rumah
masyarakat petalangan dan sebagainya. Selain miniatur rumah adat, miniatur kapal lancang
kuning juga dipajang serta miniatur sampan-sampan.
Tak ketinggalan di dalam museum tersebut diceritakan tentang perjuangan
masyarakat riau di zaman dahulu yanng tertempel berderet di dinding museum tersebut.
Ada banyak cerita dan dan peninggalan sejarah yang diwariskan dari masa lalu masyarakat
riau. Banyak benda-beda langka yang sudah tidak bisa dijumpai lagi disaat masa sekarang ini.
Secara umum, kunjungan yang sangat mengesankan ini dapat memberi pelajaran yang
sangat berharga tentang kekayaan budaya indonesia khususnya riau. Mulai dari kekayaan
bumi, sejarah, adat istiadat, dan sebagainya yang harus selalu dilestarikan oleh generasi
selanjutnya karena Museum Daerah Sang Nila Utama ini merupakan bukti otentik dari
catatan dan penelitian sejarah di daerah yang kita cintai ini, yaitu Riau.











BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari laporan yang telah diterima dan disusun seperti diatas kami mengambil kesimpulan
yang dimaksud sebagai berikut :
1. Selama melaksanakan kunjungan wisata penyusun mempunyai pengalaman
yang banyak dan dapat menjelaskan keadaan yang dikunjungi yakni Museum
Sang Nila Utama Pekanbaru.
2. Dalam melaksanakan kunjungan wisata sangat baik, karena sesuai dengan
perjanjian antara murid, guru dan penjaga Museum Sang Nila Utama
Pekanbaru.
3. Mengenai kunjungan wisata cukup baik, karena penulis dapat menikmati
keindahan Museum Sang Nila Utama dalam melihat panorama benda-benda
bersejarah yang pernah ada di Riau.
4. Dengan melaksanakan kunjungan wisata penulis dapat mengetahui sejarah
mengenai Museum Sang Nila Utama Pekanbaru.
B. Saran
Adapun saran penulis sebagai berikut :
1. Pada waktu melaksanakan kunjungan wisata hendaknya mencatat hal penting yang ada
di objek.
2. Diharapkan agar menjaga ketertiban dalam melihat benda bersejarah, agar tidak
menghilangkan nilai sejarah pada benda tersebut.
3. Tata tertib dalam kunjungan wisata mohon ditingkatkan.
4. Sewaktu akan bepergian mintalah doa restu pada kedua orang tua.
Demikian saran dari penyusun semoga bermanfaat bagi teman-teman, khususnya bagi
yang melaksanakan kunjungan wisata nanti.





MAKALAH
Penelitian Benda-Benda Bersejarah di Museum
Sang Nila Utama Pekanbaru
O
L
E
H

Nama Kelompok :
1. Chylsia Felyaross
2. Eri Ananta
3. Ira Putri
4. Irene Noviandra
5. Yudisthira Arya
6. Martin Aprianto Sitorus

Anda mungkin juga menyukai