Anda di halaman 1dari 27

Lebih Dekat dengan Gamelan Jawa

by Za Bhie | posted in: Jawa, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sejarah, Seni Budaya | 0
Gamelan Jawa merupakan seperangkat Alat Musik Tradisional Jawa yang biasanya terdiri dari Gong,
Kenong, Gambang, Celempung serta beberapa Alat Musik pendamping lainnya, Keistimewaan Alunan Musik
Gamelan jawa adalah cenderung bersuara lembut dan seperti sengaja menghadirkan suasana ketenangan jiwa,
dimana hal itu diselaraskan dengan Prinsip Hidup Masyarakat Jawa pada umumnya.
Instrument Gamelan Jawa tidak bisa kita lepaskan dari pandangan Masyarakat Jawa yang cenderung
memelihara keselarasan hidup baik jasmani maupun rohani, keadaan tersebut menjadikan Orang-orang jawa
selalu menghindari eksperesi tempramental dan berusahan mewujudkan toleransi antar sesama, Wujud paling
nyata bisa kita dapati dalam musik gamelan adalah tarikan tali rebab yang sedang, panduan keseimbangan
bunyi kenong, saron, kendhang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.
Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yang terdiri dari beberapa putaran dan pethet.
dibatasi oleh satu gongan serta melodinya. diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada. komponen utama
alat musik gamelan adalah: bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam
pagelaran musik gamelan.

Secara etimologi Gamelan berasal dari istilah Bahasa Jawa yakni “Gamel” yang berarti
Menabuh/Memukul, dan akhiran “An” yang menjadikannya kata benda, jadi Gamelan bisa
diartikan Memukul/ Menabuh Benda
SEJARAH GAMELAN JAWA
Ketika membaca salah satu artikel di www.egamelanku.com, Sejarah Gamelan Jawa berdasarkan keterangan
dari Gusti Puger putra P.B. XII, dan Serat Wedhapradangga dari keraton surakarta yang pertama ditulis oleh
Raden Tumenggung Warsadiningrat, kumpulan serat sejarah gamelan tersebut dihimpun oleh Raden Ngabehi
Prajapangrawit pada tahun 1874. bahwa Gamelan lahir ditanah jawa pertama kali adalah gangsa raras salendro.
Tahun 167 Sang Hyang Guru atau Sang Hyang Jagatnata / Lokanata memberikan ijazah berupa Swara
Karengeng Jagat, swara tersebut berasal dari gamelan Lokananta atau Lokanata. Menurut keterangan dari
G.P.H. Hadiwijaya (Redaksi Pustaka Jawa) hanya ada 5 ricikan dalam gamelan Lokananta tersebut yakni
Gendhing (Kemanak), Pamatut (Kethuk), Sauran (Kenong), Teteg (Kendang Ageng) dan Maguru yang
sekarang disebut Gong.
Ditahun 187, terdengar swara Matenggeng Karna, dari Sang Hyang Indra / Surendra, dan diberi nama
Salendro, ricikannya tetap ada 5 dengan swara tembang Sekar Kawi / Ageng. Pada Tahun 336 oleh Sang
Hyang Indra racikan gamelan ditambah lagi dengan Salundhing atau kempul, dan Gerantang yang sekarang
disebut dengan gambang.
Fakta yang jelas adanya gamelan di tanah jawa menurut Agus Purwo Murdoko, S.Sn. (Guru Seni Budaya
SMAN 1 Kartasura), Panggiyo S.Kar, MA (dosen Karawitan ISI Surakarta), dan KRA Haryono Hadiningrat
(Prof. Dr. Timbul Haryono, MSc) arkeolog yang tinggal di Prambanan Yogyakarta dan pernah dimuat di
Majalah Sasmita edisi I tahun 2007, terdapat pada bukti fisik di relief-relief candi Borobudur, dan candi-candi
lainnya ditanah jawa.
Pada beberapa bagian dinding candi Borobudur dapat dilihat jenis-jenis instrumen gamelan yaitu: kendang
bertali yang dikalungkan di leher, kendang berbentuk seperti periuk, siter dan kecapi, simbal, suling, saron,
gambang. Pada candi Lara Jonggrang (Prambanan) dapat dilihat gambar relief kendang silindris, kendang
cembung, kendang bentuk periuk, simbal (k?c?r), dan suling. Disana digambarkan bahwa gamelan digunakan
sebagai pengiring tari, upacara kerajaan atau keagamaan.

FUNGSI GAMELAN JAWA


Gamelan Ageng atau penyajian dengan keseluruhan perangkat gamelan digunakan untuk menyajikan
Gending-gending, biasanya dipakai untuk iringan musik pada pementasan Wayang baik Wayang Kulit maupun
Wayang Orang, Ketoprak, Tarian-tarian Jawa dan Lain-lain. adapun Gamelan Jawa untuk penyajian gending
dalam karawitan dapat dibedakan menjadi beberapa repertoar yakni :

 Soran : Gending-gending dengan kecenderungan volume tabuhan yang keras, kesemua perangkat
gamelan ditabuh kecuali Gender, Gambang, Rebab, Suling dan Siter. Alunan Musik Gamelan jenis
ini disajikan dengan tempo tanggung, Seseg dan antal.
 Lirihan : Sesuai dengan namanya, Penyajian Gending lebih halus dan pelan dengan kesemua waditra
(Instrumen) ditabuh namun yang lebih diutamakan adalah Gender, Gambang, Rebab, Siter dan Suling
dengan tempo yang berbeda-beda, adapun penyajian karawitan lirihan dapat dibedakan lagi
berdasarkan ricikan yang dipergunakan, antara lain: gadon, nyamleng, siteran, genderan, dan lain-lain.
 Terdapat juga Gamelan Ageng yang difungsikan sebagai sarana upacara yakni :

 Gamelan Sekati yang memiliki nama Kanjeng Kyai Gunturmadu dan Kanjeng Kyai Guntursari,
biasanya di tabuh dalam perayaan Sekaten yakni dimulai tanggal 5 Mulud hingga 12 Mulud. selain
ditabuh untuk memperingati hari kelahiran dan wafat Nabi Muhammad SAW, juga untuk menyambut
tamu agung, supitan/tetsan putra/putri Sultan dan sakarsa Dalem. Instrumen yang ada dalam gamelan
sekati terdiri dari: 2 gong ageng, 1 bedug, 1 kempyang, 1 saron demung, 2 sarong ricik, 2 sarong
peking, 1 sampur, dan 1 bonang.
 Gamelan Munggang yang memiliki tiga nada, Gamelan ini terdiri dari 4 racakan berisi tiga buah
bonang besar, 1 kenong japan, 2 bende, 1 pasang lojeh, 1 kendang gending, 1 kendang penuntung, dan
dua buah gong. Gamelan Munggang ditabuh untuk menyambut penobatan Sultan, menyambut tamu
agung, supitan/tetesan putra/putri Sultan, malemen, mantu, rampog macan, grebegan, dan lain-lain
sakarsa Dalem.
 Gamelan Corobalen dimainkan untuk acara menyambut tamu.

PERANGKAT GAMELAN JAWA


BONANG : berupa satu set sepuluh sampai empat-belas gong- gong kecil berposisi horisontal yang disusun
dalam dua deretan, diletakkan di atas tali yang direntangkan pada bingkai kayu. Pemain duduk di tengah-
tengah pada sisi deretan gong beroktaf rendah, memegang tabuh berbentuk bulat panjang di setiap tangan. Ada
tiga macam bonang, dibeda-bedakan menurut ukuran, wilayah oktaf, dan fungsinya dalam ansambel.

 Bonang Barung : berukuran sedang, memiliki oktav tengah hingga tinggi, merupakan satu dari sekian
instrumen pemuka dalam ansembel, pola nada yang dihasilkan bertugas sebagai antisipasi nada-nada
lanjutan, penuntun instrumen-instrumen lainnya, kecuali pada tabuhan imbal-imbalan, jenis bonang ini
cenderung bertindak untuk membentuk pola-pola lagu jalin-menjalin dengan bonang panerus.
 Bonang Penerus : berukuran paling kecil dan beroktaf tinggi. pada teknik tabuhan pipilan, bonang
panerus berkecepatan dua kali lipat dari pada bonang barung. bonang panerus tidak berfungsi sebagai
lagu tuntunan, karena kecepatan dan ketinggian wilayah nadanya. meskipun bertugas mengantisipasi
nada-nada balungan, adapun dalam teknik tabuhan imbal-imbalan, bekerja sama dengan bonang
barung, bonang panerus memainkan pola-pola lagu jalin menjalin.
CELEMPUNG : merupakan Instrumen kawat yang dipetik, dibingkai pada semacam gerobogan (juga
berfungsi sebagai resonator), memiliki dua pasang kaki, kaki muka lebih tinggi dari sepasang
kaki belakang, memiliki tiga-belas pasang kawat yang ditegangkan antara paku untuk melaras (di atas) dan
paku-paku kecil (di bawah). terdapat kepingan metaldiatas gerobogan berfungsi sebagai jembatan pemisah
kawat, alat musik ini bertugas untuk merangkai pola pola lagu.
GAMBANG : terbuat dari bilah - bilah kayu dibingkai pada gerobogan yang juga berfungsi sebagai resonator.
berbilah tujuh-belas sampai dua-puluh bilah, wilayah gambang mencakup dua oktaf atau lebih. dimainkan
dengan tabuh berbentuk bundar dengan tangkai panjang biasanya dari tanduk/sungu. berfungsi memainkan
gembyangan (oktaf) dalam gaya pola pola lagu dengan ketukan ajeg juga dapat memainkan beberapa macam
ornamentasi lagu dan ritme, seperti permainan dua nada dipisahkan oleh dua bilah, atau permainan dua nada
dipisahkan oleh enam bilah, dan pola lagu dengan ritme - ritme sinkopasi.
GENDER : bilah-bilah metal yang ditegangkan dengan tali di atas bumbung bumbung resonator. dimainkan
dengan tabuh berbentuk bulat (dilingkari lapisan kain) dengan tangkai pendek. terdapat dua jenis gender
Gender Barung dan Gender Penerus.

 Gender Barung : berukuran besar, beroktaf rendah sampai tengah. Salah satu dari instrumen pemuka,
bermain dalam pola lagu berketukan ajeg (cengkok) yang dapat menciptakan tekstur sonoritas yang
tebal dan menguatkan rasa pathet gendhing.
 Gender Penerus : berukuran kecil, beroktaf tengah sampai tinggi. Meskipun instrumen mi tidak harus
ada dalam ansambel, kehadirannya menambah kekayaan tekstur gamelan. Gender ini memainkan
lagunya dalam pola lagu ketukan ajeg dan cepat.

KEMPUL : Gong berukuran kecil yang digantung. Kempul menandai aksen-aksen penting dalam kalimat lagu
gendhing. dalam hubungannya dengan lagu gendhing, kempul bisa memainkan nada yang sama dengan nada
balungan; kadang-kadang kempul mendahului nada balungan berikutnya; kadang-kadang ia memainkan nada
yang membentuk interval kempyung dengan nada balungan, untuk menegaskan rasa pathet.
KENDHANG : instrument bersisi dua yang tidak simetris dengan sisi kulitnya ditegangkan dengan tali dan
kulit atau rotan ditata dalam bentuk ‘Y.’ benfungsi menentukan irama dan tempo (menjaga keajegan tempo,
menuntun peralihan ke tempo yang cepat atau lambat, dan menghentikan tabuhan gendhing (suwuk)). selain
itu untuk gamelan iringan tari-tarian dan pertunjukan wayang kendhang juga menginingi gerakan penari atau
wayang. Berdasarkan atas ukuran dan fungsinya, terdapat empat macam kendhang yaitu kendhang ageng,
kendhang wayangan, kendhang ciblon, dan kendhang ketipung.
KENONG : merupakan satu set instrumen jenis gong berposisi horisontal, ditumpangkan pada tali yang
ditegangkan pada bingkai kayu. Dalam memberi batasan struktur suatu gendhing, kenong adalah instrumen
kedua yang paling penting setelah gong. Kenong membagi gongan menjadi dua atau empat kalimat kalimat
kenong, atau kenongan. disamping itu nada kenong juga memiliki hubungan dengan lagu Gendhing, yang
boleh sama dengan nada balungan ataupun mendahuluinya atau ia dapat memainkan nada berjarak satu
kempyung dengan nada balungan, untuk mendukung rasa pathet.
GONG : kata gong khususnya menunjuk pada gong gantung berposisi vertikal, berukuran besar atau sedang,
ditabuh di tengah-tengah bundarannya (pencu) dengan tabuh bundar berlapis kain. berfungsi sebagai tanda
permulaan dan akhiran gendhing. dalam istilah ini Gong bisa di jeniskan menjadi dua yakni :

 Gong Ageng : Gong gantung dengan ukuran besar, ditabuh untuk menandai permulaan dan akhiran
kelompok dasar lagu (gongan) gendhing.
 Gong Suwukan: Gong gantung berukuran sedang, ditabuh untuk menandai akhiran gendhing yang
berstruktur pendek, seperti lancaran, srepegan, dan sampak.

KETHUK KEMPYANG : Dua instrumen yang termasuk jenis gong berposisi horisontal ditumpangkan pada
tali yang ditegangkan pada bingkai kayu. Kethuk - kempyang memberi aksen-aksen alur lagu gendhing
menjadi kalimat kalimat yang pendek. pada gaya tabuhan cepat lancaran, sampak, srepegan, dan ayak ayakan,
kethuk ditabuh di antara ketukan ketukan balungan, menghasilkan pola-pola jalin-menjalin yang cepat.
REBAB : Alat Musik berkawat-gesek dengan dua kawat ditegangkan pada selajur kayu dengan badan
berbentuk hati ditutup dengan membran (kulit tipis) dari babad sapi. Instument ini termasuk salah satu bagian
dari instrumen pemuka yang diakui sebagai pemimpin lagu dalam ansambel, terutama dalam gaya tabuhan
lirih. memainkan lagu pembuka gendhing, menentukan gendhing, laras, dan pathet yang akan dimainkan. alur
lagu rebab memberi petunjuk yang jelas jalan alur lagu gendhing.
SARON : berbentuk bilahan dengan enam atau tujuh bilah (satu oktaf atau satu oktaf dan satu nada)
ditumpangkan pada bingkai kayu yang juga berfungsi sebagai resonator.ditabuh dengan tabuh dibuat dari kayu
atau tanduk (yang akhir ini untuk peking). Saron sendiri terbagi menjadi 3 jenis sesuai ukuran dan fungsi
masing-masing
 Saron Demung : Instrument berukuran besar dan beroktaf tengah. memainkan balungan gendhing
dalam wilayahnya yang terbatas. satu perangkat gamelan mempunyai satu atau dua demung. Tetapi
ada gamelan di kraton yang mempunyai lebih dari dua demung.
 Saron Barung : berukuran sedang dan beroktaf tinggi, juga memainkan balungan dalam wilayahnya
yang terbatas. suatu perangkat gamelan bisa mempunyai saron wayangan yang berbilah sembilan.
saron ini dimainkan khususnya untuk ansambel mengiringi pertunjukan wayang.
 Saron Peking (Penerus) : ukuran paling kecil dan beroktaf paling tinggi. memainkan tabuhan rangkap
dua atau rangkap empat lagu balungan. peking juga berusaha menguraikan lagu balungan dalam
konteks lagu gendhing.

SLENTHEM : termasuk keluarga gender ketika kita lihat dari kontruksinya, sering dinamakan gender
panembung. Tetapi slenthem mempunyai bilah sebanyak bilah saron, beroktaf paling rendah dalam kelompok
instrumen saron. memainkan lagu balungan dalam wilayahnya yang terbatas.
SULING : terbuat dari bambu dan termasuk dalam kategori alat musik tiup. memainkan instrument dalam
pola-pola lagu bergaya bebas metris. dimainkan secara bergantian, biasanya pada waktu lagunya mendekati
akhiran kalimat. tetapi kadang - kadang pemain suling juga memainkan lagu lagu pendek di permulaan atau di
tengah kalimat lagu.
1. Kendhang:

Terbuat dari kulit hewan (Sapi atau kambing)

Kendhangberfungsi utama untuk mengatur


irama. Kendhang ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alatbantu.Jeniskendang yang kecil disebut
ketipung, yang menengah disebut kendang ciblon/kebar. Pasangan ketipung ada satu lagi bernama
kendang gedhe biasa disebut kendang kalih.
Kendang kalih dimainkan pada lagu atau gendhing yang berkarakter halus seperti ketawang,
gendhing kethuk kalih, dan ladrang irama dadi.
Bisa juga dimainkan cepat pada pembukaan lagu jenis lancaran ,ladrang irama tanggung. Untuk
bermain kendhang, dibutuhkan orang yang sangat mendalami budaya Jawa, dan dimainkan dengan
perasaan naluri si pemain, tentu saja dengan aturan-aturan yang ada.
2. Demung, Saron, Peking

Alat ini berbentuk bilahan dengan enam atau tujuh


bilah (satu oktaf ) ditumpangkan pada bingkai kayu yang juga berfungsi sebagai resonator.
Instrumen mi ditabuh dengan tabuh dibuat dari kayu.
Menurut ukuran dan fungsinya, terdapat tiga jenis saran:
– demung (Paling besar),
– saron (Sedang) dan,
– peking(Paling kecil).
DEMUNG
Alat ini berukuran besar dan beroktaf tengah.
Demung memainkan balungan gendhing dalam wilayahnya yang terbatas.Umumnya, satu
perangkat gamelan mempunyai satu atau dua demung.Tetapi ada gamelan di kraton yang
mempunyai lebih dari dua demung.
SARON
Alat ini berukuran sedang dan beroktaf tinggi.
Seperti demung, saron barung memainkan balungan dalam wilayahnya yang terbatas.
Pada teknik tabuhan imbal-imbalan, dua saron memainkan lagu jalin menjalin yang bertempo cepat.
Seperangkat gamelan mempunyai dua saron, tetapi ada gamelan yang mempunyai lebih dan dua
saron.
PEKING
Berbentuk saron yang paling kecil dan beroktaf paling tinggi.
Saron panerus atau peking ini memainkan tabuhan rangkap dua atau rangkap empat lagu balungan.
3. Gong dan Kempul

Gong menandai permulaan dan akhiran gendhing


dan memberi rasa keseimbangan setelah berlalunya kalimat lagu gendhing yang panjang.
Gong sangat penting untuk menandai berakhirnya satuan kelompok dasar lagu, sehingga kelompok
itu sendiri (yaitu kalimat lagu di antara dua tabuhan gong) dinamakan gongan.
Ada dua macam gong:
– gong ageng (besar) dan
– gong suwukan atau gong siyem yang berukuran sedang.
.
Gong gantung berukuran kecil. Kempul menandai aksen-
aksen penting dalam kalimat lagu gendhing.
Dalam hubungannya dengan lagu gendhing, kempul bisa memainkan nada yang sama dengan nada
balungan; kadang-kadang kempul mendahului nada balungan berikutnya.
.

4. Bonang

Bonang dibagi menjadi


dua jenis, yaitu bonang barung dan bonang panerus. Perbedaannya pada besar dan kecilnya saja,
dan juga pada cara memainkan iramanya.
Bonang barung berukuran besar, beroktaf tengah sampai tinggi, adalah salah satu dari instrumen-
instrumen pemuka dalam ansambel.
Khususnya dalam teknik tabuhan pipilan, pola-pola nada yang selalu mengantisipasi nada-nada
yang akan datang dapat menuntun lagu instrumen-instrumen lainnya.
Pada jenis gendhing bonang, bonang barung memainkan pembuka gendhing dan menuntun alur
lagu gendhing.
Pada teknik tabuhan imbal-imbalan, bonang barung tidak berfungsi sebagai lagu penuntun; ia
membentuk pola-pola lagu jalin-menjalin dengan bonang panerus, dan pada aksen aksen penting
bonang boleh membuat sekaran (lagu-lagu hiasan), biasanya di akhiran kalimat lagu.
Bonang panerus adalah bonang yang kecil, beroktaf tinggi.
Pada teknik tabuhan pipilan, irama bonang panerus memiliki kecepatan dalam bermain dua kali lipat
dari pada bonang barung. Walaupun mengantisipasi nada-nada balungan, bonang panerus tidak
berfungsi sebagai lagu tuntunan, karena kecepatan dan ketinggian wilayah nadanya.
Dalam teknik tabuhan imbal-imbalan, bekerja sama dengan bonang barung, bonang panerus
memainkan pola-pola lagu jalin menjalin.
5. Slenthem

Menurut konstruksinya, slenthem termasuk


keluarga gender; malahan kadang-kadang ia dinamakan gender panembung. Tetapi slenthem
mempunyai bilah sebanyak bilah saron;
Slenthem beroktaf paling rendah dalam kelompok instrumen saron. Seperti demung dan saron
barung, slenthem memainkan lagu balungan dalam wilayahnya yang terbatas.
6. Kethuk dan Kenong

Kenong merupakan satu set instrumen jenis mirip


gong berposisi horisontal, ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu. Dalam
memberi batasan struktur suatu gendhing, kenong adalah instrumen kedua yang paling penting
setelah gong.
Kenong membagi gongan menjadi dua atau empat kalimat kalimat kenong.
Di samping berfungsi menggaris-bawahi struktur gendhing, nada-nada kenong juga berhubungan
dengan lagu gendhing;
ia bisa memainkan nada yang sama dengan nada balungan;
ia boleh juga mendahului nada balungan berikutnya untuk menuntun alun lagu gendhing; atau ia
dapat memainkan nada berjarak satu kempyung dengan nada balungan, untuk mendukung rasa
pathet.
Pada kenongan bergaya cepat, dalam ayaka yakan, srepegan, dan sampak, tabuhan kenong
menuntun alur lagu gendhing-gendhing tersebut.
Kethuk sama dengan kenong, fungsinya juga sama dengan kenong. Kethuk dan kenong selalu
bermain jalin-menjalin, perbedaannya pada irama bermainnya saja.

7. Gender

Instrumen terdiri dari


bilah-bilah metal ditegangkan dengan tali di atas bumbung-bumbung resonator.
Gender ini dimainkan dengan tabuh berbentuk bulat (dilingkari lapisan kain) dengan tangkai pendek.
Sesuai dengan fungsi lagu, wilayah nada, dan ukurannya, ada dua macam gender:
– gender barung dan
– gender panerus.
8. Gambang
Instrumen dibuat dari
bilah – bilah kayu dibingkai pada gerobogan yang juga berfungsi sebagai resonator.
Berbilah tujuh-belas sampai dua-puluh bilah, wilayah gambang mencakup dua oktaf atau lebih.
Gambang dimainkan dengan tabuh berbentuk bundar dengan tangkai panjang biasanya dari
tanduk/sungu.
Kebanyakan gambang memainkan gembyangan (oktaf) dalam gaya pola pola lagu dengan ketukan
ajeg.
Gambang juga dapat memainkan beberapa macam ornamentasi lagu dan ritme, seperti permainan
dua nada dipisahkan oleh dua bilah, atau permainan dua nada dipisahkan oleh enam bilah, dan pola
lagu dengan ritme – ritme sinkopasi.
9. Rebab
Instrumen kawat-gesek dengan dua kawat
ditegangkan pada selajur kayu dengan badan berbentuk hati ditutup dengan membran (kulit tipis)
dari babad sapi.
Sebagai salah satu dari instrumen pemuka, rebab diakui sebagai pemimpin lagu dalam ansambel,
terutama dalam gaya tabuhan lirih.
Pada kebanyakan gendhing-gendhing, rebab memainkan lagu pembuka gendhing, menentukan
gendhing, laras, dan pathet yang akan dimainkan.
Wilayah nada rebab mencakup luas wilayah gendhing apa saja. Maka alur lagu rebab memberi
petunjuk yang jelas jalan alur lagu gendhing.
Pada kebanyakan gendhing, rebab juga memberi tuntunan musikal kepada ansambel untuk beralih
dari seksi yang satu ke yang lain.
10. Siter

Siter merupakan bagian ricikan gamelan yang sumber bunyinya adalah string (kawat) yang teknik
menabuhnya dengan cara di petik. Jenis instrumen ini di lihat dari bentuk dan warna bunyinya ada
tiga macam, yaitu siter, siter penerus (ukurannya lebih kecil dari pada siter), dan clempung
(ukurannya lebih besar dari pada siter). Dalam sajian karawitan klenengan atau konser dan iringan
wayang fungsi siter sebagai pangrengga lagu.

11. Suling

Jenis instrumen gamelan lainnya yang juga berfungsi sebagai pangrengga lagu
adalah suling. Instrumen ini terbuat dari bambu wuluh atau paralon yang diberi lubang sebagai
penentu nada atau laras. Pada salah satu ujungnya yaitu bagian yang di tiup yang melekat di bibir
diberi lapisan tutup dinamakan jamangan yang berfungsi untuk mengalirkan udara sehingga
menimbulkan getaran udara yang menimbulkan bunyi atau suara Adapun teknik membunyikannya
dengan cara di tiup. Di dalam tradisi karawitan, suling ada dua jenis, yaitu bentuk suling yang
berlaras Slendro memiliki lubang empat yang hampir sama jaraknya, sedangkan yang berlaras
Pelog dengan lubang lima dengan jarak yang berbeda. Ada pula suling dengan lubang berjumlah
enam yang bisa digunakan untuk laras Pelog dan Slendro. Untuk suling laras Slendro dalam
karawitan Jawatimuran apabila empat lubang di tutup semua dan di tiup dengan tekanan sedang
nada yang dihasilkan adalah laras lu (3), sedangkan pada karawitan Jawatengahan lazim dengan
laras ro (2).

https://yudhipri.wordpress.com/2010/06/15/bagian-alat-musik-gamelan/

http://zainbie.com/lebih-dekat-dengan-gamelan-jawa/#3
TEMPAT WISATA DI YOGYAKARTA (DIY)

http://www.likethisya.com/tempat-wisata-yogyakarta.html
Terpopuler:
1. Malioboro

Malioboro sendiri merupakan jalan yang membentang di Jogja karta. Tempat ini dikenal dengan
pedagang kaki lima yang menjual dagangan mereka berupa barang kesenian khas Yogyakarta. Tak
ketinggalan beraaneka ragam jajanan lesehan bisa di jumpai hampir di sepanjang jalan. Menariknya
lagi, di Jalan Malioboro ini banyak di jumpai seniman-seniman yang unjuk kebolehan mulai dari
bermusik, melukis, hapening art, dan performa beragan performa seni lainya.

2. Keraton Jogja
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang lebih dikenal dengan sebutan Keraton Yogyakarta adalah
istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang saat ini berlokasi di Yogyakarta.
Kesultanan Jogja sendiri baru masuk dan menjadi bagian Republik Indonesia di tahun 1950. Meski
demikian, kompleks bangunan keraton tersebut masih difungsikan sebagai tempat tinggal sultan
yang masih menjaga tradisi kesultanan hingga kini. Saat ini kompleks keraton Jogja ini termasuk
dalam salah satu objek wisata di Jogja yang menyajikan peninggalan bersejarah di museumnya
mulai dari koleksi milik kesultanan, serta hadiah dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan
gamelan.

3. Taman Sari Yogyakarta


Taman kerajaan ini juga dikenal dengan sebutan Taman Sari Keraton Yogyakarta berupa taman
kebun istana Keraton Yogyakarta. Taman ini bisa disandingkan dengan Kebun Raya Bogor yang
juga dijuluki kebun Istana Bogor. Taman Sari sendiri dibangun pada era Sultan Hamengku Buwono I
tahun 1758-1765. Saat wawal berdirinya “The Fragrant Garden” yang merupakan julukanya
memiliki luas lebih dari 10 hektar terdiri dari kurang lebih 57 bangunan, mulai dari gedung, kolam
pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun danau buatan, pulau buatan, dan lorong bawah
air. Peninggalan yang satu ini tentunya sangat sayang sekali jika dilewatkan begitu saja sebagai
salah satu tempat wisata di Yogyakarta.
4. Candi Prambanan
Para wisatawan yang berkunjung ke Jogja pastinya ingin sekali melihat Candi yang satu ini. Candi
Prambanan merupakan candi peninggalan budaya hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada
abad 9 Masehi. Candi ini masuk dalam salah satu warisan dunia yang diakui oleh UNESCO. Ingin
berkunjung kesana? langsung saja menuju lokasinya yang berada di desa Prambanan, pulau Jawa,
kurang lebih 20 kilometer timur Yogyakarta, 40 kilometer barat Surakarta dan 120 kilometer selatan
Semarang. Tepatnya berada di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta.

5. Pantai Parangtritis
Parangtritis merupakan salah satu pantai yang sangat terkenal di Jogja. Selain pantainya yang
indah, terdapat juga wahana hiburan lainya seperti ATV, kereta kuda & kuda yang bisa anda disewa
untuk menyusuri pantai dari timur ke barat. Bukan itu saja, Parangtritis juga dikenal sebagai tempat
olahraga udara/aeromodeling. Tentunya sangat menarik untuk dikunjungi.
Top 10 Wisata Kuliner Wajib Khas Jogja
by Marchaela · 10 Sep 2014
Bicara soal wisata Jogja tak pernah ada habisnya. Kota yang romantis dan nyeni ini selalu asyik untuk
menjadi tempat liburan. Dan apalah artinya sebuah liburan tanpa wisata kuliner? Klikers,forget about your
diet! Berikut 10 wisata kuliner wajib khas Jogja yang pastinya lezat dan akan membuat liburanmu semakin
berkesan:

1. Gudeg

Gudeg Jogja

Sangat sukar untuk mengatakan gudeg mana yang terenak di Jogja. Kuliner wajib
khas Jogja yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan ini memang
sangat populer karena rasanya yang lezat. Ada tiga jenis gudeg, yaitu gudeg basah,
gudeg kering, dan gudeg manggar. Gudeg basah adalah gudeg yang disajikan
dengan kuah santan nyemek yang gurih. Sedangkan gudeg kering dimasak dalam
waktu yang lebih lama hingga kuahnya mengering dan warnanya lebih kecoklatan
dengan rasa yang lebih manis. Sementara gudeg manggar adalah terbuat dari bunga
kelapa. Namun gudeg manggar ini tidak terlalu mudah ditemukan. Salah satu gudeg
yang terkenal di Jogja adalahgudeg pawon yang dijual pada saat tengah malam.

2. Angkringan
Angkringan Lik Man

Saat ini ada ratusan atau bahkan ribuan angkringan di kota Jogja. Namun, belum
banyak yang tahu bahwa angkringan di Jogja dipelopori oleh Mbah Pairo, seorang
pendatang dari Cawas, Klaten pada tahun 1950-an. Mbah Pairo datang ke Jogja untuk
mengadu nasib. Usaha angkringan Mbah Pairo ini lalu diteruskan oleh Lik Man
putranya di tahun 1969. Lambat laun usaha ini pun kian menjamur. Namun, tak
berlebihan bila dikatakan angkringan yang paling terkenal di Jogja adalah angkringan
Lik Man. Menu andalannya adalah nasi kucing, yaitu nasi putih polos yang diberi
oseng tempe, oseng teri, atau sambel serta dibungkus dengan daun pisang. Tersedia
juga berbagai macam sate seperti sate usus, sate telur puyuh, sate kerang, sate jamur,
sate ayam dan berbagai gorengan. Minumannya yang sangat terkenal adalah kopi
joss, yaitu kopi panas yang dicelupkan arang panas yang masih membara.

3. Soto Sulung Stasiun Tugu


Soto Sulung Stasiun Tugu

Soto sulung boleh jadi merupakan makanan khas Madura, namun ada satu soto sulung
yang sangat terkenal di Jogja. Soto Sulung Stasiun Tugu, merupakan soto sulung
yang telah melegenda di Jogja. Soto yang telah dijual sejak tahun 1968 ini berisi
daging sapi dan jeroan sapi dengan kuah yang pekat plus potongan telur rebus.
Keistimewaan Soto Sulung Stasiun Tugu ini terletak pada dagingnya yang empuk,
tidak amis, dan bumbu yang meresap sempurna. Ditambah perasan jeruk nipis dan
sambal, dijamin Anda bakalan ketagihan! Warung soto yang berlokasi di kios area
parkir selatan Stasiun Tugu ini kini telah memiliki berbagai cabang di penjuru
Yogyakarta.

4. Nasi Goreng Beringharjo

Nasi Goreng Beringharjo


Kuliner wajib khas Jogja ini memiliki kelezatan kuliner Jawa Cina. Sedikit menilik
sejarahnya, nasi goreng tercipta dari tradisi bangsa Cina yang tak ingin membuang
nasi sisa. Nasi sisa lalu diolah dengan bawang merah, bawang putih, dan kecap
menjadi nasi goreng. Salah satu nasi goreng legendaris di Jogja adalah Nasi
Goreng Beringharjo. Nasi goreng yang dimasak dengan ayam dan babi ini sudah
dijual sejak tahun 1960an. Rasanya sangat lezat karena menggunakan bumbu khusus
yang sudah diracik sebelum sampai ke tempat penjualan. Aroma bawang putihnya tak
terlalu kuat dengan citarasa yang tidak terlalu asin ataupun terlalu manis. Nasi goreng
beringharjo ini dapat dijumpai setiap malam pukul 19.00 sampai habis di Jl.
Pabringan 1, Yogyakarta.

5. Oseng mercon Bu Narti

O seng Mercon Bu Narti

Mendengar namanya pun kita sudah dapat membayangkan pedasnya. Begitu pedasnya
hingga terasa panas meledak di mulut. Oseng-oseng ini merupakan daging sapi, kikil,
gajih, kulit, dan tulang muda yang dioseng-oseng dengan cabe rawit. Bagi para
pencinta pedas, oseng mercon ini luar biasa enaknya saat disantap dengan nasi putih
panas. Keringat bercucuran dan lidah terbakar tidak bakalan membuat kapok
menyantap oseng mercon ini. Oseng mercon yang sangat terkenal di Jogja
adalah Oseng Mercon Bu Narti di sebuah warung tenda di Jalan KH Ahmad Dahlan,
Yogyakarta.

6. Bakmi Jawa
Bakmi Jawa Kadin

Bakmi jawa adalah bakmi rebus (atau bakmi godhog) yang dimasak dengan bumbu
khas masakan jawa yang dimasak di atas anglo dengan api arang. Dengan campuran
ayam, kol, telur, tomat, dan kuahnya yang gurih, bakmi jawa terasa sangat nikmat.
Adapun Bakmi Jawa yang sangat terkenal di Jogja adalah:
• Bakmi Jawa Mbah Mo di Dusun Code Manding Bantul
• Bakmi Jawa Kadin, di Jl. Bintaran Kulon No. 3 & 6 (sebelah wartel Kadin)
• Bakmi Jawa Pak Pele, di sebelah selatan alun-alun utara, dekat dengan Pagar
Keraton.

7. Sate Klathak Pak Pong

Sate Klathak Pak Pong


Para penggemar sate yang sedang berada di Jogja wajib mencicipi sate klathak Pak
Pong. Sate klathak sedikit berbeda dengan sate umumnya. Daging kambing yang
dipotong kecil-kecil ditusuk dengan menggunakan jerusi besi sepeda. Jeruji besi ini
menjadi penghantar panas yang baik sehingga daging matang hingga ke dalam.
Bumbunya pun bukan menggunakan kecap seperti sate kambing umumnya. Bumbu
yang dipakai hanyalah garam dengan sedikit ketumbar. Rasanya akan lebih nikmat
lagi saat Anda menyantapnya bersama nasi putih yang telah disiram kuah gulai. Para
penggemar pedas tinggal menambahkan irisan cabe rawit segar. Warung Sate Klathak
Pak Pong berada di Jalan Imogiri Timur, Bantul, Yogyakarta.

8. Mangut lele Mbah Marto

ma ngut lele Mbah Marto

Mangut lele merupakan makanan khas Mataraman (Yogya-Solo) dan Semarang-


Kendal. Sebelum dimasak, ikan lele terlebih dahulu ditusuk dengan pelepah daun
kelapa lalu dibakar di atas tungku dengan menggunakan kayu bakar. Setelah lele
matang lalu dimasak dengan kuah santan yang gurih dan pedas seperti gulai. Daging
lelenya terasa kesat, pedas, dan terasa khas masakan tungku. Sedangkan kuahnya
terasa gurih, asam, sekaligus pedas. Mangut lele yang terkenal di Jogja
adalah Mangut Lele Mbah Marto, di Dusun Nengahan, Ngiring-Ngiring,
Panggungharjo, Sewon, Bantul. Nama warungnya sendiri adalah Warung Sego Gudeg
Geneng Mbah Marto.

9. Brongkos
Brongkos

Sayur brongkos – atau jangan brongkos sebagaimana orang Jawa biasa menyebutnya
– merupakan masakan sayur warisan leluhur yang masih terjaga hingga hari ini.
Konon, brongkos ini pun merupakan makanan favorit Sri Sultan Hamengkubuwono
X. Brongkos ini terbuat dari tahu, tempe, dan kacang tolo yang dipadukan dengan
kuah santan kental dan kaldu daging segar. Kuahnya berwarna hitam karena
menggunakan keluwak. Rasa manis, gurih, dan pedas berpadu dengan apik
menghasilkan rasa yang sangat lezat. Brongkos yang terkenal di Jogja
adalah Brongkos Bu Padmo di di Tempel, Sleman (di bawah jembatan Krasak)
dan brongkos dari RM Handayani di dekat alun-alun selatan.

10. Sego Pecel (SGPC) Bu Wiryo

Sego Pecel Bu Wiryo

Sego Pecel atau disingkat SGC ini artinya nasi pecel. Pecel sendiri merupakan kuliner
khas Jawa Tengah dan Jogja. Sayur-sayuran seperti tauge, kangkung, bayam, kacang
panjang dan lain-lain disiram dengan bumbu pecel yang terbuat dari kacang. Sego
pecel yang terkenal di kota Jogja adalah Sego Pecel Bu Wiryo yang dijual di sekitar
kampusUniversitas Gadjah Mada (UGM). Keunggulan dari sego pecel Bu Wiryo ini
adalah rasa bumbu pecelnya yang memiliki perpaduan manis dan pedas yang pas.
Untuk lauknya, tersedia berbagai gorengan seperti tempe, tahu, kerupuk gendar,
kerupuk aci, telor ceplok, bakwan dan lain sebagainya.

http://www.klikhotel.com/blog/top-10-wisata-kuliner-wajib-khas-jogja/

Anda mungkin juga menyukai