Anda di halaman 1dari 5

PENGERTIAN FIQH LUGHAH

Fiqih (‫ )فقه‬: mengetahui sesuatu (‫ & )العلم بالشيء‬memahaminya (‫)الفهم له والفطنة فيه‬

Lughah :(‫أغراضهم‬ ‫ أصوات يعرب هبا كل قوم عن‬:‫) اللغة‬


(Bunyi yang digunakan oleh suatu kaum untuk mengungkapkan maksud
mereka) (Ibnu Jinny).

( ‫)اللغة) وضع ملعىن كل لفظ‬


Setiap lafazh yang diungkapkan untuk suatu makna) (Ibnu Hajib)

(‫)اللغة) معىن موضوع ىف صوت‬


Makna yang diungkapkan dengan bunyi)

‫)اللغة) أهنا نظام من الرموز الصوتية أو جمموعة من الصور اللفظية‬


‫ وتستخدم للتفاهم بني أبناء‬,‫ختتزن ىف أذهان أفراد اجلماعة اللغوية‬
( ‫جمتمع معني‬
Sistem lambang bunyi atau sekumpulan bentuk-bentuk ucapan yang tersimpan
pada benak anggota komunitas bahasa, yang berfungsi untuk berkomunikasi
antar pemakainya dalam satu masyarakat tertentu) (Linguis Modern)

Fiqih lughah (‫)فقه اللغة‬: secara etimologis (‫ )لغة‬adalah memahami bahasa serta hakikatnya ( ‫فهم‬
‫)اللغة وإدراك كنهها‬

Fiqih lughah (‫)فقه اللغة‬: secara terminologis (‫ )اصطالحا‬adalah ilmu yang mengkaji problematika
bahasa, dari aspek bunyi, kosa kata, struktur, karakteristik fonologis,
morfologis, sintaksis dan semantik. Ilmu ini juga mengkaji tentang dialek serta
problem-problem yang muncul sekitar bahasa.
‫ من حيث أصواهتا ومفرداهتا وتراكيبها‬,‫)العلم الذي يعىن بدراسة قضايا اللغة‬
‫ وما يطرأ عليها من‬,‫وىف خصائصها الصوتية والصرفية والنحوية والداللة‬
‫تغريات وماينشأ من هلجات ومايثار حول العربية من قضايا وما تواجه من‬
)‫مشكالت إىل غري ذلك مما جيري ويدور ىف فلكه‬

Fiqih lughah ‫فقه اللغة‬ :‫هو العلم يعىن بفهم اللغة ودراسة قضاياها وموضوعاهتا‬

(Ilmu yang mengkaji bahasa; objek-objek serta problematikanya)

SEJARAH FIQH AL-LUGHAH

SEJARAH FIQH AL-LUGHAH

1. a. Lahirnya Fiqh Al-Lughah


Nama fiqhu al-lughah sudah ada pada zaman dahulu, pembahasannya belum sempurna
sebagaimana yang ada sekarang ini. Penamaan fiqhu al-lughah di mulai atas penamaan
kitabnya abu mansur abdul malik bin muhammad ats-tsa‟aalaby yang wafat pada tahun 429
H, yang bernama fiqhu al-lughah. Namun nama ini tidaklah sesuai dengan isinya dimana
kesemuanya itu membahas tentang bahasa serta yang berkaitan dengannya. Namun, hanya
sebuah pembahasan saja didalamnya yang berkaitan dengan judul bukunya yaitu hanya
terdapat pada bab terahir yang berjudul sirrul a‟rabiyah.
Kitab Ibnu Faris dan Tsa‟labi dalam analisisnya sesuai dengan masalah kata-kata Arab. Maka
objek fiqhullughah menurut mereka berdua adalah identifikasi kata-kata Arab dan makna-
maknanya, klasifikasi katakata ini dalam topik-topik, dan kajian-kajian yang berkaitan
dengan hal itu. Di samping itu, kitab Ibnu Faris mencakup seperangkat masalah teoretis
sekitar bahasa. Di antara masalah yang paling menonjol adalah masalah lahirnya bahasa.
Apabila para ulama telah berbeda pendapat tentang hal itu, lalu sebagian mereka melihatnya
sebagai suatu istilah atau konvensi sosial, maka Ibnu Faris menolak pendapat ini dan ia
menganggapnya sebagai tauqif, yaitu sebagai wahyu yang diturunkan dari langit. Objek
bahasa dan objek keterkaitan bahasa dengan wahyu tidak termasuk dalam kerangka masalah-
masalah linguistik modern karena tidak mungkin dikaji dua objek dengan kriteria-kriteria
ilmiah yang akurat. Juga, kitab Tsa‟labi mencakup bagian kedua, yaitu sirrul „Arabiyyah.
Dalam bagian kedua Tsa‟labi telah mengkaji sejumlah topik yang berkaitan dengan bangun
kalimat bahasa Arab. Akan tetapi kedua pengarang itu bersepakat bahwa fiqhullughah adalah
mengkaji makna kata-kata dan mengklasifikasikannya ke dalam topik-topik.
Ahmad bin Faris membatasi maksud fiqhullufhah dalam mukaddimah bukunya yang tersebut
tadi. Lalu dia mengatakan bahwa ilmu bahasa Arab terbagi atas dua bagian: asal (pokok) dan
far‟i (cabang). Adapun Far‟i adalah pengetahuan tentang isim dan sifat. Dan inilah yang
dimulai ketika belajar. Adapun asal (pokok) adalah pembicaraan tentang topik, prioritas, dan
sumber bahasa kemudian tentang tulisan Arab dalam dialog dan variasi seninya, baik secara
hakiki maupun majazi.
1. b. Fiqh lughah klasik dan modern
Para ahli bahasa membatasi kajian fiqh lughah pada kajian bahasa yang tidak bergantung
pada kaidah. Setelah islam muncul, barulah sempurna semua ilmu bahasa di kalangan bangsa
arab. Fiqh al-lughah sendiri belum seperti penamaannya sekarang ini, dahulu fiqh-lughah di
sebut dengan “Sunan al-Arabiy fi Kalamiha”.
Dengan alasan di atas kita bisa berkata bahwa fiqh al-lughah klasik itu baru berbentuk
wacana dan belum mendapatkan kejelasan, sebab orang –orang pada zaman lalu
mendapatkan pengetahuan hanya berupa berita yang dibicarakan dari telinga ke telinga.
Dalam buku yang lain dijelaskan, Fiqh lughah klasik masih membicarakan persoalan asal
mula bahasa, apakah ia pemberian tuhan atau adalah sebuah proses. Menurut ibnu Faris
(wafat 385 H), berkata bahwa bahasa arab itu adalah pemberian langsung dari tuhan,
berdasarkan pada dalil surah al-Baqarah ayat 31 yang berbunyi:

Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian


mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama
benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”.
Sedangkan pada sekarang ini (fiqh al-lughah modern) meneliti agar dapat mengetahui sumber
bahasa, sejarah yang menyangkut aspek budaya, kajian bahasa dan hal inilah yang mencegah
orang melakukan penyimpangan suatu ilmu dalam bahasa arab dan suatu makna dengan
makna aslinya. Ada yang mengatakan fiqh al-lughah itu matan atau ensiklopedi sebab
didalamnya membicarakan atau membahas tentang bahasa-bahasa serumpun (samiyah)
dengan bahasa arab. Perbedaan – perbedaan dialek mereka, bunyi – bunyi pengucapan
bahasa. Objek kajian fiqh al-Lughah seperti ini disebut dengan fiqh al-lughah (muqarran)
komparatif atau sederhananya adalah metode perbandingan bahasa.
Adanya perbedaan penelitian dalam fiqh al-lughah disebabkan oleh pengetahuan tentang
mufradat bahasa arab. Jumlahnya, cara bacanya, penulisan dan penyebutannya. Hal ini
menimbulkan 3 pecahan pembahasan fiqh al-lughah:
- Pertama yang meneliti tentang sejarah: memfokuskan atau menggali asal – usul bahasa yang
pertama. Perbedaan satu bahasa dengan bahasa yang lain.
- Yang kedua ilmu south (bunyi) menggali serta mencari informasi dialek serta bahasa dan
pengucapannya, serta perkembangan dan perubahan bunyi bahasa.
- Yang ketiga ilmu dalalah memfokuskan kajiannya pada perkembangan lafadz-lafadaz
bahasa, manfaatnya serta kandungan yang terdapat di balik sebuah makna.
1. c. Fiqh Al-Lughah dan Ilmu Lughah
Polemik panjang telah terjadi sekitar istilah fiqh al-lughah dan ilm al-lughah. Apakah ilmu al-
lughah identik dengan fiqh al-lughah atau tidak? Ada yang menyamakan ada pula yang
membedakan antara keduanya. Hingga saat ini perdebatan mengenai kedua istilah itu masih
berlanjut. Polemik ini muncul karena di Barat selain istilah linguistics, terdapat juga istilah
philology yang diserap oleh sebagian ahli ke dalam bahasa Arab menjadi al-filulujiya. Lalu
apakah ilmu al-lughah sama dengan linguistik, dan fiqh al-lughah sama dengan al-filulujia?
Polemik ini terjadi karena ketika term linguistik yang secara harfiyah dapat diterjemahkan
menjadi ilm al-lughah dikenal oleh para pakar linguistik Arab, mereka sudah terlebih dahulu
mengenal term fiqh lughah.Fiqh lughah sebagai sebuah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai
objek kajiannya, telah muncul di dunia Arab sejak abad ke-4 H. atau sekitar abad ke 10 M.
Kondisi ini telah menyebabkan terjadinya perbedaan pendapat mengenai identik atau
tidaknya antara ilmu lughah dengan fiqh lughah.
Kamal Basyar membedakan antara ilmu al-lughah dengan fiqh al-lughah. Sedangkan Subhi
Shalih menyamakan kedua istilah itu. Sementara Abduh al-Rajihi, yang juga termasuk linguis
Arab modern, membedakan antara kedua istilah itu. Al-Rajihi menukil apa yang dikatakan
Juwaidi (Guidi), bahwa kata filologi sulit untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Dengan demikian secara dikotomis ada dua kubu mengenai masalah ini. Kubu pertama
mengidentikkan antara ilmu al-lughah dengan fiqh al-lughah, sedangkan kubu kedua
membedakan kedua istilah itu. Alasan kelompok pertama sebagaimana dikemukakan oleh
Ya‟qub adalah sebagai berikut.
1. Secara etimologis kedua istilah itu sama. Dalam kamus Arab (al-bisri) ditemukan bahwa:
‫ = الفقه‬Pengetahuan, memahami, pengertian,
‫ = العلم‬Mengerti, memahami, pengetahuan, mengerti
Singkatnya kata al-fiqh (‫ = )الفقه‬al-‟ilm (‫ )العلم‬dan kata faquha (‫„ = )فقه‬alima (‫ )علم‬adalah
identik. Hanya saja pada penggunaannya kemudian, kata al-fiqh lebih didominasi oleh bidang
hukum. Dengan demikian bentuk katailm lughah sama dengan frase fiqh lughah.
Secara terminologis, ilmu al-lughah (‫ )علم اللغة‬adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai
objek kajiannya, atau telaah ilmiah mengenai bahasa seperti yang telah dikemukaan di atas.
1. Objek kajian kedua ilmu itu sama, yaitu bahasa.
Kesamaan objek kajian kedua istilah di atas terbukti dengan adanya beberapa buku yang
menggunakan judulfiqh lughah yang isinya membahas masalah bahasa. Di antara buku
dimaksud adalah „Asshaiby fi fiqh al-lughah wa sunani al-Arab fi kalamiha karya Ahmad
Ibnu Faris (395 H), „fiqh al-lughah wa sirru al-Arabiyyahkarya Assa‟alaby (340 H), fiqh al-
lughah karya Ali Abdul Wahid Wafi (1945), buku „Dirasaat fi Fiqh al-Lughah‟karya
Muhammad Almubarak (1960) dll.
Alasan lain bagi mereka yang mengidentikkan antara ilmu al-lughah dengan fiqh al-lughah
adalah:
 Ibnu Faris, Tsa‟alabi, dan Ibnu Jinni walaupun nampaknya mereka mempelajari bahasa
sebagai alat, tetapi pada akhirnya studi mereka diarahkan untuk mengkaji bahasa Alqur‟an
 Dalam fiqh al-Lughah, orang Arab tidak membahas masalah asal-usul bahasa. Lain halnya
dengan para filolog Barat dalam filologinya.
 Filologi lebih cenderung bersifat komparatif, sedangkan orang Arab dengan fiqh al-
lughahnya, tidak pernah melakukan pembandingan bahasa
 Filologi lebih cenderung membahas bahasa yang sudah mati, sedangkan fiqh al-lughah
tidak pernah membahas bahasa demikian.
 Para filolog mengkaji dialek-dialek Indo-Eropa, sedangkan orang Arab mengkaji bahasa
Alqur‟an.
Dari beberapa alasan di atas, jelaslah bahwa fiqh al-lughah lebih cenderung dengan ilmu al-
lughah, dan tidak sama dengan filologi yang dipelajari di Barat. Dan bila para linguis
mengumandangkan bahwa karakter linguistik adalah (1) menjadikan bahasa sebagai objek
kajiannya, (2) menggunakan metode deskriptif, (3) menganalisis bahasa dari empat tataran,
dan (4) bersifat ilmiah, maka semua kriteria itu terdapat pada studi bahasa Arab yang dilabeli
fiqh al-lughah itu. Oleh sebab itu, bagi penganut pendapat di atas, fiqh lughahsama dengan
ilmu lughah.
Adapun alasan kelompok yang membedakan antara fiqh al-lughah dengan ilmu al-lughah
sebagaimana yang dikemukakan oleh Ya‟qub (1982: 33-36) adalah sebagai berikut.
1. Cara pandang ilm al-lughah terhadap bahasa berbeda dengan cara pandang fiqh al-lughah.
Ilmu Lughah memandang/mengkaji bahasa untuk bahasa, sedangkan fiqh al-Lughah
mengkaji bahasa sebagai sarana untuk mengungkap budaya.
2. Ruang lingkup kajian fiqh al-lughah lebih luas dibanding ilmu al-lughah. fiqh al-lughah
ditujukan untuk mengungkap aspek budaya dan sastra. Para sarjananya melalukan komparasi
antara satu bahasa dengan bahasa lain. Bahkan membuat rekonstruksi teks-teks klasiknya
guna mengungkap nilai-nilai budaya yang dikandungnya. Sedangkan ilmu al-lughah hanya
memusatkan diri pada kajian struktur internal bahasa saja.
3. Secara historis, istilah fiqh al-lughah sudah lebih lama digunakan dibanding istilah ilmu al-
lughah.
4. Sejak dicetuskannya, ilmu al-lughah sudah dilabeli kata ilmiah secara konsisten, sedangkan
fiqh al-lughah masih diragukan keilmiahannya.
5. Mayoritas kajian fiqh al-lughah bersifat historis komparatif, sedangkan ilmu al-lughah
lebih bersifat deskriptif sinkronis.
Atas dasar pertimbangan itu, dalam beberapa kamus bahasa Arab, kedua istilah itu
penggunaanya dibedakan. Penulis melihat, bahwa kelompok yang membedakan kedua term
di atas, dipengaruhi oleh anggapan bahwa fiqh lughah sama dengan filologi.
Ada pakar linguistik yang mengatakan bahwa ilmu al-lughah itu mengakaji bukan saja bahasa
Arab, tetapi juga bahasa lain (ini yang disebut linguistik umum). Sedangkan fiqh al-lughah
hanya mengakaji bahasa Arab. Oleh sebab itu, di antara para linguis Arab ada yang
mengatakan bahwa fiqh lugah adalah ilmu al-lughah al-arabiyyah (linguistik bahasa Arab).
Term terakhir ini digunakan sebagai judul buku oleh Mahmud Fahmi Hijazy.
Ramdhan Abdu at-Tawab dalam Fushul fi Fiqh al-Arabiyyah (1994) mengatakan “Term Fiqh
al-Lughahsekarang ini digunakan untuk menamakan sebuah ilmu yang berusaha untuk
mengungkap karakteristik bahasa Arab, mengetahui kaidah-kaidahnya, perkembangannya,
serta berbagai hal yang berkaitan dengan bahasa ini baik secara diakronis maupun sinkronis.”
DAFTAR BACAAN
Muhammad ibn Ibrahim al-Hamid, Fiqh al-Lughah, Dar Ibn Khudzinbit: 562 M.
Ramdhan Abduttawab, Fushul fi fiqh Al Arabiyah. Maktabah Al-kahnji, Kairo, 1994
Shabih Shaleh, Darasat fi Fiqh al-Lughah, Maktabah Uhalliyah, Beirut: 1962.
Tamam Hasan, Al-Ushul, „Alimu al-kutub, Kairo: 2000.

Anda mungkin juga menyukai