BAB I
PENDAHULUAN
Sesungguhnya penggunaan linguistik (bahasa) dalam pengkajian Islam telah lama
dipraktekkan oleh para ulama klasik, hanya saja belum ada pendefenisian bahwa apa yang
mereka lakukan merupakan pendekatan linguistik, lihat saja bagaimana Ibnu Katsir
menghadirkan buku tafsirnya, yang masih menjadi rujukan utama hingga hari ini. Pada masa
modern barulah kemudian dirumuskan bahwa apa yang di lakukan para ulama tersebut
adalah pendekatan linguistik dalam upaya pengkajian Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
Ibnu Jinni, seorang linguis Arab mendefinisikan bahasa sebagai bunyi yang digunakan
oleh setiap kaum untuk menyampaikan maksudnya. Bunyi-bunyi bahasa menurut Plato
secara implisit mengandung makna-makna tertentu. Aminuddin mengartikan bahasa
sebagai sistem lambang arbitrer yang dipergunakan suatu masyarakat untuk berkerja sama,
berinteraksi dan mengindentifikasi diri. Sebagai media komunikasi, bahasa harus dapat
dipahami dan dimengerti, untuk itu bahasa harus bersifat sistematis dan sistemis. Bahasa
mesti bersifat sistematis karena bahasa memiliki kaidah atau aturan tertentu, dan bersifat
sistemis karena memilki subsistem, yaitu, subsistem fonologis, subsistem gramatikal dan
subsistem leksikal.
Dalam mencari makna dari sebuah kata ketiga subsistem bahasa tersebut menjadi objek
kajian semantik. Linguistik adalah studi bahasa secara ilmiah dengan fokus utamanya adalah
struktur bahasa, sedangkan tujuan dan objek utamanya adalah bagaimana orang
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Ahli linguistik yang disebut linguis menurut
Verhaar tidak berurusan dengan bahasa sebagai alat pengungkap afeksi atau emosi, atau
bahasa sebagai sifat khas golongan sosial atau bahasa sebagai alat prosedur pengadilan, hal
tersebut menjadi urusan ahli psikologi, sosial dan hukum sedangkan yang menjadi
kekhususan ilmu linguistik adalah bahasa sebagai bahasa.
B. LINGUISTIK DALA PUSAKA ARAB
Sejumlah linguistik arab telah menaruh perhatian terhadap linguistik sejak geraka ilmiah
dalam kerangka daulat islam. Mereka memliki hasil jeri payah dalam bidang fonologi,
morfologi, sintaksis,da kosakat. Orang-orang dayng berkcimbung itu mengklarifikasikan
dalalm dua kelompok yaitu menaruh perhatian terhdap konstrksi bahasa dan menaruh
konstruksi pada kosakata bahasa maknanya. Bidang kajian itu di oleh kelompok pertama di
ilustrasikan sebaai nahwu atau ilmu bahasa arab, san oleh kelompok kedua diilustrsikan
sebagai bahasa atu linguistik atau filologi.
Untuk dapat memahami isi kandungan al-Qur’an dengan baik dan benar, menurut
Doktor A’isyah Abdurahman atau yang biasa dikenal dengan “Bintusy Syathi” paling tidak
dibutuhkan kemampuan dalam memahami mufradat (kosakata) al-Qur’an dan uslub (gaya
bahasa)-nya, dengan pemahaman yang bertumpu pada kajian metodologis-induktif dan
menelusuri rahasia-rahasia ungkapannya. Issa J. Boullata dalam kata pengantarnya terhadap
buku tafsir Bintusy-Syathi’ menjelaskan bahwa, dalam mengkaji al-Qur’an Bintusy-Syathi’
menggunakan empat butir metode yang salah satunya disebutkan, “ karena bahasa Arab
adalah bahasa yang digunakan dalam al-Qur’an, maka untuk memahami arti kata-kata yang
termuat dalam kitab suci itu harus dicari arti linguistik aslinya yang memilki rasa keakraban
kata tersebut dalam berbagai penggunaan material dan figuratifnya”.
Al-Qur’an sebagai sumber dari segala sumber, panduan hidup dan kehidupan, ia tidak
dapat dipisahkan dalam kehidupan umat Islam. Oleh karena itu, banyak para pakar yang
mencoba menggali dan menyelami samudra ilmu yang terkandung didalamnya. Untuk dapat
memahaminya dibutuhkan keahlian dan kemampuan salah satunya adalah penguasaan
bahasa. Menjadi problem bagi umat Islam dalam memahami al-Qur’an yang diwahyukan
dengan menggunakan bahasa Arab, Islam telah tersebar keseluruh penjuru dunia, dianut
oleh semua bangsa dengan bahasa yang beranekaragam. Bahasa menjadi problem yang
cukup mendasar bagi mereka yang ingin mendalami al-Qur’an. bahkan disyaratkan bagi
seorang Faaqih dan ahli tafsir untuk menguasai bahasa Arab. Sesuai dengan firman Allah
SWT yang berbunyi :
Artinya:
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu
memahaminya.” (QS. Yusuf : 2)
Dan Allah juga berfirman lagi dalam ayat lain:
Artinya:
“Dan Demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar)
dalam bahasa Arab . . . “ (QS. Ar-Ra’d : 37)
Mengulang kembali apa yang diungkapkan Shihab setidaknya ada beberapa hal yang
menjadikan al-Qur’an istimewa selain kemukjizatan dan kedalaman maknanya, yakni:
1. Nada dan langgamnya. Huruf dari pilihan kata yang dipilih melahirkan keserasian
bunyi, kumpulan kata melahirkan pula keserasian irama dan rangkaian kalimat ayat-
ayatnya.
2. Singkat dan padat. Susunan kalimatnya terlihat singkat namun padat makna.
3. Memuaskan para pemikir dan orang kebanyakan karena kedalaman kandungan
maknanya.
4. Memuasakan akal dan jiwa.
5. Keindahan dan ketepatan maknanya.
Sepanjang sejarah pemikiran Islam, dari dulu hingga sekarang persoalan mengenai
apakah wahyu turun dalam bentuk verbal atau ide masih terus menimbulkan perdebatan,
Sugiyono menyebutnya dengan istilah misteri teologis, karena ia merupakan sesuatu yang
misterius, sulit dipahami oleh pikiran manusia namun harus diimani. Sebagai fenomena
verbal, wahyu sulit dipahami karena pembicaranya Tuhan dan pendengarnya justru
manusia.
Hal senada juga diungkapkan Al-A’zami bahwa penerimaan wahyu al-Quran ada di luar
jangkauan penalaran akal manusia sehingga dalam memahami penalaran wahyu kita
semata-mata merujuk pada laporan authentic dari Nabi Muhammad dan orang-orang
kepercayaan yang menyaksikan kehidupan beliau. Tetapi sehubungan diturunkannya al-
Quran yang sampai kehadapan kita dalam bentuk teks, maka pengkajian al-Qur’an tidak
luput dari pendekatan linguistik. Allah swt telah memberikan keberkahan kepada bangsa
Arab dengan diutusnya seorang nabi yang membawa risalah agama Islam, dengan al-Qur’an
sebagai kitab sucinya sehingga dengan demikian secara otomatis bahasa Arab menjadi
bahasa pengantar al-Qur’an.
BAB II
PENUTUP
Simpulan:
Islam bukan agama yang menutup rapat-rapat kebenaran yang ada di dalamnya.
Kajian-kajian mutakhir yang telah dilakukan para ilmuwan meski dengan orientasi yang
berbeda tidak mengurangi hakikat kebenaran dalam Islam justru membuat orang-orang
yang berpikiran positif akan semakin yakin dengan agama ini. Meski makalah ini lebih
banyak mengungkapkan tentang al-Qur’an namun tidak juga menafikkan bahwa pendekatan
linguistik (bahasa) juga bisa terhadap hadis. Pendekatan lingustik (bahasa) amat besar
perannya dalam memberikan pemahaman terhadap teks-teks keagamaan sehingga
fenomena kemandulan ajaran dapat di atasi secara cerdas dan bijak.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Khaeruman, Badri, Memahami Pesan Al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 2004.
lwasilah Chaedar A. Beberapa Madhab dan Dikotomi Teori Linguistik, Bandung: Angkasa,
1993.
Muhammad, Syeikh, Studi Al-Qur’an Al-Karim, Bandung: Pustaka Setia, 2002.
Qardhawi, Yusuf, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 1999.
Shihab, Quraish M. Mukjizat Al-Qur’an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan
Pemberitaan Gaib, Bandung: Mizan, 2007.