Anda di halaman 1dari 8

BAHASA ARAB DILIHAT DARI SEGI ONTOLOGI

EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI

DITULIS OLEH:

ASEP SAPTA PRASETIA WIBAWA, S.Pd.I

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Berbicara tentang bahasa Arab itu sama artinya membicarakan bahasa


alquran, yaitu kitab suci umat islam. sebagaimana firman Allah :

ّ‫ّا ّانزلناه ّقرانا ّعربيا‬


‫إن‬
.‫لعلكمّتعقلون‬
Artinya : “sesungguhnya kami menurunkannya berupa qur’an berbahasa arab
agar kamu mengerti”. Q.S. Yusuf (12) : 2.

Ayat ini menjelaskan bahwa Al-qur’an disampaikan dalam bahasa


Arab, yang dikarenakan islam sudah menyebar keseluruh penjuru dunia,
dimana pemeluknya bukan lagi orang-orang arab yang bisa bahasa Arab.
Sehingga mendorng umat islam untuk mempelajarinya sebagai sarana untuk
memahami Al-qur’an. Namun, zaman sekarang bahasa Arab tidak hanya
berfungsi sebagai sarana untuk memahami alqur’an saja, tapi untuk memahami
ilmu-ilmu lainnya, seperti ilmu fiqh, ilmu kedokteran, dll. Dan juga sebagai
alat komukasi bagi dunia bisni dan keperluan-keperluan lainnya.

Dan bahasa Arab itu memiliki karakteristik yang mungkin tidak


dimiliki oleh bahasa lain, diantaranya adalah

1. Kata subjek, kata kerja, objek, dan lain dalam bahasa arab dijelaskan dengan
bentuk kata yang jelas. Sebagai contoh ‫ خلق‬adalah kata kerjanya artinya
menciptakan, ‫ خالق‬merupakan kata yang menerang pelakunya atau
yang melakukan pekerjaan ‫ خلق‬dan dengan kata lain kata yang

menunjukkan sebagai subjeknya yang artinya pencipta, adapun ‫مخلوق‬

adalah kata yang menjelaskan objek dari kata ‫ خلق‬yang artinya makhluk
atau yang diciptakan.
2. Bahasa Arab merupakan bahasa yang sesuai dengan logika manusia.
Contoh, ‫خالق‬ tidak akan pernah menjadi ‫مخلوق‬, kenapa
demikian? Karena yang melakukan pekerjaan tetap dinamakan subjek
)‫ (خالق‬tidak akan pernah dikatakan objek )‫ (مخلوق‬dan begitu
juga sebaliknya yang namanya sesuatu yang dikenakan pekerjaan atau objek
tidak akan pernah dikatakan pelaku atau subjek.

Melihat karakteristik yang dimiliki oleh bahasa Arab, sangat wajar jika
sebagian orang tertarik mempelajari bahasa Arab, apa lagi dikalangan pecinta
karya sastra.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari uraian latar belakang diatas adalah sebagai berikut.

1. Apa peran Bahasa dalam Filsafat?


2. Apakah bahasa Arab dapat katakan ilmu atau bukan?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui peran Bahasa dalam Filsafat.


2. Untuk mengetahui bahasa Arab dapat katakan ilmu atau bukan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Filsafat, Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi

Definisi filsafat secara bahasa sebagaimana diuraikan oleh Prof. Dr.


Amsal Bakhtiar, M.A. dalam buku “Filsafat Ilmu”, filsafat adalah cinta
kebijaksanaan atau cinta kebenaran. Dimana, dalam bahasa Arab kebijaksanaan
disebut dengan ‫ الحكمة‬yang bermakna sebagai berikut :

1. Fuad Iframi Albustami mengartikan ‫ الحكمة‬dalam kitab


‫ منجدّالطالب‬secara bahasa adalah
ّ‫ّصواب‬,‫الحكمةّهوّالكالمّالموافقّالحق‬
‫األمرّوّسداده‬
“ungkapan yang sesuai dengan kebenaran suatu pendapat yang valid”

2. Secara istilah Ibnu Sina menyebutkan definisi ‫الحكمة‬ dalam

‫ الطابعيات‬, adalah:
ّ‫الحكمة ّهي ّاستكمال ّالنفس ّاإلنسانية‬
ّ‫بتصور ّاألمور ّو ّالتصديق ّبالحقائق‬
ّ‫النظرية ّو ّالعمالية ّعلى ّقدرالطاقة‬
ّ.‫اإلنسانية‬
“Hikmah adalah mencari kesempurnaan diri manusia dengan
menggambarkan segala urusan dan membenarkan segala hakiakat baik yang
bersifat teori maupun praktik menurut kadar kemampuanmanusia.”

Dalam filsafat terdapat tiga tahapan pembuktian ilmu pengetahuan, yaitu:

Pertama, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang


ada, yang merupakan ulmate realty baik yang berbentuk jasmani/kongkret
maupun rohani/abstrak.
Kedua, epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat dan
lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta
pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Ada lima metode yang diuraikan dalam buku “Filsafat Ilmu” dalam
memperoleh pengetahuan yaitu: induktif, deduktif, positivisme, kontemplatif
dan dialektif.

Ketiga, aksiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tujuan atau


manfaat ilmu.

B. Eksitensi Bahasa dalam Filsafat

Seperti yang diuraikan oleh Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A. dalam buku
“Filsafat Ilmu”. Beliau menyebutkan bahasa memegang peranan penting dan
suatu hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut
membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan menganggap sebagai
suatu hal yang biasa, seperti bernafas dan berjalan. Padahal bahasa mempunyai
pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia
dari ciptaan lainnya. Hal ini senanda dengan apa yang diutarakan Ernest
Cassirer, sebagaimana yang dikutip oleh Jujun, bahwa keunikan manusia
bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada
kemampuannya berbahasa. Oleh karena itu, Ernest menyebutkan manusia
sebagai Animak Symbolicum, yaitu makhluk yang mempergunakan simbol.
Secara generik istilah ini mempunyai cakupan yang lebih luas dari istilah Homo
spesiens, sebab dalam kegiatan berpikir manusia mempergunakan simbol.

Selain sebagai pembeda antara manusia dengan ciptaan lain, bahasa juga
berperan sebagai alat untuk mengutara semua isi pikiran dan ide. Oleh karena
itu bahasa sesuatu yang sangat penting dalam filsafat. Sesuai dengan pengertian
bahasa yang dikemukakan oleh Blonc and Trager mengatakan bahwa a langueg
is system of arbitrary vocal symbol by means of which a social group cooperates
(bahasa adalah suatu simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh
suatu kelompok sosial alat untuk berkomunikasi”.

C. Bahasa Arab dan Filsafat

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya dalam pendahuluan,


berbicara tentang bahasa Arab sama artinya membicarakan bahasa alquran,
yaitu kitab suci umat islam. sebagaimana firman Allah :
ّ‫إنا ّانزلناه ّقرانا ّعربيا‬
.‫لعلكمّتعكلون‬
Artinya : “sesungguhnya kami menurunkannya berupa qur’an berbahasa arab
agar kamu mengerti”. Q.S. Yusuf (12) : 2.

Seiring dengan berjalannya waktu agama islam menyebar ke seluruh


pelosok dunia. Secara tidak langsung bahasa Arab juga ikut menyebar karena
Alqur’an dan Hadits yang merupakan tuntunan umat islam disampaikan dalam
bahasa Arab. Seperti yang dikutip oleh Prof. Dr. Azhar Arsyad dari buku “The
Arabic Language” yang ditulis oleh Ghazawi menguraikan bahwa bahasa Arab
merupakan salah satu bahasa mayor di dunia yang dituturkan oleh lebih dari
200.000.000 umat manusia. Bahasa ini digunakan secara resmi oleh kurang
lebih 20 negara. Karena bahasa Arab merupakan bahasa kitab suci dan
tuntunan umat islam sedunia, maka bahasa Arab paling besar signifikansinya
bagi ratusan juta muslim sedunia, baik yang berkebangasaan Arab maupun
bukan.

Melihat perkembangan bahasa Arab yang begitu pesat, hal menjadikan


bahasa Arab sebagai objek kajian filsafat dan pada akhirnya menjadi cabang
ilmu yang dipelajari oleh umat islam khususnya dan umumnya oleh sebagian
umat manusia di dunia. Secara Ontologi, yang menjadi objek kajian dalam
bahasa Arab adalah sebagai berikut.

1. perubahan huruf hidup, contoh ‫ ِكتَاب‬, akar nya adalah ‫ ك – ت – ب‬yang selalu
diasosiasikan dengan konsep atau ide atau tulis-menulis. Akar yang sama
terdapat pada kata ‫ ِكت َابَة‬yang bermakna tulisan, ‫( َم ْكت َب‬kantor/tempat
menulis), dan seterusnya. Kata lain misalnya ‫ د – ر – س‬yang berkaitan
dengan ide belajar, bisa didapati dalam kata-kata ‫سة‬ َ ‫ د َِر‬, ‫سة‬
َ ‫ َمد َْر‬dan ‫ ُمدَ ِرس‬.
Pola satu kata merupakan acuan yang bisa berlaku bagi kosa kata lain. Ilmu
yang mempelajari tentang pola kata disebut ilmu sharaf.
2. Perubahan harakah atau baris pada huruf akhir dalam satu kata, serta pola
kalimat dalam bahasa arab dijelaskan dalam ilmu nahwu. Orang yang
pertama kali menulis tentang ilmu adalah Abu Aswad Adduali dari Bani
Kinanah atas perintan Imam Ali Karramallahu Wajhahu.
3. Keindahan gaya bahasa yang diuraikan dalam ilmu Balaghah. Di dalam
ilmu balagha terdapat beberapa cabang ilmu lagi.
Kemudian bahasa Arab dilihat secara epistemologi. Ilmu-ilmu dalam
bahasa Arab diperoleh dengan metode deduktif. Metode yang menyimpulkan
data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang
runtut. Dan dilihat secara aksiologi, ilmu-ilmu bahasa Arab merupakan ilmu
yang sangat berguna dalam mempelajari ilmu lain, diataranya ilmu tafsir, ilmu
matematika (Al-jabar), ilmu kedokteran (Ibnu Sina), dan lain-lain.

BAB III
PENUTUP

Bahasa Arab merupakan bahasa yang dipelajari oleh sebagian besar


penduduk dunia pada khususnya umat islam yang tersebar di seluruh penjuru
dunia. Hal ini dikarenakan al-Quran dan Hadits yang menjadi pedoman umat
islam disampaikan dalam bahasa Arab. Secara Ontologi, Epistemologi dan
aksiologi membuktikan bahwa bahasa Arab merupakan sebuah ilmu yang
mempunyai objek kajian yang konkret dan abstrak, diperoleh dengan metode
deduktif dan mempunyai arti bagi ilmu-ilmu lain.
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar , Amsal., Filsafat Ilmu, Cet. XI, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,
2011.

Rohman, Arif, Dkk., Epistemologi & Logika Filsafat untuk Pengembangan


Pendidikan, cet. I, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014.

Arsyad, Azhar., Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, cet. II, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004.

Blonc, Bernard and George L. Trager, Out Line of Liguistik Analysis. Baltimore
Linguistik Sosiety Of America, 1942.

Kattsoff, Louis O., Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,


2004.

Anda mungkin juga menyukai