Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KISAH NABI LUTH AS DALAM AL-QUR’AN

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an


Dosen pengampu : H. Usep Dedi Rostandi, Lc., MA.

Disusun oleh :
Istiwa Nursyamsiah Muhas
1171030099
IAT- II- E

JURUSAN ILMU AL – QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin, segala puji dan syukur saya haturkan kepada Ilahi
Rabbi yang mana telah memberikan nikmat Iman dan Islam, serta telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kisah
Nabi Luth As Dalam Al-Qur’an”. Shalawat beserta salam semoga selalu terlimpah curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Kepada keluarganya, para sahabatnya, para tabi’in tabi’at
nya dan para pengikutnya sampai akhir zaman. Aamin Yaa Allah Yaa Rabbal ‘Alamiin.

Harapan saya semoga makalah ini dapat membantu dalam menambah pengetahuan
dan pengalaman dalam proses mencari materi, sehingga menemukan pengetahuan baru
disamping pengetahuan mengenai makalah ini, serta berharap dapat memberikan manfaat
dengan bertambahnya ilmu terhadap pembaca.

Makalah ini saya susun untuk memenuhi salah satu tugas mandiri pada mata kuliah
Ulumul Qur’an II yang dibimbing oleh H. Usep Dedi Rostandi, Lc., MA. Terlepas dari semua
itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang sangat sederhana ini masih memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mohon kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak. Terutama dari Bapak dosen Ulumul Qur’an II
selaku pembimbing mata kuliah ini. Serta tentang materi yang penulis dapatkan tentang
penentuan ayat maupun surat yang memuat tentang kisah Nabi Luth ini dapat dikaji lebih
dalam oleh pembaca tentang kebenarannya, wallahu’alam.

Bandung, 10 Juni 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

1. KATA PENGANTAR .......................................................................................2


2. DAFTAR ISI......................................................................................................3
3. BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................4
C. Tujuan ..........................................................................................................5
D. Manfaat ........................................................................................................5
4. BAB II PEMBAHASAN
A. Ayat-ayat Yang Berkaitan dengan Nabi Luth As dalam Al-Qur’an ............6
B. Surat-surat Yang Memuat Kisah Nabi Luth ................................................6
C. Kaum Nabi Luth...........................................................................................17
1. Hal-hal Yang Dilakukan Kaum Nabi Luth...........................................17
2. Hal-hal Yang Terjadi pada Kaum Nabi Luth........................................19
D. Hikmah Keberadaan Kisah Nabi Luth .........................................................22
5. BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................24
6. DAFTAR PUSTAKA..................................................................................25

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Al-Qur'an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah tujuan


yang benar dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan
pada keimanan kepada Allah SWT dan risalah-Nya, sebagian besar al-Qur'an pada
mulanya diturunkan untuk tujuan menyaksikan banyak peristiwa sejarah, bahkan
kadang terjadi diantara mereka khusus yang memerlukan penjelasan hukum Allah
SWT.
Di antara ilmu tentang al-Qur'an ini ialah terdapat Qashash (kisah). Kisah
merupakan berita yang berurutan. Sebagaimana dalam al-Qur’an dikatakan bahwa ‫إِ َّن‬
‫ص ال َح ُّق‬ َ َ‫( هذَا لَ ُه َو الق‬Sesungguhnya ini adalah berita yang benar ) . Sedangkan kisah
ُ ‫ص‬ 1

al-Qur’an adalah pemberitaan Qur’an tentang hal ihwal umat yang telah lalu, nubuwat
(kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Dalam al-Qur’an
terdapat banyak mengandung keterangan tentang kejadian pada masa lalu, khususnya
tentang kisah para nabi yang diutus untuk suatu kaum. Ia menceritakan samua
kejadian mereka dengan cara yang menarik. 2

Di dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat-ayat mengenai kisah para nabi.


Kisah ini mengandung dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat yang
memperkuat dakwahnya, sikap orang-orang yang memusuhinya, tahapan-tahapan
dakwah dan perkembangannya serta akibat-akibat yang diterima oleh mereka yang
mendustakan. Misalnya kisah nabi Luth yang diutus kepada kaum Sadum (kaum yang
melakukan homoseks), mereka melampiaskan syahwatnya kepada sesama jenis laki-
laki dan mereka tidak mempunyai syahwat terhadap perempuan.
Kaum Sadum ini telah mendustakan apa yang telah disampaikan oleh Nabi
Luth, mereka melakukan kefasikan. Karena sikap mereka yang telah mendustakan
ayat-ayat Allah SWT yang disampaikan Nabi Luth akhirnya mereka dibinasakan oleh
Allah SWT. Akan tetapi bagi mereka pengikut Nabi Luth semuanya diselamatkan dan
pindah ke daerah yang telah diperintahkan, yaitu ke negeri Syam. Kecuali istrinya
karena ia termasuk orang yang tertinggal (dibinasakan).

2. Rumusan Masalah
1. Ada berapa ayat-ayat yang berkaitan dengan Nabi Luth dalam al-Qur’an?
2. Terdapat dalam surat apa saja ayat-ayat yang berkaitan dengan Nabi Luth dalam
al-Qur’an ?
3. Bagaimana tafsiran ayat-ayat yang berkaitan dengan Nabi Luth dalam al-Qur’an?
4. Apa yang dilakukan oleh kaum Nabi Luth?
5. Apa akibat yang terjadi pada kaum Nabi Luth?
6. Bagaimana sikap kita dalam mengambil hikmah dari kisah Nabi Luth?

1
QS. Ali Imran [3]:62.
2
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’a, Litera Antarnusa, Bogor, 2013, hlm. 436.

4
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui kisah Nabi Luth dalam al-Qur’an.
2. Untuk mengetahui apa yang dilakukan kaum Nabi Luth dan akibat yang terjadi
kepada mereka.
3. Untuk mengetahui dan memahami ayat-ayat yang berkaitan dengan Nabi Luth.
4. Untuk mengetahui dan memahami tafsiran ayat-ayat yang berkaitan dengan Nabi
Luth.
5. Menambah wawasan keilmuan dalam mengambil hikmah dari kisah Nabi Luth
yang terdapat dalam al-Qur’an.

4. Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai sumber pengetahuan
baru dan dapat menambah hazanah keilmuan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ayat-ayat Yang Berkaitan dengan Nabi Luth As dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an memberikan banyak pelajaran bagi kita dalam setiap kandungan yang
terdapat dalam semua ayat-ayatnya. Di antara kandungan ayat-ayat al-Qur’an ini memuat
berbagai macam ilmu pengetahuan antara lain akidah, akhlak dan hukum yang
merupakan pokok-pokok ajaran agama Islam.

Adapun di dalam al-Qur’an terdapat banyak kisah-kisah yang menjelaskan tentang


ummat terdahulu, yang salah satunya kisah para nabi. Kisah ini mengandung dakwah
kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat yang memperkuat dakwahnya, sikap orang-orang
yang memusuhinya, tahapan-tahapan dakwah dan perkembangannya serta akibat-akibat
yang diterima oleh mereka yang mempercayai dan golongan yang mendustakan. 3

Kisah para nabi yang akan dijelaskan di sini salah satunya adalah kisah Nabi Luth as.
Di dalam al-Qur’an terdapat kurang lebih 70 ayat yang berkaitan dengan nabi Luth as.
Setiap ayat tersebut tidak semua ayat menyebutkan langsung nama Nabi Luth. Akan
tetapi, ada ayat yang menyatakan dalam bentuk dhomir dan maknanya tersirat yang di
dalamnya ditujukan kepada Nabi Luth. Sehingga untuk memahami ayat-ayat dengan
makna tersirat itu diperlukan sebuah penafsiran yang akan mendatangkan pemahaman
yang dimaksud ayat-ayat tersebut.

Ayat-ayat yang berkaitan dengan Nabi Luth ini terdapat dalam 13 surat pada al-
Qur’an. Namun dari surat-surat ini terdapat makna yang tersirat yang terkait dengan Nabi
Luth. Di antara surat-surat itu ialah, 1 ayat dalam surat al-An’am; 5 ayat dalam surat al-
A’raf; 10 ayat pada surat Hud; 21 ayat dalam surat al-Hijr; 3 ayat pada surat al-Anbiya’;
2 ayat pada surat al-Hajj; 9 ayat pada surat al-‘Ankabut; 6 ayat pada surat ash-Shafat; 3
ayat pada surat Shaad; 1 ayat pada surat Qaaf; 7 ayat pada surat al-Qamar, 2 ayat pda
surat adz-Dzariyat dan 1 ayat pada surat at-Tahrim. Pada ayat-ayat ini isinya saling
berkesinambungan satu sama lain, di antara isi dari ayat-ayat tersebut adalah memuat
berbagai peringatan terhadap kaum Nabi Luth yang telah mendustakan apa yang
disampaikannya, prilaku kaum Nabi Luth sampai adzab-adzab yang akan menimpa
mereka yang telah melakukan perbuatan keji yang tidak pernah dilakukan oleh seorang
pun di dunia ini sebelumnya kecuali kaum Nabi Luth penduduk Sadum yang pertama
melakukannya, yaitu perbuatan liwath (homoseksual), begitupun istrinya termasuk
orang-orang yang tertinggal akan dibinasakan.

B. Surat-surat Yang Memuat Kisah Nabi Luth As

Kisah Nabi Luth ini dimuat pada 13 surat dalam al-Qur’an, surat-surat itu antara lain
sebagai berikut:

1. Surat al-An’am [6] ayat 86


3
Ibid., hlm. 436.

6
 
    
  
“Dan Ismail, Ilyasa', Yunus dan Luth. masing-masing Kami lebihkan derajatnya di
atas umat (di masanya)”.

2. Surat al-A’raaf [7] ayat 80-84

   


  
    
  
  
    
   
    
   
   
  
  
   
   
   
 
80. Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah) tatkala
Dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan keji, yang
belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?"
81. Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melampiaskan syahwatmu
(kepada mereka), bukan kepada wanita. Kamu benar-benar kaum yang melampaui
batas”.
82. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan
pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; Sesungguhnya mereka adalah orang-orang
yang berpura-pura mensucikan diri."
83. Kemudian Kami selamatkan Dia dan pengikut-pengikutnya kecuali
isterinya; Dia Termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).
84. Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu). Maka perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.

3. Surat Hud [11] ayat 70; ayat 74; ayat 77-83 dan ayat 89

7
    
  
    
   
  
“Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, dia (Ibrahim)
mencurgai mereka, dan merasa takut kepada mereka. Mereka (Malaikat) berkata:
"Jangan kamu takut, Sesungguhnya Kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus
kepada kaum Luth." (QS. Hud: 70)
Ayat ini menjelasakan tentang utusan yang datang kepada Ibrahim. Dalam satu
riwayat, mereka memberi kabar gembira tentang Ishaq, dan riwayat yang lain
memberikan kabar tentang kebinasaan kaum Nabi Luth.

   


  
    
“Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang
kepadanya, diapun bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum
Luth”. (QS. Hud: 74)

Allah SWT mengabarkan (dalam firman-Nya) tentang Ibrahim as, bahwa


ketika rasa takutnya hilang, yaitu dia merasa takut ketika para Malaikat tidak mau
makan. Lalu setelah itu, mereka (para Malaikat) memberikan kabar gembira bahwa ia
akan mendapatkan anak, juga mereka mengabarkan tentang kebinasaan kaum Nabi
Luth.

   


    
    
  
   
   
   
    
     
   
    
    
    
     

8
    
   
    
   
   
    
    
   
   
  
 
  
   
    
   

77. Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, Dia
merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan Dia
berkata: "Ini adalah hari yang Amat sulit."
78. Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. dan sejak dahulu
mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata: "Hai kaumku,
Inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, Maka bertakwalah kepada Allah
dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. tidak Adakah di
antaramu seorang yang berakal?"
79. Mereka menjawab: "Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa Kami tidak
mempunyai keinginan terhadap puteri-puterimu; dan Sesungguhnya kamu tentu
mengetahui apa yang sebenarnya Kami kehendaki."
80. Luth berkata: "Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau
kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan)."
81. Para utusan (malaikat) berkata: "Hai Luth, Sesungguhnya Kami adalah utusan-
utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu
Pergilah dengan membawa keluarga dan Pengikut-pengikut kamu di akhir malam
dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu.
Sesungguhnya Dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena Sesungguhnya
saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; Bukankah subuh itu sudah
dekat?".
82. Maka tatkala datang perintah Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di
atas ke bawah (kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang
terbakar dengan bertubi-tubi,
83. Yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu Tiadalah jauh dari orang-orang
yang zalim. (QS. Hud: 77-83)

9
  
   
    
     
   
 
“Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kamu)
menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa
kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Shaleh, sedang kaum Luth tidak (pula) jauh
(tempatnya) dari kamu”. . (QS. Hud: 89)

Menurut tafsir Ibnu Katsir jilid 4, Ayat ini menjelaskan tentang pertentangan
antara Nabi Syuaib dengan kaumnya, akan kedendaman, karena permusuhan dan
kemarahannya terhadap kekafiran dan kerusakan yang dilakukan kaumnya. Sehingga
Nabi Syuaib memberikan peringatan kepada mereka dengan menyebutkan sesuatu
yang menimpa kaum Nuh, kaum Huud, kaum Shaleh dan kaum Luth, yaitu siksaan
dan adzab. Dan kaum Luth sesungguhnya binasa di hadapan kaum Nabi Syuaib
kemarin.

4. Surat al-Hijr [15] Ayat 59-77

    


  
   
   
  
  
   
   
   
 
   
  
 
  
   
  
   
  
   

10
 
    
   
    
  
  
   
  
  
  
  
  
  
     
  
   
   
 
”Kecuali Luth beserta pengikut-pengikutnya. Sesungguhnya Kami akan
menyelamatkan mereka semuanya;
Kecuali istrinya. Kami telah menentukan, bahwa Sesungguhnya ia itu
Termasuk orang-orang yang tertinggal (bersama-sama dengan orang kafir lainnya)";
Maka tatkala Para utusan itu datang kepada kaum Luth, beserta pengikut-
pengikutnya; Ia berkata: "Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang tidak
dikenal"; Para utusan menjawab: "Sebenarnya Kami ini datang kepadamu dengan
membawa azab yang selalu mereka dustakan;
Dan Kami datang kepadamu membawa kebenaran dan Sesungguhnya Kami
betul-betul orang-orang benar;
Maka Pergilah kamu di akhir malam dengan membawa keluargamu, dan
ikutlah mereka dari belakang dan janganlah seorangpun di antara kamu menoleh
kebelakang dan teruskanlah perjalanan ke tempat yang di perintahkan kepadamu".
Dan telah Kami wahyukan kepadanya (Luth) perkara itu, Yaitu bahwa mereka
akan ditumpas habis di waktu subuh.;
Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena)
kedatangan tamu-tamu itu;
Luth berkata: "Sesungguhnya mereka adalah tamuku; Maka janganlah kamu
memberi malu (kepadaku),;
Dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina".;
Mereka berkata: "Dan Bukankah Kami telah melarangmu dari (melindungi)
manusia?" ;

11
Luth berkata: "Inilah puteri-puteriku (kawinlah dengan mereka), jika kamu
hendak berbuat (secara yang halal)". ;
(Allah berfirman): "Demi umurmu (Muhammad), Sesungguhnya mereka
terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)". ;
Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur (suara malaikat
Jibril), ketika matahari akan terbit.;
Maka Kami jadikan bagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani
mereka dengan batu dari tanah yang keras.;
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda.;
Dan Sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap
(dilalui manusia). [kota kaum Nabi Luth terletak di jalan yang masih tetap dilalui
dipakai oleh orang-orang Quraisy untuk menuju ke negeri Syam. Jalan itu masih ada
tapi mereka tidak mau menjadikannya sebagai pelajaran];
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman”.

Ayat ini berkenaan dengan pertanyaan Nabi Ibrahim kapada Malaikat-


malaikat utusan Allah kalau-kalau ada lagi kewajiban mereka yang lain yang telah
diperintahkan. Terdapat pada dua ayat sebelum ayat yang disebutkan di atas. Dan
bahwasanya mereka diutus kepada kaum yang berdosa yaitu kaum penduduk negeri
Sadum yang berdosa telah melakukan homoseksual dan mereka akan dibinasakan.
dan mereka memberitahu Ibrahim akan menyelamatkan keluarga Nabi Luth kecuali
istrinya, karena dia termasuk orang yang akan dibinasakan. Bahwa kerapkali bertemu
di dalam al-Qur’an bahwa istri Nabi Luth itu termasuk orang yang tertinggal terkena
azab yang tidak turut diselamatkan.
Allah SWT bersumpah dengan hidup Nabi Muhammad saw yang
menunjukkan kehormatan yang besar , kedudukan yang tinggi dan kemuliaan yang
luas bagi beliau.

5. Surat al-Anbiya’ [21] Ayat 71; ayat 74-75


  
  
  
“Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah
memberkahinya untuk sekalian manusia”.

Ibrahim bersama Luth terlepas dengan selamat dari negeri kelahiran mereka
di tanah Kaldan.4 Dan dipindahkan ke negeri yang diberi berkah ialah negeri Syam,
Termasuk di dalamnya Palestina. Tuhan memberkahi negeri itu artinya: kebanyakan
Nabi berasal dan negeri ini dan tanahnya pun subur. Nabi Ibrahim tinggal di negeri

4
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XVII, Yayasan Latimojong, Surabaya, 1965, hlm. 94.

12
Palestina sedangkan Nabi Luth di Mu’tafikah, jarak antara kedua negeri itu dapat
ditempuh dalam sehari.
Qatadah berkata: “ Dia berada di negeri Irak, lalu Allah menyelamatkannnya
ke negeri Syam, dan dia berkata: “ Itulah tanah yang Mahsyar dan Mansyar, di
sanalah turunnya Isa bin Maryam dan di sana pula dibinasakannya al-Masih ad-
Dajjal.5

  


  
  
   
   
  
   
 
“Dan kepada Luth, Kami telah berikan Hikmah dan ilmu, dan telah Kami
selamatkan Dia dari (azab yang telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan
perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik,; Dan Kami
masukkan Dia ke dalam rahmat kami; karena Sesungguhnya Dia Termasuk orang-
orang yang saleh.”

Allah memberikan hikmah dan ilmu, memberikan wahyu kepadanya,


menjadikannya seorang Nabi serta mengutusnya ke kota Sadum. Maka, mereka
menyelisihi dan mendustakannya, hingga Allah membinasakan dan menghancurkan
mereka, sebagaimana kisah mereka disebutkan dalam al-Qur’an.

6. Surat al-Hajj [22] ayat 43

   



“Dan kaum Ibrahim dan kaum Luth”

Ayat ini menjeaskan tentang Allah SWT menghibur Nabi saw, atas
pendustaan kaumnya yang menentangnya. Kemudian dicetitakan tentang kisah kaum
terdahulu yaitu kaum Ibrahim yaitu bangsa Kaldan dan kaum Luth penduduk Sadum
(sodom). Padahal mereka membawa ayat-ayat yang jelas dan bukti-bukti yang nyata.
Namun kaumnya mendustakan mereka, kemudian Allah mengazab mereka.

7. Surat al-‘Ankabut [29] ayat 26; 28-35

5
Abdullah bin Muhammad bin abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir Terj. M. Abdul Ghoffar jilid
5, Pustaka Imam Asy-syafi’i, Bogor, 2008, hlm. 467.

13
     
    
  
 
“Maka Luth membenarkan (kenabian)nya. dan berkatalah Ibrahim:
"Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku
(kepadaku); Sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Allah mengabarkan tentang Ibrahim, bahwa ketika Ia memlulai dakwahnya,


Luth-lah yang mula-mula menyatakan iman kepada seruannya. Ia disebut sebagai
anak saudara Ibrahim. Mereka mengatakan, Luth bin Haran bin Azar. Tidak ada satu
orang pun di kaumnya yang beriman selain dirinya dan Sarah.

   


  
    
  
  
 
  
    
   
   
   
   
  
  
 
  
    
  
     
   
  
  
   
   
   
    
    
14
  
   
   
  
  
   
  
  

28. Dan (ingatlah) ketika Luth berkata pepada kaumnya: "Sesungguhnya kamu
benar-benar mengerjakan perbuatan yang Amat keji yang belum pernah dikerjakan
oleh seorangpun dari umat-umat sebelum kamu".

29. Apakah Sesungguhnya kamu patut mendatangi laki-laki, menyamun dan


mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu? Maka jawaban kaumnya
tidak lain hanya mengatakan: "Datangkanlah kepada Kami azab Allah, jika kamu
Termasuk orang-orang yang benar".
30. Luth berdoa: "Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab)
atas kaum yang berbuat kerusakan itu".
31. Dan tatkala utusan Kami (para malaikat) datang kepada Ibrahim
membawa kabar gembira, mereka mengatakan: "Sesungguhnya Kami akan
menghancurkan penduduk negeri (Sodom) ini; Sesungguhnya penduduknya adalah
orang-orang yang zalim".
32. Berkata Ibrahim: "Sesungguhnya di kota itu ada Luth". Para Malaikat
berkata: "Kami lebih mengetahui siapa yang ada di kota itu. Kami sungguh-sungguh
akan menyelamatkan Dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya. Dia adalah
Termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).
33. Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth,
Dia merasa susah karena (kedatangan) mereka, dan (merasa) tidak punya kekuatan
untuk melindungi mereka dan mereka berkata: "Janganlah kamu takut dan jangan
(pula) susah. Sesungguhnya Kami akan menyelamatkan kamu dan pengikut-
pengikutmu, kecuali isterimu, Dia adalah Termasuk orang-orang yang tertinggal
(dibinasakan)".
34. Sesungguhnya Kami akan menurunkan azab dari langit atas penduduk
kota ini karena mereka berbuat fasik.
35. Dan Sesungguhnya Kami tinggalkan daripadanya satu tanda yang nyata
bagi orang-orang yang berakal. (berupa bekas-bekas reruntuhan kota Sodom bagi
mereka yang mau berpikir)

8. Surat ash-Shaffat [37] ayat 133-138


  
  
15
 
    
  
  
  
   
  

“ Sesungguhnya Luth benar-benar salah seorang rasul; (ingatlah) ketika


Kami selamatkan Dia dan keluarganya (pengikut- pengikutnya) semua,; Kecuali
seorang perempuan tua (isterinya yang berada) bersama-sama orang yang ditinggal.
; Kemudian Kami binasakan orang-orang yang lain [yaitu orang-orang yang kafir
dari kaumnya, mereka yang tinggal di kota yang tidak ikut bersama Nabi Luth as]

Dan Sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan melalui


(bekas-bekas) mereka di waktu pagi, [melalui bekas-bekas dan tempat-tempat tinggal
mereka bila mengadakan perjalanan, maksudnya di waktu siang hari]
Dan di waktu malam. Maka Apakah kamu tidak memikirkan?

9. Surat Shaad [38] ayat 13-15

   


  
    
    
    
     
“Dan Tsamud, kaum Luth dan penduduk Aikah. mereka Itulah golongan-
golongan yang bersekutu (menentang rasul-rasul).
Semua mereka itu tidak lain hanyalah mendustakan rasul-rasul, Maka
pastilah (bagi mereka) azab-Ku. Artinya masing-masing dari golongan-golongan
yang bersekutu itu mereka telah mendustakan salah seorang dari rasul-rasul itu, hal ini
berarti sama saja dengan mendustakan semua rasul-rasul, karena sesungguhnya seruan
dan ajaran mereka satu, yaitu menyeru kepada ajaran tauhid.
Tidaklah yang mereka tunggu melainkan hanya satu teriakan saja yang tidak
ada baginya saat berselang. [tiupan sangkakala yang sesudah itu mereka tidak akan
merasakan lagi seperti saat di dunia]

10. Surat Qaaf [50] ayat 13

   



16
“ Dan kaum Aad, kaum Fir'aun dan kaum Luth”.
Mereka adalah ummat Luth dan penduduk Sadum, yang ia diutus oleh Allah
kepada mereka. Bagaimana Allah menenggelamkan mereka ke dalam bumi dan Allah
rubah tanah mereka menjadi danau besar (laut mati) yang berbau busuk dan tengik
menyelimuti mereka sebagai akibat dari kekufuran, kesewenangan, dan keingkaran
mereka terhadap kebenaran.

11. Surat al-Qamar [54] ayat 33-39

   


   
    
  
   
    
  
  
   
  
   
  
   
 

“ Kaum Luth-pun telah mendustakan ancaman-ancaman (nabinya).


Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang
membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Luth. mereka Kami
selamatkan sebelum fajar menyingsing,
Sebagai nikmat dari kami. Demikianlah Kami memberi Balasan kepada
orang-orang yang bersyukur Dan Sesungguhnya Dia (Luth) telah memperingatkan
mereka akan azab-azab Kami, Maka mereka mendustakan ancaman-ancaman itu.
Dan Sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamnuya
(kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, Maka rasakanlah azab-Ku dan
ancaman-ancaman-Ku.
Dan Sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa azab yang kekal.
Maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.

12. Surat at-Tahrim [66] ayat 10

   


  

17
    
  
  
   
   
  
“Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-
orang kafir. keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di
antara hamba-hamba kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya
(masing-masing), Maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari
(siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam Jahannam
bersama orang-orang yang masuk (jahannam)".

Istri Nabi Nuh bernama Wahilah telah berkata kepada kaumnya bahwa Nuh
adalah orang gila, sedang istri Nabi Luth yang dikenal dengan nama Wailah,
memberikan petunjuk kepada kaumnya tentang tamu-tamunya, yaitu bahwa tamu-
tamu itu tinggal di rumahnya, maka ia akan memberi tanda kepada mereka dengan api
di waktu malam dan kalau siang hari dengan memakai asap. Mereka akan dimasukan
bersama orang-orang kafir dari kalangan kaum Nabi Nuh dan kaum Nabi Luth.
Kedua istri itu berkhiatan kepada suaminya, yaitu dalam hal keimanan, di
mana mereka tidak sepakat untuk satu iman dengan mereka, tidak juga mau
mempercayai risalah yang diemban keduanya. Semua itu tidak akan memperoleh apa-
apa dan tidak akan mampu menolak petaka yang akan ditimpakan kepada mereka.
Karena kekufuran mereka suaminya tidak dapat menolong mereka. Yang dimaksud
penghianatan disini bukan dalam fahisyah (zina), tetapi penghianatan dalam masalah
agama, kerena istri-istri Nabi itu terpelihara dari perselingkuhan atau perzinaan demi
menjaga kehormatan para Nabi.6

B. Kaum Nabi Luth

1. Hal-hal yang dilakukan Kaum Nabi Luth

Allah SWT telah menjelaskan di dalam al-Qur’an tentang apa yang telah dilakukan
kaum Nabi Luth yang sebagian besar ayatnya menggambarkan perbuatan mereka
melakukan liwath (homoseksual). Dan Allah telah mengutus Nabi Luth kepada kaumnya
yaitu Sadum (Sodom), untuk menyuruh mereka berbuat kebaikan dan mencegah
kemunkaran. Kemunkaran yang mereka perbuat adalah, berbagai macam larangan dan
perbuatan keji yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelumnya, yaitu
hubungan badan antara laki-laki dan laki-laki (homoseks). Perbuatan ini sama sekali
belum pernah dikenal, dikerjakan dan bahkan terbesit dalam hati umat manusia, anak
keturunan Adam kecuali setelah dilakukan oleh penduduk Sadum. Amr bin Dinar

6
Abdullah bin Muhammad bin abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir Terj. M. Abdul Ghoffar jilid
8, Pustaka Imam Asy-syafi’i, Bogor, 2008, hlm 232.

18
mengatakan: “tidak ada seorang laki-laki berhubungan badan dengan laki-laki lain,
sehingga terjadi apa yang dilakukan kaum Luth”.7 Dan mereka melakukan kekejian itu
secara terang-terangan.

Hal itu benar-benar perbuatan melampaui batas dan bodoh, karena telah
menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Mereka melampiaskan syahwatnya bukan
kepada perempuan akan tetapi kepada sesama laki-laki. Mereka sama sekali tidak mau
memenuhi seruan Nabi Luth , kecuali dengan tekad untuk mengusir dan membinasakan
Nabi Luth dan para pengikutnya dari tengah-tengah mereka. Mereka mencela Nabi Luth
dan para pengikutnya dengan celaan yang tidak mengena sama sekali. Sedang Mujahid
mengatakan “Luth dan para pengikutnya itu adalah orang-orang yang suci dari dubur
laki-laki dan dubur perempuan.8

Bagi orang-orang yang melewati tempat mereka, mereka akan melakukan perbuatan
keji terhadapnya di tempat mereka itu dan di tempat pertemuannya tempat berkumpul.
Sebagian dari mereka melakukan perbuatan keji dengan sebagian yang lain, mengapa
keji perbuatan ini, dan bahwasanya azab akan menimpa atas para pelakunya. Sebagian
mufasir mengartikan ‫ا‬ “ yang
terdapat pada ayat 29 surat al-’Ankabut dengan melakukan perbuatan keji terhadap
orang-orag yang dalam perjalanan”, karena mereka sebagian besar melakukan
homoseksual itu dengan tamu-tamu yang datang ke kampung mereka. Ada lagi yang
mengartikan dengan “merusak jalan keturunan’ karena mereka berbuat homoseksual.
Imam Ahmad meriwayatkan, bahwa Ummu Hani bertanya kepada Rasulullah tentang
ayat “Dan mengerjakan kemunkaran di tempat-tempat pertemuanmu”,(al-‘Ankabut: 29)
maka Rasulullah mersabda: “Mereka melempari orang-orang yang berada di jalan dan
mengejeknya. Itulah kemunkaran yang mereka melakukannya”. (HR. At-Tirmidzi, Ibnu
Jarir dan Ibnu Abi Hatim).9

Mereka melakukan apa yang tidak layak, baik perkataan maupun perbuatan, di majlis-
majlis tempat mereka berkumpul dimana sebagian mereka tidak mengingkari sebagian
yang lain sedikit pun. Ada pula yang berkata: “sebagian mereka mendatangi sebagian
yang lain di tempat-tempat kebesaran”, itulah yang dikatakan oleh Mujahid. Dan ada
pula yang berkata: “ mereka saling mengeluarkan angin (kentut) dan saling tertawa,
itulah yang dikatakan Aisyah ra dan al-Qasim. Serta ada juga yang berkata: “Mereka
saling mengadu kambing, domba dan berlomba-lomba mengadu ayam, semua kelakuan
itu lahir dari mereka, padahal hal itu buruk bagi mereka. 10

Maka ketika utusan-utusan Allah telah datang kepada kaum Nabi Luth , maka Luth
berkata “Sesungguhnya kamu ini adalah satu kaum yang tidak dikenal”. Hal ini

7
Abdullah bin Muhammad bin abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir Terj. M. Abdul Ghoffar jilid
3, Pustaka Imam Asy-syafi’i, Bogor, 2008, hlm. 414-415.
8
Ibid., hlm. 415-416.
9
Abdullah bin Muhammad bin abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir Terj. M. Abdul Ghoffar jilid
6, Pustaka Imam Asy-syafi’i, Bogor, 2008, hlm. 327.
10
Ibid., hlm. 327.

19
merupakan teguran Nabi Luth tentang orang-orang baru yang nampaknya masih muda-
muda, yang masuk ke dalam negerinya. Padahal kedatangan mereka hendak memberi
peringatan kepada mereka tentang kekejian perangai kaumnya terhadap sesama laki-laki.
Padahal tamu-tamu itu adalah utusan Allah yang datang membawa apa yang telah
mereka dustakan (adzab Allah). Namun, ketika Nabi Luth kedatangan tamu itu, ia
merasa susah karena mereka berupa pemuda yang rupawan sedangkan kaum Luth Amat
menyukai pemuda-pemuda yang rupawan untuk melakukan homoseksual. Dia merasa
tidak sanggup melindungi mereka bilamana ada gangguan dari kaumnya. Hal inilah yang
membuat nabi Luth merasa takut terhadap kaumnya yang tentunya akan berlaku tidak
senonoh terhadap tamu-tamunya itu dan hal itu merupakan hari yang sangat sulit
baginya.

As-Suddi berkata: “Ketika Allah mengutus Malaikat kepada kaum Nabi Luth, mereka
bergegas berjalan dengan penampilan sebagai laki-laki muda, kemudian mereka singgah
di rumah Ibrahim dan bertamu kepadanya, maka ketika Ibrahim melihat mereka, dia
menghormati mereka.11

Dan ketika kaumnya mengetahui bahwa di dalam rumah Nabi Luth terdapat beberapa
laki-laki tampan yang masih muda-muda, keadaan mereka sangat gembira sekali dengan
kedatangan para tamu itu, karena mereka berniat untuk melampiaskan syahwatnya
terhadap tamu-tamu itu. Dengan segera mereka menuju kepadanya. Dan sejak dulu
sebelum kedatangan tamu itu mereka telah melakukan perbuatan keji yaitu menyetubuhi
anus laki-laki. Padahal Nabi Luth pernah berkata “ Hai kaumku! Inilah putri-putriku
maka kawinilah mereka. Mereka lebih suci bagi kalian. Tidak adakah di antara kalian
seorang yang berakal?” yang memerintahkan kalian berbuat kebajikan dan melarang
kalian melakukan perbuatan yang munkar. Namun mereka tidak membutuhkannya, dan
lebih suka menyetubuhi anus laki-laki.

Hal yang demikian itu terjadi pada malam hari ketika Malaikat Jibri, Mikail dan
Israfil mendatangi Nabi Luth dalam wujud tiga orang pemuda tampan, sebagai ujian dari
Allah bagi mereka. Lalu mereka dijamu oleh Nabi Luth, namun istrinya yang sudah tua
itu mengirim pesan buruk kepada kaumnya. Ia memberitahu mereka tentang tamu-tamu
Nabi Luth. Maka mereka pun segera mendatanginya dari segala arah. Dan Nabi Luth
segera mengunci pintu agar mereka tidak dapat masuk. Kemudian mereka berusaha
mendobrak pintu, dan itu berlangsung pada sore hari sedang nabi Luth berusaha
menahan pintu dan menghalangi mereka seraya mengatakan “Mereka itu adalah anak-
anak perempuanku”. Mereka menjawab: “sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa
kami tidak mempunyai selera terhadap mereka (putri-putrimu).

Mereka membujuknya agar dia membiarkan mereka dengan tamunya, bahkan mereka
meminta Nabi Luth untuk menyerahkan tamunya. Mereka bermaksud akan berbuat

11
Abdullah bin Muhammad bin abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir Terj. M. Abdul Ghoffar jilid
4, Pustaka Imam Asy-syafi’i, Bogor, 2008, hlm. 361-362.

20
liwath dengan para tamunya itu, padahal tamunya itu adalah malaikat-malaikat yang
menyamar menjadi manusia.

Setelah situasai memuncak dan mereka bersikeras untuk masuk, Jibril pun keluar
menemui mereka lalu memukul mata mereka dengan ujung sayapnya sehingga mata
mereka menjadi buta saat itu juga. Mereka pun mundur, meraba-raba dengan tongkat,
dan mereka mengancam Nabi Luth hingga menjelang pagi.12 Allah jadikan buta mata
mereka dan mata mereka tertutup rapat atau rata, sama rata dengan bagian muka yang
lainnya.

Sudah berkali-kali Nabi Luth memberi peringatan kepada mereka supaya perangai
yang amat hina itu dihentikan, dan kalau tidak mau menghentikannya, maka azab Tuhan
pasti datang, namun mereka tidak mau percaya, bahkan mereka hinakan Nabi Luth.13
Mereka mendustakan kebenaran yang disampaikan Nabi Luth akan datangnya adzab
Allah, mereka tidak pernah menoleh kepadanya dan merasa sombong terhadapnya.

2. Hal-hal Yang Terjadi Pada Kaum Nabi Luth

Menurut catatan sejarah di dalam al-Qur’an bangsa-bangsa yang dibinasakan itu


adalah kaum Nuh, bangsa ‘Aad, bangsa Tsamud, penduduk Sodom (Sadum), bangsa
Madyan, bangsa Saba’. Dan orang-orang yang binasa itu tidak akan kembali kepada yang
mendustakan itu, yang ada hanyalah penyesalan dan kerugian. Pada hari Kiamat ketika
mereka berhadapan dengan adzab siksaan yang mereka dustakan terhadap rasl-rasul dan
mereka sama sekali tidak mentaatinya. Mereka hanya memperolok-olokan dan
menentang terhadap ajaran yang dibawakan para rasul itu. Tidak sedikit umat terdahulu
yang Allah binasakan karena enggan beriman kepada-Nya dan kepada rasaul-rasul yang
dikirim kepada mereka.14

Salah satu kaum yang dibinasakan ini adalah kaum Nabi Luth. Allah SWT telah
membinasakan kaumnya penduduk Sadum (Sodom) yang telah mendustkan akan
kebenaran adzab Allah, mereka melakukan perbuatan keji, yaitu berbuat liwath
(homoseks) bersetubuh antara sesama laki-laki dan melakukan perbuatan ingkar yang
lainnya. Sebelum adzab Allah datang menimpa mereka, Nabi Luth telah
memperingatkan mereka akan siksa dan adzab Allah itu. Namun mereka tidak pernah
menoleh kepadanya dan merasa sombong terhadapnya.

Kaum Luth penduduk negeri Sadum yang ditunggangbalikkan dengan terjadinya


gempa besar, sehingga semuanya musnah. Kecuali orang yang beriman yang diperintah

12
Abdullah bin Muhammad bin abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir Terj. M. Abdul Ghoffar jilid
7, Pustaka Imam Asy-syafi’i, Bogor, 2008, hlm 610.
13
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XIV, Yayasan Nurul Islam, Jakarta, 1965, hlm. 32.
14
Encang Saefuddin, Tafsir Surat Yasin (Menguak Kisah dibalik Jantung Al-Qur’an), Tinta Biru, Bandung, 2009,
hlm. 85-86.

21
keluar lebih dahulu dari negeri itu.15 Para utusan yang diperintah Allah untuk mendatangi
Nabi Luth, meminta Nabi Luth untuk pergi dengan membawa keluarga dan pengikut-
pengikutnya di akhir malam dan jangan ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal,
supaya ia tidak melihat kengerian adzab yang menimpa mereka.

Dalam tafsir Ibnu katsir maksud dari “janganlah ada seorang pun di antara kamu
yang tertinggal”, adalah jika kamu mendengar sesuatu menimpa mereka, janganlah
terpengaruh oleh suara–suara yang bergemuruh itu, akan tetapi teruslah kamu pergi.16

Maka Allah SWT mengeluarkan Luth (dari kota Sadum) beserta pengikutnya dalam
keadaan selamat dan tidak ada yang beriman kepadanya kecuali dari pihak keluarganya
saja. Sebagaimna yang difirmankan Allah SWT dalam surat adz-Dzariyaat: 35-36

    


   
   
 
“LaluKami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth
itu.; Dan Kami tidak mendapati negeri itu, kecuali sebuah rumah (rumah Nabi Luth dan
keluarganya) dari orang yang berserah diri.”

Kecuali istrinya. Dia tidak mau beriman kepadanya, bahkan ia tetap teguh memeluk
agama kaumnya. Karena itu, ia tetap membantu mereka dan memberitahukan kepada
mereka tamu-tamu Nabi Luth as dengan menggunakan isyarat-isyarat antara dirinya dan
mereka.

Oleh karen itu, ketika Allah SWT memerintahkan Nabi Luth untuk keluar dari
kampung mereka dan membawa keluarganya, ia diperintahkan supaya tidak
memberitahukan istrinya dan tidak pula mengajaknya pergi dari kampung itu, karena ia
termasuk orang yang tertinggal. Di antara mufasir ada yang mengatakan, bahwa istrinya
itu mengikutinya. Dan ketika turun adzab, ia menoleh sehingga tertimpa apa yang
menimpa kaumnya.17 Menurut pendapat lain dikatakan bahwa Nabi Luth tidak
membawa istrinya pergi. Akan tetapi pendapat lain mengatakan bahwa istrinya dibawa
pergi hanya saja ia menoleh ke belakang seraya mengatakan ‘Aduh kaumku!’ lalu ia
ditimpa oleh batu besar sehingga matilah dia.

Kemudian Allah mendatangkan adzab kepada kaum Sadum itu dengan menurunkan
hujan batu dari neraka Sijjil dan mereka dilempari batu-batu dari tanah yang panas secara
bertubi-tubi.18 Allah SWT membinasakan mereka secara keseluruhan, yang Dia belum
pernah melakukan pembinasaan seperti itu sebelumnya terhadap ummat-ummat lain.

15
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XXIII cet. II, Yayasan Latimojong, Surabaya, 1981, hlm. 225.
16
Abdullah bin Muhammad bin abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Op. Cit, hlm. 367.
17
Abdullah bin Muhammad bin abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Op. Cit, hlm. 416.
18
Tafsir jalalain

22
Allah telah memerintahkan malaikat Jibril untuk membinasakan mereka, mengangkat
negeri mereka keatas kemudian menjatuhkannya ke bumi dalam keadaan terbalik.
Mujahid berkata: “Jibril mengambil kaum Nabi Luth dari tempat gembala dan dari
rumah mereka. Ia membawa mereka dengan binatang-binatang dan harta benda mereka,
kemudian ia mengangkatnya hingga penduduk langit mendengar jeritan anjing mereka,
lalu ia membungkamnya”. Kemudian dihujani dengan lumpur yang panas membara
secara terus menerus. Ada yang mengatakan menghujaninya dengan batu dari Sijjil,
yaitu berasal dari bahasa Persia, artinya batu dari tanah liat yang telah membatu kuat dan
keras. Sebagian berpendapat bahwa ia adalah batu tanah liat yang dibakar. 19 adapun
yang mengatakan angin yang melempari mereka dengan batu-batu yang diterbangkannya
adalah batu-batu kecil yang besarnya lebih kecil dari genggaman tangan (Al-Hashba),
akhirnya binasalah mereka karenanya. Kecuali Nabi Luth dan kedua putrinya, serta
pengikutnya, yaitu yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta menaati keduanya
dan mensyukuri segala nikmat-Nya, diselamatkan dari adzab yang telah menimpa
penduduk mereka yang mengerjakan perbuatan keji seperti liwath atau homoseks, main
dadu, menebak nasib dengan burung dan lain sebagainya dengan terang-terangan. Dan
mereka pergi ke negara yang telah diperintahkan yaitu dipindahkan ke negeri yang diberi
berkah ialah negeri Syam, Termasuk di dalamnya Palestina. Tuhan memberkahi negeri
itu artinya: kebanyakan Nabi berasal dan negeri ini dan tanahnya pun subur.

Kemudian Allah telah memberi tanda masing-masing batu yang membara itu dengan
nama orang yang dikenainya. Ditandai dengan terpahat diatasnya nama-nama orangnya.
Qatadah dan Ikrimah berkata “yang diberi tanda”, dikelilingi dengan percikan bara,
mereka menyebutkan bahwa batu itu mengenai penduduk negeri dan penduduk yang
terpencar di berbagai desa sekitarnya

Pada waktu subuh dari hari yang tidak ditentukan itu azab mereka kekal terus-
menerus sampai kepada saatmya azab akhirat. Mereka tidak dapat melarikan diri dari
adzab itu dan tidak ada tempat bersembunyi bagi mereka dari-Nya.

Malik berkata dari Zaid bin Aslam: “Yaitu, tidak ada lagi waktu kedua dan tidak akan
merasakan lagi seperti saat di dunia”. Hal itu berarti mereka tidak menunggu apa-apa
lagi, kecuali hari Kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba. Lalu datanglah tanda-
tandanya, yaitu sudah mendekat, menghampiri dan muncul. Teriakan ini adalah tiupan
kematian yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada Malaikat Israfil untuk
memanjangkannya. Maka, tidak ada lagi yang tersisa di antara penghuni langit dan bumi
melainkan akan mati, kecuali yang dikecualikan oleh Allah SWT.20

Allah telah menjadikan tempat mereka sebagai laut mati yang buruk dan busuk, dan
dijadikannya sebagai ibrah hingga hari Kiamat. Mereka adalah termasuk manusia yang
paling keras adzabnya pada hari kiamat. Dan Allah menceritakan tentang hamba dan
Rasul-Nya, yaitu Nabi Luth, di mana Dia telah mengutus Nabi Luth kepada kaumnya,

19
Abdullah bin Muhammad bin abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Op. Cit, hlm. 369.
20
Abdullah bin Muhammad bin abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir Terj. M. Abdul Ghoffar jilid
7, Pustaka Imam Asy-syafi’i, Bogor, 2008, hlm. 56.

23
tetapi mereka mendustakannya. Lalu Allah menyelamatkannya dari tengah-tengah
mereka, termasuk juga keluarganya, kecuali istrinya, di mana istrinya itu ikut binasa
bersama kaumnya yang binasa. Sesungguhnya Allah telah membinasakan mereka dengan
berbagai macam siksaan dan menjadikan tempat mereka di bumi sebagai danau yang
busuk; pemandangan, rasa, dan aroma yang busuk, serta menjadikannya terletak di jalan
yang biasa dilalui oleh orang-orang yang melakukan perjalanan siang dan malam.21

Di sisi lain, Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa orang yang melakukan liwath
(homoseks) dicampakkan dari tempat yang tinggi, lalu dilemparkan batu. Sebagaimana
yang telah dilakukan terhadap kaum Nabi Luth. Ulama lain berpendapat, bahwa orang
yang melakukan homoseks harus dirajam, baik ia beristri maupun tidak. Dan ini
merupakan salah satu dari dua pendapat Imam asy-Syafi’i. Yang menjadi dalilnya adalah
hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dari
Ibnu ‘Abbas, ia berkata: “Rasulullah saw pernah bersabda :

‫ فَاقتُلُوا الفَا ِع َل َوال َمفعُو َل ِب ِه‬، ٍ‫وم لُوط‬


ِ َ‫ع َم َل ق‬
َ ‫َمن َو َج ْد ت ُ ُمو ُه َيع َم ُل‬
“Barangsiapa yang kalian temukan mengerjakan perbuatan kaum Nabi Luth, maka
bunuhlah pelaku dan orang yang menajdi objeknya”.

Ulama yang lain berpendapat bahwa orang tersebut diperlakukan sama seperti orang
yang berbuat zina. Jika muhshan (telah beristri) harus dirajam, jika bukan muhshan,
didera seratus kali. Dan ini merupakan pendapat lain dari Imam Syafi’i. Adapun
mencampuri istri melalui dubur, menurut kesepakatan ulama adalah haram.22

C. Hikmah dari Kisah Nabi Luth

Di antara hikmah (pelajaran) yang dapat diambil dari kisah Nabi Luth dalam al-
Qur’an ini ialah sebagai berikut:

1. Menjadikan cerminan bagi kita untuk tidak melakukan hal demikian, yaitu perbuatan
keji (homoseks) yang di zaman sekarang hal itu telah menyebar luasa dan marak
terjadi di tanah ar ini. Sering kita kenal dengan istilah sodomi, namun seiring dengan
bekembangnya ilmu pengetahuan perbuatan keji itu disebut dengan istilah LGBT.
2. Malatih kita untuk dapat mengendalikan hawa nafsu, serta menghindari untuk
melampiaskan syahwat kepada sesama jenis.
3. Dijadikan sebagai ibrah bagi orang yang berfikir. Dan bagi orang yang mendalam
firasatnya, artinya dengan melihat keadaan, situasi dan kondisi, orang yang beriman
dan berfikir dalam dapat mengira-mengira apa yang akan terjadi di belakangnya.
4. Bagi orang yang beriman dan berfikiran dalam tidak akan terjatuh pada jurang
sebagaimana yang dilakukan penduduk Sadum, tetapi mereka akan waspada dan
menjaga kehormatan diri dan menjaga keamanan bangsanya.

21
Ibid., hlm. 36.
22
Abdullah bin Muhammad bin abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Op. Cit, hlm. 417.

24
5. Mengasah pemikiran kita untuk pandai-pandai mengambil bandingan dan ibarat dari
suatu kejadian.
6. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan berusaha untuk
menjauhi berbagai macam perbuatan keji dan munkar sebagaimana perbuatan-
perbuatan yang dilakukan kaum Nabi Luth.
7. Mendorong setiap ummat untuk tidak berbuat fasik di muka bumi ini.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ayat-ayat yang terkait dengan Nabi Luth di dalam al-Qur’an, setiap ayatnya hampir
menjelasakan tentang apa yang telah dilakukan kaum Nabi Luth, yatu melakukan liwath
(homoseksual). Dan Allah telah mengutus Nabi Luth kepada kaumnya yaitu Sadum
(Sodom), untuk menyuruh mereka berbuat kebaikan dan mencegah kemunkaran.
Perbuatan ini sama sekali belum pernah dikenal, dikerjakan dan bahkan terbesit dalam
hati umat manusia, anak keturunan Adam kecuali setelah dilakukan oleh penduduk
Sadum. Dan mereka melakukan kekejian itu secara terang-terangan.

Mereka melampiaskan syahwatnya bukan kepada perempuan akan tetapi kepada


sesama laki-laki. Mereka sama sekali tidak mau memenuhi seruan Nabi Luth , kecuali

25
dengan tekad untuk mengusir dan membinasakan Nabi Luth dan para pengikutnya dari
tengah-tengah mereka. Mereka mencela Nabi Luth dan para pengikutnya dengan celaan
yang tidak mengena sama sekali.

Ketika Nabi luth kedatangan tamu pemuda yang berwajah tampan, ia merasa susah
dan takut terhadap kaumnya yang akan melakukan tindakan senonoh kepada tamunya itu.
Namun istrinya menghianati Nabi Luth dengan membitanda kepara kaumnya bahwa
dirumahnya ada tamu. Dan setelah mengetahui keberadaan tamu tersebut Penduduk
Sadum ini segera menuju ke rumah Luth dengan gembira karena mereka berniat ingin
untuk liwath itu dengan tamunya dan mereka lebih suka terhadap laki-laki yang rupawan
dari pada terhadap perempuan. Meskipun Nabi Luth telah memperingatkannya tetapi
mereka masih saja mendustakannya.

Kemudian Allah menurunkan adzab kepada penduduk Sadum dengan menjungkir


balikan negerinya itu dan melemparinya dengan batu yang panas dan telah diberi tanda
batu tersebut dengan nama orang yang akan dikenainya. Begitupun istrinya termasuk
orang yang tertinggal dan ia ikut dibinasakan bersama dengan kaumnya.

Sehingga Nabi Luth beserta kedua putrinya dan pengikutnya terbebas dari negerinya
dengan selamat dan ia pergi ke negara yang telah diperintahkan, yaitu negeri Syam yang
telah Allah berkahi dan yang subur tanahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah bin Muhammad bin abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, 2008. Tafsir Ibnu Katsir
Terj. M. Abdul Ghoffar jilid 3. Bogor: Pustaka Imam Asy-syafi’i.

Abdullah bin Muhammad bin abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, 2008. Tafsir Ibnu Katsir
Terj. M. Abdul Ghoffar jilid 4. Bogor: Pustaka Imam Asy-syafi’i.

Abdullah bin Muhammad bin abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, 2008. Tafsir Ibnu Katsir
Terj. M. Abdul Ghoffar jilid 5. Bogor: Pustaka Imam Asy-syafi’i.

Abdullah bin Muhammad bin abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, 2008. Tafsir Ibnu Katsir
Terj. M. Abdul Ghoffar jilid 6. Bogor: Pustaka Imam Asy-syafi’i.

26
Abdullah bin Muhammad bin abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, 2008. Tafsir Ibnu Katsir
Terj. M. Abdul Ghoffar jilid 7. Bogor: Pustaka Imam Asy-syafi’i.

Abdullah bin Muhammad bin abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, 2008. Tafsir Ibnu Katsir
Terj. M. Abdul Ghoffar jilid 8. Bogor: Pustaka Imam Asy-syafi’i.

al-Qattan, Manna Khalil, 2013. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’a. Bogor: Litera Antarnusa
Amrullah , Syaikh Abdulmalik Abdulkarim (Hamka), 1965, Tafsir Al-Azhar Juz XIV.
Jakarta: Yayasan Nurul Islam.
Amrullah , Syaikh Abdulmalik Abdulkarim (Hamka), 1965. Tafsir Al-Azhar Juz XVII.
Surabaya: Yayasan Latimojong.
Amrullah , Syaikh Abdulmalik Abdulkarim (Hamka), 1981. Tafsir Al-Azhar Juz XXIII cet.
II. Surabaya: Yayasan Latimojong.
Saefuddin, Encang, 2009. Tafsir Surat Yasin (Menguak Kisah dibalik Jantung Al-
Qur’an). Bandung: Tinta Biru.

27

Anda mungkin juga menyukai