Anda di halaman 1dari 13

Linguistik: Pengantar, Definisi, Tujuan, Signifikansi, dan Relevansinya dengan

Pengembangan Riset dan Pembelajaran Bahasa Arab

Dosen Pengampu :

Dr. H. M. Mu’izzuddin, M.Pd.

Disusun oleh :

Rosadi Tuah Nambela (212622006)


Syifa Auliaul Fitri (212622002)

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDIN BANTEN
TAHUN 2021-2022

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-
cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik, dan
sebagainya. Fonologi adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji seluk-beluk bunyi-
bunyi bahasa. Morfologi adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk
morfem dan penggabungannya untuk membentuk satuan lingual yang disebut kata
polimorfemik. Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji penggabungan
satuan-satuan lingual yang berupa kata untuk membentuk satuan kebahasaan yang
lebih besar seperti frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Semantik adalah disiplin ilmu
bahasa yang menelaah makna satuan lingual, baik makna leksikal maupun makna
gramatikal. Sedangkan pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari
struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana kesatuan kebahasaan itu digunakan
di dalam komunikasi (Wijana dan Rohmadi, 2011: 3-4)
Maka dari itu makalah ini ditulis berdasarkan adanya realitas yang ada di
kalangan orang-orang yang bergelut dalam bidang ilmu bahasa. Dalam pengamatan
kami, belum memahami perbedaan antara linguistik teoretis dan linguistik terapan.
Makalah ini akan membahas pengertian antara linguistik teoretis dan linguistik
terapan, tujuan, signifikansi serta relevansi nya terhadap pengembangan riset dan
pembelajaran bahasa arab dengan harapan agar kita semua menjadi paham akan
pengertian dan perbedaan tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian lughoh dan uga linguistic?
2. Bagaimana hubungan linguistik dalam pengajaran bahasa arab?
3. Apa saja aspek linguistic dan juga metodologinya?

C. Tujuan Masalah
1. Dapat mengidentifikasi maksud dan tujuan luhoh dan juga linguistic
2. Dapat mengetahui hubungan linguistic dalam pengajaran bahasa arab
3. Dapat mengetahui aspek dan juga metodologi nya

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lughoh

Bahasa atau dalam bahasa arab sendiri dikenal dengan istilah Lughoh semula
bermakna Lahjah (Dialek), oleh karena itu dahulu bila kita dengar kata lughoh yang
disandarkan pada kata Qurays maka yang akan di pahami adalah dialek suku Qurays, yang
dikenal orang arab modern sebagai Lughoh pada saat itu adalah Lisan, karenanya kita
temukan, misalnya frasa Lisan al-arab yang mengandung pengertian bahasa arab, ini juga
selaras dengan firman Allah dalam Qs. Ibrahim ayat 4 yang menggunakan frasa Lisan
Qowmihi yang berarti “bahasa Kaumnya”. (Hidayatullah, 2017)
Ada beberapa Pengertian Bahasa Menurut Para Ahli. Secara sederhana, bahasa dapat
diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun,
lebih jauh bahasa bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam
arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi
sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat
arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.
Sedangkan menurut para pakar bahasa pengertian bahasa di jabarkan dengan maksud
berikut ( ‫ أصوات يعرب هبا كل قوم عن أغراضهم‬:‫)اللغة‬: Lughah (Bunyi yang digunakan oleh suatu
kaum untuk mengungkapkan maksud mereka) (Ibnu Jinny). () ‫ اللغة( وضع ملعىن كل لفظ‬Setiap
lafazh yang diungkapkan untuk suatu makna) (Ibnu Hajib) ()‫ اللغة( معىن موضوع ىف صوت‬Makna
yang diungkapkan dengan bunyi) (Nurjati, p. 1)
Lambang bunyi bahasa itu bersifat arbitrer, artinya hubungan antara lambang dengan
yang dilambangkan tidak bersifat wajib dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang itu
bermakna tertentu. Hal ini berarti mengapa lambang bunyi bahasa |pena| tadi menyatakan
sejenis alat tulis bertinta tidak dapat dijelaskan. Kearbitreran ini dapat dilihat dari banyaknya
sebuah makna atau konsep yang dilambangkan dengan bermacammacam bunyi bahasa.
(Tepu Sitepu, 2017, p. 68)

B. Pengertian Linguistik (Ilmu Lughoh)


Kata linguistik (linguistics-Inggris) berasal dari bahasa Latin “lingua” yang berarti
bahasa. Dalam bahasa Perancis “langagelangue”; Italia “lingua”; Spanyol “lengua” dan
Inggris “language”. Akhiran “ics” dalam linguistics berfungsi untuk menunjukkan nama
sebuah ilmu, yang berarti ilmu tentang bahasa, sebagaimana istilah economics, physics dan
lain-lain. (Nur, 2016, p. 28).

Secara umum, linguistik sering digunakan untuk menyatakan ilmu bahasa. Istilah
linguistik biasa juga dinyatakan dengan berbagai istilah atau nama, di antaranya dalam
Kurikulum Perguruan Tinggi (PT), khususnya pada Program Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, istilah linguistik dinyatakan dengan nama-nama mata kuliah yang berbeda. Ada
yang menamakannya dengan linguistik, pengantar linguistik, linguistic umum atau
pegetahuan linguistik umum. Namun, dengan nama yang berbeda itu, substansi kajiannya
sama, yakni mengkaji bahasa. Oleh karena itu, linguistik disebut dengan ilmu bahasa atau
studi ilmiah mengenai bahasa.

Kamal Basyar membedakan antara ilmu al-lughah dengan fiqh al-lughah. Sedangkan
Subhi Shalih menyamakan kedua istilah itu. Sementara Abduh al-Rajihi, yang juga termasuk
linguis Arab modern, membedakan antara kedua istilah itu. Al-Rajihi menukil apa yang
dikatakan Juwaidi (Guidi), bahwa kata filologi sulit untuk diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab. Dengan demikian secara dikotomis ada dua kubu mengenai masalah ini. Kubu pertama
mengidentikkan antara ilmu al-lughah dengan fiqh al-lughah, sedangkan kubu kedua
membedakan kedua istilah itu. Alasan kelompok pertama sebagaimana dikemukakan oleh
Ya’qub adalah sebagai berikut.
1. Secara etimologis kedua istilah itu sama. Dalam kamus Arab (al-bisri) ditemukan
bahwa: ‫ = الفقه‬Pengetahuan, memahami, pengertian, ‫ = العلم‬Mengerti, memahami,
pengetahuan, mengerti Singkatnya kata al-fiqh (‫( = الفقه‬al-’ilm (‫( العلم‬dan kata faquha (
‫فقه‬, = (alima (‫( علم‬adalah identik. Hanya saja pada penggunaannya kemudian, kata al-
fiqh lebih didominasi oleh bidang hukum. Dengan demikian bentuk katailm lughah
sama dengan frase fiqh lughah. Secara terminologis, ilmu al-lughah (‫( اللغة علم‬adalah
ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya, atau telaah ilmiah mengenai
bahasa seperti yang telah dikemukaan di atas.
2. Objek kajian kedua ilmu itu sama, yaitu bahasa. Kesamaan objek kajian kedua istilah
di atas terbukti dengan adanya beberapa buku yang menggunakan judul fiqh lughah
yang isinya membahas masalah bahasa. Di antara buku dimaksud adalah Asshaiby fi
fiqh al-lughah wa sunani al-Arab fi kalamiha karya Ahmad Ibnu Faris (395 H), ,fiqh
al-lughah wa sirru al-Arabiyyahkarya Assa’alaby (340 H), fiqh allughah karya Ali
Abdul Wahid Wafi (1945), buku Dirasaat fi Fiqh al-Lughah’karya Muhammad
Almubarak (1960) dll. Alasan lain bagi mereka yang mengidentikkan antara ilmu al-
lughah dengan fiqh al-lughah adalah:
 Ibnu Faris, Tsa alabi, dan Ibnu Jinni walaupun nampaknya mereka mempelajari
bahasa sebagai alat, tetapi pada akhirnya studi mereka diarahkan untuk
mengkaji bahasa Alqur’an
 Dalam fiqh al-Lughah, orang Arab tidak membahas masalah asal-usul bahasa.
Lain halnya dengan para filolog Barat dalam filologinya.
 Filologi lebih cenderung bersifat komparatif, sedangkan orang Arab dengan
fiqh allughahnya, tidak pernah melakukan pembandingan bahasa
 Filologi lebih cenderung membahas bahasa yang sudah mati, sedangkan fiqh
al-lughah tidak pernah membahas bahasa demikian.
 Para filologi mengkaji dialek-dialek Indo-Eropa, sedangkan orang Arab
mengkaji bahasa Alqur’an. Dari beberapa alasan di atas, jelaslah bahwa fiqh al-
lughah lebih cenderung dengan ilmu allughah, dan tidak sama dengan filologi
yang dipelajari di Barat.
Dan bila para linguis mengumandangkan bahwa karakter linguistik adalah (1)
menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya, (2) menggunakan metode deskriptif, (3)
menganalisis bahasa dari empat tataran, dan (4) bersifat ilmiah, maka semua kriteria itu
terdapat pada studi bahasa Arab yang dilabeli fiqh al-lughah itu. Oleh sebab itu, bagi
penganut pendapat di atas, fiqh lughahsama dengan ilmu lughah. Adapun alasan kelompok
yang membedakan antara fiqh al-lughah dengan ilmu al-lughah sebagaimana yang
dikemukakan oleh Ya’qub (1982: 33-36) adalah sebagai berikut. 1. Cara pandang ilm al-
lughah terhadap bahasa berbeda dengan cara pandang fiqh al-lughah. Ilmu Lughah
memandang/mengkaji bahasa untuk bahasa, sedangkan fiqh al-Lughah mengkaji bahasa
sebagai sarana untuk mengungkap budaya. 2. Ruang lingkup kajian fiqh al-lughah lebih luas
dibanding ilmu al-lughah. fiqh al-lughah ditujukan untuk mengungkap aspek budaya dan
sastra. Para sarjananya melalukan komparasi antara satu bahasa dengan bahasa lain. Bahkan
membuat rekonstruksi teks-teks klasiknya guna mengungkap nilai-nilai budaya yang
dikandungnya. Sedangkan ilmu al-lughah hanya memusatkan diri pada kajian struktur
internal bahasa saja (Nurjati, p. 4)

C. Hubungan Linguistik dengan Pengajaran Bahasa Arab

Linguistik memberikan sumbangan dalam pengajaran bahasa Arab secara tidak


langsung tapi melalui berbagai jalan yang berliku dan bercabang. Pada realitanya linguistik
merupakan alat yang penting untuk menentukan sasaran pengajaran bahasa dan
penjelasannya karena linguistik merupakan alat yang digunakan guru bahasa untuk
mendeskripsikan dan menganalisis bahasa ·yang tentunya akan membantu proses pengajaran
bahasa. Kendati bukan satu-satunya alat, akan tetapi linguistik dianggap s·ebagai alat yang
paling penting dalam bidang ini. Linguistik membekali pengetahuan kita tentang watak
bahasa Arab dan proses penggunaannya dalam berbagai situasi clan berbagai hubungan yang
terjadi antara pembicara dengan pendengarnya di masyarakat. Pengajaran bahasa pada
hakekatnya adalah proses pengembangan pengetahuan yang mendalam dan. sadar · pada
siswa untuk. menggunakan bahasa di masyarakat. Tanpa bersandar pada teori-teori
linguistik, seoi:ang" guru tidak akan mampu memberikan diskrispsi yang cermat tentang
bahasa clan situasi-situasi penggunaanya. · Linguistik dianggap telah mencapai hasil amat
penting di bidang penelitian tentang manusia clan hubungannya dengan bahasa , hubungan
bahasa dengan fikiran clan hubungan bahasa dengan masyarakat. Karena linguistik
bertujuan untuk menganalisa watak bahasa manusia yang pada gilirannya akan berperan
dalam menganalisa masalah-masalah pembelajaran, menganalisa masalah-masalah sosial
clan menganalisa masalah-masalah fikiran manusia.
Pertanyaan yang sering dilontarkan kepada guru bahasa Arab adalah : Materi
kebahasaan apa saja yang diajarkan kepada para siswanya ? Apa saja yang dibutuhkan guru
untuk mengajarkannya ? Teori linguistik mana yang dijadikan guru sebagai sandaran untuk
memenuhi kebutuhan paedagogisnya ? Jawaban semua itu merupakan aplikasi dari linguistik
praktis di bidang pengajaran bahasa .. Untuk menjawah pertanyaan, materi kebahasaan apa
saja yang harus diajarkan · kepada para siswa. Kita memerlukan teori-teori linguistik umum,
sosio linguistik dan psiko-linguistik. (Isma'il, 2002, hal. 68)
Pertama, ditinjau dari segi linguistik umum. Kita bisa mengatakan bahwa yang harus
diajarkan guru bahasa kepada muridnya adalah :
1. Hal-hal yang berkaitan dengan unsur-unsur nahwu (semantis) seperti; isim, fi'l, huruf
dsb
2. Berbagai kaidah penyusunan kalimat.
3. Daftar mufrodat (kosa kata) leksikal.
4. Daftar fonetis bahasa
5. Berbagai suku kata dan tekanan suara dsb.
Dalam bidang-bidang ini linguistik telah memberikan sumbangan · besar dalam
mendeskripsikan bahasa, mengklasifikasi anasir-anasirnya dan mempelajari hubungan
antara anasir-anasir tersebut. (Zakariya, 1985, hal. 12)
Kedua, ditinjau dari Sosiolinguistik. Dari sisi ini kita bisa melihat bahasa sebagai
kumpulan prilaku ucapan (Speech act) dalam masyarakat. Dalam ruang lingkup ini seorang
guru harus mengajarkan pada muridnya kaidah-kaidah penggunaan bahasa dalam
masyarakat dan· mengembangkan kompetensi bahasanya sehingga memiliki kemampuan
untuk menggunakan bahasanya dalam berbagai situasi di masyarakatnya. Studi
sosiolinguistik modern telah memberikan sumbangan besar untuk membantu guru bahasa
dalam menentukan materi-materi bahasa yang ·harus diajarkannya.
Ketiga, ditinjau dari psikolinguistik. Dari segi psikolinguistik kita bisa
mendeskripsikan bahwa apa yang harus diajarkan guru bahasa adalah sekumpulan
kemampuan berbahasa khususnya kemampuan berbicara atau kegiatan-kegiatan kebahasaan
yang mencerminkan pengalaman manusia, fikirannya dan interaksinya dengan alam
sekitanya. Sosiolinguistik membantu guru bahasa dalam proses penentuan materi bahasa
yang diajarkannya clan memahami bahasa sebagai ciri khµsus yang · dimiliki manusia.
Berdasarkan kerangka teoritis sosiolinguistik dan psikolinguistik, kita mengajarkan
bahasa Arab sesuai dengan hal-hal berikut :
1. Pengajaran bahasa sebagai aktifitas berbicara
2. Berbicara sebagai · sebuah interaksi sosial
3. Interaksi sosial adalah sebagai gerakan-gerakan (moves) dan juga sebagai reaksi
terhadap gerakan-gerakan tersebut.
4. Gerakan-gerakan interaksi sosial lahir dari sasaran-sasaran tertentu yang ingin
dicapai
5. Sasaran tersebut merupakan bagian aturan dari kaidah-kaidah yang sesuai dengan
fungsi-fungsi khusus.
6. interaksi dalam kelas ditentukan sesuai dengan sasaran pengajaran Analisa sasaran.
(Isma'il, 2002, hal. 70)
pengajaran melalui catatan-catatan terhadap kegiatan-kegiatan yang terjadi dalam
kelas. Itulah beberapa gambaran sederhana rentang hubungan antara lingusitik dengan
pengajaran bahasa. Bila kita ingin mengembangkan pengajaran · bahasa Arab di Indonesia.
kita perlu mengoptimalisasikan peranan teori-teori linguistik khususnya yang baru dalam
bidang pengajaran bahasa.

D. Aspek-aspek Linguistik

Sebagaimana yang telah diketahui bahwa bahasa itu sangat komplek dan universal,
yang terdiri atas komponen-komponen yang satu sama lain berkaitan erat baik dari segi
bunyi, susunan kata, dan makna yang dikandungnya. Aspek-aspek Ilmu Lughoh terbagi
menjadi dua yaitu aspek internal dan aspek eksternal. Adapun aspek-aspek internal yang
tercakup dalam pembelajaran linguistik modern diataranya : fonologi, morfologi, sintaksis
dan semantik.  (Hijazi, hal. 17)

1. Fonologi (‫)علم األصوات‬
Bidang kajian bahasa yang membicarakan struktur bunyi bahasa disebut dengan
fonologi. Istilah fonologi berasal dari kata “phonology”, yaitu gabungan
kata phone dan logy. Kata phone berarti bunyi bahasa, baik berupa bunyi fokal maupun bunyi
konsonan. Sedangkan kata logy berarti ilmu pengetahuan, metode, atau pikiran (Homby,
1974:627). Dalam ilmu bahasa yang dimaksud fonologi adalah salah satu cabang ilmu bahasa
salah satu cabang ilmu bahasa umum (linguistik) yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa, baik
bahasa masyarakat yang sudah maju atau modern maupun bunyi-bunyi bahasa masyarakat
yang masih bersahaja atau primitif dalam segala aspeknya (Syafyahya, 2010, hal. 3)

2. Morfologi (‫)علم الصرف‬
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata “morf” yang berasri ‘bentuk’ dan
kata “logi” yang berarti ‘ilmu’. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti ‘ilmu mengenai
bentuk’. Didalam kajian linguistik, morfologi berarti ‘ilmu mengenai bentuk-bentuk dan
pembentukan kata’, sedangkan didalam kajian biologi, morfologi berarti ‘ilmu mengenai
bentul-bentuk sel-sel tumbuhan atau jasad-jasad hidup’. Memang selain bidang kajian
linguistik, didalam kajian biologi ada juga digunakan istilah morfology. Kesamaannya sama-
sama mengkaji tentang bentuk.  (Chaer, 2008, hal. 3)Ilmu morfologi menyangkut struktur
“internal” kata. Morfologi merupakan satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna.
3. Sintaksis (‫)علم النحو‬
Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang memfokuskan kajian tentang
kalimat. Sintaksis sering juga disebut sebagai ilmu tata kalimat. Ilmu yang lebih
memfokuskan kajiannya pada kata, kelompok kata (frase),  klausa, dan kajian yang berkaitan
dengan jenis-jenis kalimat. Jenis-jenis kalimat tersebut, meliputi kalimat tunggal, kalimat
majemuk, kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat transitif, dan kalimat intransitif.  (Suhardi,
2013, hal. 13)

4. Semantik (‫)علم الداللة‬
Semantik adalah cabang linguistik yang membahas arti atau makna. Contoh jelas dari
perian atau “deskripsi” semantis adalah leksikografi : masing-masing leksem diberi perian
artinya atau maknanya : perian semantis. Di pihak lain, semantik termasuk tata bahasa juga.
Contohnya adalah morfologi. Dalam bentuk (Inggris) un-comfort-able, morfem un- jelas
mengandung arti “tidak”, uncomfortable artinya sama dengan not comfortable. Demikian
pula,bentuk Indonesia memper-tebal mengandung morfem memper- yang artinya boleh
disebut “kausatif”, maksudnya, mempertebal artinya ‘menyebabkan sesuatu menjadi lebih
tebal (perian makna dalam ilmu linguistik lazim dilambangkan dengan mengapitnya antara
tanda petik tunggal).
Didalam sintaksis ada pula unsur semantis tertentu. Satu contoh saja disini kiranya
memadai. Analisislah kalimat saya membangun rumah. Saya disebut “subjek”, dan subjek itu
adalah ‘pelaku’ kegiatan tertentu (yaitu membangun). Sebaliknya, rumah (dalam kalimat tadi)
“menderita” kegiatan membangun, dan boleh disebut ‘penderita’. Jadi makna tertentu pasti
ada dalam sintaksis, meskipun tentunya bukan makna leksikal, makna itu disebut “makna
gramatikal”. (Verhar, hal. 13)
Contoh semantik dalam relasi makna terdapat beberapa macam diantaranya terdapat
sinonim atau persamaan kata. Dalam bahasa Arab satu makna bisa jadi mempunyai banyak
kata, akan tetapi artinya sama seperti berikut ini:

a. ‫عَا ٌم‬/ٌ‫ َسنَة‬ = tahun


b.   َ‫ َمات‬/‫ =تُ ُوفِّ َي‬mati atau meninggal

E. Metodologi ilmu lughoh (‫)مناهج علم اللغة‬


Linguistik modern diketahui sejak kemunculannya pada abad ke 19 sampai sekarang
dengan sejumlah metode, diantaranya:
1.   Linguistik Perbandingan (‫المقارن‬ ‫اللغة‬ ‫)علم‬
Linguistik komperatif (Comparative linguistics) adalah cabang linguistik yang
mempelajari kesepadanan fonologis, gramatikal, dan leksikal dari bahasa-bahasa yang
berkerabat atau dari periode-periode historis dari suatu bahasa.
Contoh bahasa Indonesia dari segi fonologi yaitu pengucapan antara huruf f, p dan v.
Dalam bahasa Arab huruf ‫ق‬ dan  ‫ض‬   ,‫ك‬dan  ‫ظ‬, dan sebagainya. Dari segi morfologi
dahulu sebelum diberlakukannya Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa
Indonesia masih terpengaruh bahasa Belanda dalam penulisan huruf u dengan
“oe”, c dengan “tj” dan lainnya.
2.   Linguistik Deskriptif (‫الوصفى‬ ‫اللغة‬ ‫)علم‬
Linguistik deskriptif (Descriptive linguistics) adalah pendekatan linguistik
dengan menggunakan teknik penelitian lapangan dan tata istilah yang sesuai untuk
bahasa yang diselidiki. Metode kerjanya yaitu memberikan atau menggambarkan
struktur dan sistem bahasa yang dipelajari sebagaimana adanya.
Metode ini mendeskripsikan bahasa pada waktu khusus dan tempat khusus
tanpa mengungkapkan kesalahan dan kebenaran didalamnya. Metode deskriptif
mendeskripsikan kebenaran-kebenaran dan membahas tanpa filsafat atau
memasukkan logika dalam penafsiran dan pengutipan linguistik. Bagi peneliti untuk
mengkhususkan tingkat bahasa yang dimaksud dalam pelajaran yang tampak dalam
kebahasaan yang khusus, bunyi bentuk susunan atau makna. Jadi metode deskriptif
bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran-kebenaran aturan bahasa yang
berdasarkan tingkatannya yang berbeda-beda. (Daud, Kairo, hal. 95)
3.  Linguistik Historis (‫التارخى‬ ‫اللغة‬ ‫)علم‬
Linguistik historis (Historical linguistics) adalah cabang linguistik yang
menyelidiki perubahan-perubahan jangka pendek dan jangka panjang dalam sistem
bunyi, gramatika dan kosa kata suatu bahasa atau lebih. Jika kita lihat dalam bahasa
Indonesia muncul kata-kata baru yang tidak kenal sebelumnya. Seperti
kata selfie yang artinya foto sendirian.
Metode historis dalam studi bahasa adalah metode makna yang mempelajari
kemunculan bahasa manusia pertama, kemudian dengan melacak persebarannya yang
lambat selama beribu-ribu tahun. Ketika metode deskriptif mempelajari bahasa
dengan studi yang mengkhususkan berdsarkan tempat dan waktu dan mengkhususkan
standar, sedangkan metode historis memisahkan batasan-batasan sisi bahasa karena
metode historis menolak ikatan tempat dan meninggalkan kebebasan perpindahan
untuk mengamati pergantian yang terjadi dalam suatu bahasa dan rumpun bahasa
Semit yang banyak dan baru yang telah ada. (Tulaimat, 2000, hal. 118)
4.  Linguistik Kontrastif (‫التقابلى‬ ‫اللغة‬ ‫)علم‬
Linguistik kontranstif (Contranstive linguistics) adalah cabang linguistik yang
cara kerjanya memperbandingkan struktur dua bahasa atau lebih yang tidak serumpun
dengan maksud mencari pertentangan (contrast). Hasil kerja linguistik ini penting
bagi pelaksanaan pengajaran bahasa kedua (bahasa asing) dan terjemahan.
(Yhuanietha).

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Alat komunikasi manusia yang namanya bahasa ini sifatnya adalah
manusiawi, dalam arti hanya milik manusia serta hanya bisa atau dapat digunakan
oleh manusia itu sendiri. Yang ingin dibicarakan serta yang memang erat
hubungannya dengan bahasa ialah bahasa dalam kaitannya dengan kegiatan sosial
didalam masyarakat atau juga lebih jelasnya adalah hubungan dengan masyarakat itu.
Tiap-tiap ilmu, betapapun teoritisnya, tentu memiliki manfaat teruntuk kehidupan
manusia. Begitu juga bahwa ilmu linguistik ini akan membawa manfaat langsung
terhadapat mereka yang berkecimpung di dalam kegiatan atau aktivitas yang berkaitan
dengan bahasa, seperti hal linguis itu sendiri, guru bahasa, penerjemah, penyusun
buku pelajaran serta sebagainya. Dari dua pasal itu sudah disebutkan bahwa bahasa
ini merupakan suatu sistem, serta  bahasa juga merupakan lambang; dan saat ini,
bahasa ialah bunyi.

B. Saran
Demikian lah uraian sekilas tentang perbedaan antara linguistik teoritis dan
linguistik terapan dan juga pembahasan kami tentang pengertian lughoh, linguistik,
hubungan linguistik dalam pengajaran bahasa arab, aspek dan juga metodologi nya.
Semoga bermanfaat

Daftar Pustaka
Chaer, A. (2008). Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Daud, M. (Kairo). Al-Arabiyah wa ‘Ilm al-Lughah al-Hadits. 2001: Dar Gharib.

Hidayatullah, M. S. (2017). Cakrawala Linguistik Arab. Jakarta: PT. Grasindo .

Hijazi, M. F. (t.thn.). Madkhal Ilaa ‘Ilmil Lughah Al-‘Arobiyyah.

Isma'il, A. S. (2002). Optimalisasi Peran Linguistik Dalam Pengajaran Bahasa Arab Di


Indonesia. Al-Qolam , 68.

Nur, S. (2016). PROBLEMATIKA LINGUISTIK (ILMU AL-LUGHAH) DALAM. Jurnal


Ilmiah Al QALAM, Vol. 9, No. 17, 28.

Nurjati, S. (t.thn.). Dipetik Februari Sabtu, 2022, dari https://sc.syekhnurjati.ac.id/.

Suhardi. (2013). Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia. Jogjakarta: Ar-ruzz media.

Syafyahya, A. d. (2010). Pengantar Sosia Linguitik. Bandung: Refika Aditama.

Tepu Sitepu, R. (2017). Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Primer Komunikasi . Jurnal
Pendidikan Dan sastra Indonesia , 68.

Tulaimat, G. M. (2000). Fi ‘Ilm al-Lughah. Suria: Dar Thalas.

Verhar, J. (t.thn.). Asas-Asas Linguistik Umum.

Yhuanietha. (t.thn.). Dipetik Februari Minggu, 2022, dari


https://yhuanietha.wordpress.com/2012/11/01/cabang-cabang-linguistik/

Zakariya, l. (1985). Mabahits Ji an nadz.ariyah al alsrm!Jyah wa ta'lim al lughah, .\1. Beirut.

Anda mungkin juga menyukai