Anda di halaman 1dari 21

SMA MUTIARA SANDI

ALAT MUSIK TRADISIONAL BALI

Kelompok :  Citra Amalia

 Liftia Anggraeni

 Dhea Ranjani

 Rutika Ninesa

 Ayang Adriani

 M Ridwan
kata pengantar
Terimakasih kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa karena atas perkenan beliau lah
kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.semua itu hanya
karena berkat serta tutunan Tuhan dalam kehidupan kami.Dalam makalah yang kami susun
berisi ALAT MUSIK OTRADISIONAL BALI
Kami banyak mengucapkan terimakasih pihak-pihak yang telah membantu kami dalam
penyusun makalah ini.
Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bernilai baik,dan dapat digunakan sebaik-
baiknya.kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini belumlah sempurna untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan makalah ini.sesudah dan
sebelumnya kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Tujuan Penelitian..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pemgertian Gamelan.......................................................................................3

B. Sejarah singkat gamelan.................................................................................5

C. Macam-macam Gamelan................................................................................8

1. Kolintang...............................................................................................8

2. suling.....................................................................................................9

3. kendang...............................................................................................10

4. Rebana.................................................................................................11

5. Gendang Karo.....................................................................................12

D. Gamelan Orkestra ala Jawa...........................................................................12


BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................15

B. Saran........................................................................................................16

DAFTAR PUTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon,
gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya,
yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama.
Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang berarti memukul /
menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda. Orkes gamelan
kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam
berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa
lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.
Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu-Budha yang mendominasi
Indonesia pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili seni asli indonesia.
Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya sampai seperti sekarang ini pada zaman
Kerajaan Majapahit. Dalam perbedaannya dengan musik India, satu-satunya dampak ke-
India-an dalam musik gamelan adalah bagaimana cara menyanikannya. Dalam mitologi
Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai
seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang
Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil
para dewa. Untuk pesan yang lebih spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu
akhirnya terbentuk set gamelan.
Gambaran tentang alat musik ensembel pertama ditemukan di Candi Borobudur,
Magelang Jawa Tengah, yang telah berdiri sejak abad ke-8. Alat musik semisal suling
bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang
digesek dan dipetik, ditemukan dalam relief tersebut. Namun, sedikit ditemukan elemen
alat musik logamnya. Bagaimanapun, relief tentang alat musik tersebut dikatakan
sebagai asal mula gamelan.

1
Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang kompleks. Gamelan
menggunakan empat cara penalaan, yaitu sléndro, pélog, "Degung" (khusus daerah
Sunda, atau Jawa Barat), dan "madenda" (juga dikenal sebagai diatonis, sama seperti
skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa.
Musik Gamelan merupakan gabungan pengaruh seni luar negeri yang beraneka ragam.
Kaitan not nada dari Cina, instrumen musik dari Asia Tenggara, drum band dan
gerakkan musik dari India, bowed string dari daerah Timur Tengah, bahkan style militer
Eropa yang kita dengar pada musik tradisional Jawa dan Bali sekarang ini.
Interaksi komponen yang sarat dengan melodi, irama dan warna suara mempertahankan
kejayaan musik orkes gamelan Bali. Pilar-pilar musik ini menyatukan berbagai karakter
komunitas pedesaan Bali yang menjadi tatanan musik khas yang merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.

B. Tujuan
1. Mengetahui tentang gamelan
2. Mengetahui tentang sejarah dan asal gamelan
3. Mengetahui tentang macam-macam gamelan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gamelan
Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon,
gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya,
yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama.
Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang berarti memukul /
menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda. Orkes gamelan
kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam
berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa
lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.
Gamelan adalah seperangkat alat musik dengan nada pentatonis, yang terdiri dari :
Kendang, Bonang, Bonang Penerus, Demung, Saron, Peking (Gamelan), Kenong &
Kethuk, Slenthem, Gender, Gong, Gambang, Rebab,, Siter, Suling.
Komponen utama alat musik gamelan adalah : bambu, logam, dan kayu. Masing-masing
alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan

3
Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa “gamel” yang berarti memukul /
menabuh, diikuti akhiran “an” yang menjadikannya sebagai kata benda. Sedangkan
istilah gamelan mempunyai arti sebagai satu kesatuan alat musik yang dimainkan
bersama.
Tidak ada kejelasan tentang sejarah terciptanya alat musik ini. Tetapi, gamelan
diperkirakan lahir pada saat budaya luar dari Hindu – Budha mendominasi
Indonesia. Walaupun pada perkembangannya ada perbedaan dengan musik India, tetap
ada beberapa ciri yang tidak hilang, salah satunya adalah cara “menyanyikan” lagunya.
Penyanyi pria biasa disebut sebagai wiraswara dan penyanyi wanita disebut
waranggana.
Menurut mitologi Jawa, gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka.
Beliau adalah dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana yang berada di
gunung Mahendra di daerah Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu).

Musik gamelan biasanya dimainkan dalam majlis formal dan tidak formal di istana dan
untuk mengiringi joget Pahang. Pemuzik gamelan terdiri daripada lelaki seramai
sembilan orang dan penarinya adalah wanita seramai enam orang. Alatan muzik yang
digunakan ialah Gong Agong, Gong Sawokan, Gendang Ibu, Gendang Anak, Saron
Pekin, Saron Baron I dan Saron Baron II, Gambang serta Kenong.

4
Tuning dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang kompleks.
Gamelan menggunakan empat sistem tuning, iaitu sléndro, pélog, "Degung" (khusus
daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan "madenda" (juga dikenali sebagai diatonis, sama
seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropah.

B. Sejarah Singkat Gamelan


Alat musik gamelan yang pertama kali diciptakan adalah “gong”, yang digunakan untuk
memanggil para dewa. Setelah itu, untuk menyampaikan pesan khusus, Sang Hyang
Guru kembali menciptakan beberapa peralatan lain seperti dua gong, sampai akhirnya
terbentuklah seperangkat gamelan.
Pada jaman Majapahit, alat musik gamelan mengalami perkembangan yang sangat baik
hingga mencapai bentuk seperti sekarang ini dan tersebar di beberapa daerah seperti
Bali, dan Sunda (Jawa Barat).
Bukti otentik pertama tentang keberadaan gamelan ditemukan di Candi Borobudur,
Magelang Jawa Tengah yang berdiri sejak abad ke-8. Pada relief- nya terlihat beberapa
peralatan seperti suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat
musik berdawai yang digesek dan dipetik, termasuk sedikit gambaran tentang elemen
alat musik logam. Perkembangan selanjutnya, gamelan dipakai untuk mengiringi
pagelaran wayang dan tarian. Sampai akhirnya berdiri sebagai musik sendiri dan
dilengkapi dengan suara para sinden.
Gamelan yang berkembang di Jawa Tengah, sedikit berbeda dengan Gamelan Bali
ataupun Gamelan Sunda. Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut apabila
dibandingkan dengan Gamelan Bali yang rancak serta Gamelan Sunda yang mendayu-
dayu dan didominasi suara seruling. Menurut beberapa penelitian, perbedaan itu adalah
akibat dari pengungkapan terhadap pandangan hidup “orang jawa” pada umumnya.
Pandangan yang dimaksud adalah : sebagai orang jawa harus selalu
“memelihara keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, serta keselarasan
dalam berbicara dan bertindak”. Oleh sebab itu, “orang jawa” selalu
menghindari ekspresi yang meledak-ledak serta selalu berusaha
mewujudkan

5
toleransi antar sesama. Wujud paling nyata dalam musik gamelan adalah tarikan tali
rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta
suara gong pada setiap penutup irama.
Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang sangat kompleks.
Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu “sléndro”, “pélog”, ”Degung”
(khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan “madenda” (juga dikenal sebagai diatonis),
sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa.
 Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu : 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan
perbedaan interval kecil.
 Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu : 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B]
dengan perbedaan interval yang besar.
Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yang terdiri dari
beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan
dalam unit yang terdiri dari 4 nada.

Asal-Usul dan Sejarah Gamelan Gambang di Banjar Jeroan Desa


Tumbak Bayuh

Secara umum gamelan Gambang di Bali diperkirakan muncul pada abad IX-X Masehi,
dimana hal tersebut dapat dibuktikan dari adanya data-data sejarah dan Prasasti yang
memiliki angka tahun pada abad tersebut. Namun demikian, prihal keberadaan gamelan
Gambang di Desa Tumbak Bayuh hingga kini belum dapat dipastikan keberadaannya
yang mana hal ini disebabkan oleh kurangnya data-data tertulis maupun fakta atau
bukti fisik

6
lainnya seperti, prasasti, lontar, maupun tulisan-tulisan lainnya yang dapat dijadikan
bukti otentik tentang keberadaannya.
Menurut penuturan I Made Langsih (wawancara tanggal, 26 Juli 2009) selaku klian
Gambang di Banjar Gunung Jeroan Desa Tumbak Bayuh, diceritakan bahwa, pada
jaman dahulu ada seorang petani miskin yang sangat tekun mengerjakan tanahnya di
wilayah Pesawahan Mengening. Sawahnya ini terletak dipinggir hutan yang luasnya
sekitar 2 hektar. Pada saat menggarap lahan pertaniannya tersebut setiap akan istirahat
untuk makan siang atau sekedar melepaskan lelahnya, petani itu pergi ke hutan tersebut.
Pada suatu hari, ketika ia sedang berteduh di hutan tersebut, ia dijumpai oleh seorang
wanita yang belum pernah dikenalnya. Wanita itu menawarkan seperangkat gambelan
bambu dengan harga dua ratus dua puluh lima kepeng (satak selae kepeng). Dengan
uang sebanyak itu, kembalilah petani itu menemui wanita tadi. Setelah tawar-menawar,
wanita penjual gambelan tersebut tidak mau melepaskan gambelannya kalau tidak
seharga yang diberitahukan tadi, yaitu seharga dua ratus dua puluh lima kepeng.
Teringatlah petani bahwa pada tempat kapur sirihnya (selepa) ada tersimpan uang lima
kepeng lagi. Sekarang genaplah seharga yang diminta oleh wanita tadi. Setelah
gambelan tersebut diperiksa dan dicoba memasangnya petani itu menjadi ragu melihat
ukuran bilah-bilahnya tak rata panjang pendeknya. Melihat keraguan dari pembelinya,
wanita itu lalu memberi penjelasan dan memasang serta menyusun bilah-bilahnya.
Setelah tersusun disuruh mencoba memukulnya. Kemudian dijelaskan lebih lanjut
bahwa susunan bilah-bilah gambelan tersebut adalah sama dengan Palih Wadah. Karena
gambelan ini hanya boleh dipakai mengiringi upacara ngaben saja, Gambelan tersebut
diberitahu namanya adalah Gambang. Setelah memperoleh penjelasan, dengan rasa puas
petani itu pulang membawa gambelan itu. Tiada berapa jauh berjalan lalu dia menoleh
wanita penjual gambelan tadi, tapi di tempat itu seolah-olah gaib saja. Setelah sampai di
rumah timbulah rasa kesal kenapa membeli gambelan yang tidak bisa kita memainkan
dan sama sekali tidak tahu gending atau tabuh apa yang dipakai dalam gambelan itu.

7
C. Macam-macam Gamelan
Macam Gamelan terdiri dari : Kendang, Bonang, Bonang Penerus, Demung, Saron,
Peking (Gamelan), Kenong & Kethuk, Slenthem, Gender, Gong, Gambang, Rebab,,
Siter, Suling.
Penjelasan beberapa macam gamelan yaitu :
1. Kolintang

Satu set kolintang

Bermain kolintang
Kolintang atau kulintangadalah alat musik khas daerah Minahasa,
Sulawesi Utara. Kolintang dibuat dari kayu lokal yang ringan namun kuat
seperti telur, bandaran, wenang, kakinik kayu cempaka, dan yang
mempunyai konstruksi fiber paralel.
Nama kolintang berasal dari suaranya: tong (nada rendah), ting (nada
tinggi) dan tang (nada biasa). Dalam bahasa daerah, ajakan "Mari kita
lakukan
TONG TING TANG" adalah: " Mangemo kumolintang". Ajakan tersebut
akhirnya berubah menjadi kata kolintang.
Beberapa group terkenal seperti Kadoodan, Tamporok, Mawenang yang
sudah eksis lebih dari 35 tahun.Pembuat kolintang tersebar di

8
Minahasa dan di pulau Jawa,salah satu pembuat kolintang yang terkenal
Petrus Kaseke
2. Suling
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Berbagai macam suling Jerman (block flauto)dan ukurannya.


Suling adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu. Suara suling
berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya dengan
baik.
Suling modern untuk para ahli umumnya terbuat dari perak, emas atau
campuran keduanya. Sedangkan suling untuk pelajar umumnya terbuat
dari nikel-perak, atau logam yang dilapisi perak.
Suling konser standar ditalakan di C dan mempunyai jangkauan nada 3
oktaf dimulai dari middle C. Akan tetapi, pada beberapa suling untuk para
ahli ada kunci tambahan untuk mencapai nada B di bawah middle C. Ini
berarti suling merupakan salah satu alat musik orkes yang tinggi, hanya
piccolo yang lebih tinggi lagi dari suling. Piccolo adalah suling kecil yang
ditalakan satu oktaf lebih tinggi dari suling konser standar. Piccolo juga
umumnya digunakan dalam orkes.

9
Suling konser modern memiliki banyak pilihan. Thumb key B-flat
(diciptakan dan dirintis oleh Briccialdi) standar. B foot joint, akan tetapi,
adalah pilihan ekstra untuk model menengah ke atas dan profesional.
Suling open-holed, juga biasa disebut French Flute (di mana beberapa
kunci memiliki lubang di tengahnya sehingga pemain harus menutupnya
dengan jarinya) umum pada pemain tingkat konser. Namun beberapa
pemain suling (terutama para pelajar, dan bahkan beberapa para ahli)
memilih closed-hole plateau key. Para pelajar umumnya menggunakan
penutup sementara untuk menutup lubang tersebut sampai mereka berhasil
menguasai penempatan jari yang sangat tepat.
Beberapa orang mempercayai bahwa kunci open-hole mampu
menghasilkan suara yang lebih keras dan lebih jelas pada nada-nada
rendah.
Suling konser pada sebelum Era Klasik (1750) memakai Suling Blok
(seperti gambar atas), sedangkan pada sebelum Era Romantis (Era Klasik
1750-1820) pakai Suling Albert (kayu hitam berlubang dan dilengkapi
klep), dan sejak Era Romantis (1820) memakai suling Boehm (kayu hitam
atau metal dilengkapi klep semua yang disebut juga suling Boehm, sistem
Carl Boehm), atau suling saja.
Khusus musik keroncong di Indonesia pada Era Stambul (1880- 1920)
memakai suling Albert, dan pada Era Keroncong Abadi (1920- 1960) telah
memakai suling Bohm.
3. Kendang

Kendang

10
Kendang koleksi KBRI Canberra, Australia.

Kendang, kendhang, atau gendang adalah instrumen dalam gamelan Jawa


Tengah yang salah satu fungsi utamanya mengatur irama. Instrument ini
dibunyikan dengan tangan, tanpa alat bantu.Jenis kendang yang kecil
disebut ketipung, yang menengah disebut kendang ciblon/kebar. Pasangan
ketipung ada satu lagi bernama kendang gedhe biasa disebut kendang
kalih. Kendang kalih dimainkan pada lagu atau gendhing yang berkarakter
halus seperti ketawang, gendhing kethuk kalih, dan ladrang irama dadi.
Bisa juga dimainkan cepat pada pembukaan lagu jenis lancaran ,ladrang
irama tanggung. Untuk wayangan ada satu lagi kendhang yang khas yaitu
kendhang kosek.
Kendang kebanyakan dimainkan oleh para pemain gamelan profesional,
yang sudah lama menyelami budaya Jawa. Kendang kebanyakan
dimainkan sesuai naluri pengendang, sehingga bila dimainkan oleh satu
orang denga orang lain maka akan berbeda nuansanya.
4. Rebana
Rebana adalah gendang berbentuk bundar dan pipih. Bingkai berbentuk
lingkaran dari kayu yang dibubut, dengan salah satu sisi untuk ditepuk
berlapis kulit kambing. Kesenian di Malaysia, Brunei, Indonesia dan
Singapura yang sering memakai rebana adalah musik irama padang pasir,
misalnya, gambus, kasidah dan hadroh.
Bagi masyarakat Melayu di negeri Pahang, permainan rebana sangat
populer, terutamanya di kalangan penduduk di sekitar Sungai Pahang.
Tepukan rebana mengiringi lagu-lagu tradisional seperti indong- indong,
burung kenek-kenek, dan pelanduk-pelanduk. Di Malaysia, selain rebana
berukuran biasa, terdapat juga rebana besar yang diberi nama

11
Rebana Ubi, dimainkannya pada hari-hari raya untuk mempertandingkan
bunyi dan irama.
5. Gendang Karo
Gendang karo atau gendang lima si dalinen terdiri dari lima perangkat alat
musik tabuh (perkusi) yang dimainkan oleh lima orang pemusik. Kelima
perangkat tersebut adalah satu penaruné, dua penggual, dan dua si malu
gong. Gendang Lima sedalanen disebut karena ensambel musik tersebut
terdiri dari lima instrumen musik, yaitu Sarune (aerofon), gendang indung
(membranofon), gendang anak (mebranofon, gung, dan penganak. Namun
biasa juga disebut dengan gendang lima sedalanen, ranggutna sepulu dua,
yaitu angka dua belas untuk hitung-hitungan perangkat yang dipergunakan
seluruhnya, termasuk stik atau alat memukul instrumen musik tersebut.
Jika diklasifikasi berdasarkan ensambel musik, sebenarnya gendang Karo
terdiri dari gendang lima sedalanen dan gendang telu sedalanen. Gendang
telu sedalanen adalah terdiri dari tiga instrumen musik yang dimainkan
secara bersamaan, yang terdiri dari kulcapi (long neck lute) sebagai
pembawa melodi, keteng-keteng (idiokordofon, tube-zhyter) sebagai
pembawa ritmis, dan mangkuk mbentar (idiofon) sebagai pembawa
tempo.

D. Gamelan, Orkestra ala Jawa


Gamelan jelas bukan musik yang asing. Popularitasnya telah merambah berbagai benua
dan telah memunculkan paduan musik baru jazz- gamelan, melahirkan institusi sebagai
ruang belajar dan ekspresi musik gamelan, hingga menghasilkan pemusik gamelan
ternama. Pagelaran musik gamelan kini bisa dinikmati di berbagai belahan dunia, namun
Yogyakarta adalah tempat yang paling tepat untuk menikmati gamelan karena di kota
inilah anda bisa menikmati versi aslinya.
Gamelan yang berkembang di Yogyakarta adalah Gamelan Jawa, sebuah bentuk
gamelan yang berbeda dengan Gamelan Bali ataupun Gamelan Sunda. Gamelan Jawa
memiliki nada yang lebih lembut dan slow, berbeda

12
dengan Gamelan Bali yang rancak dan Gamelan Sunda yang sangat mendayu- dayu dan
didominasi suara seruling. Perbedaan itu wajar, karena Jawa memiliki pandangan hidup
tersendiri yang diungkapkan dalam irama musik gamelannya.
Pandangan hidup Jawa yang diungkapkan dalam musik gamelannya adalah keselarasan
kehidupan jasmani dan rohani, keselarasan dalam berbicara dan bertindak sehingga
tidak memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta mewujudkan toleransi antar
sesama. Wujud nyata dalam musiknya adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan
seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap
penutup irama.
Tidak ada kejelasan tentang sejarah munculnya gamelan. Perkembangan musik gamelan
diperkirakan sejak kemunculan kentongan, rebab, tepukan ke mulut, gesekan pada tali
atau bambu tipis hingga dikenalnya alat musik dari logam. Perkembangan selanjutnya
setelah dinamai gamelan, musik ini dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang, dan
tarian. Barulah pada beberapa waktu sesudahnya berdiri sebagai musik sendiri dan
dilengkapi dengan suara para sinden.
Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa alat musik, diantaranya satu set alat musik
serupa drum yang disebut kendang, rebab dan celempung, gambang, gong dan seruling
bambu. Komponen utama yang menyusun alat- alat musik gamelan adalah bambu,
logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik
gamelan, misalnya gong berperan menutup sebuah irama musik yang panjang dan
memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending.
Gamelan Jawa adalah musik dengan nada pentatonis. Satu permainan gamelan komplit
terdiri dari dua putaran, yaitu slendro dan pelog. Slendro memiliki 5 nada per oktaf,
yaitu 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan
interval kecil. Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A
B] dengan perbedaan interval yang besar. Komposisi musik gamelan diciptakan dengan
beberapa aturan, yaitu terdiri dari beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan
serta melodinya diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.

13
Anda bisa melihat gamelan sebagai sebuah pertunjukan musik tersendiri maupun
sebagai pengiring tarian atau seni pertunjukan seperti wayang kulit dan ketoprak.
Sebagai sebuah pertunjukan tersendiri, musik gamelan biasanya dipadukan dengan suara
para penyanyi Jawa (penyanyi pria disebut wiraswara dan penyanyi wanita disebut
waranggana). Pertunjukan musik gamelan yang digelar kini bisa merupakan gamelan
klasik ataupun kontemporer. Salah satu bentuk gamelan kontemporer adalah jazz-
gamelan yang merupakan paduan paduan musik bernada pentatonis dan diatonis.
Salah satu tempat di Yogyakarta dimana anda bisa melihat pertunjukan gamelan adalah
Kraton Yogyakarta. Pada hari Kamis pukul 10.00 - 12.00 WIB digelar gamelan sebagai
sebuah pertunjukan musik tersendiri. Hari Sabtu pada waktu yang sama digelar musik
gamelan sebagai pengiring wayang kulit, sementara hari Minggu pada waktu yang sama
digelar musik gamelan sebagai pengiring tari tradisional Jawa. Untuk melihat
pertunjukannya, anda bisa menuju Bangsal Sri Maganti. Sementara untuk melihat
perangkat gamelan tua, anda bisa menuju bangsal kraton lain yang terletak lebih ke
belakang.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang,
gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya, yang mana
merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata
Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang berarti memukul / menabuh,
diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat
di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran
dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18,
istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.
Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu-Budha yang mendominasi
Indonesia pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili seni asli indonesia.
Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya sampai seperti sekarang ini pada zaman
Kerajaan Majapahit. Dalam perbedaannya dengan musik India, satu-satunya dampak ke-
India-an dalam musik gamelan adalah bagaimana cara menyanikannya. Dalam mitologi
Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai
seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang
Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil
para dewa. Untuk pesan yang lebih spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu
akhirnya terbentuk set gamelan.
Macam Gamelan terdiri dari : Kendang, Bonang, Bonang Penerus, Demung, Saron,
Peking (Gamelan), Kenong & Kethuk, Slenthem, Gender, Gong, Gambang, Rebab,,
Siter, Suling.

15
B. Saran
1. Gamelan sebagai salah satu budaya dan ciri khas Indonesia yang sudah
berkembang sejak dahulu, sudah sewajarnyalah bagi kita penerus bangsa
menjaga dan terus membudayakannya.
2. Sebagai seorang belajar, mencari tahu tentang sesuatu baik itu
merupakan hal baru maupun lama merupakan kewajiban.
Mengetahui hal baru untuk terus mengikuti jaman, dan mencari tahu
tentang sesuatu yang terjadi dulu adalah sebagai suatu pelajaran dan
pengetahuan.
3. Semangatlah, dan jangan pernah berhenti untuk berusaha mencari apa
yang belum kita ketahui!

16
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/

http://rockapak.org/forum/index.php?topic=7040.0

http://wonojoyo.com/sejarah-gamelan-jawa/

http://www.isi-dps.ac.id/berita/asal-usul-dan-sejarah-gamelan-gambang-di-banjar-
jeroan-desa-tumbak-bayuh

http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/performance/gamelan-
show/

17

Anda mungkin juga menyukai