Dengan sistematika ini,maka kamus ma’ani lebih tepat disebut dengan kamus tematik. Kamus-
kamus tematik berbahasa Arab,antara lain:Al-Gharib Al-Mushannaf karya Abu Ubaid Al-Qasi
bin Salam (150-244 H),Al-Alfadz Al-Kitabiyyah karya Abdurrahman Al-Hamdzani (w.320
H),Mutakhayyir Al-Alfadz karya Ibnu Faris (w.395 H),Fiqh Al-Lughah wa Sir Al-‘Arabiyyah
karya Abu Mamsyur Al-Tsa’labi (w.429 H),Al-Mukhashshah fi Al-Lughah karya Ibnu Sydah
(398-458 H) dan Kifayah Al-Mutahaffidz wa Nihayah Al-Muthalaffidz karya Ibnu Al-Ajdani (w
600 H).
Pencarian makna kata dengan cara melihat lafal menjadi Trademark kamus-kamus bahasa
Arab.Bhkan,kamus-kamus tematik hanya dipandang sebagai kitab-kitab yang membahas tafsir
makna sebagaimana kitab-kitab tafsir Al-Qur’an dan bukan lagi sebagai kamus bahasa. Dalam
sejarah perkembangan Leksikon bahasa Arab,Paling tidak terdapat 5 model sistematika (nidzam
tartib) yang pernah digunakan leksikolog arab dalam menyusun kamus-kamus lafal,yaitu:Nidzam
Al-Shauty (Sistem Fonetik),Nidzam Al-Alfaba’i Al-Khas (Sistem Alfabetis Khusus),Nidzam Al-
Qafiyah (Sistem Sajak),Nidzam Al-Alfaba’i Al-‘Aam (Sistem Alfabetis Umum) dan Nidzam Al-
Nutqi (Sistem Artikulasi).
Khalil rela bergaul dengan penduduk Arab Badui di pedalaman untuk memahami makna bahasa.
Hidupnya habis demi perkembangan ilmu bahasa dan sastra Arab. Pada akhirnya, Khalil pun
tumbuh menjadi salah satu ulama terbesar di bidang ilmu bahasa Arab. Ia adalah ulama yang
menguasai ilmu nahwu(sintaks), bahasa(Linguistik),dan satra Arab. Selain itu, ia juga mumpuni
di bidang ilmu matematika, ilmu syariat(hukum Islam), dan seni musik. Melalui karyanya yang
berjudul Mu’jam Al ‘Ain, Khalil dikenal sebagai peletak dasar-dasar leksikologi, sehingga tak
berlebihan jika Khalil disebut sebagai ‘Bapak Leksikolog Arab’.
2. Abu Amr Assyaibani Abu Amr adalah ulama yang paling memahami dialek dan bahasa
bangsa Arab. Bahkan ia dikenal sebagai ulama yang paling paham tentang kalimat-kalimat
asing(gharib-alnawadir). Sejak masa remaja , ia gemar belajar bahasa Arab bersama kawan-
kawannya di seluruh pelosok desa dan bergaul dengan orang-orang badui di pedalamab untuk
memahami dialek dan bahasa Arab yang mereka ucapkan. Akhirnya , ia pun menulis beberapa
buku yang memuat koleksi (baca; diwan) bahasa dan dialek orang Kufah dan Baghdad sekaligus.
3. Abu Mansyur Al Azhari Al Harawi Abu Mansyur Al Azhari telah menulis kitab, seperti
Tadzhib Al Lughah. Latar belakangnya adalah sosial masyarakat di sekitar Abu Mansyur Al
Azhari yang selalu menjunjung tinggi bahasa Arab Fushah, dan menolak intervensi bahasa Arab
ammiyah(pasaran).Tadzhib Al Lughah berarti “usaha untuk membenarkan atau mengembalikan
kemurnian bahasa Arab”.
4. Ibnu Jinni Nama lengkap Ibnu Jinni adalah Abul Fath Utsman bin Jinni Al-Mushily(320-390
H/932-1001 M). Ia adalah ulama terkenal di bidang ilu nahwu dan sastra . Masa kecilnya
dihabiskan di kota Mosul, Irak, Konon, ayahnya bekerja sebagai pembantu setia seorang hakim
di Mosul bernama Sulaiman bin Fahd Al-Azdi. Sekalipun demikian ,status sosial itu tidak
menyurutkan Ibnu Jinni menuntut ilmu dan memperoleh pendidikan seperti anak-anak lainnya.
Karya ilmiah yang berhasil ditulis oleh Ibnu Jinni mencapai 67 buku. Namun, bukunya yang
paling populer hingga kini adalah Al Khashaish, sebuah buku yang isinya komprehensip meliputi
dasar-dasar ilmu nahwu , kaidah usul fiqh , dan nahwu, dan analisi leksikologis terhadap makna-
makna kosakata bahasa Arab.
Buku yang terdiri dari 162 bab ini , pernah ia hadiahkan kepada Sultan Baha’uddin Al Buhaiwi,
tepatnya setelah guru Ibnu Jinni meninggal dunia.\ Di bidang fiqih , Ibnu Jinni mengikuti
mazhab Imam Hanafi. Di bidang aqidah , ia lebih memilih sebagai pengikut mu’tazilah dan di
bidang ilmu nahwunya condong ke mazhab ulama Bashrah. Beberapa pendapat Ibnu Jinni yang
mengundang kontroversin di dalam kitab al Khashaish, antara lain: kritiknys terhadap
kekurangan Al-kitab karya Sibawaih dan pendapatnya yang menyatakan bahwani ilmu bahasa
Arab termasuk akidah Islam. Dan selain para tokoh-tokoh leksikolog Arab masih ada beberapa
tokoh lain yang akan di lain kesempatan. Seperti Ismail bin Qasim Al-Qoli Al-Baghdadi, Ibnu
Duraid, Ibnu Faris Al- Razi, Ismail bin Hammad Al-Jawhari , Ibnu Mandzur Al-Afriqi ,
Muhammad bin Ya’qub Al-Fairuzbadi, Butrus Al-Bustani , Lewis bin Nuqala , Abdullah
Al-‘Ulayali, Ali bin Muhammad Al-Jurjani, Ibnu Siddah , Ibnu Al-Sikkit dan lain-lain.
Kesimpulan :
1. leksikologi adalah ilmu yang membahas tentang kosakata dan maknanya dalam sebuah bahasa
atau beberapa bahasa.
2. Faktor kodifikasi bahasa Arab: a) antisipasi kepunahan bahasa Arab,b) empirisme bangsa
Arab , c) sebagai keterampilan belajar Bangsa Arab, d) ciri bahasa Arab yang multimakna , e)
membedakan antara bahasa Arab Fushah dan bahasa Arab ‘Amiyah
3. Dasar- dasar kodifikasi bahasa Arab: a) Mayoritas masyarakat Arab yang masih ummi , b)
Tradisi nomadisme dan perang , c) Lebih senang dengan bahasa lisan.
4. Faktor pendorong penyusunan bahasa Arab:
a) Kebutuhan bangsa Arab untuk menafsirkan ayat-ayat al Qur’an ,
b)Keinginan bangsa Arab untuk menjaga eksistensi bahasa dalam bahasa tulis ,
c) Banyaknya buku-buku tafsir yang terbit pada masa awal kodifikasi al Qur’an dan hadis
tentang gharaib ,
d) Munculnya ilmu-ilmu metedeologis pertama dalam Islam
5. Tahapan kodifikasi bahasa Arab: a) tahap kodifikasi non-sematik , b) tahap kodifikasi
tematik , c) tahap kodifikasi sistematik
6. Sistematika penyusunan mu’jam terbagi menjadi dua; sistem makna dan sistem lafal.
7. Tokoh-tokoh leksikolog Arab seperti Khalil ibn Ahmad Al Farahidi, Abu Amr Asy Syaibani ,
Abu Mansyur Al Azhari Al Harawi, Ibnu Duraidi , Ibnu Faris Al Razi , Ibnu Jinni , Ismail bin
Hammad Al Jawhari, Ibnu Mandzur al Afriqi dan lain-lain.
Daftar Pustaka
Taufiqurrahman, H.R, M.A.2008.Leksikologi Bahasa Arab. Yogyakarta: UIN MALANG-PRES