Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH GAMELAN

DISUSUN OLEH:
Andika Octa Andrian Cipta

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2023-2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon,
gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya /
alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan
dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang
berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda.
Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di
Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok
saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim
dengan gamelan.
Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu-Budha yang
mendominasi Indonesia pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili
seni asli indonesia. Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya sampai seperti
sekarang ini pada zaman Kerajaan Majapahit. Dalam perbedaannya dengan musik
India, satu-satunya dampak ke-India-an dalam musik gamelan adalah bagaimana
cara menyanikannya. Dalam mitologi Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang
Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di
gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang Hyang
Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Untuk pesan
yang lebih spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set
gamelan.
Gambaran tentang alat musik ensembel pertama ditemukan di Candi
Borobudur, Magelang Jawa Tengah, yang telah berdiri sejak abad ke-8. Alat
musik semisal suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi,
alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, ditemukan dalam relief tersebut.
Namun, sedikit ditemukan elemen alat musik logamnya. Bagaimanapun, relief
tentang alat musik tersebut dikatakan sebagai asal mula gamelan.
Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang
kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu sléndro, pélog,
"Degung" (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan "madenda" (juga
dikenal sebagai diatonis, sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di
Eropa.
Musik Gamelan merupakan gabungan pengaruh seni luar negeri yang
beraneka ragam. Kaitan not nada dari Cina, instrumen musik dari Asia
Tenggara, drum band dan gerakkan musik dari India, bowed string dari daerah
Timur Tengah, bahkan style militer Eropa yang kita dengar pada musik
tradisional Jawa dan Bali sekarang ini.
Interaksi komponen yang sarat dengan melodi, irama dan warna suara
mempertahankan kejayaan musik orkes gamelan Bali. Pilar-pilar musik ini
menyatukan berbagai karakter komunitas pedesaan Bali yang menjadi tatanan
musik khas yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan sehari-hari.

B. Tujuan
1. Mengetahui tentang gamelan
2. Mengetahui tentang sejarah dan asal gamelan
3. Mengetahui tentang macam-macam gamelan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gamelan
Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan
metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada
instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang
diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari
bahasa Jawa gamel yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang
menjadikannya kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau
Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran
dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad
ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.
Gamelan adalah seperangkat alat musik dengan nada pentatonis, yang
terdiri dari : Kendang, Bonang, Bonang Penerus, Demung, Saron, Peking
(Gamelan), Kenong & Kethuk, Slenthem, Gender, Gong, Gambang, Rebab,,
Siter, Suling.
Komponen utama alat musik gamelan adalah : bambu, logam, dan
kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik
gamelan

4
Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa “gamel” yang berarti
memukul / menabuh, diikuti akhiran “an” yang menjadikannya sebagai kata
benda. Sedangkan istilah gamelan mempunyai arti sebagai satu kesatuan alat
musik yang dimainkan bersama.
Tidak ada kejelasan tentang sejarah terciptanya alat musik ini. Tetapi,
gamelan diperkirakan lahir pada saat budaya luar dari Hindu –
Budha mendominasi Indonesia. Walaupun pada perkembangannya ada
perbedaan dengan musik India, tetap ada beberapa ciri yang tidak hilang, salah
satunya adalah cara “menyanyikan” lagunya. Penyanyi pria biasa disebut
sebagai wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana.
Menurut mitologi Jawa, gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru
pada Era Saka. Beliau adalah dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa,
dengan istana yang berada di gunung Mahendra di daerah Medangkamulan
(sekarang Gunung Lawu).

Musik gamelan biasanya dimainkan dalam majlis formal dan tidak


formal di istana dan untuk mengiringi joget Pahang. Pemuzik gamelan terdiri
daripada lelaki seramai sembilan orang dan penarinya adalah wanita seramai
enam orang. Alatan muzik yang digunakan ialah Gong Agong, Gong
Sawokan, Gendang Ibu, Gendang Anak, Saron Pekin, Saron Baron I dan
Saron Baron II, Gambang serta Kenong.

5
Tuning dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang
kompleks. Gamelan menggunakan empat sistem tuning, iaitu sléndro, pélog,
"Degung" (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan "madenda" (juga
dikenali sebagai diatonis, sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di
Eropah.

B. Sejarah Singkat Gamelan


Alat musik gamelan yang pertama kali diciptakan adalah “gong”, yang
digunakan untuk memanggil para dewa. Setelah itu, untuk menyampaikan
pesan khusus, Sang Hyang Guru kembali menciptakan beberapa peralatan lain
seperti dua gong, sampai akhirnya terbentuklah seperangkat gamelan.
Pada jaman Majapahit, alat musik gamelan mengalami perkembangan
yang sangat baik hingga mencapai bentuk seperti sekarang ini dan tersebar di
beberapa daerah seperti Bali, dan Sunda (Jawa Barat).
Bukti otentik pertama tentang keberadaan gamelan ditemukan di Candi
Borobudur, Magelang Jawa Tengah yang berdiri sejak abad ke-8. Pada relief-
nya terlihat beberapa peralatan seperti suling bambu, lonceng, kendhang
dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik,
termasuk sedikit gambaran tentang elemen alat musik logam. Perkembangan
selanjutnya, gamelan dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang dan tarian.
Sampai akhirnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara
para sinden.
Gamelan yang berkembang di Jawa Tengah, sedikit berbeda dengan
Gamelan Bali ataupun Gamelan Sunda. Gamelan Jawa memiliki nada yang
lebih lembut apabila dibandingkan dengan Gamelan Bali yang rancak serta
Gamelan Sunda yang mendayu-dayu dan didominasi suara seruling. Menurut
beberapa penelitian, perbedaan itu adalah akibat dari pengungkapan terhadap
pandangan hidup “orang jawa” pada umumnya.
Pandangan yang dimaksud adalah : sebagai orang jawa harus selalu
“memelihara keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, serta keselarasan
dalam berbicara dan bertindak”. Oleh sebab itu, “orang jawa” selalu
menghindari ekspresi yang meledak-ledak serta selalu berusaha mewujudkan

6
toleransi antar sesama. Wujud paling nyata dalam musik gamelan adalah
tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang
dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.
Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang
sangat kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu
“sléndro”, “pélog”, ”Degung” (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan
“madenda” (juga dikenal sebagai diatonis), sama seperti skala minor asli yang
banyak dipakai di Eropa.
 Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu : 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A]
dengan perbedaan interval kecil.
 Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu : 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A
B] dengan perbedaan interval yang besar.
Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yang
terdiri dari beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan serta
melodinya diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.

Asal-Usul dan Sejarah Gamelan Gambang di Banjar Jeroan Desa


Tumbak Bayuh

Secara umum gamelan Gambang di Bali diperkirakan muncul pada


abad IX-X Masehi, dimana hal tersebut dapat dibuktikan dari adanya data-data
sejarah dan Prasasti yang memiliki angka tahun pada abad tersebut. Namun
demikian, prihal keberadaan gamelan Gambang di Desa Tumbak Bayuh
hingga kini belum dapat dipastikan keberadaannya yang mana hal ini
disebabkan oleh kurangnya data-data tertulis maupun fakta atau bukti fisik

7
lainnya seperti, prasasti, lontar, maupun tulisan-tulisan lainnya yang dapat
dijadikan bukti otentik tentang keberadaannya.
Menurut penuturan I Made Langsih (wawancara tanggal, 26 Juli 2009)
selaku klian Gambang di Banjar Gunung Jeroan Desa Tumbak Bayuh,
diceritakan bahwa, pada jaman dahulu ada seorang petani miskin yang sangat
tekun mengerjakan tanahnya di wilayah Pesawahan Mengening. Sawahnya ini
terletak dipinggir hutan yang luasnya sekitar 2 hektar. Pada saat menggarap
lahan pertaniannya tersebut setiap akan istirahat untuk makan siang atau
sekedar melepaskan lelahnya, petani itu pergi ke hutan tersebut.
Pada suatu hari, ketika ia sedang berteduh di hutan tersebut, ia
dijumpai oleh seorang wanita yang belum pernah dikenalnya. Wanita itu
menawarkan seperangkat gambelan bambu dengan harga dua ratus dua puluh
lima kepeng (satak selae kepeng). Dengan uang sebanyak itu, kembalilah
petani itu menemui wanita tadi. Setelah tawar-menawar, wanita penjual
gambelan tersebut tidak mau melepaskan gambelannya kalau tidak seharga
yang diberitahukan tadi, yaitu seharga dua ratus dua puluh lima kepeng.
Teringatlah petani bahwa pada tempat kapur sirihnya (selepa) ada tersimpan
uang lima kepeng lagi. Sekarang genaplah seharga yang diminta oleh wanita
tadi. Setelah gambelan tersebut diperiksa dan dicoba memasangnya petani itu
menjadi ragu melihat ukuran bilah-bilahnya tak rata panjang pendeknya.
Melihat keraguan dari pembelinya, wanita itu lalu memberi penjelasan dan
memasang serta menyusun bilah-bilahnya. Setelah tersusun disuruh mencoba
memukulnya. Kemudian dijelaskan lebih lanjut bahwa susunan bilah-bilah
gambelan tersebut adalah sama dengan Palih Wadah. Karena gambelan ini
hanya boleh dipakai mengiringi upacara ngaben saja, Gambelan tersebut
diberitahu namanya adalah Gambang. Setelah memperoleh penjelasan, dengan
rasa puas petani itu pulang membawa gambelan itu. Tiada berapa jauh
berjalan lalu dia menoleh wanita penjual gambelan tadi, tapi di tempat itu
seolah-olah gaib saja. Setelah sampai di rumah timbulah rasa kesal kenapa
membeli gambelan yang tidak bisa kita memainkan dan sama sekali tidak tahu
gending atau tabuh apa yang dipakai dalam gambelan itu.

8
C. Macam-macam Gamelan
Macam Gamelan terdiri dari : Kendang, Bonang, Bonang Penerus,
Demung, Saron, Peking (Gamelan), Kenong & Kethuk, Slenthem, Gender,
Gong, Gambang, Rebab,, Siter, Suling.
Penjelasan beberapa macam gamelan yaitu :
1. Kolintang

Satu set kolintang

Bermain kolintang
Kolintang atau kulintangadalah alat musik khas daerah Minahasa,
Sulawesi Utara. Kolintang dibuat dari kayu lokal yang ringan namun kuat
seperti telur, bandaran, wenang, kakinik kayu cempaka, dan yang
mempunyai konstruksi fiber paralel.
Nama kolintang berasal dari suaranya: tong (nada rendah), ting
(nada tinggi) dan tang (nada biasa). Dalam bahasa daerah, ajakan "Mari
kita lakukan
TONG TING TANG" adalah: " Mangemo kumolintang". Ajakan
tersebut akhirnya berubah menjadi kata kolintang.
Beberapa group terkenal seperti Kadoodan, Tamporok, Mawenang
yang sudah eksis lebih dari 35 tahun.Pembuat kolintang tersebar di

9
Minahasa dan di pulau Jawa,salah satu pembuat kolintang yang terkenal
Petrus Kaseke
2. Suling
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Berbagai macam suling Jerman (block flauto)dan ukurannya.


Suling adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu. Suara
suling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya
dengan baik.
Suling modern untuk para ahli umumnya terbuat dari perak, emas
atau campuran keduanya. Sedangkan suling untuk pelajar umumnya
terbuat dari nikel-perak, atau logam yang dilapisi perak.
Suling konser standar ditalakan di C dan mempunyai jangkauan
nada 3 oktaf dimulai dari middle C. Akan tetapi, pada beberapa suling
untuk para ahli ada kunci tambahan untuk mencapai nada B di bawah
middle C. Ini berarti suling merupakan salah satu alat musik orkes yang
tinggi, hanya piccolo yang lebih tinggi lagi dari suling. Piccolo adalah
suling kecil yang ditalakan satu oktaf lebih tinggi dari suling konser
standar. Piccolo juga umumnya digunakan dalam orkes.

10
Suling konser modern memiliki banyak pilihan. Thumb key B-flat
(diciptakan dan dirintis oleh Briccialdi) standar. B foot joint, akan tetapi,
adalah pilihan ekstra untuk model menengah ke atas dan profesional.
Suling open-holed, juga biasa disebut French Flute (di mana
beberapa kunci memiliki lubang di tengahnya sehingga pemain harus
menutupnya dengan jarinya) umum pada pemain tingkat konser. Namun
beberapa pemain suling (terutama para pelajar, dan bahkan beberapa para
ahli) memilih closed-hole plateau key. Para pelajar umumnya
menggunakan penutup sementara untuk menutup lubang tersebut sampai
mereka berhasil menguasai penempatan jari yang sangat tepat.
Beberapa orang mempercayai bahwa kunci open-hole mampu
menghasilkan suara yang lebih keras dan lebih jelas pada nada-nada
rendah.
Suling konser pada sebelum Era Klasik (1750) memakai Suling
Blok (seperti gambar atas), sedangkan pada sebelum Era Romantis (Era
Klasik 1750-1820) pakai Suling Albert (kayu hitam berlubang dan
dilengkapi klep), dan sejak Era Romantis (1820) memakai suling Boehm
(kayu hitam atau metal dilengkapi klep semua yang disebut juga suling
Boehm, sistem Carl Boehm), atau suling saja.
Khusus musik keroncong di Indonesia pada Era Stambul (1880-
1920) memakai suling Albert, dan pada Era Keroncong Abadi (1920-
1960) telah memakai suling Bohm.
3. Kendang

Kendang

11
Kendang koleksi KBRI Canberra, Australia.

Kendang, kendhang, atau gendang adalah instrumen dalam


gamelan Jawa Tengah yang salah satu fungsi utamanya mengatur irama.
Instrument ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alat bantu.Jenis kendang
yang kecil disebut ketipung, yang menengah disebut kendang
ciblon/kebar. Pasangan ketipung ada satu lagi bernama kendang gedhe
biasa disebut kendang kalih. Kendang kalih dimainkan pada lagu atau
gendhing yang berkarakter halus seperti ketawang, gendhing kethuk kalih,
dan ladrang irama dadi. Bisa juga dimainkan cepat pada pembukaan lagu
jenis lancaran ,ladrang irama tanggung. Untuk wayangan ada satu lagi
kendhang yang khas yaitu kendhang kosek.
Kendang kebanyakan dimainkan oleh para pemain gamelan
profesional, yang sudah lama menyelami budaya Jawa. Kendang
kebanyakan dimainkan sesuai naluri pengendang, sehingga bila dimainkan
oleh satu orang denga orang lain maka akan berbeda nuansanya.
4. Rebana
Rebana adalah gendang berbentuk bundar dan pipih. Bingkai
berbentuk lingkaran dari kayu yang dibubut, dengan salah satu sisi untuk
ditepuk berlapis kulit kambing. Kesenian di Malaysia, Brunei, Indonesia
dan Singapura yang sering memakai rebana adalah musik irama padang
pasir, misalnya, gambus, kasidah dan hadroh.
Bagi masyarakat Melayu di negeri Pahang, permainan rebana
sangat populer, terutamanya di kalangan penduduk di sekitar Sungai
Pahang. Tepukan rebana mengiringi lagu-lagu tradisional seperti indong-
indong, burung kenek-kenek, dan pelanduk-pelanduk. Di Malaysia, selain
rebana berukuran biasa, terdapat juga rebana besar yang diberi nama

12
Rebana Ubi, dimainkannya pada hari-hari raya untuk mempertandingkan
bunyi dan irama.
5. Gendang Karo
Gendang karo atau gendang lima si dalinen terdiri dari lima
perangkat alat musik tabuh (perkusi) yang dimainkan oleh lima orang
pemusik. Kelima perangkat tersebut adalah satu penaruné, dua penggual,
dan dua si malu gong. Gendang Lima sedalanen disebut karena ensambel
musik tersebut terdiri dari lima instrumen musik, yaitu Sarune (aerofon),
gendang indung (membranofon), gendang anak (mebranofon, gung, dan
penganak. Namun biasa juga disebut dengan gendang lima sedalanen,
ranggutna sepulu dua, yaitu angka dua belas untuk hitung-hitungan
perangkat yang dipergunakan seluruhnya, termasuk stik atau alat memukul
instrumen musik tersebut.
Jika diklasifikasi berdasarkan ensambel musik, sebenarnya
gendang Karo terdiri dari gendang lima sedalanen dan gendang telu
sedalanen. Gendang telu sedalanen adalah terdiri dari tiga instrumen musik
yang dimainkan secara bersamaan, yang terdiri dari kulcapi (long neck
lute) sebagai pembawa melodi, keteng-keteng (idiokordofon, tube-zhyter)
sebagai pembawa ritmis, dan mangkuk mbentar (idiofon) sebagai
pembawa tempo.

D. Gamelan, Orkestra a la Jawa


Gamelan jelas bukan musik yang asing. Popularitasnya telah
merambah berbagai benua dan telah memunculkan paduan musik baru jazz-
gamelan, melahirkan institusi sebagai ruang belajar dan ekspresi musik
gamelan, hingga menghasilkan pemusik gamelan ternama. Pagelaran musik
gamelan kini bisa dinikmati di berbagai belahan dunia, namun Yogyakarta
adalah tempat yang paling tepat untuk menikmati gamelan karena di kota
inilah anda bisa menikmati versi aslinya.
Gamelan yang berkembang di Yogyakarta adalah Gamelan Jawa,
sebuah bentuk gamelan yang berbeda dengan Gamelan Bali ataupun Gamelan
Sunda. Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut dan slow, berbeda

13
dengan Gamelan Bali yang rancak dan Gamelan Sunda yang sangat mendayu-
dayu dan didominasi suara seruling. Perbedaan itu wajar, karena Jawa
memiliki pandangan hidup tersendiri yang diungkapkan dalam irama musik
gamelannya.
Pandangan hidup Jawa yang diungkapkan dalam musik gamelannya
adalah keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, keselarasan dalam berbicara
dan bertindak sehingga tidak memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta
mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud nyata dalam musiknya adalah
tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang
dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.
Tidak ada kejelasan tentang sejarah munculnya gamelan.
Perkembangan musik gamelan diperkirakan sejak kemunculan kentongan,
rebab, tepukan ke mulut, gesekan pada tali atau bambu tipis hingga dikenalnya
alat musik dari logam. Perkembangan selanjutnya setelah dinamai gamelan,
musik ini dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang, dan tarian. Barulah
pada beberapa waktu sesudahnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi
dengan suara para sinden.
Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa alat musik, diantaranya satu
set alat musik serupa drum yang disebut kendang, rebab dan celempung,
gambang, gong dan seruling bambu. Komponen utama yang menyusun alat-
alat musik gamelan adalah bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat
memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan, misalnya gong
berperan menutup sebuah irama musik yang panjang dan memberi
keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending.
Gamelan Jawa adalah musik dengan nada pentatonis. Satu permainan
gamelan komplit terdiri dari dua putaran, yaitu slendro dan pelog. Slendro
memiliki 5 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan
interval kecil. Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E-
F# G# A B] dengan perbedaan interval yang besar. Komposisi musik gamelan
diciptakan dengan beberapa aturan, yaitu terdiri dari beberapa putaran dan
pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam unit yang
terdiri dari 4 nada.

14
Anda bisa melihat gamelan sebagai sebuah pertunjukan musik
tersendiri maupun sebagai pengiring tarian atau seni pertunjukan seperti
wayang kulit dan ketoprak. Sebagai sebuah pertunjukan tersendiri, musik
gamelan biasanya dipadukan dengan suara para penyanyi Jawa (penyanyi pria
disebut wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana). Pertunjukan
musik gamelan yang digelar kini bisa merupakan gamelan klasik ataupun
kontemporer. Salah satu bentuk gamelan kontemporer adalah jazz-gamelan
yang merupakan paduan paduan musik bernada pentatonis dan diatonis.
Salah satu tempat di Yogyakarta dimana anda bisa melihat pertunjukan
gamelan adalah Kraton Yogyakarta. Pada hari Kamis pukul 10.00 - 12.00
WIB digelar gamelan sebagai sebuah pertunjukan musik tersendiri. Hari Sabtu
pada waktu yang sama digelar musik gamelan sebagai pengiring wayang kulit,
sementara hari Minggu pada waktu yang sama digelar musik gamelan sebagai
pengiring tari tradisional Jawa. Untuk melihat pertunjukannya, anda bisa
menuju Bangsal Sri Maganti. Sementara untuk melihat perangkat gamelan tua,
anda bisa menuju bangsal kraton lain yang terletak lebih ke belakang.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan
metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada
instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang
diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari
bahasa Jawa gamel yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang
menjadikannya kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau
Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran
dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad
ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.
Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu-Budha yang
mendominasi Indonesia pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga
mewakili seni asli indonesia. Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya
sampai seperti sekarang ini pada zaman Kerajaan Majapahit. Dalam
perbedaannya dengan musik India, satu-satunya dampak ke-India-an dalam
musik gamelan adalah bagaimana cara menyanikannya. Dalam mitologi Jawa,
gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang
menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di
Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertama-tama
menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Untuk pesan yang lebih
spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set
gamelan.
Macam Gamelan terdiri dari : Kendang, Bonang, Bonang Penerus,
Demung, Saron, Peking (Gamelan), Kenong & Kethuk, Slenthem, Gender,
Gong, Gambang, Rebab,, Siter, Suling.

16
B. Saran
1. Gamelan sebagai salah satu budaya dan ciri khas Indonesia yang sudah
berkembang sejak dahulu, sudah sewajarnyalah bagi kita penerus bangsa
menjaga dan terus membudayakannya.
2. Sebagai seorang belajar, mencari tahu tentang sesuatu baik itu merupakan
hal baru maupun lama merupakan kewajiban.
Mengetahui hal baru untuk terus mengikuti jaman, dan mencari tahu
tentang sesuatu yang terjadi dulu adalah sebagai suatu pelajaran dan
pengetahuan.
3. Semangatlah, dan jangan pernah berhenti untuk berusaha mencari apa
yang belum kita ketahui!

17
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/

http://rockapak.org/forum/index.php?topic=7040.0

http://wonojoyo.com/sejarah-gamelan-jawa/

http://www.isi-dps.ac.id/berita/asal-usul-dan-sejarah-gamelan-gambang-di-banjar-
jeroan-desa-tumbak-bayuh

http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/performance/gamelan-
show/

18

Anda mungkin juga menyukai