Anda di halaman 1dari 2

2.2.2 Dasar-dasar Kodifikasi Bahasa Arab.

 
Sebelum era Dinasti Abbasiyah,bangsa Arab,terutama umat islam,belum banyak yang mengenal
pentingnya kodifikasi bahasa atau penyusunan kamus-kamus bahasa arab. Paling tidak,manurut
Dr.Imel Ya’qub, ada 3 faktor yang menyebabkan kenapa bangsa arab belum atau terlambat
dalam hal penyusunan kamus. 

1.Mayoritas bangsa Arab masih ummy (buta huruf) Sebelum Islam datang di Jazirah
Arab,bangsa Arab yang bisa membaca dan menulis dapat dikatakan sangat minim.Nabi
Muhammad SAW sendiri menyatakan,dan Al-Qur’an menegaskan,apa yang telah diketahui
orang-orang pada zamannya,yaitu bahwa beliau buta huruf,dan tak mungkin dapat menyusun Al-
Qur’an.Memang,pada era wahyu Al-Qur,an diturunkan,mayoritas sahabat Nabi juga tidak
banyak yang mampu membaca dan menulis.Kenyataan ini yang menyebabkan masyarakat
bangsa Arab kurang memperhatikan masalah kodifikasi bahasa mereka.Apalagi untuk
mengumpulkan makna kosakata dan menulisnya dalam bentuk kamus.

2.Tradisi nomadisme dan perang. Didalam Jazirah Arab,penduduknya tidak pernah


menetap.perpindahan dari tanah pertanian ke padang rumput dan dari padang rumput ke tanah
pertanian ,terus terjadi,dan menjadi ciri setiap fase sejarah jazirah.Selain tradisi
nomadisme,penduduk jazirah Arab kerap kali berperang antar suku dan golongan.Tradisi
nomadisme dan perang menjadi sebab utama bangsa Arab untuk kurang memperhatikan tradisi
baca tulis dikalangan mereka.

3.Lebih senang dengan bahasa lisan. Tak dapat dipungkiri jika bangsa Arab sangat fanatik
dengan bahasa lisan.Mereka lebih mengagungkan tradisi muhadatsah.khitabah dan
syair.Barangkali,secara geografis,wilayah gurun yang sepi dan kebiasaan migrasi juga berperan
menciptakan tradisi sastra dukalangan mereka.

Ketiga faktor diatas mengakibatkan bangsa Arab sangat tertinggal dengan bangsa lain dalam hal
kodifikasi bahasa atau penyusunan kamus-kamus berbahasa arab. Sekalipu demikian,bukan
berarti sebelum era Dinasti Abbasiyah,bangsa Arab sama sekali tidak mengenal kamus,sebab
leksikologi-dalam arti ilmu yang berusaha mengungkap makna-telah menjadi perbincangan di
jazirah Arab.Ide-ide leksikon itu semakin berkembang pesat dikalangan bangsa Arab,terutama
umat Islam,seiring dengan aktifitas mereka dalam usaha memahami dan menginterpretasikan
ayat-ayat suci Al-Qur’an. 

Salah satu buktinya adalah riwayat Abu Ubaidah dalam Al-Fadhail dari anas bahwa ketika
Khalifah Umar bin Khaatab ra.(584-644 M) berkhutbah diatas mimbar,beliau membaca ayat :
‫“ وفاكهة وأبّا‬Dan buah-buahan serta rumpu-rumputan” Lalu,Umar berkata:”Arti kata fakihah (buah)
telah kita ketahui,tetapi apakah makna kata abb pada ayat tersebut?”. Ibnu Abbas ra. Juga pernah
mempertanyakan makna dari kata “Fatir” dalam firman Allah SWT surat Fatir ayat 1.Untuk
mencari tahu makna kata tersebut, Ibnu Abbas ra. Rela masuk ke daerah-daerah pelosok desa di
wilayah Arab Badui yang dikenal masih memiliki kebahasaan yang asli.Kala itu,Ibnu Abbas
melihat 2 orang di dusun yang sedang bertengkar tentang masalah sumur,salah seorang
berkat:”Ana Fathartuha” (maksudnya,sayalah yang pertama kali membuatnya).Dengan peristiwa
ini,akhirnya Ibnu Abbas bisa memahami bahwa tafsir dari kata fathir berarti “pencipta”.

Anda mungkin juga menyukai