Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gempa bumi adalah salah satu fenomena alam yang terjadi setiap hari walaupun efeknya hampir
tidak terasa karena kekuatannya yang lemah. Gempa bumi dengan kekuatan dan efek kerusakan
yang besar hanya terjadi puluhan kali saja dalam setahun. Gempa bumi akan mengakibatkan
kerusakan yang signifikan apabila terjadi di daerah yang padat penduduk. Kerusakan yang bisa
diakibatkannya antara lain kerusakan bangunan, jalan, kebakaran, dan sebagainya.

Efek dari gempa bumi tersebut mendorong ilmuwan untuk mempelajari gempa bumi lebih
mendalam sehingga lahirlah cabang ilmu bumi baru yaitu, seismologi. Ilmu ini mempelajari asal
usul dari gempa bumi dan gelombang yang dirambatkannya. Dengan mempelajari gempa bumi
diharapkan kita dapat memanfaatkan atau meminimalisasikan efek yang ditimbulkan gempa
bumi.

Dari hasil studi gempa bumi dapat diketahui magnitudo dan intensitas gempa bumi, selain itu
pusat terjadinya gempa bumi pun telah diketahui letaknya dan juga penyebab gempa bumi
terjadi. Semua hasil studi diatas menjadi penting untuk meneliti cara memprediksi kejadian
gempa bumi. Gempa bumi melepaskan energi dalam bentuk gelombang yang berguna untuk
mendeteksi struktur interior bumi.

1.2 Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan gempa bumi dan bagaimana jenis jenisnya ?
Apa yang dimaksud dengan sumber gempa bumi ?

1.3 Tujuan

Untuk menjelaskan mengenai gempa bumi dan jenis jenisnya.


Untuk menjelaskan mengenai sumber gempa bumi.

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gempabumi

Gempa bumi adalah getaran yang berasal dari dalam bumi yang merambat sampai ke permukaan
bumi yang disebabkan oleh tenaga endogen. Ilmu yang secara khusus mempelajari gempa
disebut seismologi, sedangkan ilmuwan yang mengkhususkan diri untuk mempelajari gempa
disebut seismolog. Alat yang digunakan untuk mengukur dan mencatat kekuatan getaran gempa
disebut seismograf atau seismometer. Jadi, dengan alat ini akan diketahui besarnya kekuatan
getaran gempa dan lamanya gempa.

Para pakar seismologi telah mengembangkan tata cara penggunaan informasi tentang gempa
bumi. Permukaan bumi terbentuk dari lapisan batuan paling luar yang disebut kerak bumi. Kerak
bumi yang pecah membentuk potongan-potongan besar yang saling berpasangan. Potongan-
potongan ini disebut lempeng. Lempeng ini bergerak perlahan dengan saling bergesekan,
menekan, dan mendesak bebatuan. Akibatnya, tekanan bertambah besar. Jika tekanannya besar,
maka bebatuan bawah tanah akan pecah dan terangkat. Pelepasan tekanan ini merambatkan
getaran yang menyebabkan gempa bumi.

Gambar 2.1. Kehancuran akibat gempabumi.

Agar bisa membaca peta informasi gempa, kita harus mengenal beberapa istilah yang biasa
dipergunakan dalam peta gempa, yaitu sebagai berikut:

a) Hiposentrum, yaitu titik pusat terjadinya gempa yang terletak di lapisan bumi bagian dalam.

b) Episentrum, yaitu titik pusat gempa bumi yang terletak di permukaan bumi, tegak lurus
dengan hiposentrum.

c) Fokus, yaitu jarak antara hiposentrum dengan episentrum.

d) Isoseista, yaitu garis pada peta yang menghubungkan daerah-daerah yang mengalami
intensitas getaran gempa yang sama besarnya.

e) Pleistoseista, yaitu garis pada peta yang menunjukkan daerah yang paling kuat menerima
goncangan gempa. Daerah tersebut terletak di sekitar episentrum.

2
f) Homoseista, yaitu garis pada peta yang menghubungkan daerah yang menerima getaran gempa
yang pertama pada waktu yang bersamaan.

2.2 Sumber Gempabumi

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pembangkit utama terjadinya gempabumi adalah
pergerakan lempeng tektonik. Akibat pergerakan lempeng maka di sekitar perbatasan lempeng
akan terakumulasi energi, dan jika lapisan batuan telah tidak mampu manahannya maka energi
akan terlepas yang menyebabkan terjadinya patahan ataupun deformasi pada lapisan kerak
bumi dan terjadilah gempabumi tektonik. Disamping itu akibat adanya pergerakan lempeng tadi
terjadi patahan(sesar) pada lapisan bagian atas kerak bumi yang merupakan pembangkit kedua
terjadinya gempabumi tektonik.

Sumber-sumber gempabumi keberadaannya ada pada perbatasan lempeng lempeng tektonik dan
patahan-patahan aktif.Indonesia merupakan salah satu wilayah yang sangat aktif terhadap
gempabumi, karena terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama dan satu lempeng
tektonik kecil. Ketiga lempeng tektonik itu adalah lempeng tektonik Indo-Australia, lempeng
Eurasia dan lempeng Pasifik serta lempeng kecil Filipina.

Terdapat tiga jalur utama gempabumi yang merupakan batas pertemuan dari beberapa lempeng
tektonik aktif , seperti pada gambar :

Gambar 2.2. Peta jalur tektonik Kepulauan Indonesia

2.2.1 Jalur Gempabumi Sirkum Pasifik

Jalur ini dimulai dari Cardilleras de los Andes (Chili, Equador dan Caribia), Amerika Tengah,
Mexico, California British Columbia, Alaska, Alaution Islands, Kamchatka, Jepang, Taiwan,
Filipina, Indonesia, Polynesia dan berakhir di New Zealand.

2.2.2 Jalur Gempabumi Mediteran atau Trans Asiatic

3
Jalur ini dimulai dari Azores, Mediteran (Maroko, Portugal, Italia, Balkan, Rumania), Turki,
Kaukasus, Irak, Iran, Afghanistan, Himalaya, Burma, Indonesia (Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara,
dan Laut Banda) dan akhirnya bertemu dengan jalur Sirkum Pasifik di daerah Maluku

2.2.3 Jalur Gempabumi Mid-Atlantic

Jalur ini mengikuti Mid-Atlantic Ridge yaitu Spitsbergen, Iceland dan Atlantik Selatan.
Sebanyak 80 % dari gempa di dunia, terjadi di jalur Sirkum Pasifik yang sering disebut sebagai
Ring of Fire karena juga merupakan jalur vulkanik. Sedangkan pada jalur Mediteran terdapat
15% gempa dan sisanya sebanyak 5 % tersebar di Mid Atlantik dan tempat-tempat lainnya.
Indonesia memiliki lokasi sumber gempabumi berawal dari Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara,
sebagian berbelok ke Utara di Sulawesi, kemudian dari Nusa Tenggara sebagian terus ke timur
Maluku dan Irian. Hanya pulau Kalimantan yang relatif tidak ada sumber gempa kecuali sedikit
bagian timur.Lempeng Indo-Australia bergerak menyusup dibawah lempeng Eurasia, demikian
pula lempeng Pasifik bergerak kearah barat. Pertemuan lempengtektonik Indo-Australia dan
Eurasia berada di laut merupakan sumber gempa dangkal dan menyusup kearah utara sehingga
di bagian darat berturut-turut ke utara di sekitar Jawa Nusa tenggara merupakan sumber gempa
menengah dandalam. Kedalaman sumber gempa di Sumatra bisa mencapai 300 km di bawah
permukaan bumi dan di Jawa bisa mencapai 700 km, sesuai dengan kedalaman lempeng Indo-
Australia menyusup dibawah lempeng Eurasia.

2.3 Teori Pantulan Elastik

Mekanisme sebenarnya dari gempa bumi dapat dijelaskan oleh teori pantulan elastic yang
diperkenalkan setelah gempa di San Fransisco pada tahun1906 oleh Reid (1911). Teori pantulan
elastic dikemukakan lebih dulu sebelum teori lempeng tektonik dan teori ini merupakan yang
pertama dan cukup tepat dalam menghubungkan proses gempa bumi dan sesar geologi.

Kejadian gempa bumi San Fransisco 1906 sangat menarik perhatian para ilmuwan untuk mencari
tahu apa yang sebenarnya terjadi saat itu. Retakan yang terlihat sepanjang 400 km sepanjang
sesar San Andreas menunjukkan sebagian besar gerakan yang mendominasi adalah gerakan ke
kanan yang diukur berdasarkan perpindahan pagar atau jalan. Dari pengukuran lapangan
pergeseran antara sesar sekitar 2 sampai 4 m.

Gambar 2.3. Foto ini menunjukkan perpindahan lateral dari pagar yang berlokasi di daerah retakan sesar San
Andreas setelah gempa bumi San Fransisco 1906. Garis merah menunjukkan perpindahan lateral ke kanan.

4
Perpindahan yang terukur sepanjang bagian sesar yang retak dari sesar San Andreas setelah
gempa bumi San Fransisco 1906 termasuk penelitian kembali dari pengukuran geodesi masa lalu
dari titik survey sepanjang sesar San Andreas mengungkapkan bahwa sisi berlawanan dari sesar
telah melakukan gerak terus menerus sebelum gempa terjadi.

Berdasarkan pengamatan ini, Harry Fielding Reid mengajukan teori pantulan elastic untuk
menjelaskan mekanisme kejadian gempa bumi. Sekarang teori ini telah diterima secara universal.
Saat lempeng di salah satu sisinya diberikan tekanan, mereka mengumpulkan energi dan berubah
perlahan-lahan hingga kapasitas kekuatan internalnya melampaui batas. Pada saat itu, pergerakan
tiba-tiba terjadi di sepanjang sesar, melepaskan energi yang terakumulasi, dan batuan berusaha
untuk mempertahankan keadaan awalnya.

Gambar 2.4. Ilustrasi skematik dari teori pantulan elastic.

Teori pantulan elastic adalah teori pertama yang menggambarkan retakan sesar sebagai sumber
guncangan permukaan tanah kuat. Sebelum konsep ini muncul dipercaya bahwa retakan sesar
sebagai hasil dari guncangan bumi. Dengan pengecualian dari gempa bumi vulkanik sebagai
hasil dari gerakan tiba-tiba dan dahsyat dari magma, semua gempa bumi disebabkan oleh retakan
pada sesar geologis. Retakan dimulai pada suatu titik khusus dan kemudian merambat sepanjang
bidang sesar dengan sangat cepat antara 2 sampai 3 km/detik.

2.4 Klasifikasi Gempabumi

Gempa dapat diklasifikasikan berdasarkan faktor penyebabnya, kedalaman hiposentrum, jarak


episentral, dan letak pusat gempa.

2.4.1 Berdasarkan Faktor Penyebabnya

Gempa dapat disebabkah aktivitas tektonik maupun nontektonik. Gempa nontektonik terbagi
dalam empat tipe, yaitu:

5
2.4.1.1 Gempabumi Denudasi

Gempa bumi ini memecah batuan dan mengangkat sedimen ke atas, menyingkapkan sebagian
dari kerak dan hal itu menyebabkan kerentanan terhadap erosi dan kerusakan karena iklim. Area
yang gundul butuh waktu ribuan tahun untuk mengembalikannya seperti semula.

2.4.1.2 Gempabumi Volkanik

Hal ini terjadi bersamaan dengan aktivitas volkanik. Bagaimanapun juga, dipercaya bahwa
erupsi dan gempa bumi keduanya terjadi sebagai akibat gaya tektonik batuan dan tidak terjadi
bersamaan.

2.4.1.3 Gempabumi Runtuhan

Gempa bumi kecil ini terjadi di goa bawah tanah dan tambang. Penyebab terjadinya goncangan
tanah adalah runtuhnya dinding goa atau tambang. Fenomena ini disebut mine burst. Kejadian
ini terjadi ketika dinding dalam goa atau tambang diberikan tekanan mengakibatkan massa batu
dalam jumlah yang banyak jatuh ke permukaan tanah goa aatau tambang dengan dahsyat,
menghasilkan gelombang seismic. Gempa bumi runtuhan juga dihasilkan oleh tanah longsor
yang dahsyat.

2.4.1.4 Gempabumi Buatan Manusia

Gempa bumi ini dihasilkan oleh ledakan bahan kimia atau nuklir. Ketika nuklir diledakkan
dalam lubang bawah tanah, energi nuklir yang sangat besar dilepaskan. Dalam waktu yang
singkat, tekanannya ribuan kali lebih besar dari tekanan atmosfer dan suhunya menjadi jutaan
kali lebih panas. Batuan disekitarnya menguap, membuat lubang berbentuk bola dengan diameter
yang sangat besar.

Untuk gempa tektonik akan dibahas dalam bagian berikutnya.

2.4.2 Berdasarkan Bentuk Episentrum

2.4.2.1 Gempa Linear

Gempa yang episentrumnya berbentuk garis. Gempa tektonik merupakan gempa linear. Salah
satu akibat tektonisme adalah patahan.

2.4.2.2 Gempa Sentral

Gempa yang episentrumnya berupa titik. Gunung api pada erupsi sentral adalah sebuah titik
letusan, demikian juga runtuhan retak bumi.

2.4.3 Berdasarkan Kedalaman Hiposentrum

2.4.3.1 Gempa Dangkal

6
Memiliki kedalaman hiposentrumnya kurang dari 100 km di bawah permukaan bumi.

2.4.3.2 Gempa Menengah

Memiliki kedalaman hiposentrumnya antara 100 km-300 km di bawah permukaan bumi.

2.4.3.3 Gempa Dalam

Memiliki kedalaman hiposentrumnya antara 300-700 km di bawah permukaan bumi. Sampai saat
ini tercatat gempa terdalam 700 km.

2.4.4 Berdasarkan Jarak Episentrum

2.4.4.1 Gempa Setempat

Berjarak kurang dari 10.000 km.

2.4.4.2 Gempa Jauh

Berjarak 10.000 km.

2.4.4.3 Gempa Jauh Sekali

Berjarak lebih dari 10.000 km.

2.4.5 Berdasarkan Letak Pusat Gempa

2.4.5.1 Gempa Laut

Terjadi jika letak episentrumnya terletak di dasar laut atau dapat pula dikatakan episentrumnya
terletak di permukaan laut. Gempa ini terjadi karena getaran permukaan dirambatkan di
permukaan laut bersamaan dengan yang dirambatkan pada permukaan bumi di dasar laut.

2.4.5.2 Gempa Darat

Terjadi jika episentrumnya berada di daratan.

2.5 Gempa Bumi Tektonik (Batas Lempeng)

Hampir 95% gempa bumi terjadi di batas antara lempeng dimana lempeng tersebut saling
mendekat, menjauh dan bergeser satu sama lain. Terdapat tujuh lempeng besar yang dapat dibagi
lempeng yang lebih kecil. Lempeng ini tebal (~70 km) dan secara konstan bergerak relative satu
sama lain (dengan laju bervariasi dari 10 hingga 130 mm/tahun). Gunung, lembah, gunung api,
gempa bumi, dan sesar merupakan hasil dari tipe interaksi yang berbeda pada batas lempeng.

7
Terdapat tiga tipe batas lempeng saat gempa bumi terjadi yaitu zona menyebar (batas lempeng
divergen), zona subduksi (batas lempeng konvergen), dan sesar transform (batas lempeng
transform).

2.5.1 Batas Lempeng Divergen

Pemisahan lempeng atau saat dimana lempeng saling menjauh satu sama lain merupakan suatu
proses yang sangat lambat. Batas ini sering ditemui di samudera dimana batuan leleh muncul,
mendorong dua lempeng saling menjauh, menambahkan material baru ke tepi lempeng.

Gempa bumi sering terjadi di sistem punggungan tengah samudera sebagai hasil dari sesar yang
terbentuk saat lempeng saling berpisah. Blok-blok dari kerak benua jatuh disepanjang
punggungan tengah samudera, membentuk lembah di tengah punggungan. Hanya gempa bumi
dangkal yang terjadi di sepanjang punggungan tengah samudera karena disini astenosfer naik
hingga 20 sampai 30 km di permukaan bumi dan juga terlalu panas dan plastic untuk retak.

2.5.2 Batas Lempeng Konvergen

Disini dua lempeng bertemu satu sama lain dan kedua lempeng saling menekan. Terdapat dua
tipa batas konvergen yaitu subduksi dan tumbukan.

2.5.2.1 Subduksi

Batas subduksi banyak mengakibatkan gempa bumi dan sebagian besarnya berbahaya. Hal ini
terjadi ketika salah satu lempeng membelokkan lempeng lainnya (biasanya lempeng samudera)
kearah mantel yang kemudian akan meleleh. Litosfer samudera yang dingin didorong kebawah
menuju mantel saat dua lempeng saling mendekat di palung samudera. Litosfer ini semakin
kebawah akan semakin rapuh kemudian pecah dibawah pengaruh tekanan kompresi. Saat pecah,
akan menimbulkan gempa bumi, zona dimana gempa bumi terjadi disebut Zona Benioff.
Kedalaman fokal di zona ini dapat mencapai 700 km.

Gambar 2.5. Suatu lempeng yang bergerak turun menimbulkan magma dan gempa bumi pada zona subduksi.
Gempa bumi terkonsentrasi di bagian atas lempeng yang disebut Zona Benioff.

8
2.5.2.2 Tumbukan

Saat dua lempeng benua saling bertumbukkan membentuk suatu susunan pegunungan. Gempa
bumi terjadi akibat tekanan sesar dan kedalamannya dari dangkal hingga sedalam 200 km. dalam
zona ini, gempa dangkal berhubungan dengan gunung tempat dimana kompresi yang intens terus
terjadi.

2.5.3 Batas Lempeng Transform

Disini lempeng saling bergeser satu sama lain, dimana benturan jarang terjadi dibanding
lingkungan yang berkompresi atau berekstensi. Pada batas transform, gempa bumi menunjukkan
gerak sesar strike-slip. Gempa bumi cenderung dangkal dengan magnitude kurang dari 8.5 dan
membentuk pola linier di bumi. Saat lempeng terus bergerak dan batas lempeng berubah
sepanjang waktu geologi, batas lempeng yang lemah menjadi bagian dari interior lempeng. Zona
lemah dalam benua ini dapat menyebabkan gempa bumi sebagai respons terhadap tekanan yang
berasal dari tepi lempeng atau kerak dalam. Gempa bumi ini jarang terjadi dibanding dengan
gempa bumi di zona subduksi.

Daerah padat penduduk dari San Fransisco sampai San Diego berada di sekitar sesar San
Andreas, yang merupakan batas transform antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Amerika Utara.
Sesarnya sendiri vertical dan batuannya bergerak secara horizontal. Sesar dengan tipe seperti ini
disebut sesar Strike-Slip. Gerak lempeng menekan batuan untuk mendekati sesar, membentuk
banyak sesar-sesar kecil. Sesar San Andreas dan sesar-sesar kecil lainnya membentuk suatu
wilayah yang luas dikenal dengan zona sesar San Andreas. Dalam beberapa abad terakhir,
ratusan ribu gempa telah terjadi di zona ini.

Gambar 2.6. Sesar dan gempa bumi di California. Garis putus-putus merupakan sesar San Andreas, dan garis biasa
merupakan sesar. Titik merupakan episenter dari gempa bumi sedang terjadi.

9
Lempeng-lempeng bergerak melewati satu sama lain dengan tiga cara berbeda dalam segmen-
segmen yang berbeda dari zona sesar San Andreas:

1.1. Di suatu bagian sesar, batuan saling bergerak satu sama lain secara berkelanjutan, dengan
laju seperti siput yang disebut rayapan sesar. Pergerakan yang terjadi tidak merusak dan kasar
namun berkelanjutan dan perlahan.

1.2. Di bagian lainnya sesar, lempeng bergerak melewati satu sama lain dalam deretan lompatan
kecil, mengakibatkan gempa bumi kecil dan tidak merusak.

1.3. Di bagian sesar yang tersisa, gesekan mencegah sesar untuk menggelincir walaupun
lempeng terus menerus bergerak satu sama lain. Dalam hal ini, batuan dekat sesar berubah dan
menyimpan energi elastic. Karena lempeng bergerak antara satu dengan lainnya dengan 3.5
cm/tahun, deformasi sepanjang 3.5 m terakumulasi selama 100 tahun. Ketika energi yang
terakumulasi melampaui gesekan, batuan tiba-tiba bergeser sepanjang sesar dan berusaha
kembali ke posisi semula, menghasilkan gempa bumi yang merusak.

2.6 Gelombang Gempa

Titik di bawah tanah, tepat di tempat bebatuan berguncang dan menyebabkan gempa bumi
disebut pusat atau hiposentrum. Mungkin, titik ini berada ratusan kilometer di bawah tanah.
Gerakan bebatuan menyebabkan getaran yang disebut gelombang seismik.

Gelombang seismik bergerak sangat cepat ke segala arah dari pusat gempa. Gelombang paling
kuat terjadi pada titik hiposentrum yang ada di permukaan bumi yang letaknya tepat di atas pusat
gempa (episentrum). Semakin jauh dari pusat, gelombang seismik akan semakin lemah. Jumlah
kerusakan yang biasa terjadi akibat gelombang seismik tergantung pada banyaknya jenis
bebatuan yang membentuk permukaan bumi.

Batu granit padat dan lapisan tebal batu pasir akan berguncang lebih pelan daripada tanah
berpasir yang sering kita temukan di dekat sungai atau pantai. Kadang-kadang, pecahnya batuan
di sepanjang patahan akan merambatkan serangkaian gempa kecil yang terjadi sebelum gempa
besar. Gempa kecil itu disebut gempa awal dan menjadi peringatan penduduk untuk mencari
tempat yang aman.

Pada dasarnya, ada tiga macam gelombang gempa,yaitu sebagai berikut:

(1) Gelombang longitudinal atau gelombang primer (P), yaitu gelombang yang merambat dari
hiposentrum ke segala arah dan tercatat pertama kali oleh seismograf dengan kecepatan antara 7
- 14 km per detik dan periode gelombang 5 - 7 detik.

(2) Gelombang transversal atau gelombang sekunder (S), yaitu gelombang yang merambat dari
hiposentrum ke segala arah dan tercatat sebagai gelombang kedua oleh seismograf dengan
kecepatan antara 4 - 7 km per detik dan periode gelombang 11 - 13 detik.

10
(3) Gelombang panjang atau gelombang permukaan, yaitu gelombang yang merambat dari
episentrum menyebar ke segala arah di permukaan bumi dengan kecepatan antara 3,5 - 3,9 km
per detik dan periode gelombang relatif lama.

Di permukaan, juga ada dua jenis gelombang seismik, yaitu gelombang rayleigh merupakan
gelombang yang bergerak turun naik dan gelombang love merupakan gelombang yang
mendorong bebatuan dari satu sisi ke sisi yang lain sambil menjalar. Gelombang permukaan
lebih lambat dibandingkan dengan gelombang utama, tetapi kerusakan yang ditimbulkan jauh
lebih dahsyat.

2.7 Penentuan Lokasi Gempa Bumi

Walaupun, penentuan lokasi gempa bumi secara umum dapat ditentukan hanya dengan
menggunakan satu stasiun gempa bumi, namun untuk menentukan lokasi sesungguhnya dari
gempa bumi dibutuhkan setidaknya tiga stasiun gempa bumi. lingkaran dengan jari jari yang
tepat kemudian digambar disekitar stasiun. Titik pertemuan diantara ketiga lingkaran ini
mengidentifikasi episenter dari gempa bumi. Metode ini disebut metode triangulasi.

Gambar 2.7. Penentuan lokasi gempa bumi.

Selain itu, terdapat cara untuk menentukan episenter gempa yaitu dengan menggunakan metoda
homoseista, yaitu suatu metoda penentuan letak episentrum dengan melakukan pencatatan waktu
datangnya gelombang gempa yang pertama (gelombang primer) pada waktu yang bersamaan
dari minimal tiga tempat yang berbeda.

Contohnya, stasiun pencatat gempa di Kota Bogor, Cianjur dan Sukabumi mencatat gelombang
gempa yang pertama pada pukul 10.30. Hal itu berarti ketiga tempat tersebut berada pada satu
homoseista. Untuk menentukan episentrumnya, buatlah garis yang menghubungkan Kota Bogor
dengan Cianjur dan garis yang menghubungkan Kota Bogor dengan Sukabumi pada peta
Provinsi Jawa Barat, kemudian buatlah garis tegak lurus pada titik tengah garis yang

11
menghubungkan kota-kota tersebut. Titik perpotongan dua garis tegak lurus itulah episentrum
gempa.

Letak hiposentrum (kedalaman gempa) dapat ditentukan dengan mencatat secara sistematik
deviasi waktu datangnya gelombang primer dan gelombang panjang. Makin besar deviasinya
maka makin dalam hiposentrumnya. Daerah di permukaan bumi yang paling parah menderita
goncangan gempa adalah daerah yang berdekatan dengan episentrum.

2.8 Mengukur Gempabumi

Model pengukuran pertama ditemukan oleh seorang Italia bernama Guiseppe Mercalli tahun
1902. Skala pengukuran yang biasa digunakan adalah Skala Ritcher yang menggunakan hasil
pengukuran seismograf untuk membandingkan kekuatan dan luasnya gempa yang terjadi.

Seismograf modern menggambarkan gerakan tanah pada kertas yang ditempelkan pada silinder
yang berputar. Hasil yang berupa garis bergelombang pada grafik membentuk seismogram yang
dapat dicetak atau ditempilkan pada layar komputer. Semakin besar gempa bumi yang terjadi,
gerakan tanahnya juga semakin kuat, dan puncak yang tergambar pada seismogram juga semakin
tinggi. Seismograf dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.

(1) Seismograf horizontal, yaitu seismograf yang mencatat gempa bumi dengan arah mendatar.
Seismograf tersebut terdiri atas sebuah massa stasioner yang digantung dengan tali panjang pada
sebuah tiang yang tinggi. Pada massa stasioner tersebut, dipasang jarum yang ujungnya
disentuhkan pada permukaan silinder dan diputar seperti jarum jam. Tiang penopang
dipancangkan di tanah. Pada waktu gempa, silinder bersama bumi bergetar, sedangkan masa
stasioner tidak terpengaruh oleh getaran ini, sehingga terbentuklah goresan pada silinder.

Gambar 2.6. Seismograf Vertikal

(2) Seismograf vertikal, yaitu seismograf yang mencatat gelombang berarah vertikal. Massa
stasioner pada seismograf ditahan oleh sebuah tangkai yang dipasang pada sebuah tiang dengan

12
engsel. Tangkai tersebut bersamaan dengan massa stasioner ditahan oleh sebuah pegas untuk
mengimbangi gravitasi bumi. Ujung massa stasioner yang berjarum disentuhkan pada silinder
yang dipasang vertikal.

Gambar 2.7. Seismograf Vertikal

2.8.1 Intensitas Kekuatan Gempa

Untuk mengetahui intensitas kekuatan gempa, maka kita menggunakan skala intensitas gempa.
Skala yang biasa digunakan adalah Richter Magnitude Scale dan Modified Mercalli Intensity.
Richter mendasarkan skalanya pada magnitudo dengan menggunakan angka 1 sampai 9. Jadi
semakin besar angka, semakin besar magnitudonya.

2.9 Zona Bayangan

Area di bumi dengan jarak angular 103 142o, ketika gempa bumi terjadi tidak merasakan
gelombang seismic. Zona bayangan dihasilkan ketika gelombang-S berhenti di inti luar dan
gelombang-P dibengkokkan (terpantul). Dengan mengukur bagaimana gelombang-P dan S
merambat ke dalam dan keluar bumi, zona bayangan gelombang seismic ditemukan pada tahun

13
1910. Dari ketidakhadiran gelombang-S dan perlambatan kecepatan gelombang-P (sekitar 40%),
disimpulkan bahwa inti luar terbuat dari cairan. Zona bayangan juga menjelaskan diameter dari
inti.

Gambar 2.8. Zona Bayangan.

14
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gempabumi adalah gerakan tanah yang terjadi akibat pelepasan energi tiba-tiba dari sumbernya.
Mekanisme gempa bumi dapat dijelaskan oleh teori pantulan elastic yang dikemukakan oleh H.F.
Reid. Gempabumi dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya, bentuk episentrum,
kedalaman hiposentrum, jarak episentrum dan letak pusat gempa.

Gempabumi sebagian besar bersumber dari aktivitas tektonik yaitu pergerakan lempeng. Daerah
utama aktivitasnya berada di daerah perbatasan antara lempeng, dimana lempeng ini saling
berinteraksi. Batas-batas antara lempeng yaitu, batas konvergen, batas divergen dan batas
transform.

3.2 Saran

Penyusun menyadari betul bahwa apa yang disajikan dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, baik menyangkut isi maupun penulisan. Kekurangan-kekurangan tersebut terutama
disebabkan kelemahan dan keterbatasan pengetahuan serta kemampuan penulis sendiri, baik
disadari maupun tidak. Karena belum sempurnanya makalah ini, penulis menyarankan agar para
pembaca mencari materi, sumber dan referensi lain untuk menyempurnakan makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Jain, S. 2014. Fundamentals of Physical Geology. New Delhi, India: Springer.

Sucuoglu, H., Akkar, S. 2014. Basic Earthquake Engineering: From Seismology to Analysis and
Design. Switzerland: Springer.

Thompson, G., Turk, J. 1997. Introduction to Physical Geology. USA: Brooks Cole.

16

Anda mungkin juga menyukai