Baca juga :
Wujud paling nyata yang bisa kita dapati dalam musik gamelan adalah
tarikan tali rebab yang sedang, panduan keseimbangan bunyi kenong,
saron, kendhang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup
irama.
Secara etimologi gamelan berasal dari istilah bahasa Jawa yakni “gamel”
yang berarti menabuh/memukul, dan akhiran “an” yang menjadikannya
kata benda, jadi gamelan bisa diartikan memukul/menabuh benda-benda.
Komponen utama alat musik gamelan adalah: bambu, logam, dan kayu.
Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik
gamelan.
Sejarah Gamelan Jawa
Mengenai sejarah Gamelan Jawa, artikel ini merujuk pada salah satu
artikel di www.egamelanku.com. Berdasarkan keterangan dari Gusti Puger
putra P.B. XII, dan Serat Wedhapradangga dari Keraton Surakarta yang
pertama ditulis oleh Raden Tumenggung Warsadiningrat.
Tahun 167 Sang Hyang Guru atau Sang Hyang Jagatnata / Lokanata
memberikan ijazah berupa Swara Karengeng Jagat. Swara tersebut
berasal dari Gamelan Lokananta atau Lokanata.
Di tahun 187, terdengar swara Matenggeng Karna dari Sang Hyang Indra /
Surendra, dan diberi nama Salendro. Ricikannya tetap ada 5 dengan
swara tembang Sekar Kawi / Ageng.
Pada Tahun 336 oleh Sang Hyang Indra, racikan gamelan ditambah lagi
dengan Salundhing atau Kempul, dan Gerantang yang sekarang disebut
dengan Gambang.
Fakta yang jelas mengenai adanya gamelan di tanah jawa menurut Agus
Purwo Murdoko, S.Sn. (Guru Seni Budaya SMAN 1 Kartasura), Panggiyo
S.Kar, MA (dosen Karawitan ISI Surakarta), dan KRA Haryono Hadiningrat
(Prof. Dr. Timbul Haryono, MSc) arkeolog yang tinggal di Prambanan
Yogyakarta dan pernah dimuat di Majalah Sasmita edisi I tahun 2007,
terdapat pada bukti fisik di relief-relief candi Borobudur, dan candi-candi
lainnya ditanah jawa.
Gamelan Ideofon
Instrumen yang sumber bunyinya berasal dari badan alat musik itu
sendiri. Jenis ini dikatakan sebagai yang paling tua usianya daripada alat
musik lainnya. Dalam Gamelan Jawa, ada alat musik yang berpencon
(seperti stupa) yang dibunyikan dengan tongkat pendek.
Instrumen lain dalam kategori ini juga termasuk alat musik bilah-bilahan
(wilahan) seperti Gambang dan Saron. Semua alat musik dalam kategori
instrumen ideofon telah ada jejaknya sejak abad ke-9 M. Gong bisa
didapati di kitab Ramayana Jawa Kuna, adapun Gambang dan Saron
terkait pada relief di Candi Borobudur.
Gamelan Membranofon
Instrumen Gamelan dengan sumber bunyi pada selaput kulit atau
sejenisnya. Kelompok membranofon telah populer di Pulau Jawa sejak
pertengahan abad ke-9 M. Kendang bisa dikatakan sebagai instrumen
membranofon paling tua. Bermacam-macam bentuk kendang terdapat
pada relief Candi Borobudur dan Candi Siwa Prambanan.
Instrumen lainnya adalah bedug dan trebang yang ada sejak abad ke-12
M. Istilah bedug bisa dijumpai di Kidung Malat. Dalam Kakawin
Hariwangsa, Ghatotkacasraya dan Kidung Harsawijaya, ada instrumen
sejenis bedug yakni “tipakan”. Dalam kitab Ghatotkacasraya dan
Sumanasantaka ada istilah “tabang-tabang” yang kemudian berkembang
menjadi istilah “tribang”
Gamelan Aerofon
Instrumen dengan sumber bunyi yang berasal dari udara yang ditiup.
Seruling (suling) juga merupakan kelengkapan dari Gamelan Jawa.
Sejarah alat musik ini juga sangat tua dan bisa ditemukan jejaknya pada
relief-relief candi, termasuk Candi Borobudur. Juga ada di kitab Ramayana
Jawa Kuno yang diistilahkan dengan “bangsi”.
Gamelan Chordofon
Instrumen musik yang mencakup alat musik bersenar yang dipetik dan
digesek. Dalam Gamelan Jawa ada rebab dan chelempung. Alat musik
jenis ini dikatakan mendapat pengaruh dari kebudayaan luar, Rebab
dengan dua senar mungkin memang asli Persia. Adapun Chelempung
yang bentuknya memberi kesan Eropa telah tergambar pada relief di
Candi Jago.
Soran
Gending-gending dengan kecenderungan volume tabuhan yang keras.
Kesemua perangkat gamelan ditabuh kecuali Gender, Gambang, Rebab,
Suling dan Siter. Alunan Musik Gamelan jenis ini disajikan dengan tempo
Tanggung, Seseg dan Antal.
Lirihan
Sesuai dengan namanya, penyajian gending lebih halus dan pelan. Semua
Waditra (Instrumen) ditabuh namun yang lebih diutamakan adalah
Gender, Gambang, Rebab, Siter dan Suling dengan tempo yang berbeda-
beda.
Instrumen yang ada dalam gamelan sekati terdiri dari: 2 gong ageng, 1
bedug, 1 kempyang, 1 saron demung, 2 sarong ricik, 2 sarong peking, 1
sampur, dan 1 bonang.
o Gamelan Munggang
Memiliki tiga nada. Gamelan ini terdiri dari 4 racakan berisi tiga buah
bonang besar, 1 kenong japan, 2 bende, 1 pasang lojeh, 1 kendang
gending, 1 kendang penuntung, dan dua buah gong.
o Gamelan Corobalen
Dimainkan untuk acara menyambut tamu.
BONANG
Berupa satu set sepuluh sampai empat-belas gong- gong kecil berposisi
horisontal yang disusun dalam dua deretan. Diletakkan di atas tali yang
direntangkan pada bingkai kayu.
CELEMPUNG
Merupakan instrumen kawat yang dipetik. Dibingkai pada semacam
gerobogan (juga berfungsi sebagai resonator), memiliki dua pasang kaki,
kaki muka lebih tinggi dari sepasang kaki belakang
GAMBANG
Terbuat dari bilah – bilah kayu dibingkai pada gerobogan yang juga
berfungsi sebagai resonator. Berbilah tujuh-belas sampai dua-puluh bilah,
wilayah gambang mencakup dua oktaf atau lebih.
Seperti permainan dua nada dipisahkan oleh dua bilah, atau permainan
dua nada dipisahkan oleh enam bilah, dan pola lagu dengan ritme – ritme
sinkopasi.
GENDER
Bilah-bilah metal yang ditegangkan dengan tali di atas bumbung-
bumbung resonator. Dimainkan dengan tabuh berbentuk bulat (dilingkari
lapisan kain) dengan tangkai pendek. Terdapat dua jenis gender yakni
Gender Barung dan Gender Penerus.
KEMPUL
Gong berukuran kecil yang digantung. Kempul menandai aksen-aksen
penting dalam kalimat lagu gendhing. Dalam hubungannya dengan lagu
gendhing, kempul bisa memainkan nada yang sama dengan nada
balungan.
KENDHANG
Instrument bersisi dua yang tidak simetris dengan sisi kulitnya
ditegangkan oleh tali dan kulit atau rotan ditata dalam bentuk ‘Y.’
Benfungsi menentukan irama dan tempo (menjaga keajegan tempo,
menuntun peralihan ke tempo yang cepat atau lambat, dan
menghentikan tabuhan gendhing (suwuk)).
KENONG
Merupakan satu set instrumen jenis gong berposisi horisontal,
ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu. Dalam
memberi batasan struktur suatu gendhing, kenong adalah instrumen
kedua yang paling penting setelah gong.
GONG
Kata gong khususnya menunjuk pada gong gantung berposisi vertikal,
berukuran besar atau sedang, ditabuh di tengah-tengah bundarannya
(pencu) dengan tabuh bundar berlapis kain.
Berfungsi sebagai tanda permulaan dan akhiran gendhing. Dalam istilah
ini gong bisa di jeniskan menjadi dua yakni :
KETHUK KEMPYANG
Dua instrumen yang termasuk jenis gong berposisi horisontal
ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu. Kethuk –
kempyang memberi aksen-aksen alur lagu gendhing menjadi kalimat
kalimat yang pendek.
Pada gaya tabuhan cepat lancaran, sampak, srepegan, dan ayak ayakan,
kethuk ditabuh di antara ketukan-ketukan balungan, menghasilkan pola-
pola jalin-menjalin yang cepat.
REBAB
Alat Musik berkawat-gesek dengan dua kawat ditegangkan pada selajur
kayu dengan badan berbentuk hati ditutup dengan membran (kulit tipis)
dari babad sapi.
Instumen ini termasuk salah satu bagian dari instrumen pemuka yang
diakui sebagai pemimpin lagu dalam ansambel, terutama dalam gaya
tabuhan lirih.
SARON
Berbentuk bilahan dengan enam atau tujuh bilah (satu oktaf atau satu
oktaf dan satu nada) ditumpangkan pada bingkai kayu yang juga
berfungsi sebagai resonator.
Ditabuh dengan tabuh dibuat dari kayu atau tanduk (yang akhir ini untuk
peking). Saron sendiri terbagi menjadi 3 jenis sesuai ukuran dan fungsi
masing-masing.
SLENTHEM
Termasuk keluarga gender ketika kita lihat dari kontruksinya, sering
dinamakan Gender Panembung. Tetapi slenthem mempunyai bilah
sebanyak bilah saron, beroktaf paling rendah dalam kelompok instrumen
saron. Memainkan lagu balungan dalam wilayahnya yang terbatas.
SULING
Terbuat dari bambu dan termasuk dalam kategori alat musik tiup yang
memainkan instrument dalam pola-pola lagu bergaya bebas metris.
Dimainkan secara bergantian, biasanya pada waktu lagunya mendekati
akhiran kalimat.
Wujud paling nyata yang bisa kita dapati dalam musik gamelan adalah
tarikan tali rebab yang sedang, panduan keseimbangan bunyi kenong,
saron, kendhang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup
irama.
Secara etimologi gamelan berasal dari istilah bahasa Jawa yakni “gamel”
yang berarti menabuh/memukul, dan akhiran “an” yang menjadikannya
kata benda, jadi gamelan bisa diartikan memukul/menabuh benda-benda.
Komponen utama alat musik gamelan adalah: bambu, logam, dan kayu.
Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik
gamelan.
Tahun 167 Sang Hyang Guru atau Sang Hyang Jagatnata / Lokanata
memberikan ijazah berupa Swara Karengeng Jagat. Swara tersebut
berasal dari Gamelan Lokananta atau Lokanata.
Pada Tahun 336 oleh Sang Hyang Indra, racikan gamelan ditambah lagi
dengan Salundhing atau Kempul, dan Gerantang yang sekarang disebut
dengan Gambang.
Fakta yang jelas mengenai adanya gamelan di tanah jawa menurut Agus
Purwo Murdoko, S.Sn. (Guru Seni Budaya SMAN 1 Kartasura), Panggiyo
S.Kar, MA (dosen Karawitan ISI Surakarta), dan KRA Haryono Hadiningrat
(Prof. Dr. Timbul Haryono, MSc) arkeolog yang tinggal di Prambanan
Yogyakarta dan pernah dimuat di Majalah Sasmita edisi I tahun 2007,
terdapat pada bukti fisik di relief-relief candi Borobudur, dan candi-candi
lainnya ditanah jawa.
Gamelan Ideofon
Instrumen yang sumber bunyinya berasal dari badan alat musik itu
sendiri. Jenis ini dikatakan sebagai yang paling tua usianya daripada alat
musik lainnya. Dalam Gamelan Jawa, ada alat musik yang berpencon
(seperti stupa) yang dibunyikan dengan tongkat pendek.
Instrumen lain dalam kategori ini juga termasuk alat musik bilah-bilahan
(wilahan) seperti Gambang dan Saron. Semua alat musik dalam kategori
instrumen ideofon telah ada jejaknya sejak abad ke-9 M. Gong bisa
didapati di kitab Ramayana Jawa Kuna, adapun Gambang dan Saron
terkait pada relief di Candi Borobudur.
Gamelan Membranofon
Instrumen Gamelan dengan sumber bunyi pada selaput kulit atau
sejenisnya. Kelompok membranofon telah populer di Pulau Jawa sejak
pertengahan abad ke-9 M. Kendang bisa dikatakan sebagai instrumen
membranofon paling tua. Bermacam-macam bentuk kendang terdapat
pada relief Candi Borobudur dan Candi Siwa Prambanan.
Instrumen lainnya adalah bedug dan trebang yang ada sejak abad ke-12
M. Istilah bedug bisa dijumpai di Kidung Malat. Dalam Kakawin
Hariwangsa, Ghatotkacasraya dan Kidung Harsawijaya, ada instrumen
sejenis bedug yakni “tipakan”. Dalam kitab Ghatotkacasraya dan
Sumanasantaka ada istilah “tabang-tabang” yang kemudian berkembang
menjadi istilah “tribang”
Gamelan Aerofon
Instrumen dengan sumber bunyi yang berasal dari udara yang ditiup.
Seruling (suling) juga merupakan kelengkapan dari Gamelan Jawa.
Sejarah alat musik ini juga sangat tua dan bisa ditemukan jejaknya pada
relief-relief candi, termasuk Candi Borobudur. Juga ada di kitab Ramayana
Jawa Kuno yang diistilahkan dengan “bangsi”.
Gamelan Chordofon
Instrumen musik yang mencakup alat musik bersenar yang dipetik dan
digesek. Dalam Gamelan Jawa ada rebab dan chelempung. Alat musik
jenis ini dikatakan mendapat pengaruh dari kebudayaan luar, Rebab
dengan dua senar mungkin memang asli Persia. Adapun Chelempung
yang bentuknya memberi kesan Eropa telah tergambar pada relief di
Candi Jago.
Soran
Gending-gending dengan kecenderungan volume tabuhan yang keras.
Kesemua perangkat gamelan ditabuh kecuali Gender, Gambang, Rebab,
Suling dan Siter. Alunan Musik Gamelan jenis ini disajikan dengan tempo
Tanggung, Seseg dan Antal.
Lirihan
Sesuai dengan namanya, penyajian gending lebih halus dan pelan. Semua
Waditra (Instrumen) ditabuh namun yang lebih diutamakan adalah
Gender, Gambang, Rebab, Siter dan Suling dengan tempo yang berbeda-
beda.
Instrumen yang ada dalam gamelan sekati terdiri dari: 2 gong ageng, 1
bedug, 1 kempyang, 1 saron demung, 2 sarong ricik, 2 sarong peking, 1
sampur, dan 1 bonang.
o Gamelan Munggang
Memiliki tiga nada. Gamelan ini terdiri dari 4 racakan berisi tiga buah
bonang besar, 1 kenong japan, 2 bende, 1 pasang lojeh, 1 kendang
gending, 1 kendang penuntung, dan dua buah gong.
Gamelan Munggang ditabuh untuk menyambut penobatan Sultan,
menyambut tamu agung, supitan/tetesan putra/putri Sultan, malemen,
mantu, rampog macan, grebegan, dan lain-lain sakarsa Dalem.
o Gamelan Corobalen
Dimainkan untuk acara menyambut tamu.
BONANG
Berupa satu set sepuluh sampai empat-belas gong- gong kecil berposisi
horisontal yang disusun dalam dua deretan. Diletakkan di atas tali yang
direntangkan pada bingkai kayu.
CELEMPUNG
Merupakan instrumen kawat yang dipetik. Dibingkai pada semacam
gerobogan (juga berfungsi sebagai resonator), memiliki dua pasang kaki,
kaki muka lebih tinggi dari sepasang kaki belakang
GAMBANG
Terbuat dari bilah – bilah kayu dibingkai pada gerobogan yang juga
berfungsi sebagai resonator. Berbilah tujuh-belas sampai dua-puluh bilah,
wilayah gambang mencakup dua oktaf atau lebih.
Seperti permainan dua nada dipisahkan oleh dua bilah, atau permainan
dua nada dipisahkan oleh enam bilah, dan pola lagu dengan ritme – ritme
sinkopasi.
GENDER
Bilah-bilah metal yang ditegangkan dengan tali di atas bumbung-
bumbung resonator. Dimainkan dengan tabuh berbentuk bulat (dilingkari
lapisan kain) dengan tangkai pendek. Terdapat dua jenis gender yakni
Gender Barung dan Gender Penerus.
KEMPUL
Gong berukuran kecil yang digantung. Kempul menandai aksen-aksen
penting dalam kalimat lagu gendhing. Dalam hubungannya dengan lagu
gendhing, kempul bisa memainkan nada yang sama dengan nada
balungan.
KENDHANG
Instrument bersisi dua yang tidak simetris dengan sisi kulitnya
ditegangkan oleh tali dan kulit atau rotan ditata dalam bentuk ‘Y.’
Benfungsi menentukan irama dan tempo (menjaga keajegan tempo,
menuntun peralihan ke tempo yang cepat atau lambat, dan
menghentikan tabuhan gendhing (suwuk)).
KENONG
Merupakan satu set instrumen jenis gong berposisi horisontal,
ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu. Dalam
memberi batasan struktur suatu gendhing, kenong adalah instrumen
kedua yang paling penting setelah gong.
GONG
Kata gong khususnya menunjuk pada gong gantung berposisi vertikal,
berukuran besar atau sedang, ditabuh di tengah-tengah bundarannya
(pencu) dengan tabuh bundar berlapis kain.
KETHUK KEMPYANG
Dua instrumen yang termasuk jenis gong berposisi horisontal
ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu. Kethuk –
kempyang memberi aksen-aksen alur lagu gendhing menjadi kalimat
kalimat yang pendek.
Pada gaya tabuhan cepat lancaran, sampak, srepegan, dan ayak ayakan,
kethuk ditabuh di antara ketukan-ketukan balungan, menghasilkan pola-
pola jalin-menjalin yang cepat.
REBAB
Alat Musik berkawat-gesek dengan dua kawat ditegangkan pada selajur
kayu dengan badan berbentuk hati ditutup dengan membran (kulit tipis)
dari babad sapi.
Instumen ini termasuk salah satu bagian dari instrumen pemuka yang
diakui sebagai pemimpin lagu dalam ansambel, terutama dalam gaya
tabuhan lirih.
SARON
Berbentuk bilahan dengan enam atau tujuh bilah (satu oktaf atau satu
oktaf dan satu nada) ditumpangkan pada bingkai kayu yang juga
berfungsi sebagai resonator.
Ditabuh dengan tabuh dibuat dari kayu atau tanduk (yang akhir ini untuk
peking). Saron sendiri terbagi menjadi 3 jenis sesuai ukuran dan fungsi
masing-masing.
SLENTHEM
Termasuk keluarga gender ketika kita lihat dari kontruksinya, sering
dinamakan Gender Panembung. Tetapi slenthem mempunyai bilah
sebanyak bilah saron, beroktaf paling rendah dalam kelompok instrumen
saron. Memainkan lagu balungan dalam wilayahnya yang terbatas.
SULING
Terbuat dari bambu dan termasuk dalam kategori alat musik tiup yang
memainkan instrument dalam pola-pola lagu bergaya bebas metris.
Dimainkan secara bergantian, biasanya pada waktu lagunya mendekati
akhiran kalimat.