Anda di halaman 1dari 8

Makalah sejarah Indonesia

Materi:

Periode Radikal

Guru pembimbing
Bpk Fahmi
Disusun oleh kolompok 2 kelas XI IPS 1

1. Ardiansyah

2. Dimas Nugraha

3. Alfi Husaeni

4. Salman Farid

5. M Muhdor

6. M Andika

7. Dewi

SMA YAPI- AL HUSAENI

2021/2022
kata pengantar
Terimakasih kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa karena atas perkenan beliau lah kami bisa
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.semua itu hanya karena berkat serta
tutunan Tuhan dalam kehidupan kami.Dalam makalah yang kami susun berisi Periode Radikal Kami
banyak mengucapkan terimakasih pihak-pihak yang telah membantu kami dalam penyusun makalah
ini.

Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bernilai baik,dan dapat digunakan sebaik-
baiknya.kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini belumlah sempurna untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan makalah ini.sesudah dan sebelumnya
kami ucapkan terimakasih.
Daftar isi

KATA PENGANTAR.................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................2

B. Pengertian
C. Organisasi pergerakan yang bersifat Radikal
BAB III PENUTUP

A.kesimpulan.........................................................................................................

B.saran saran.........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
Bab I
Pendahuluan
A. Pengertian

periode radikal adalah kurun waktu yang menandakan kehadiran para organisasi yang
bergerak dengan gagasan dan dengan cara yang radikal dan ekstrim.

Bab II
Pembahasan

B. Latar Belakang

Pada masa perjuangan pergerakan nasional Indonesia, periode radikal adalah kurun waktu yang
menandakan kehadiran para organisasi yang bergerak dengan gagasan dan dengan cara yang radikal
dan ekstrim. Kurun waktu periode awal ini adalah antara tahun 1925; yaitu saat pertama berdirinya
sebuah organisasi yang bernama Partai Komunis Indonesia (PKI), hingga tahun 1936, yaitu saat
organisasi terakhir di periode ini dibubarkan yaitu Pendidikan Nasional Indonesia – Baru (PNI–Baru).
Organisasi yang ada di periode ini adalah Partai Komunis Indonesia (PKI; 1924), Perhimpunan Indonesia
(PI; 1925), Partai Nasional Indonesia (PNI; 1927), Partai Indonesia (PARTINDO; 1931), dan Pendidikan
Nasional Indonesia – Baru (PNI–Baru, 1931).

Periode radikal ditandai dengan ciri khas organisasi dan tujuan perjuangannya berupaya menggapai
hal-hal ekstrim dengan cara yang dianggap agresif di mata pemerintah kolonial, seperti melawan
langsung pemerintah, menggagas hal yang dianggap mengganggu status quo, atau setidaknya
melontarkan kritik tajam kepada pemerintah. Sebagai contoh, Perhimpunan Indonesia (PI)
memperkenalkan nama “Indonesia” sembari menebarkan kritik terhadap pemerintah kolonial
Hindia-Belanda melalui surat kabar terbitannya yang berjudul provokatif seperti “Hindia Poetra”
(yang nantinya akan diganti menjadi “Indonesia Merdeka”). Contoh lainnya adalah Partai Nasional
Indonesia (PNI) yang menyebarkan ajaran provokatif berupa kemerdekaan bagi masyarakat
kolonial Hindia-Belanda yang menyebabkan ditangkap petinggi PNI dan dibredelnya organisasi
tersebut.

Pada masa awal 1930-an pergerakan kebangsaan di Hindia Belanda mengalami masa
krisis, hidup susah, matipun enggan. Keadaan seperti itu disebabkan oleh beberapa hal yang
kait mengait.1 Pertama, akibat krisis malaise 1929/1930 yang melanda dunia memaksa
pemerintah Hindia Belanda untuk bertindak reaksioner dengan tujuan menjaga ketertiban dan
keamanan. Dalam rangka kebijakan itu, pemerintah Hindia Belanda kemudian melaksanakan
pasal- pasal karet dan exorbitante rechten secara lebih efektif. Kedua, diterapkannya
pembatasan hak untuk berkumpul dan berserikat yang dilakukan dengan pengawasan yang
ekstra ketat oleh polisi-polisi Hindia Belanda, yang diberi hak menghadiri rapat-rapat yang
diselenggarakan oleh partai politik. Selain itu dilakukan tindakan-tindakan lain dengan cara
mengadakan larangan bagi pegawai pemerintah untuk menjadi anggota partai politik. Ketiga,
banyak tokoh pergerakan kebangsaan di Indonesia yang diasingkan, seperti, Soekarno, Hatta
dan Sutan Sjahrir akibat dalam aktivitas partai politik. Keempat, tanpa melalui proses
pengadilan lebih dahulu, Gubernur Jendral Belanda dapat menyatakan suatu organisasi
pergerakan atau kegiatan yang dilakukannya bertentangan dengan

lawand order sesuai dengan Koninklijk Besluit pada 1 September 1919. Peraturan ini
merupakan
Politik reaksioner dari Gubernur Jendral de Jonge (1931-1936) telah membuka
halaman baru dalam politik kolonial pada awal 1930-an. Politik reaksioner itu membuat
pergerakan nasional tidak diakui eksistensinya. De Jonge menggunakan hak-hak
exorbitant melakukan penangkapan terhadap tokoh-tokoh nasional yang dipandangnya
sebagai kelompok ekstrimis. Salah seorang yang menjadi korban adalah Soekarno.
Soekarno ditangkap pada 1 Agustus 1933, dan dibuang ke Flores kemudian ke Bengkulu.3
Alasan penangkapan para tokoh, seperti Soekarno didasarkan isi selebarannya yang
berjudul Mencapai Indonesia Merdeka ke masyarakat. Soekarno didakwa melanggar fasal
153 bis dari Wetboek van Strafrecht. Sebelum surat selebaran tersebut diedarkan, telah
diadakan tindakan peneguran terhadap Soekarno berhubungan dengan karangan-
karangan yang termuat dalam Majalah Fikiran Rakjat yang dipimpinnya, yang dianggap
menyebar bibit kebencian terhadap pemerintah.4 Sedangkan Moh. Hatta dan Sutan
Sjahrir karena menerbitkan Majalah Daulat Ra’jat yang radikal dibuang ke Digul Atas
(Tanah Merah) pada permulaan Desember 1934 dan kemudian dipindahkan ke Banda
Neira pada Desember 1935.5
Akibat tindakan-tindakan pemerintah kolonial Hindia Belanda seperti itu,
pergerakan kebangsaan yang ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya
harus dapat menyesuaikan diri dengan peraturan dan kebijaksanaan pemerintah Hindia
Belanda. Organisasi-organisasi pergerakan kebangsaan yang ada terpaksa mengurangi
sikap radikal-revolusioner dan nonkooperatifnya terhadap pemerintah. Itulah sebabnya
sering dikatakan bahwa organisasi-organisasi pergerakan kebangsaan Indonesia sesudah
1930 umumnya bersifat lunak atau moderat. Tetapi perbedaannya dengan organisasi-
organisasi pergerakan yang keras tidaklah mengenai hal yang prinsip, yaitu tujuan akhir
dari perjuangan itu, melainkan lebih terletak pada cara mencapai tujuan. Kedua kelompok
itu sama tujuan akhirnya yaitu mencapai Indonesia merdeka.6
Meskipun aktivitas pergerakan kebangsaan terutama yang nonkooperatif dan radikal
tidak lagi semarak seperti tahun-tahun sebelumnya, menurut Onghokham, pergerakan
kebangsaan pada 1930-an lemah juga tidak seratus persen benar.7 Meski prinsip
nonkooperasi dengan pemerintah kolonial kebanyakan ditinggalkan, tetapi karena hal
itu pergerakan terutama terpusat di Volksraad dan dewan-dewan lain serta pada pers
Indonesia.8
Sejak awal, pers bumiputera menjadi pendorong para elite politik Indonesia
dalam memperjuangkan nasib dan kedudukan bangsanya. Pers itu di antaranya, surat
kabar Darmo Kondo, terbit di Surakarta pada 1908 dan dianggap sebagai surat kabar
utama di Pulau Jawa. Pemilik awal surat kabar Darmo Kondo ini adalah seorang pemilik
perusahaan percetakan bernama Tah Tjoe Kwan. Kemudian pada 1910, surat kabar ini
dibeli oleh Boedi Oetoemo cabang Surakarta

dan dijadikan sebagai alat untuk menyiarkan program-programnya. Sangat disayangkan,


program yang dijalankan Boedi Oetomo masih memusat pada kebudayaan Jawa, hal ini
dikarenakan pendanaannya yang masih dibiayai oleh priyayi Jawa. Terdapat juga harian
Oetoesan Hindia, terbit di Surabaya, dipimpin Tjokroaminoto, Sosrobroto, dan
Tirtodanuardjo. Isi yang dimuat dalam Oetoesan Hindia diantaranya: tentang dunia
pergerakan, politik, ekonomi, dan perburuhan.9 Namun yang paling kuat dalam
perjuangan pemikiran tentang keindonesiaan melalui media massa adalah Majalah
Daulat Ra’jat.
Majalah Daulat Ra’jat terbit pertama kali pada 20 September 1931 dengan
rekomendasi Commissie van Redactie atas pimpinan Sukarta yang beralamat di
Struiswijkstraat 57, Batavia-Centrum. Penulis dari majalah ini diantaranya, Moh. Hatta
(Rotterdam), Sutan Sjahrir (Amsterdam), Suparman (Leiden), Wijono Soeriokoesoemo
(Malang), Samidin (Palembang), Siswarahardja (Soerabaja), dan lain-lain. Majalah
Daulat Ra’jat terbit sepuluh hari sekali dengan harga langganan setahun f 6-, tiga bulan
f 1.50.10 Selama penerbitannya, Majalah Daulat Ra’jat bertujuan menguatkan cita-cita
kedaulatan diri dalam hati rakyat, memperjuangkan asas kebangsaan, anti kolonial,
Indonesia merdeka, dan sebagainya. Majalah Daulat Ra’jat menjadi salah satu corong
utama pengenalan dan penyebaran ide-ide keindonesiaan dalam masyarakat Indonesia
kala it
Salah satu kutipan menarik yang memuat ide-ide keindonesiaan dalam
majalah Daulat Ra’jat:
“Selagi kita hidoep dalam perdjadjahan, maka sjarat oetama oentoek
mentjapai Indonesia Merdeka ialah memperkoeat semangat nasional. Sebab
itoe azas jang terpakai dalam perdjoangan kita dimasa sekarang ta’ lain ialah
azas kebangsaan. Kita djoega mempoenjai tjita-tjita jang lebih tinggi sebagai
persaudaraan dan persamaan segala machloek dan bangsa diatas doenia ini.
Akan tetapi sjarat jang pertama oentoek mentjapai persaudaraan dan
persamaan itoe ialah: kemerdekaan bangsa!”11

Majalah Daulat Ra’jat terbit sebanyak seratustujuh nomor. Nomor pertama


tertanggal 20 September 1931. Sementara nomor terakhir tercatat pada 10
September 1934.12 Terbit selama kurang lebih tiga tahun, majalah ini memberi
gambaran kuat, penting, dan kompleks seperti apa pers bumiputera di masa
kolonial memainkan peran sebagai media pengenalan dan penyebar ide-ide
keindonesiaan dalam masyarakat kala itu. Sehubungan dengan hal tersebut,
penelitian ini mengkaji lebih jauh sejarah Majalah Daulat Ra’jat dan ide-ide
keindonesiaan yang terdapat dalam majalah ini. Maka dari itu penelitian ini diberi
judul “Ide-Ide Keindonesiaan dalam Majalah Daulat Ra’jat (1931-1934)”.

C. Organisasi- Organisasi yang bersikap Radikal

1.Perhimpunan Indonesia (PI) Didirikan di Belanda pada tahun 1908 oleh beberapa
mahasiswa Indonesia di Belanda Untuk mencapai Indonesia merdeka sepenuhnya
Majalah PI yang berjudul “Indonesia merdeka” banyak disita polisi dan organisasi
dikuasai komunis
2. Partai komunis Indonesia(PKI) Didirikan oleh Semaun di Semarang pada tanggal 23
mei 1920 Menyebarkan paham komunis ke seluruh dunia Pada tahun 1965
dihancurkan dan dinyatakan sebagai partai terlarang.
3. Partai Nasional Indonesia(PNI) PNI berdiri di Bandung pada tanggal 4 juli 1927
Untuk mencapai Indonesia merdeka atas usaha sendiri Pada bulan april 1930 Ir.
Sukarno dipenjara di Bnandung dan juga tokoh lainya. Sehingga pada tahun 1931 PNI
bubar
4. PNI baru Didirikan pada tahun 1931 Menuju Indonesia merdeka Pemerintah
kolonial mengadakan penangkapan kader & penekanan terhadap partai ini.
5. Serikat Islam(SI) Didirikan pada tanggal 18 oktober 1905 Memperkuat usaha
dagang pribumi, ingin memperoleh pemerintahan sendiri. SI terpisah menjadi SI putih
& Merah
Bab III
Kesimpulan
Periode radikal ditandai dengan ciri khas organisasi dan tujuan perjuangannya berupaya
menggapai hal-hal ekstrim dengan cara yang dianggap agresif di mata pemerintah kolonial,
seperti melawan langsung pemerintah, menggagas hal yang dianggap mengganggu status quo,
atau setidaknya melontarkan kritik tajam kepada pemerintah. Sebagai contoh, Perhimpunan
Indonesia (PI) memperkenalkan nama “Indonesia” sembari menebarkan kritik terhadap
pemerintah kolonial Hindia-Belanda melalui surat kabar terbitannya yang berjudul provokatif
seperti “Hindia Poetra” (yang nantinya akan diganti menjadi “Indonesia Merdeka”). Contoh
lainnya adalah Partai Nasional Indonesia (PNI) yang menyebarkan ajaran provokatif berupa
kemerdekaan bagi masyarakat kolonial Hindia-Belanda yang menyebabkan ditangkap petinggi
PNI dan dibredelnya organisasi tersebut.

Serta bermuculnya Organisasi Radikal seperti Perhimpuan Indonesia (PI), Partai Komunis
Indonesia (PKI), artai Nasional Indonesia (PNI), Sarikat Islam (SI)

Anda mungkin juga menyukai