Anda di halaman 1dari 11

Antara Fiqh al-Lughah dan Ilm al-Lughah

Ika Amrikhanifah

Bahasa dan Sastra Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Indonesia

Ika.amri17@mhs.uinjkt.ac.id

Abstrak

Pada artikel ini bertujuan untuk mengetahui definisi, persamaan, serta perbedaan dari fiqh
al-lughah dan ilm al-lughah. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian
kepustakaan, yaitu penelitian yang mengkaji temuan serta menjabarkan teori untuk topik dalam
penelitian ini. Jika dilihat dari pendapat para ahli kuno, kedua istilah tersebut tidak memiliki
perbedaan karena keduanya mempunyai pengertian yang serupa, baik itu fiqh al-lughah maupun ilm
al-lughah keduanya sama-sama membahas materi ujaran-ujaran atau lafadz-alafadz bahasa Arab.
Namun, jika dilihat dari pendapat para ahli bahasa kontemporer kedua istilah tersebut ada yang
menyamakan dan membedakannya. Materi yang terdapat dalam fiqh al-lughah memang lebih luas
dan lengkap, karena membahas tentang sejarah peradaban, sastra, budaya dan pembahasan perihal
kehidupan yang berakal. Maka dari itu, para ahli fiqh al-lughah sangat memperhatikan pembagian-
pembagian bahasa. Adapun pembahasan ilm al-lughah lebih menekankan kepada analisa
kebahasaan itu sendiri dari struktrur kebahasaan yang obyek bahasannya bahkan disamakan
dengan linguistik era modern.

Kata Kunci : Definisi, Persamaan, Perbedaan.


PENDAHULUAN

Semua manusia, dari mana pun berasal tentu mempunyai bahasa. Begitu
mendasar berbahasa ini bagi manusia, sama halnya seperti bernafas yang begitu
mendasar dan perlu dalam hidup manusia. Jika tidak mempunyai bahasa, maka akan
kehilangan kemanusiaan kita. Beberapa ahli menurunkan definisi bahasa dari
berbagai macam kepentingan dan sudut pandang yang berbeda. Ini dapat dijadikan
pertanda bahwa bahasa menempati tempat yang penting dalam kehidupan manusia,
dan bahasa mempunyai sifat yang tidak statis. Mansoer Pateda dalam bukunya,
Linguistik Sebuah Pengantar mendefiniskan bahwa bahasa adalah bunyi-bunyi yang
bermakna. Definisi ini menyiratkan bahwa bahasa yang berwujud bunyi dan dapat
didengar itu di dalamnya mengandung isi. 1 Menurut istilah Bahasa adalah alat
komunikasi antaranggota masyarakat berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia. 2
Fiqh al-lughah pada sekarang ini (fiqh al-lughah modern) lebih sering
dikatakan sebagai ilmu yang meneliti sumber bahasa, sejarah yang menyangkut
aspek budaya, kajian bahasa dan sebagainya. Dalam kacamata modern, fiqh al-
lughah merupakan suatu ilmu yang spesifikasinya pada sejarah bagaimana bahasa
Arab dapat muncul dan berkembang sampai sekarang ini. 3 Sedangkan ilm al-lughah
mempelajari “bahasa untuk bahasa”, yang selama ini kita kenal dengan istilah ilmu
linguistik yang tersusun dari empat bidang utama yaitu phonetic, morphology, syntax
grammar, dan semanties.
Menurut para ahli bahasa Arab kuno istilah fiqhul lughah sama dengan istilah
ilm al lughah. Sedangkan, para ahli bahasa kontemporer istilah fiqh al-lughah dan
ilm al-lughah terbagi menjadi dua kelompok, ada kelompok pertama yang mengikuti
pendapat para ahli bahasa kuno yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara
istilah fiqh al-lughah dengan ilm al-lughah. Adapun kelompok kedua adalah
kelompok yang menyatakan bahwa istilah fiqh al-lughah dan ilm al-lughah itu

1
Ade Nandang and Abdul Kosim, Pengantar Linguistik Arab (PT Remaja Rosdakarya, 2018), h.31.
2
Rina Devianty, ‘Bahasa Sebagai Cermin Kebudayaan’, Jurnal Tarbiyah, Vol. 24, No.2 (2017), 227–
28.
3
Durrotun, Fiqh Al-Lughah Fi Al-Dirasat Al-Lughawiyah ’Indal ’Arab’, h. 7.
berbeda. 4 Pada artikel ini akan dikupas persamaan dan perbedaan dari fiqh Al-lughah
dan ilm Al-lughah, tidak lupa pula dipaparkan definisi dari keduanya untuk
memperkuat penyataan.
Dari latar belakang diuraikan di atas dapat dirinci ke dalam dua sub bab,
sehingga peneliti mengambil rumusan masalah yaitu bagaimana persamaan dan
perbedaan antara fiqh al-lughah dan ilm al-lughah.
Dengan begitu dapat diketahui batasan masalahnya. Sebelum itu, pengertian
dari batasan masalah yaitu sesuatu yang berkaitan dengan pemilihan masalah dari
berbagai permasalahan yang telah diidentifikasikan. 5 Sehingga dapat dilihat
penelitian ini lebih memfokuskan terhadap bahasan tentang persamaan dan
perbedaan dari fiqh al-lughah dan ilm al-lughah.
Artikel ini mencoba mengkaji fiqh al-lughah dan ilm al-lughah. Berdasarkan
latar belakang dan perumusan masalah di atas, sehingga penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dari fiqh al-lughah dan ilm al-lughah.
Penelitian ini memiliki manfaat secara teoritis dan praktis, secara teoritis
pembahasan ini diharapkan dapat memberikan wawasan pengetahuan kepada
pembaca mengenai persamaan dan perbedaan dari fiqh al-lughah dan ilm al-lughah.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan khasanah
hasil-hasil pembahasan mengenai fiqh al-lughah dan ilm al-lughah.

4
Muh Yunus, ‘Fiqhul Lughah : Perbedaan Antara Istilah Ilmul Lughah (linguistik) dan Fiqhul Lughah’,
2020 <https://www.youtube.com/watch?v=GoFKS17xWjY>.
5
Muh Tahir, Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan (Makassar, 2011).
METODOLOGI

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), yaitu


serangkaian penelitian yang berkenaan dengan metode pengumpulan data
pustaka, atau penelitian obyek penelitiannya digali melalui beragam informasi
kepustakaan (buku, jurnal ilmiah, majalah, dokumen, dan lain-lain). Penelitian
ini termasuk ke dalam penelitian kepustakaan karena dalam mencari data primer
dan sekunder melalui kajian literatur dan kajian pustaka yang berkaitan dengan
fiqh al-lughah dan ilm al-lughah. Adapun sifat dari penelitian ini adalah analisis
deskriptif, yaitu penguraian data yang diperoleh, lalu diberikan penjelasan agar
dapat dipahami dengan baik oleh pembaca.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik hermenuitik. Dilihat
dari penjelasan menurut Hamidy dan Edi Yusrianto yaitu teknik baca, catat dan
simpulkan. Langkah-langkah yang peneliti lakukan sebagai berikut:
a. Baca, yang dilakukan pertama-tama oleh peneliti adalah membaca buku,
jurnal, artikel atau referensi yang terkait dengan fiqh al-lughah dan ilm al-
lughah.
b. Catat, setelah peneliti membaca dan menemukan data penelitian yang
diperlukan maka data-data tersebut dicatat.
c. Simpulan, kemudian peneliti menyimpulkan data-data yang akan digunakan
sebagai data penelitian yang akan dilakukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Definisi Fiqh al-Lughah dan Ilm al-Lughah


Kata “fiqh” berasal dari akar kata (‫ه‬,‫ق‬,‫)ف‬. Dalam kamus “Lisan al-
Arab”, kata “fiqh” berarti mengetahui sesuatu, dan memahaminya. Kata fiqh
lebih sering digunakan dalam pembahasan ilmu agama. Secara terminologi,
fiqh al-lughah berarti ilmu yang mempelajari bahasa, kebudayaan, pranata,
dan sejarah suatu bangsa sebagaimana terdapat dalam bahan-bahan tertulis.
Dengan demikian, fiqh al-lughah adalah studi sejarah atau
perkembangan kronologis dari suatu bahasa. dalam studi sejarah tersebut,
bahasa itu diamati sebagai “makhluk” yang berkembang dari bahasa tua
misalnya sampai menjadi bahasa sekarang. 6
Di sisi lain, dalam beberapa literatur berbahasa Arab, ditemukan pula
istilah fiqh al-lughah. Istilah ini muncul pada tahun ke-4 H oleh Ahmad bin
Faris seiring dengan kitab yang dia beri judul dengan “‫ ’’الصاحبي في فقه اللغة‬dan
Abi Mansur al-Tsa’aliby dengan kitabnya “‫’’فقهاللغة و سر العربية‬. 7
Muhammad Bin Ibrahim al-Hamad mendefiniskan fiqh al-lughah
dalam beberapa aspek. Dilihat dari segi leksikal, fiqh al-lughah tersusun dari
dua kata yaitu fiqh dan lughah. Fiqh bermakna tahu akan sesuatu, cerdas dan
paham. Sebagian ulama berpendapat bahwa fiqh lebih khusus daripada ilmu.
Salah satunya Raghib al-Shafahani. Beliau berpendapat bahwa fiqh adalah
proses memahami ilmu yang masih belum nyata menggunakan ilmu yang
sudah nyata, oleh karena itu ia lebih khusus dibandingkan fiqh. Sementara
lughah secara etimologi berasal dari kata ‫لغا يلغو‬: ketika berbicara; maknanya
ialah kalam. Sedangkan makna secara secara terminologi masih
diperdebatkan, namun yang paling terkenal ialah pendapat Abu Al Fath Ibnu
Jini dalam kitabnya Al Khoshois yang mendifinisikan lughah sebagai suara
yang digunakan oleh sekolompok orang untuk menyampaikan tujuan mereka.
Secara struktural, fiqh al-lughah dapat didefinisikan dari segi
etimologi dan terminologi. Secara etimologi ia berarti memahami bahasa,
mengerti dan mengetahui hakekat atau seluk beluknya. Sementara itu, dilihat

6
Sahkholid Nasution, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Sidoarjo: CV. Lisan Arabi), h. 6.
7
Hatim Shalih al-Dhamin, ’Ilm al-Lughah (Baghdad: Jami’ah Baghdad), h. 33.
dari segi terminologis, fiqh al-lughah berarti ilmu yang mendalami kajian-
kajian bahasa, baik itu dari segi kosakata, struktur, karakteristik, morfologi,
sintaksis, semantik dan perubahan-perubahan lain, problem-problem yang
muncul di sekitar bahasa dan lain sebagianya. 8
Sedangkan ilm al-lughah dalam literatur berbahasa Arab, di antaranya
dikemukakan oleh ‘Atiyah, bahwa kata linguistik diterjemahkan dengan ilm
al-lughah. Secara etimologi, kata il al-lughah terdari dari dua kata ‘ilm dan
lughah. Kata ‘ilm dalam bahasa Indonesia diartikan ilmu pengetahuan, dan al-
lughah berarti bahasa. Dengan demikian pengertian ilm al-lughah secara
etimologi adalah ilmu tentang bahasa. 9
Ilmu lughah berasal dari kata ‘ilmu dan lughah, ilmu yang berarti
sebuah ilmu dan dapat diartikan sebagai hasil dari pengetahuan manusia untuk
memahami suatu objek tertentu. Ilmu lughah atau Ilmu bahasa merupakan
ilmu pengetahuan yang digunakan oleh manusia untuk memahami sistem dari
lambang yang dipakai untuk berkomunikasi. Sederhananya, ilmu bahasa
adalah ilmu yang membahas tentang bahasa atau ilmu yang digunakan untuk
mengkaji bahasa atau ilmu yang objek kajiannya bahasa atau ilmu yang
mengkaji seluk beluk bahasa. 10
Istilah Al-lughah dapat diartikan sebagai sesuatu yang membahas
kosa-kata secara keseluruhan baik itu jenis maupun bentuknya. Kata al-lughah
berarti pembahasan tentang kosa-kata, jenis-jenisnya yang terdapat di dalam
kamus-kamus dan buku-buku.
Istilah ilmu lughah menurut sebagian ahli linguis modern yaitu
pembahasan tentang lafadh-lafadh yang termasuk dalam topik-topik dengan
pembahasan pengertiannya. Menurut Ridha Istirar Bazhi, ilmu lughah adalah
pembahasan tentang lafadh-lafadh. Sedangkan menurut Ibnu Jinni ilmu al-
lughah adalah penjelasan tentang topik-topik kebahasaan.11

8
Durrotun, Fiqh Al-Lughah Fi Al-Dirasat Al-Lughawiyah ’Indal ’Arab’, h. 7.
9
Sahkholid Nasution, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Sidoarjo: CV. Lisan Arabi), h. 2.
10
Ahmad Tricahyo, Pengantar Linguistik Arab (Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press, 2011).
11
Henni Amalia, 'Analisis Pemikiran Ibnu Faris Mengenai Ilmu Lughah dalam Kitab Ash-Shahiby’,h.9.
B. Persamaan Fiqh al-Lughah dan Ilm al-Lughah
Menurut beberapa ahli agaknya sukar membedakan antara dua
peristilahan yakni fiqh al-lughah dan ilm al-lughah sebagaimana Subhi Saleh
menyatakan bahwa, sukar untuk menarik batasan perbedaan antara fiqh al-
lughah dan ilm al-lughah karena pembahasannya tumpang tindih di kalangan
para pakar bahasa Barat maupun bahasa Timur. Kalau ada perbedaan di antara
kedua ilmu itu dari perbedaan istilah, maka itu adalah perbedaan yang tidak
mendasar. Oleh karena itu, disarankan kepada peneliti bahasa modern untuk
tidak mengganti satu peristilahan yang tidak perlu, dan agar supaya membuat
generalisasi terhadap semua kajian bahasa, karena semua ilmu adalah fiqh dan
semua obyek kajian ilm al-lughah disebut fiqh.
Dua tokoh terdahulu yaitu abd wahid Wafiy dan Subhi Shaleh dan
selainnya jelas menyamakan antara fiqh al-lughah dan ilm al-lughah.
Peradiksi yang menyamakan antara fiqh al-lughah dengan ilm-al-lughah
berlangsung sampai munculnya pakar bahasa modern.
Di antara para pakar bahasa modern yang cenderung membedakan
kedua ilmu ini yaitu Kamal Basyar, yang merupakan seorang pakar bahasa
modern yang menyatakan bahwa pembahasan fiqh al-lughah mencakup dua
topik utama. Pertama adalah riset untuk ensiklopedia dan hal-hal yang
berkaitan dengannya, ditambah dengan problematika kosa kata dari segi
makna dan keistimewaannya, serta sinonim dan akronimnya. Kedua ialah
mencakup studi general tentang mukaddimah ilmu ini atau berupa pengantar
seperti pembahasan tentang dialek-dialek, fungsi bahasa, asal-usul dan
sumber-sumbernya, ide analogi dan takwil, kemudian ia menambahkan
pembahasan modern dalam fiqh al-lughah yaitu mencakup riset tentang
problematika dan hal-hal yang berkaitan dengan bahasa. 12
Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu bahwa para pakar bahasa
di era klasik hampir tidak dapat membedakan secara detail kedua peristilahan
yakni fiqh al-lughah dan ilm al-lughah, karena kedua peristilahan itu tumpang
tindih pemakaiannya dalam membahas tentang bahasa dan hal-hal yang

12
Imel Badi’ Yaqub, Fiqh Al-Lughah Wa Khasaisuha (Beirut: Dar al-Tsaqafah al-Islamiyah, t.th), h. 30-
31.
berkaitan dengannya.13 Dapat dikatakan bahwa persamaan antara fiqh al-
lughah dan ilm al-lughah ialah keduanya menjadikan bahasa sebagai obyek
penelitian. 14
C. Perbedaan Fiqh al-Lughah dan Ilm al-Lughah
Banyak yang beranggapan bahwa fiqh al-lughah sama dengan ilm al-
lughah, ada pula yang menganggap bahwa kedua istilah tersebut berbeda.
Sehingga pada sekarang ini sering terjadi permasalahan akan kedua istilah
tersebut. Permasalahan itu terjadi karena istilah linguistik dapat diterjemahkan
menjadi ilmu lughah yang lebih dikenal oleh para linguis Arab, namun mereka
lebih dahulu mengetahui istilah fiqh al-lughah. Kedua istilah tersebut dapat
dibedakan dari beberapa segi sebagaimana yang diungkapkan oleh Ya’qub
yaitu :
1. Segi sudut pandang, bahwa ilmu al-lughah mengkaji bahasa untuk bahasa,
sedangkan fiqh al-lughah mengkaji bahasa sebagai sarana untuk
mengungkapkan sebuah budaya.
2. Segi ruang lingkup, karena kajian fiqh al-lughah lebih luas dari pada ilm al-
lughah. Fiqh al-lughah ditunjukkan untuk mengungkap aspek budaya dan
sastra. Sedangkan ilm al-lughah hanya memusatkan pada kajian struktur
internal bahasanya saja.
3. Segi historis, bahwa istilah fiqh al-lughah sudah lebih lama digunakan dari
pada istilah ilm al-lughah.
4. Segi pencetusannya, bahwa ilm al-lughah sudah diberi label sebagai kata
ilmiah secara konsisten, sedangkan fiqh al-lughah masih diragukan
keilmiahannya.
5. Segi kajiannya, mayoritas kajian fiqh al-lughah bersifat historis komparatif,
sedangkan ilm al-lughah bersifat deskriptif sinkronis. Singkat kata fiqhul
lughah pembahasannya lebih luas yaitu membahas tentang bahasa dan budaya,
sedangkan ilm al-lughah pembahasannya mengenai tujuan, fungsi dan
manfaat bahasa itu sendiri. 15

13
Asriyah, ‘Fiqh Lughah, Filologi, Dan Ilmu al-Lughah Serta Linguistik (Sebuah Kajian Komparatif)’,
Jurnal Adabiyah, Vol XV Nomor 2 (2015), h. 136.
14
Sahkholid Nasution, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Sidoarjo: CV. Lisan Arabi), h.6.
15
Henni Amalia, ‘Analisis Pemikiran Ibnu Faris Mengenai Ilmu Lughah dalam Kitab Ash-Shahiby’,9.
Para pakar bahasa di era klasik pun hampir tidak dapat membedakan
secara detail kedua peristilahan yakni fiqh al-lughah dan ilm al-lughah, karena
kedua peristilahan tersebut tumpang tindih pemakaiannya dalam membahas
tentang bahasa dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Akan tetapi dalam
perkembangan dinamika pergerakan bahasa yang begitu pesat di abad modern,
para pakar modern cenderung membedakan kedua jenis ilmu tersebut, atas
dasar sebagai berikut:
1. Secara metodologis ilm al-lughah dan fiqh al-lughah berbeda, karena fiqh al-
lughah mengkaji bahasa sebagai suatu sarana atau alat untuk mempelajari
budaya, peradaban atau kesusastraan, sedangkan ilmu al-lughah mengkaji
subtansi bahasa itu sendiri. Oleh karena itu harus ada perbedaan dalam
mempelajari bahasa sebagai sarana dan belajar bahasa sebagai suatu tujuan.
Hal ini ditegaskan oleh De Saussure yang mengungkapkan bahwa obyek ilm
al-lughah yang benar dan satu-satunya adalah bahasa itu sendiri untuk
subtansinya sendiri.
2. Lapangan pembahasan fiqh al-lughah lebih luas, karena tujuan akhir dari studi
fiqh al-lughah adalah studi tentang peradaban, kesusasteraan dan kehidupan
pemikiran dari segala aspeknya. Oleh karenanya ahli fiqh al-lughah membagi
bahasa dan membandingkan bagian-bagiannya dan kembali menjelaskan
format nash klasik dengan tujuan untuk lebih mengenali cakupan nash tersebut
dari peradaban dan dengan berbagai jenisnya. Dengan demikian fiqh al-lughah
menjangkau lahan yang luas.16
3. Tugas dari para ahli fiqh al-lughah secara dominan adalah dengan melakukan
komparasi secara historis, adapun tugas dari para ahli bahasa adalah dengan
mendeskripsikan dan menyimpulkan.17

16
Asriyah, Fiqh Lughah, Filologi, Dan Ilmu al-Lughah Serta Linguistik (Sebuah Kajian Komparatif),
Jurnal Adabiyah, Vol XV Nomor 2 (2015), 136–37.
17
Yunus, Muh, Fiqhul Lughah : Perbedaan Antara Istilah Ilmul Lughah (linguistik) dan Fiqhul Lughah,
2020 <https://www.youtube.com/watch?v=GoFKS17xWjY>
KESIMPULAN
Sehingga dapat disimpulkan bahwa fiqh al-lughah berbeda dengan
ilm al-lughah. Fiqh al-lughah membahas bahasa sebagai wasilah
(perantara) untuk mempelajari sejarah peradaban, sastra, budaya melalui
bahasa itu sendiri. Adapun ilm al-lughah mempelajari bahasa untuk bahasa
itu sendiri, mengkaji bahasa secara non-historis. Cakupan obyek bahasan
dari fiqh al-lughah lebih luas dibandingkan ilm al-lughah, karena
membahas akan nilai sejarah dan budaya bahasa itu sendiri.
Seiring dengan itu, kajian ilm al-lughah bukan hanya satu bahasa
tertentu, tapi hakikat bahasa-bahasa secara keseluruhan, sementara fiqh al-
lughah hanya menyangkut satu bahasa atau kelompok bahasa tertentu
menyangkut asal-usul, karakteristik, dan perkembangannya.
Dilihat dari segi waktu bahwa fiqh al-lughah sebagai suatu istilah
lahir lebih dahulu daripada ilm al-lughah, sehingga bisa dikatakan bahwa
kedudukan fiqh al-lughah sebagai awal permulaan munculnya ilm al-
lughah, sehingga para ahli kuno menyamakan kedua istilah tersebut,
namun para ahli kontemporer ada yang menyamakan dan membedakan
istilah tersebut.

PENGAKUAN
Dalam membuat artikel ini, penulis merasa tidak dapat melakukan
apa-apa tanpa adanya bimbingan dari Dr. Zubair, M.Ag. selaku dosen
pengampu mata kuliah Fiqh al-Lughah, penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada beliau atas bimbingannya sehingga penelitian ini dapat
diselesaikan tanpa ada hambatan. Penulis menyadari masih ada banyak
kekurangan dalam segi apapun, diharapkan bila adanya peneliti lain yang
ingin meneliti hal yang serupa dapat menambah pengetahuannya. Kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis dari para pembaca.
REFERENSI

[1] Amalia, Henni, ‘Analisis Pemikiran Ibnu Faris Mengenal Ilmu Lughah dalam Kitab
ash-Shahibiy’.

[2] Asriyah, ‘Fiqh Lughah, Filologi, Dan Ilmu al-Lughah Serta Linguistik (Sebuah
Kajian Komparatif)’, Jurnal Adabiyah, Vol XV Nomor 2 (2015).

[3] Devianty, Rina, ‘Bahasa Sebagai Cermin Kebudayaan’, Jurnal Tarbiyah, Vol. 24,
No.2 (2017).

[4] al-Dhamin, Hatim Shalih, ’Ilm al-Lughah (Baghdad: Jami’ah Baghdad)

[5] Durrotun, ‘Fiqh Al-Lughah Fi Al-Dirasat Al-Lughawiyah ’Indal ’Arab’.

[6] Nandang, Ade, and Abdul Kosim, Pengantar Linguistik Arab (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2018)

[7] Nasution, Sahkholid, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Sidoarjo: CV. Lisan Arabi)

[8] Tahir, Muh, Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan (Makassar, 2011)

[9] Tricahyo, Ahmad, Pengantar Linguistik Arab (Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press,
2011)

[10] Yaqub, Imel Badi’, Fiqh Al-Lughah Wa Khasaisuha, Bagian III (Beirut: Dar al-
Tsaqafah al-Islamiyah, t.th)

[11] Yunus, Muh, ‘Fiqhul Lughah : Perbedaan Antara Istilah Ilmul Lughah (linguistik)
dan Fiqhul Lughah’, 2020 <https://www.youtube.com/watch?v=GoFKS17xWjY>

Anda mungkin juga menyukai