Anda di halaman 1dari 2

NAMA : ADZKA ZAMZAMI AL ‘AM

MATA KULIAH : FIQH LUGHOH


DOSEN PENGAMPU : DEDE MAEMUNAH. S.Pd.I. MA

SEJARAH FIQH LUGHOH DI KALANGAN ARAB

Nama fiqhu al-lughah sudah ada pada zaman dahulu,


pembahasannya belum sempurna sebagaimana yang ada sekarang ini.
Penamaan fiqhu al-lughah di mulai atas penamaan kitabnya abu mansur
abdul malik bin muhammad ats-tsa’aalaby yang wafat pada tahun 429 H,
yang bernama fiqhu al-lughah. Namun nama ini tidaklah sesuai dengan
isinya dimana kesemuanya itu membahas tentang bahasa serta yang
berkaitan dengannya. Namun, hanya sebuah pembahasan saja didalamnya
yang berkaitan dengan judul bukunya yaitu hanya terdapat pada bab
terahir yang berjudul sirrul a’rabiyah. Kitab Ibnu Faris dan Tsa’labi dalam
analisisnya sesuai dengan masalah kata-kata Arab. Maka objek
fiqhullughah menurut mereka berdua adalah identifikasi kata-kata Arab
dan makna-maknanya, klasifikasi katakata ini dalam topik-topik, dan
kajian-kajian yang berkaitan dengan hal itu. Di samping itu, kitab Ibnu
Faris mencakup seperangkat masalah teoretis sekitar bahasa. Di antara
masalah yang paling menonjol adalah masalah lahirnya bahasa. Apabila
para ulama telah berbeda pendapat tentang hal itu, lalu sebagian mereka
melihatnya sebagai suatu istilah atau konvensi sosial, maka Ibnu Faris
menolak pendapat ini dan ia menganggapnya sebagai tauqif, yaitu sebagai
wahyu yang diturunkan dari langit.

Objek bahasa dan objek keterkaitan bahasa dengan wahyu tidak


termasuk dalam kerangka masalah-masalah linguistik modern karena
tidak mungkin dikaji dua objek dengan kriteria-kriteria ilmiah yang
akurat. Juga, kitab Tsa’labi mencakup bagian kedua, yaitu sirrul
‘Arabiyyah. Dalam bagian kedua Tsa’labi telah mengkaji sejumlah topik
yang berkaitan dengan bangun kalimat bahasa Arab. Akan tetapi kedua
pengarang itu bersepakat bahwa fiqhullughah adalah mengkaji makna
kata-kata dan mengklasifikasikannya ke dalam topik-topik. Ahmad bin
Faris membatasi maksud fiqhullufhah dalam mukaddimah bukunya yang
tersebut tadi. Lalu dia mengatakan bahwa ilmu bahasa Arab terbagi atas
dua bagian: asal (pokok) dan far’i (cabang). Adapun Far’i adalah
pengetahuan tentang isim dan sifat. Dan inilah yang dimulai ketika
belajar. Adapun asal (pokok) adalah pembicaraan tentang topik, prioritas,
dan sumber bahasa kemudian tentang tulisan Arab dalam dialog dan
variasi seninya, baik secara hakiki maupun majazi.

Fiqh lughah klasik dan modern


Para ahli bahasa membatasi kajian fiqh lughah pada kajian bahasa
yang tidak bergantung pada kaidah. Setelah islam muncul, barulah
sempurna semua ilmu bahasa di kalangan bangsa arab. Fiqh al-lughah
sendiri belum seperti penamaannya sekarang ini, dahulu fiqh-lughah di
sebut dengan “Sunan al-Arabiy fi Kalamiha”. Dengan alasan di atas kita
bisa berkata bahwa fiqh al-lughah klasik itu baru berbentuk wacana dan
belum mendapatkan kejelasan, sebab orang –orang pada zaman lalu
mendapatkan pengetahuan hanya berupa berita yang dibicarakan dari
telinga ke telinga. Dalam buku yang lain dijelaskan, Fiqh lughah klasik
masih membicarakan persoalan asal mula bahasa, apakah ia pemberian
tuhan atau adalah sebuah proses. Menurut ibnu Faris (wafat 385 H),
berkata bahwa bahasa arab itu adalah pemberian langsung dari tuhan,
berdasarkan pada dalil surah al-Baqarah ayat 31 Dan Dia mengajarkan
kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang
yang benar!”. Sedangkan pada sekarang ini (fiqh al-lughah modern)
meneliti agar dapat mengetahui sumber bahasa, sejarah yang menyangkut
aspek budaya, kajian bahasa dan hal inilah yang mencegah orang
melakukan penyimpangan suatu ilmu dalam bahasa arab dan suatu makna
dengan makna aslinya.

Ada yang mengatakan fiqh al-lughah itu matan atau ensiklopedi


sebab didalamnya membicarakan atau membahas tentang bahasa-bahasa
serumpun (samiyah) dengan bahasa arab. Perbedaan – perbedaan dialek
mereka, bunyi – bunyi pengucapan bahasa. Objek kajian fiqh al-Lughah
seperti ini disebut dengan fiqh al-lughah (muqarran) komparatif atau
sederhananya adalah metode perbandingan bahasa. Adanya perbedaan
penelitian dalam fiqh al-lughah disebabkan oleh pengetahuan tentang
mufradat bahasa arab. Jumlahnya, cara bacanya, penulisan dan
penyebutannya. Hal ini menimbulkan 3 pecahan pembahasan fiqh al-
lughah:

- Pertama yang meneliti tentang sejarah: memfokuskan


ataumenggali asal – usul bahasa yang pertama. Perbedaan satu
bahasa dengan bahasa yang lain.

- Yang kedua ilmu south (bunyi) menggali serta mencari


informasi dialek serta bahasa dan pengucapannya, serta
perkembangan dan perubahan bunyi bahasa. - Yang ketiga ilmu
dalalah memfokuskan kajiannya pada perkembangan lafadz-lafadaz
bahasa, manfaatnya serta kandungan yang terdapat di balik sebuah
makna.

Anda mungkin juga menyukai