Anda di halaman 1dari 14

MAKNA KOSAKATA “JATUH”

DALAM BAHASA SUNDA DAN BAHASA JAWA

THE MEANING OF “FALL” IN SUNDANESE AND JAVANESE LANGUAGES

Emma Maemunah
Balai Bahasa Jawa Tengah
Jalan Elang Raya Nomor 1, Mangunharjo, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
Telepon (024) 76744357, 70769945, Faksimile (024) 76744358
Pos-el: emmamaemunah69@gmail.com

Naskah diterima: 21 April 2017; direvisi: 8 November 2017; disetujui: 18 Desember 2017

Abstrak
Bahasa Sunda dan bahasa Jawa berasal dari bahasa proto yang sama. Terdapat banyak kesamaan
dalam kedua bahasa tersebut. Kesamaan itu terdapat pula dalam bentuk dan makna. Penelitian
ini membahas bentuk dan makna kosakata “jatuh” dalam bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah deskripsi bentuk kosakata “jatuh” dalam bahasa
Sunda dan bahasa Jawa serta pergeseran makna yang dialami oleh kosakata tersebut. Dengan
meggunakan ancangan linguistik historis komparatif dan semantik, kosakata “jatuh” akan dianalisis
secara kualitatif. Data penelitian berupa daftar kosakata “jatuh” dalam bahasa Sunda dan bahasa
Jawa. Sumber data penelitian adalah kamus bahasa Sunda, kamus bahasa Jawa, buku-buku
pendukung, dan informan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kosakata “jatuh” bahasa Sunda
dan bahasa Jawa memiliki kesamaan dan/atau kemiripan, baik dalam bentuk maupun makna. Salah
satunya adalah terdapatnya kosakata identik, seperti tétés, jungkir, dan jengkang. Selain itu, terdapat
pula beberapa kosakata “jatuh” yang mengalami pergeseran, baik perluasan makna,penyempitan
makna, maupun perubahan makna.

Kata kunci: bahasa Sunda, bahasa Jawa, verba “jatuh”, linguistik historis komparatif, semantik

Abstract
Sundanese and Javanese language derived from the same proto language. There are many
similarities in both languages. The similarities are in the form and meaning. This study discusses the
form and the meaning of vocabularyof “fall” in Sundanese and Javanese. The aim of this study is to
describe the form of “fall” in Sundanese and Javanese as well as the shift of meaning happened to
the vocabulary. Using the comparative historical linguistics and semantics, the vocabularyof “fall”
will be analyzed qualitatively. The data is list of vocabulary of “fall” in Sundanese and Javanese.
The data got from Sundanese dictionary, Javanese dictionary, reference books, and informen.
The analysis shows that the vocabularies of “fall” of Sudanese and Javanese have similarities,
in both form and meaning. One of them is found in identical vocabularies such as tétés, jungkir,
and jengkang. In addition, there are also some vocabularies whose meanings have shifted either
expanded, narrowed, or changed.

Keywords: Sundanese, Javanese, verb “fall”, comparative historical linguistics, semantics

PENDAHULUAN bahasa mengalami perubahan, dan mengkaji


Penelitian linguistik historis komparatif adalah faktor-faktor penyebab pengelompokan bahasa
penelitian bidang linguistik yang menelaah yang berkerabat. Misalnya, bahasa Sunda dan
perkembangan bahasa dari satu masa ke masa bahasa Jawa merupakan bahasa yang berkerabat.
yang lain, mengamati cara bagaimana bahasa- Kekerabatan tersebut terjadi tidak hanya karena
ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 29, No. 2, Desember 2017 239
Makna Kosakata “Jatuh” dalam Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa (Emma Maemunah Halaman 239 — 252

kedekatan wilayah, tetapi juga karena bahasa Jawa. Kedua, kata dahar dalam tingkat tutur
Sunda dan bahasa Jawa berasal dari bahasa proto (undak-usuk) bahasa Sunda termasuk dalam
(cognate) yang sama. kategori akrab (loma). Bentuk halus (lemes)
Letak Provinsi Jawa Barat berdampingan untuk dahar adalah neda (bentuk hormat untuk
dengan Provinsi Jawa Tengah. Letak yang diri sendiri) dan tuang (bentuk hormat untuk
berdampingan itu menjadikan adanya kabupaten orang lain). Ketiga, kata dhahar dalam undak-
di Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan usuk bahasa Jawa termasuk dalam kategori
kabupaten di Jawa Tengah. Kabupaten Cilacap sangat halus (krama inggil). Bentuk krama untuk
berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan di dhahar adalah nedha dan bentuk ngoko untuk
sebelah utara Kabupaten Brebes berbatasan dhahar adalah mangan. Keempat, kata adeg:
dengan Kabupaten Cirebon. Hal itu berimbas ngadeg ‘berdiri’ dalam undak-usuk bahasa Sunda
pada bahasa yang digunakan di wilayah tersebut, termasuk dalam kategori halus/bentuk hormat
yakni bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Mobilitas untuk orang lain, sedangkan bentuk loma dan
dan hubungan fisik penutur bahasa Sunda dan halus untuk diri sendiri dari kata ngadeg adalah
bahasa Jawa di wilayah Jawa Barat dan Jawa nangtung; tangtung. Kelima, kata adeg: ngadeg
Tengah sangat tinggi sehingga memungkinkan dalam undak-usuk bahasa Jawa termasuk dalam
kedua bahasa tersebut bersiggungan dan saling bentuk ngoko, sedangkan bentuk krama inggil
memengaruhi satu sama lain. Hubungan fisik yang dari ngadeg adalah jumeneng. Keenam, kata saré
dimaksud adalah komunikasi langsung antara dalam undak-usuk bahasa Sunda termasuk dalam
dua penutur bahasa yang berbeda, baik dalam bentuk halus sedang (lemes sedeng). Bentuk halus
bahasa daerah kedua penutur maupun dalam (lemes) untuk saré adalah kulem. Ketujuh, kata
bahasa Indonesia. Misalnya, kantong-kantong saré dalam undak-usuk bahasa Jawa termasuk
bahasa Sunda ditemukan di daerah Jawa Tengah. dalam krama inggil, sedangkan bentuk ngoko dan
Posisinya yang berbatasan langsung dengan krama dari saré adalah turu dan tilem (Wedhawati
Jawa Tengah memungkinkan bahasa Sunda juga dkk. 2006, hlm. 10; Sudaryat dkk. 2003, hlm. 145).
dituturkan oleh sebagian kecil masyarakat Jawa Sudarno (1992, hlm. 21; Keraf (1996, hlm.
Tengah di perbatasan (Wahyuni, 2010, hlm. 72). 35) berpendapat bahwa kemiripan fonetis dan
Hubungan kekerabatan bahasa Sunda dan semantik antara dua atau beberapa bahasa terjadi
bahasa Jawa dapat diamati dari bentuk kosakata karena tiga faktor, yaitu sebagai berikut. Pertama,
dan maknanya. Banyak kosakata bahasa Sunda warisan langsung dari suatu bahasa proto yang
dan bahasa Jawa yang sama, baik dari segi bentuk sama yang dinamakan bentuk kerabat (cognate).
maupun maknanya. Kemiripan kosakata tersebut Misalnya, kata Melayu/Indonesia untuk “jarum”
merupakan suatu ciri bahwa kedua bahasa itu masih berkerabat dengan kata Jawa dom. Kedua,
memiliki kekerabatan. Sebagai contoh, bahasa faktor kebetulan (by chance), seperti kata bahasa
Sunda memiliki kosakata dahar /dahar/, adeg / Minangkabau duo dan kata bahasa Latin duo.
adǝg/, dan saré /sarɛ/. Bahasa Jawa juga memiliki Bentuknya sama, tetapi tidak ada hubungan
kosakata tersebut, yakni dhahar /ḍahar/, adeg / kekerabatan. Ketiga, pinjaman (borrowing) berupa
adǝg/, dan saré /sarɛ/. Makna kosakata-kosakata kata dan pengertiannya, seperti istilah bulan
tersebut sama—‘makan’, ‘berdiri’, dan ‘tidur’. madu dalam bahasa Indonesia yang merupakan
Akan tetapi, di balik kesamaan bentuk dan pinjaman dari bahasa Inggris honeymoon.
maknanya terdapat beberapa perbedaan berikut. Kosakata bermakna “jatuh” merupakan
Pertama, kata dahar dalam bahasa Sunda ditulis salah satu kosakata yang memiliki banyak bentuk
tanpa fonem /h/ seperti kata dhahar dalam bahasa dan makna, baik dalam bahasa Sunda maupun

240 , Vol. 29, No. 2, Desember 2017 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)
Halaman 239 — 252 (Emma Maemunah) The Meaning of “Fall” in Sundanese and Javanese Languages

dalam bahasa Jawa. Kosakata “jatuh” yang terjadi Masehi sampai 216 Masehi (jika dihitung dari
pada manusia bisa saja berbeda dengan kosakata tahun 2012), atau dapat dinyatakan bahwa bahasa
“jatuh” yang terjadi pada benda. Berikut ini Sunda dengan bahasa Melayu Betawi di Kota
beberapa bentuk kosakata bermakna “jatuh”. Tangerang Selatan merupakan bahasa tunggal
pada 2.224-1.796 tahun yang lalu.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian
ini memfokuskan pada bentuk dan makna kosakata
“jatuh” dalam bahasa Sunda dan bahasa Jawa.
Bentuk dan makna kosakata “jatuh” dalam bahasa
Sunda dan bahasa Jawa ini merupakan gabungan
kajian linguistik historis komparatif dan semantik.
Penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan
oleh Rismanto (2012). Penelitian “Bentuk dan
Tiba /tibɔ/merupakan kata bahasa Jawa yang Makna Kosakata ‘’Jatuh’’ dalam Bahasa Sunda
digunakan untuk menerangkan peristiwa jatuh dan Bahasa Jawa” ini tidak menggunakan
yang terjadi, baik pada manusia maupun pada leksikostatistik, tetapi menggunakan metode
benda. Akan tetapi, kata bahasa Sunda labuh hanya deskriptif kualitatif dengan pendekatan semantis.
digunakan untuk menerangkan peristiwa “jatuh” Peneliti lebih menekankan pada bentuk dan makna
pada manusia. Kata yang bermakna “jatuh” pada kosakata “jatuh” yang mengalami pergeseran dan/
benda adalah kata ragrag/murag. atau perubahan makna yang terjadi pada kosakata
Penelitian kekerabatan bahasa Sunda pernah yang menjadi data.
dilakukan oleh Rismanto (2012) dengan judul Batasan pengertian “jatuh” dalam penelitian
“Kekerabatan Kosakata Bahasa Sunda dengan meliputi pengertian ‘’jatuh’’ pada manusia dan
Bahasa Melayu Betawi di Kota Tangerang Selatan: ‘’jatuh’’ pada benda. Pengertian ‘’jatuh’’ yang
Kajian Linguistik Historis Komparatif.” Tujuan terjadi pada manusia tidak terbatas pada jatuhnya
penelitiani ini adalah mendeskripsikan kosakata badan saja, tetapi sesuatu yang terjadi pada anggota
bahasa Sunda yang berkerabat dengan bahasa badan lain dan terkena dampaknya, seperti kepala,
Melayu Betawi di Kota Tangerang Selatan; leher, kaki, dan tangan. Sementara itu, pengertian
menghitung persentase hubungan kekerabatan “jatuh” pada benda bermakna: (1) terlepasnya
kosakata tersebut, dan mengetahui waktu pisah suatu benda dari genggaman atau pegangan, (2)
antara kedua bahasa tersebut. Hasil penelitian ini terlepasnya suatu benda dari gantungan, tempelan,
menunjukkan bahwa terjadi hubungan kekerabatan dan gundukan atau tumpukan, dan (3) jatuhnya
antara bahasa Sunda dengan bahasa Melayu suatu benda dari tempat penyimpanannya.
Betawi di Kota Tangerang Selatan. Terdapat 82 Masalah dalam penelitian ini adalah
pasangan kata yang berkerabat, yaitu 42 pasangan bagaimanakah bentuk dan makna kosakata
kata kerabat yang identik, 32 pasangan kata yang “jatuh” dalam bahasa Sunda dan bahasa Jawa serta
memiliki korespondensi fonemis, dan 8 pasangan kosakata “jatuh” manakah dalam bahasa Sunda
kata yang memiliki perbedaan pada satu fonem. dan bahasa Jawa yang mengalami pergeseran
Hubungan kekerabatan itu termasuk ke dalam makna. Tujuan penelitian ini adalah sebuah
keluarga bahasa, yaitu sebesar 43%. Waktu pisah deskripsi bentuk kosakata “jatuh” dalam bahasa
yang terjadi antara bahasa Sunda dengan bahasa Sunda dan bahasa Jawa serta pergeseran makna
Melayu Betawi di Kota Tangerang Selatan dari yang dialami oleh kosakata tersebut. Selain itu,
bahasa proto yang sama, yaitu antara 212 sebelum daftar kosakata “jatuh” dalam bahasa Sunda dan

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 29, No. 2, Desember 2017 241
Makna Kosakata “Jatuh” dalam Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa (Emma Maemunah Halaman 239 — 252

bahasa Jawa ini diharapkan dapat menambah satu fonem berbeda; perbedaan itu terjadi karena
lema dan kosakata kamus besar bahasa Indonesia pengaruh lingkungan yang dimasukinya. Jika
(KBBI). dalam bahasa lain pengaruh lingkungan itu
Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif tidak mengubah fonemnya, pasangan itu dapat
linguistik historis komparatif pada dua bahasa, ditetapkan sebagai kata kerabat, asal segmennya
yaitu bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Keraf cukup panjang.
(1996, hlm. 22) mendefinisikan linguistik historis Setiap bentuk kata memiliki makna. Soedjito
komparatif (linguistik bandingan historis) sebagai (1990, hlm. 63) menjelaskan bahwa makna ialah
suatu cabang lmu bahasa yang mempersoalkan hubungan antara bentuk bahasa dan barang (hal) yang
bahasa dari segi waktu serta perubahan-perubahan diacunya. Sementara itu, Aminuddin (1998, hlm.
unsur bahasa yang terjadi dalam waktu tersebut. 50) mengemukakan bahwa makna merupakan
Keraf (1996, hlm. 25) berpendapat menjelskan hubungan antara bahasa dan bahasa luar yang
bahwa aspek bahasa yang paling cocok untuk disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga
dijadikan bahan studi perbandingan adalah dapat saling dimengerti.
bentuk. Bahasa di mana pun dapat dijadikan Menurut Djajasudarma (1993, hlm. 5),
objek perbandingan. Setiap bahasa di dunia kata-kata atau leksem-leksem yang berada dalam
memiliki ciri-ciri kesemestaan (universal) tertentu satu kelompok lazim dinamai kata-kata atau
Kesemestaan tersebut mencakupi hal-hal berikut. leksem-leksem yang berada dalam satu medan
Pertama, kesamaan dalam bentuk dan makna makna atau satu medan leksikal, sedangkan usaha
sebagai pantulan dari sejarah warisan yang sama untuk menganalisis kata-kata atau leksem-leksem
(bahasa proto). Kesamaan-kesamaan yang terlihat terhadap unsur-unsur makna yang dimilikinya
adalah (a) kesamaan sistem bunyi (fonetik) dan dinamakan analisis komponen makna atau analisis
susunan bunyi (fonetis); (b) kesamaan morfologis, ciri-ciri makna, atau analisis ciri-ciri leksikal.
yaitu kesamaan dalam bentuk kata dan gramatikal; Leksem adalah satuan leksikal dasar yang abstrak
dan (c) kesamaan sintaksis, yaitu kesamaan yang mendasari pelbagai bentuk inflektif suatu
relasi kata-kata dalam sebuah kalimat. Kedua, kata (Kridalaksana, 2011, hlm. 141).
tiap bahasa memiliki perangkat unit fungsional Makna leksikal (lexical meaning) adalah
terkecil, yaitu fonem dan morfem. Ketiga, tiap makna kata ketika berdiri sendiri, entah dalam
bahasa memiliki kelas-kelas tertentu, yaitu kata bentuk leksem atau berimbuhan yang maknanya
benda, kata kerja, kata sifat, kata ganti orang, dan kurang lebih tetap, seperti yang dapat dibaca di
kata bilangan. dalam kamus bahasa tertentu (Pateda, 2010, hlm.
Keraf (1996, hlm. 128) menyatakan bahwa 119). Sementara itu, Kridalaksana (2011, hlm. 149)
sebuah pasangan kata akan dinyatakan berkerabat menyatakan makna leksikal adalah makna unsur-
bila memenuhi salah satu ketentuan berikut. unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa,
Pertama, pasangan itu identik; pasangan itu dan lain-lain. Makna leksikal ini dipunyai unsur-
memiliki bentuk, bunyi dan makna yang sama. unsur bahasa, lepas dari penggunaannya atau
Kedua, pasangan itu memiliki korespondensi konteksnya.
fonemis; pasangan kata yang memiliki hubungan Makna sebuah kata tidak selalu sama dari
antara kedua bahasa berdasarkan posisi fonem- waktu ke waktu. Banyak hal yang dapat membuat
fonem dan makna yang sama dari kedua bahasa makna sebuah kata bergeser dan/atau berubah.
yang dibandingkan. Ketiga, kemiripan secara Menurut Parera (2004, hlm. 107), menyatakan
fonetis: ciri-ciri fonetisnya harus cukup serupa pergeseran makna sebagai gejala perluasan,
sehingga dapat dianggap sebagai alofon. Keempat, penyempitan, pengonotasian, penyinestesiaan, dan

242 , Vol. 29, No. 2, Desember 2017 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)
Halaman 239 — 252 (Emma Maemunah) The Meaning of “Fall” in Sundanese and Javanese Languages

pengasosiasian sebuah makna kata yang masih Tabel 2 Fonem Vokal Bahasa Jawa
hidup dalam satu medan makna. Pergeseran makna
Grafemis Fonemis Fonetis
dapat tercatat secara historis dan pula terjadi secara
sinkronis berdasarkan pemakaiannya. Sementara <a> /a/ [a]
itu, perubahan makna adalah gejala pergantian <a> /a/ [ɔ]
<i> /i/ [i]
rujukan dari simbol bunyi yang sama. <i> /i/ [I]
Pergeseran makna dapat tercatat secara <u> /u/ [u]
historis dan sinkronis berdasarkan pemakaiannya, <u> /u/ [U]
seperti kata manu dalam bahasa Sikka berarti <e> /é/ [ε]
<e> /ѐ/ [e]
‘ayam’, sedangkan dalam bahasa Jawa kata manu
<e> /ǝ/ [ǝ]
(?) berarti ‘burung.’ Gejala pergeseran ini terjadi <o> /o/ [o]
karena baik makna ‘ayam’ maupun ‘burung’ masih <o> /o/ [ɔ]
berada dalam satu medan makna, yakni sejenis <ng> / ŋ/ [ŋ]
binatang peliharaan yang bersayap dan berbulu, <ny> / ñ/ [ñ]
<dh> / ḍ/ [ḍ]
dapat terbang, dan dapat dimakan oleh manusia.
<th> /ṭ/ [ṭ]
Lain halnya dengan perubahan makna yang berarti
perubahan rujukan. Rujukan yang pernah ada
diganti dengan rujukan yang baru. Misalnya, kata METODE
canggih bahasa Indonesia yang pernah bermakna Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-
‘suka mengganggu’ berubah menjadi ‘sangat kualitatif. Metode deskriptif adalah metode
rumit dan ruwet dalam bidang teknologi karena yang digunakan untuk menggambarkan atau
keterkaitan antarkomponen atau unsur’ sebagai menganalisis suatu hasil penelitian, tetapi
padanan kata bahasa Inggris sophisticated (Parera, tidak digunakan untuk membuat kesimpulan
2004, hlm. 107). yang lebih luas. Bentuk penelitian kualitatif
Bahasa Sunda dan bahas Jawa memiliki digunakan untuk meneliti objek yang alamiah
beberapa sistem fonem yang berbeda terutama dengan peneliti sebagai instrumen kunci; teknik
pada fonem vokal. Sistem fonem vokal bahasa pengumpulan data dilakukan secara triangulasi;
Sunda adalah sebagai berikut (Sudaryat, 2003, analisis data bersifat induktif; dan hasil kualitatif
hlm. 13) perhatikan tabel 1. Sementara itu, Suyanto lebih menekankan makna daripada generalisasi.
menjelaskan sistem fonem bahasa Jawa (lihat tabel Peneliti kualitatif sebagai human instrument
2) adalah sebagai berikut. berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih
informan sebagai sumber data, melakukan
Tabel 1 Fonem Vokal Bahasa Sunda pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis
data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan
Grafemis Fonemis Fonetis
atas temuannya (Sugiyono, 2012, hlm. 29 dan
<a> /a/ [a] 306).
<i> /i/ [i]
Data dalam penelitian ini terbagi atas dua
<u> /u/ [u]
<é> /é/ [ε] jenis, yakni data primer dan data sekunder. Data
<o> /o/ [o] primer berupa daftar kosakata (kognat) yang
<e> /e/ [ǝ] bermedan makna “jatuh’’ dalam bahasa Sunda dan
<eu> /eu/ [ő] bahasa Jawa. Medan makna “jatuh” yang dianalisis
<ng> /ŋ/ [ŋ]
mencakup jatuh yang terjadi pada manusia
<ny> / ñ/ [ñ]
dan jatuh yang terjadi pada benda. Kemudian,
data sekunder dalam penelitian ini adalah hasil

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 29, No. 2, Desember 2017 243
Makna Kosakata “Jatuh” dalam Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa (Emma Maemunah Halaman 239 — 252

wawancara peneliti dengan beberapa informan. bemakna “jatuh” pada benda, ukuran, jenis,
Informan yang merupakan penutur bahasa Sunda dan proses jatuhnya satu benda memengaruhi
dan penutur bahasa Jawa dipilih agar dapat makna kosakatanya. Setelah dilakukan analisis
memberikan data yang berupa kosakata ‘’jatuh’’ terhadap data yang terkumpul, diperoleh hasil
yang umum digunakan dalam pertuturannya. sebagai berikut.
Sumber data penelitian ini adalah kamus bahasa
Sunda dan kamus bahasa Jawa, informan, dan Kekerabatan Bentuk Kosakata “Jatuh” dalam
buku-buku yang mendukung dalam pengumpulan Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa
kognat kosakata “jatuh”. Data kosakata “jatuh” Pada bagian ini dijelaskan kosakata-kosakata
yang digunakan adalah kata-kata dan/atau varian ‘’jatuh’’ dalam BS dan BJ yang berkerabat.
kata “jatuh” yang diperoleh dari kamus dan Kosakata kedua bahasa disusun agar terlihat
sumber pendukung (dengan tetap dicek ulang bentuk kekerabatannya sesuai dengan kriteria
keberadaannya dalam kamus). Sementara itu, yang dijelaskan oleh Keraf (1996, hlm. 128).
varian yang tidak terdapat dalam kamus diabaikan. Data menunjukkan bahwa terdapat kekerabatan
Selanjutnya, data disusun dengan urutan kata dasar kosakata “jatuh” dalam BS dan BJ. Berikut ini
dan makna/definisi. Setelah data tersusun, peneliti adalah penjelasan kekerabatan kosakata “jatuh”
secara langsung berkomunikasi dengan informan tersebut. Beberapa kosakata “jatuh” ditemukan
dalam proses triangulasi sumber data. identik. Kosakata tersebut memiliki fonem dan
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan bunyi yang sama . Berikut ini adalah contoh
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang kosakata identik dalam BS dan BJ.
lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik BS BJ
triangulasi yang paling banyak digunakan ialah jengkang [jǝngkaŋ] Jengkang [jəŋkaŋ]
pemeriksaan melalui sumber lainnya (Moleong, cengklak [cǝŋklak] cengklak [cəŋkla? ]
2004, hlm. 330).
jungkir [juŋkir] jungkir [juŋkIr]
Data dianalisis dengan cara melihat perubahan
bunyi dan korespondensi bunyi BS dan BJ. ceblok [cǝblok] ceblok [cəblɔ? ]
Kemudian, menganalisis perubahan makna tétés [tɛtɛs] tétés [tɛtɛs]
yang terjadi dalam BS dan BJ. Klasifikasi data ambrol [ambrol] ambrol [ambrɔl]
dilakukan dengan menyusun data secara terstruktur ragrag [ragrag] ragrag [ragrag]
dalam kelompok sesuai masalah yang diteliti, yaitu
coplok [coplok] coplok [cɔplɔ? ]
(1) bentuk kosakata “jatuh” dalam bahasa Sunda
(BS) dan bahasa Jawa (BJ) dan (2) pergeseran
Beberapa kosakata “jatuh” ditemukan
makna kosakata “jatuh” dalam BS dan BJ.
memiliki korespondensi fonemis. Perubahan
fonemis antara BS dan BJ itu terjadi secara
HASIL DAN PEMBAHASAN
timbal balik dan teratur, serta dengan frekuensi
Kosakata bermakna dasar “jatuh” dalam bahasa
kemunculan yang tinggi. Contoh kosakata yang
Sunda dan bahasa Jawa memiliki banyak
berkorespondensi secara fonemis adalah sebagai
bentuk. Makna kosakata tersebut dipengaruhi
berikut.
oleh proses jatuhnya, tempat jatuhnya, dan
posisi anggota tubuh yang terkena dampak jatuh terbenam / /
peristiwa jatuhnya apabila terjadi pada manusia ke dalam belesek/ blesek/
(makhluk hidup). Begitu pun bentuk kosakata lumpur

244 , Vol. 29, No. 2, Desember 2017 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)
Halaman 239 — 252 (Emma Maemunah) The Meaning of “Fall” in Sundanese and Javanese Languages

Data 1 Menggelim- /gulimpaŋ/ /glimpaŋ/


Pada definisi ‘jatuh terbenam ke dalam lumpur’, pang; jatuh ke
korespondensi terjadi pada fonem /e- ~ ø- /. Berikut samping terus
ini korespodensi fonem /e- ~ ø- /. telentang

BS BJ Data 4
Pada definisi “menggelimpang; jatuh ke samping terus
/b ~ b/ telentang‟, korespondensi terjadi pada fonem /u- ~ ø-/.
/e ~ ø/
/l ~ l / BS BJ
/e ~ e/ /g ~ g/
/s ~ s/ /u ~ ø/
/e ~ e/ /l ~ l /
/k ~ k/ /i~i/
/m ~ m/
Anggota badan /geledug/ /glaḍug/ /p ~ p/
(kepala) terkena /a ~ a/
sesuatu yang keras /ŋ ~ ŋ/
(tiang)
jatuh ke dalam air /gejebur/ /jegur/
Data 2
Pada definisi “anggota badan (kepala) terkena sesuatu
yang keras (tiang)‟, korespondensi terjadi pada fonem Data 5
/e- ~ a-/ dan /e- ~ ø-/. Pada definisi “jatuh ke dalam air‟, korespondensi terjadi
pada fonem /b- ~ g-/, /g- ~ ø-/, dan /e - ~ ø-/.
BS BJ BS BJ
/g ~ g/ /g ~ ø/
/e ~ ø/ /e ~ ø/
/l ~ l/ / j ~ j/
/e ~ a/ / e ~ e/
/d ~ ḍ/ /b ~ g/
/u ~ u/ /u ~ u/
/g ~ g/ /r ~ r/

jatuh ke dalam air /gejebur/ /jebur/


tergelincir (perlahan- /golosor/ /dlosor/
lahan) pada tempat
yang menurun/ Data 6
menggelongsor Pada definisi “jatuh ke dalam air‟, korespondensi terjadi
pada fonem /e - ~ ø-/ dan / g ~ ø /
Data 3 BS BJ
Pada definisi “tergelincir (perlahan-lahan) pada tempat /g ~ ø/
yang menurun/menggelongsor‟, korespondensi terjadi / e ~ ø/
pada /o- ~ ø- /. / j ~ j/
BS BJ / e ~ e/
/g ~ d/ /b ~ b/
/o ~ ø/ /u ~ u /
/l ~l/ /r ~ r/
/o ~ o/
/s ~ s/ jatuh / jumpalik/ /jempalik/
/o ~ o/ terjungkir/
/r ~ r/ terbalik

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 29, No. 2, Desember 2017 245
Makna Kosakata “Jatuh” dalam Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa (Emma Maemunah Halaman 239 — 252

Data 7 Data 10
Pada definisi “jatuh terjungkir/ terbalik‟, korespondensi Pada definisi “rontok; berjatuhan (rambut, kapuk,
terjadi pada fonem /u- ~ e-/. ujung kain)‟, korespondensi terjadi pada fonem
BS BJ /u- ~ ɔ-/ dan /u- ~ ø-/.
/j ~ j/ BS BJ
/u ~ e/ / b ~ b/
/m ~ m/ /u~ø/
/p ~ p/ /r~r/
/ a ~ a/ /u~o/
/ l ~ l/ /d~ḍ/
/i ~ i / /u~o/
/k ~ k/ /l~l/
tenggelam/masuk ke /lelep/ /kelep/ atap rumah /rugrug/ /jugrug/
dalam kolam/danau yang jatuh
dan sebagainya yang karena patah
dalam; masuk ke penahannya;
dalam lumpur runtuh
Data 8 Data 11
Pada definisi “tenggelam/masuk ke dalam kolam/danau
Pada definisi “atap rumah yang jatuh karena patah
dan sebagainya yang dalam; masuk ke dalam lumpur
‟, korespondensi terjadi pada fonem /l- ~ k-/.
penahannya; runtuh‟, korespondensi terjadi pada
BS BJ fonem /r- ~ j-/.
/ l ~ k/ BS BJ
/ e ~ e/ /r~j/
/l ~ l/ /u~u/
/e ~ e/ / g ~ g /
/p ~ p/ /r~r/
/u~u/
air yang jatuh/ /lébér/ /blébér/ /g~g/
tumpah meluap
dari wadah gundukan tanah /urug/ /rug/
karena penuh atau apa saja yang
(ember, bak, jatuh merosot/
kolam) runtuh

Data 9 Data 12
Pada definisi “air yang jatuh/tumpah meluap Pada definisi “gundukan tanah atau apa saja yang
dari wadah karena penuh (ember, bak, kolam) jatuh merosot/runtuh‟, korespondensi terjadi pada
‟, korespondensi terjadi pada fonem /ɛ- ~ e-/ dan fonem /u- ~ ø-/.
BS BJ
/ø- ~ b-/.
/u ~ ø/
BS BJ
/r~r/
/ø ~ b/
/ u ~ u/
/l~l/
/g ~ g /
/ é ~ é/
/b~b/
terlepas karena /kéléték/ /klѐṭѐk/
/ é ~ é/
kepanasan (cat;
/r~r/
kulit dari daging;
rontok; /burudul/ /broḍol/ daging dari
berjatuhan tulang)
(rambut, kapuk,
ujung kain)

246 , Vol. 29, No. 2, Desember 2017 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)
Halaman 239 — 252 (Emma Maemunah) The Meaning of “Fall” in Sundanese and Javanese Languages

Data 13 bahasa Sunda dan bahasa Jawa terjadi pada fonem


Pada definisi “terlepas karena kepanasan (cat; kulit / e ~ ø /, / e ~ ø /, / e ~ a /, / g ~ d /, / o ~ ø
dari daging; daging dari tulang)‟, korespondensi /, / u ~ ø /, / g ~ ø /, / u ~ e /, / l ~ k /, / ø ~ b/,
terjadi pada fonem /é- ~ ѐ-/ dan / é- ~ ø/. / r ~ j /, / é ~ ø /. Bahasa Sunda tidak memiliki
BS BJ
/k~ k/ konsonan kluster pada suku kata awal, seperti /gl/,
/é~ø/ /kl/, dan /br/. Beberapa kosakata “jatuh” ditemukan
/l~l/ memiliki kemiripan secara fonetis karena posisi
/é~ѐ/ artikulatoris yang sama. Contoh kosakata yang
/ t ~ ṭ /
memiliki kemiripan secara fonetis adalah sebagai
/é~ѐ/
/ k~ k / berikut.

jatuh /gulunduŋ/ /glunḍuŋ/ Data 16


tergulung- jatuh terbenam ke dalam [bǝlǝsǝk] [bləsə?]
gulung; lumpur
berguling-
guling sesuatu yang jatuh dari [ñǝblok] [ñəblɔ?]
atas (buah; kelapa)
Data 14 kepala terkilir [cǝŋklak] [cəŋkla?]
Pada definisi “jatuh tergulung-gulung; berguling- ke belakang dan
guling‟, korespondensi terjadi pada fonem /u- ~ menyebabkan cedera;
ø-/. sakit leher atau
BS BJ punggung akibat
/g~g/ melakukan sesuatu

/u~ø/
sesuatu yang biasanya [coplok] [cɔplɔ?]
/l~l/
menempel kuat
/u~u/
kemudian terlepas
/ n ~ n /
/ d~ ḍ /
/u~u/ Kosakata “jatuh” /bǝlǝsǝk/ dan /bləsə?/, /
/ ŋ – ŋ / ñǝblok/ dan /ñəblɔ?/. /cǝŋklak/ dan /cəŋkla?/,
serta /coplok/ dan /cɔplɔ?/ memiliki kemiripan
jatuh /golépak/ /glѐṭak/
tertelentang secara fonetis. Salah satu konsep dasar dari
dan tidak kemiripan fonetis adalah tidak berkontras—tidak
bangkit lagi membedakan makna. Hal itu berarti bahwa fonem
/k/ dan glotal /?/ tidak membedakan makna bunyi-
Data 15
Pada definisi “jatuh tertelentang dan tidak bangkit bunyi itu (Muslich, 2008, hlm. 82).
lagi‟, korespondensi terjadi pada fonem /o- ~ ø-/.
BS BJ Data 17
/g~g/ terlepas karena [kɛlɛtɛk] [klɛṭɛ?]
/o~ø/ kepanasan (cat; kulit
/l~l/ dari daging; daging
/é~ѐ/ dari tulang)
/ p ~ ṭ / kejedot (kepala ke [jǝduk] [jəḍUk]
/ a~ a / tiang pintu)
/k~k/
jatuh bergulir/ [gulunduŋ] [glunḍuŋ]
menggelincir
Hasil analisis menunjukkan bahwa
korespondensi fonemis kosakata ‘’jatuh’’ pada

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 29, No. 2, Desember 2017 247
Makna Kosakata “Jatuh” dalam Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa (Emma Maemunah Halaman 239 — 252

Kosakata “jatuh” [kɛlɛtɛk] dan [klɛṭɛ?], fonem /j/ dalam BJ.


[jǝdUk] dan [jəḍUk], serta /gulunduŋ/ dan /
jatuh terjungkir/ [jumpalik]
glunḍuŋ/ juga memiliki kemiripan secara fonetis.
terbalik
Fonem /t/ pada [kɛlɛtɛk] dan fonem /ṭ/ pada
[klɛṭɛ?] memiliki simbol yang berbeda, tetapi Pada definisi “jatuh terjungkir/ terbalik‟
bunyinya mirip dan tidak membedakan makna. fonem /u/ dalam BS berbeda dengan fonem /ə/
Begitu pun fonem /d/ dan /ḍ/ kosakata [jǝduk] dan dalam BJ.
[jəḍUk] serta [gulunduŋ] dan [glunḍuŋ] memiliki
simbol yang berbeda, tetapi bunyinya mirip dan Makna Kosakata “Jatuh” dalam Bahasa
tidak membedakan makna. Selain itu, fonem /ɛ/ Sunda dan Bahasa Jawa
pada [kɛlɛtɛk] dan fonem /e/ pada [klɛṭɛ?] juga Pada bagian ini dijelaskan makna kosakata ‘’jatuh’’
mirip secara fonetis karena bunyinya mirip dan dalam BS dan BJ. Terdapat kosakata ‘’jatuh’’ dalam
tidak membedakan makna. Ketiadaan fonem /ṭ/ BS dan BJ yang memiliki makna sama, makna
dan /ḍ/ dalam bahasa Sunda menyebabkan Bahasa berbeda, makna yang mengalami penyempitan,
Sunda memakai fonem /t/ dan /d/. dan makna yang mengalami perluasan.
Pasangan kata disebut kognat bila dalam Berikut ini adalah contoh-contoh kosakata
pasangan kata terdapat perbedaan satu fonem. “jatuh” dalam BS dan BJ yang memiliki makna
Perbedaan fonem tersebut dapat dijelaskan sama. Pendefinisian dilakukan berdasarkan
karena pengaruh lingkungan yang dimasukinya. kamus kedua bahasa tersebut. Meskipun terdapat
Namun, dalam bahasa lain pengaruh lingkungan perbedaan dalam pendefinisian, kesamaan makna
itu tidak mengubah fonemnya. Dengan demikian, masih dapat dilihat.
pasangan itu ditetapkan sebagai kata kerabat, asal
segmennya cukup panjang (Keraf, 1996, hal. Data 21
128). Contoh kosakata yang memiliki satu fonem [jǝngkaŋ] [jəŋkaŋ]
berbeda adalah sebagai berikut. jatuh ke belakang terdorong/terjatuh
sampai tertelentang ke belakang
Data 18
Kata [jǝngkaŋ] BS dan [jəŋkaŋ] BJ memiliki
tenggelam/ [lǝlǝp] [kələp]
bentuk dan makna yang sama. Medan makna yang
masuk ke dalam kolam/
danau dan sebagainya yang sama dan dapat digarisbawahi dari definisi kedua
dalam; masuk ke dalam kata tersebut, yaitu jatuh ke arah belakang.
lumpur
Data 22
Data 19 [juŋkir] [juŋkir]
Pada definisi “tenggelam/masuk ke dalam kolam/
danau; masuk ke dalam lumpur ‟ fonem /l/ dalam jatuh dengan posisi jatuh berbalik ke
kepala di bawah dan depan; salto
BS berbeda dengan fonem /k/ dalam BJ.
kedua kaki mengacung ke
runtuh; terban; roboh; [rugrug] [jugrUg] atas.
ambruk; anjlok (atap,
loteng, tanah dan Kata [juŋkir] BS dan [juŋkir] BJ memiliki
sebagainya) bentuk dan makna yang sama. Medan makna yang
Data 20 sama dan dapat digarisbawahi dari definisi kedua
Pada definisi “runtuh; terban; roboh; ambruk; kata tersebut, yaitu jatuh terbalik dengan posisi
anjlok ‟ fonem /r/ dalam BS berbeda dengan kepala di bawah dan kaki di atas.

248 , Vol. 29, No. 2, Desember 2017 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)
Halaman 239 — 252 (Emma Maemunah) The Meaning of “Fall” in Sundanese and Javanese Languages

Data 23 Data 27
[tɛtɛs] [tetes] [coplok] [cɔplɔ?]
air yang jatuh benda cair yang jatuh sesuatu yang biasanya terlepas dari tempat
menitik menitik karena berat menempel kuat kemudian asalnya
terlepas
Kata [tɛtɛs] BS dan [tetes] BJ memiliki bentuk
dan makna yang sama. Medan makna yang sama Kata [coplok] BS dan [cɔplɔ?] BJ memiliki
dan dapat digarisbawahi dari definisi kedua kata bentuk dan makna yang sama. Medan makna
tersebut, yaitu benda cair yang jatuh menitik. yang sama dan dapat digarisbawahi dari definisi
kedua kata tersebut, yaitu sesuatu yang terlepas
Data 24 dari tempat asalnya.
[cǝŋklak] [cəŋkla?]
Data 28
leher (bayi) terkulai kepala terkilir
ke belakang ke belakang dan [tamplok] [tumplə?]
karena kelepasan menyebabkan cedera; wadah yang jatuh terbalik tertumpah isinya
ketika memegang sakit leher atau sampai isinya tumpah karena wadahnya
kepalanya punggung akibat semua terbalik
melakukan sesuatu
Kata [tamplok] BS dan[tumplə?] BJ memiliki
Kata [cǝŋklak] BS dan [cəŋkla?] BJ memiliki bentuk dan makna yang sama. Medan makna yang
bentuk dan makna yang sama. Medan makna yang sama dan dapat digarisbawahi dari definisi kedua
sama dan dapat digarisbawahi dari definisi kedua kata tersebut, yaitu sesuatu yang tumpah karena
kata tersebut, yaitu cedera yang terjadi pada bagian wadahnya terbalik.
tubuh: kepala, leher, dan punggung.
Data 29
Data 25 [jǝduk] [jəḍu?]
[loŋsor] [lɔŋsɔr]
kejedot (kepala ke tiang pintu) terbentur
tanah gugur dan tanah runtuh akibat tidak
meluncur ke bawah kuat menahan beban
Kata [jǝduk] BS dan [jəḍu?] BJ memiliki
bentuk dan makna yang sama. Medan makna yang
Kata [loŋsor] BS dan [lɔŋsɔr] BJ memiliki
sama dan dapat digarisbawahi dari definisi kedua
bentuk dan makna yang sama. Medan makna yang
kata tersebut, yaitu anggota tubuh yang terbentur
sama dan dapat digarisbawahi dari definisi kedua
sesuatu (kepala).
kata tersebut, yaitu tanah yang gugur/runtuh.
Data 30
Data 26
[gǝlǝdug] [glaḍu?]
[ragrag] [ragra?]
Anggota badan (jidat, Kepala terbentur
segala sesuatu yang gugur; runtuh; terban kepala) terkena sesuatu yang benda keras
jatuh dari atas ke keras (tiang)
bawah/dari ketinggian

Kata [gǝlǝdug] BS dan [glaḍu?] BJ memiliki


Kata [ragrag] BS dan [ragra?] BJ memiliki bentuk dan makna yang sama. Medan makna yang
bentuk dan makna yang sama. Medan makna yang sama dan dapat digarisbawahi dari definisi kedua
sama dan dapat digarisbawahi dari definisi kedua kata tersebut, yaitu anggota tubuh yang terbentur
kata tersebut, yaitu sesuatu yang jatuh/runtuh. benda keras.

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 29, No. 2, Desember 2017 249
Makna Kosakata “Jatuh” dalam Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa (Emma Maemunah Halaman 239 — 252

Data 31 materialnya sudah lapuk termakan usia, misalnya


[rugrug] [jugrUg] jala/jaring ikan. Sementara itu, /ambrol/ dalam BJ
atap rumah (saung) runtuh; terban; roboh; bermakna runtuh.
yang jatuh karena ambruk; anjlok (atap,
patah penahannya; loteng, tanah dan Data 34
runtuh sebagainya) [purucut] [prucUt]
Sesuatu yang keluar sesuatu yang menempel/
Kata [rugrug] BS dan [jugrUg] BJ memiliki dari pelepasan/ dipegang terlepas/
makna yang sama. Medan makna yang sama lubang yang sempit terpisah
dan dapat digarisbawahi dari definisi kedua kata
tersebut, yaitu atap bangunan yang runtuh/rubuh. Kata [purucut] BS dan [prucUt] BJ memiliki
bentuk dan bunyi yang sama. Akan tetapi, kedua
Data 32
kata itu memiliki makna yang berbeda. Dalam
[juŋkǝl] [juŋkəl] BS [purucut]bermakna sesuatu yang keluar dari
jatuh/rubuh ke samping jatuh terbalik/ pelepasan (pada kondisi seseorang sakit perut)/dari
saat sedang berdiri atau terjungkal ke lubang yang sempit. Sementara itu, [prucUt] dalam
diam; jatuh terguling belakang; jatuh
(bakul, bangku) terbalik BJ bermakna terlepas atau terpisahnya sesuatu
yang sedang dipegang atau dalam genggaman.

Data 35
Kata [juŋkǝl] BS dan [njuŋkəl] BJ memiliki
[gawiŋ] [gawIŋ]
bentuk dan makna yang sama. Medan makna yang
sama dan dapat digarisbawahi dari definisi kedua menggelantung sudah hampir terlepas; terjatuh
kata tersebut, yaitu seseorang atau sesuatu jatuh
terguling atau terbalik. Kata [gawiŋ] BS dan [gawIŋ] BJ memiliki
Berikut ini adalah kosakata “jatuh” dalam bentuk dan bunyi yang sama. Akan tetapi,
BS dan BJ yang sama bentuk dan bunyinya, kedua kata itu memiliki makna yang berbeda.
tetapi maknanya berbeda. Perbedaan ini terjadi Dalam BS [gawiŋ] tidak bermakna jatuh, tetapi
karena perubahan makna. Perubahan makna yang menggelantung. Sementara itu, [gawIŋ] dalam
dimaksud dalam bagian ini adalah perubahan BJ bermakna sesuatu yang sudah hampir terlepas/
yang terjadi dengan gejala pergantian rujukan terjatuh.
dari simbol bunyi yang sama (Parera (2004, hlm. Berikut ini adalah kosakata “jatuh” yang
107). Berikut ini adalah contoh kosakata BS memiliki bentuk yang sama, tetapi mengalami
yang memiliki simbol bunyi yang sama, tetapi pergeseran makna. Berikut ini adalah kosakata
maknanya berbeda dalam BJ. “jatuh” dalam BS dan BJ yang mengalami
pergeseran makna. Perluasan atau penyempitan
Data 33 makna dilihat dari definisi kamus. Makna yang
ambrol [ambrol] ambrol [ambrɔl] dijadikan dasar adalah makna BS sehingga
perluasan atau penyempitan makna terjadi pada BJ.
bedah; jebol karena sudah runtuh
lapuk (jala ikan)
Data 36
[borojol] [brɔjɔl]
Kata [ambrol] BS dan [ambrɔl] BJ memiliki
bentuk dan bunyi yang sama. Akan tetapi, kedua keluar (bayi) jatuh keluar dari bungkusan; bayi
keluar/lahir; sesuatu keluar dari
kata itu memiliki makna yang berbeda. Dalam pelepasan
BS /ambrol/ bermakna jebol (rusak) karena

250 , Vol. 29, No. 2, Desember 2017 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)
Halaman 239 — 252 (Emma Maemunah) The Meaning of “Fall” in Sundanese and Javanese Languages

Kosakata [borojol] mengalami perluasan Data 39


makna dalam BJ. Kata [borojol] dalam BS [sanduŋ] [sanḍuŋ]
bermakna proses keluarnya bayi ketika dilahirkan. tersandung; tersandung; terjatuh
Sementara itu, dalam BJ [brɔjɔl] memiliki makna menikah lagi tanpa karena kaki menyandung
yang lebih luas. Makna pertama adalah proses menceraikan istri sesuatu (batu, kayu, dan
keluarnya bayi ketika dilahirkan. Makna kedua sebelumnya. sebagainya)
adalah jatuhnya/keluarnya sesuatu yang berada
dalam bungkusan. Misalnya, jatuhnya/keluarnya Kosakata [sanduŋ] mengalami penyempitan
kelapa dari dalam karung. Makna ketiga adalah makna dalam BJ. Kata [sanduŋ] dalam BS memiliki
sesuatu yang keluar dari pelepasan. dua makna. Makna pertama adalah jatuh yang
terjadi karena kaki menyandung atau menendang
Data 37 sesuatu (batu, akar pohon). Makna kedua adalah
[tiba] [tibɔ] seorang pria yang melakukan pernikahan lagi
tanpa menceraikan istri sebelumnya. Sementara
jatuh (untuk talak) jatuh yang dapat terjadi pada
manusia atau pun benda itu, dalam BJ [sanḍuŋ] memiliki satu makna, yaitu
tersandung; terjatuh karena kaki menyandung
Kosakata [tiba] pun mengalami perluasan sesuatu (batu, kayu, dan sebagainya).
makna dalam BJ. Kata [tiba] dalam BS bermakna
Data 40
jatuh, tetapi jatuh tersebut tidak terjadi pada
manusia secara fisik atau pun benda. Jatuh yang [cǝblok] [cəblɔ?]
dimaksud adalah jatuh pada satu perihal, yaitu jatuh dengan kaki masuk sesuatu yang
talak. Sementara itu, dalam BJ [tibɔ] memiliki ke dalam lumpur dan sukar jatuh dari
diangkat/dicabut; sesuatu/ atas (buah;
makna yang lebih luas. Makna [tibɔ] dapat terjadi barang yang jatuh masuk ke kelapa)
pada manusia secara fisik atau pun benda. dalam tanah, macet di dalam
tanah sampai tidak bisa
Data 38 diangkat/dicabut
[utah] [utah]
keluarnya makanan makanan yang keluar Kosakata [cǝblok] mengalami penyempitan
atau minuman dari lagi dari mulut; makna dalam BJ. Kata [cǝblok] dalam BS
dalam perut (muntah) tumpah (sesuatu yang bermakna jatuh, tetapi jatuh tersebut dapat terjadi
keluar dari wadahnya) pada manusia dan juga pada benda. Pada manusia
[cǝblok] berarti jatuh ke dalam lumpur sampai kaki
tidak dapat diangkat karena terbenam. Begitu pun
Kosakata [utah] mengalami perluasan makna pada benda, [cǝblok] berarti jatuhnya satu benda
dalam BJ Kata [utah] BS dan [utah] BJ memiliki ke dalam lumpur sampai tidak dapat diangkat atau
bentuk dan bunyi yang sama. Akan tetapi, makna dicabut. Sementara itu, dalam BJ [cəblɔ?] memiliki
keduanya berbeda dalam BS dan BJ. Makna [utah] satu makna, yaitu sesuatu yang jatuh dari atas.
dalam BS, yaitu muntah (keluarnya makanan atau
minuman yang sudah dimakan dari dalam perut) SIMPULAN
dan luntur (lepasnya warna pada kain atau material Kosakata “jatuh” dalam bahasa Sunda dan bahasa
lain). Sementara itu, [utah] dalam BJ bermakna Jawa memiliki kekerabatan yang kuat karena
muntah (makanan yang keluar lagi melalui mulut) berasal dari bahasa proto yang sama. Hal tersebut
dan tumpah (sesuatu keluar dari wadahnya). terbukti dengan adanya kosakata yang memiliki
bentuk dan makna yang sama dan memenuhi

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 29, No. 2, Desember 2017 251
Makna Kosakata “Jatuh” dalam Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa (Emma Maemunah Halaman 239 — 252

ketentuan ditemukannya pasangan kata identik, R&D, hlm. 29; 306. Bandung: Alfabeta.
memiliki korespondensi fonemis, memiliki
Wahyuni, Sri. (2010). “Tarik-Menarik Bahasa Jawa
kemiripan secara fonetis, dan memiliki satu fonem Banyumas dan Bahasa Sunda di Perbatasan
berbeda. Selain itu, terdapat kosakata bahasa Jawa Tengah-Jawa Barat Bagian Selatan
Sunda yang memiliki simbol bunyi yang sama, Sebagai Sikap Pemertahanan Bahasa Oleh
tetapi maknanya berbeda dalam bahasa Jawa. Penutur”. Prosiding Seminar Nasional
Kosakata “jatuh” dalam bahasa Sunda dan bahasa Bahasa dan Budaya Pemertahanan
Jawa juga mengalami pergeseran makna—meluas Bahasa Nusantara, (hlm. 72. Program
Magister Linguistik. Program Pasca Sarjana
dan menyempit. Hasil penelitian menunjukkan
Universitas Diponegoro Semarang.
bahwa kekerabatan kosakata BS dan BJ kuat,
meskipun terdapat beberapa perbedaan dalam Wedhawati dkk. (2006). Tata Bahasa Jawa
pemakaian fonem. Mutakhir. Edisi Revisi. Yogyakarta:
Kanisius. Diakses pada Januari 2016.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Internet
Aminuddin. (1998). Semantik: Pengantar Studi
Sudaryat, Yayat, Abud Prawirasumantri, dan
Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru.
Karna Yudibrata. (2003). “Tatabahasa Sunda
Djajasudarma, T.F. (1993). Semantik 1. Pengantar ke Kiwari”. http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._
Arah Ilmu Makna I, hlm. 5. Bandung: Eresco. PEND._BAHASA_DAERAH/196302101987031-
YAYAT_SUDARYAT/TATABASA_SUNDA_
Keraf, G. (1996). Linguistik Bandingan Historis, KIAWI/TATABASA_SUNDA_KIWARI.pdf.
hlm. 22; 25; 35; 128. Jakarta: PT Gramedia. Diakses pada Januari 2016.
Kridalaksana, H. (2011). Kamus Linguistik, hlm. Sudaryat, Y., Abud P., dan Karna Y. (2003).
141; 143. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Tatabahasa Sunda Kiwari (hlm 13).
Utama. http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._
Moleong, L.J. (2004). Metode Penelitian Kualitatif, BAHASA_DAERAH/196302101987031-
hlm. 330. Remaja Rosdakarya. Bandung. YAYAT_SUDARYAT/TATABASA_SUNDA_
KIAWI/TATABASA_SUNDA_KIWARI.pdf
Pateda, M. (2010). Semantik Leksikal, hlm. 119.
Jakarta: Rineka Cipta. Suyanto, Y. dan Sri H. “Pengubahan Grafem
ke Fonem Bahasa Jawa”. https://
Parera, J.D. (2004). Teori Semantik, hlm. 107. shartati.staff.ugm.ac.id/papers/
Jakarta: Erlangga. PengubahanGrafemKeFonemBhsJawa.
pdf. Diakses pada 12 Juni 2017, pukul
Rismanto, R. (2012). “Kekerabatan Kosakata
13.45.
Bahasa Sunda dengan Bahasa Melayu
Betawi di Kota Tangerang Selatan: Kajian J u r n a l . u n p a d . a c . i d / e j o u r n a l / a r t i c l e /
Linguistik Historis Komparatif”. Students download/1567/156. Diakses pada Maret
e-Journals, Vol. 1, No. 1 2012. http://journal. 2016.
unpad.ac.id/ejournal/article/view/1567/1561.
http://www.kamusbahasasunda.com/ Diakses
Sudarno. (1992). Perbandingan Bahasa Nusantara pada Januari 2016.
(hlm. 21). Jakarta: Arikha Media Cipta.
http://www.kamusdaerah.
Soedjito. (1990). Kosa Kata Bahasa Indonesia, com/?bhs=m&bhs2=a&q=jungkel Diakses
hlm. 63. Jakarta: PT Gramedia. pada Januari 2016.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan; http://kamus.ugm.ac.id/jowo.php. Diakses pada
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan Januari 2016.

252 , Vol. 29, No. 2, Desember 2017 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)

Anda mungkin juga menyukai