Sejarah perkembangan ilmu bahasa di dunia Timur di mulai dari India kurang lebih
empat abad sebelum Masehi, hampir bersamaan dengan dimulainya sejarah ilmu
bahasa di dunia Barat (tradisi Yunani). Perkembangan bahasa di dunia Timur ini
ditandai dengan munculnya karya Panini yang berjudul “Vyakarana”. Sayangnya buku
tersebut teramat sulit dipahami oleh orang awam. Hal itu menyebabkan seorang
muridnya yang bernama Patanjali terpaksa harus menyusun tafsir atau penjelasannya
yang diberi judul “Mahabhasa”.
Sebagaimana di Barat, masalah asal usul bahasa di Arab (Timur) juga menjadi fokus
kajian para pemikir , seperti filsuf, ulama mutakallimin dan ulama’ bahasa sejak dulu.
Jika diringkas menjadi sebuah teori, pandangan mereka tentang asal usul bahasa
terbagi menjadi empat teori, yang dikutip dari al-Hamd yaitu:
Menurut teori ini, bahasa manusia merupakan ilham atau “wahyu” dari Allah swt.
Manusia tidak memilki kemampuan untuk menciptakan bahasanya. Dengan
demikian, manusia dalam hal ini bersikap tauqify (menyerahkan masalah ini kepada
Allah swt).
Menurut teori ini, bahasa itu diciptakan (tawadhu’ atau muwadha’ah) oleh
manusia atau terjadi karena kesepakatan manusia.
Teori ini adalah penggabungan antara teori yang pertama dan kedua.
d. Teori al-Taqlid wa al-Muhakat
Teori ini memandang bahwa asal mula bahasa adalah “peniruan” ( muhakat)
terhadap bunyi-bunyi atau suara-suara alamiah, seperti suara hewan, bunyi pepohonan,
suara halilintar dan sebagainya.
Adapun sejarah linguistik Arab terbagi menjadi dua masa, yaitu sebagai berikut:
Berbagai faktor di atas membuat orang Arab memulai mengkaji secara serius
bahasa Arab. Para ahli bahasa Arab selalu berpegang pada Al-qur’an, syair Arab,
dan ungkapan yang kerap digunakan saat menetapkan kaidah gramatika bahasa Arab.
Para ahli bahasa Arab baru mengkaji fonetik sebagai bidang ilmu yang otonom
pada era modern. Dulunya, mereka hanya mengungkapkan kajian ini bersama
kajian sintaksis atau berada di pendahuluan kamus yang mereka tulis. Tokoh
yang pertama kali melakukan upaya ini adalah Al-Khalil bin Ahmad (100-
175 H) pada kamusnya yang berjudul al-Ain.
3. Leksikografi
Perkamusan Arab sangat beragam, baik dari segi aliran maupun metodenya. Di
dunia Arab, kamus dibagi menjadi dua: mu’jam alalfa;zh (kamus kosa kata)
dan mu’jam al-ma’ani (kamus istilah) yang telah dirumuskan oleh tokoh-tokoh
tertentu.
Seperti ilmu yang lain linguistik ini mengalami perkembangan sesuai zaman dan
tern pengkajian. Pendekatan linguistik mulanya tidak terlalu populer di dunia
Arab. Kajian-kajian bahasa Arab dengan pendekatan linguistik modern justru
dilakukan oleh para ahli bahasa dari Barat.
Seiring berjalannya waktu, sikap dan anggapan itu bergeser. Mulai ada usaha
untuk mengkaji bahasa Arab dengan pendekatan modern, seperti al-Falsafah al-
Lughawiyah wa al-Alfazh al-Arabiyah (1886) mengangkat karakter, fungsi, dan
metode pengajaran bahasa. Usaha awal dalam mengkaji bahasa Arab dalam sudut
pandang linguistik modern dilakukan oleh Wright dalam karyanya yang berjudul A
grammar of the ArabicLanguage (1859).
1. Mazhab Bashrah
Ia adalah peletak dasar ilmu nahwu dan orang pertama yang meletakkan fondasi
bahasa Arab, membuat metode, dan kiasnya.
b) Sibawaih
Ia adalah seorang tokoh dalam bidang fonetik yang mengarang kitab Sirr
Shina’ah al-A’rab.
Ia adalah ulama yang terkenal dan gemilang dalam kajian Al-qur’an, bahasa dan
nahwu.
Ia mengarang sebuah kitab klasik yang sangat terkenal, yaitu kitab al-‘Ain yang
membuat batasan-batasan bahasa Arab.
2. Mazhab Kufah
Ia adalah ulama Kufah yang pertama menyusun kitab tentang tata bahasa
Arab, yaitu kitab al-Faishal.
b) Al-Kisaiy
Ia merupakan salah seorang ahli qiraat sab’ah dan imam ahli Kufah dalam bidang
bahasa Arab.
c) Al-Farra
Ia adalah salah seorang ulama yang telah mengarang kitab ma’ani al-Qur’an
yang belum pernah dikarang oleh ulama lain.
Tokoh mazhab modern (mazhab tajdid)Adapun para ulama perintis mazhab tajdid adalah
sebagai berikut: