Anda di halaman 1dari 12

Kesusastraan Masa Turki Dan Mongol

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sejarah Sastra Arab Klasik

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Khoiriyah, M. Ag

Disusun oleh:

Ubaid Khoiri (196141042)

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN BAHASA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA 2020

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bahasa pada hakekatnya merupakan alat untuk menyampaikan buah pikiran dan perasaan
kepada orang lain, apakah itu berupa bunyi ataupun berupa tulisan. Setiap bahasa memiliki ciri-
ciri khas masing-masing yang membedakan dengan bahasa lain, baik dari segi tata bahasanya
maupun dari segi kuantitas masyarakat penuturnya.

Bahasa Arab sebagai salah satu bahasa mayor di dunia memiliki setumpuk keistimewaan
dari ciri khas tersendiri yang membedakan dengan bahasa yang lainnya. 1 Bahasa Arab
sebagaimana bahasa-bahasa lain memiliki asal-usul sejarah dan perkembangan. Bahasa Arab
mula-mula berasal, tumbuh dan berkembang di Negara-negara kawasan timur tengah.

Dalam sejarah kebudayaan Islam, puncak kejayaan umat Islam terjadi pada masa dinasti
Abbasiyah, yang dikenal dengan masa keemasan Islam. Hal ini ditandai oleh kemajuan dalam
bidang ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban. Demikian pula ada yang menyatakan
bahwa zaman Abbasiyah merupakan puncak kegemilangan dalam sejarah Islam.

Pada masa ini banyak kesuksesan yang diperoleh Bani Abbasiyah, baik itu dibidang
ekonomi, politik dan ilmu pengetahuan. Hal inilah yang perlu untuk kita ketahui sebagai acuan
semangat bagi generasi umat Islam, bahwa peradaban ummat Islam itu pernah memperoleh
masa keemasan yang melampaui kesuksesan negara-negara Eropa. Dengan kita mengetahui
bahwa dahulu peradaban umat Islam itu diakui oleh seluruh dunia, maka akan memotifasi
sekaligus menjadi ilmu pengetahuan bagi kita mengenai sejarah peradaban umat Islam
sehingga kita akan mencoba untuk mengulangi masa keemasan itu kembali nantinya oleh
generasi umat Islam saat ini.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana asal usul bahasa Arab ?

2. Bagaimana pertumbuhan bahasa Arab ?


1
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, Beberapa Pokok Pikiran. (Fak. Tarbiyah IAIN Alauddin Ujung Pandang,
1997), h. 1-2.
3. Bagaimana jarah sastra Arab pada masa Turki dan Mongol

4. Siapakah sastrawan Arab pada masa Turki dan Mongol dan apa karya-karyanya ?

Tujuan Penulisan

1. Mengetahui asal usul bahasa Arab

2. Mengetahui pertumbuhan bahasa Arab

3. Mengetahui sejarah sastra Arab pada masa Turki dan Mongo

4. Mengetahui sastrawan Arab pada masa Turki dan Momgol dan karyanya

BAB II

PEMBAHASAN

Asal Usul Bahasa Arab


Bahasa apa saja di dunia ini dapat dibagi kepada dua bagian: Tipologi Genitis dan Tipologi
Struktural.2 Sudaryanto menjelaskan lebih lanjut kedua pengertian di atas pertama adalah
tipologi yang bersifat genitik ialah dasar yang mempertimbangkan hubungan kerabat bahasa
yang akan diidentifikasikan coraknya. Hubungan itu tercermin dalam kemiripan-kemiripan yang
tampak secara serempak dan sekaligus dalam bidang fonologi, syntaksis, dan semantik dari
bahasa-bahasa yang bersangkutan. Dasar kedua adalah tipologi yang bersifat struktural ialah
dasar yang mempertimbangkan kemiripan struktur dan sistem, tanpa memperdulikan
kerabatnya.3

Tipologi Genitis

Menurut Max Muller dan Bunsen mengelompokkan bahasa menjadi 3 (tiga) rumpun yaitu:
rumpun bahasa Indo-Eropa, dan rumpun bahasa Semit-Hamit dan rumpun bahasa Turania. 4
Tipologi Chamito-Semitiques (Ham-Sam), maka bahasa-bahasa Semit dibagi kepada 2 (dua)
bagian yaitu: bahasa-bahasa Semit Utara dan bahasa-bahasa Semit Selatan. Penamaan bangsa
Sam (al-Samiyun) diambil dari 3 (tiga) keturunan Nabi Nuh yang bernama Sam, Ham, dan Yapet.
Akan tetapi dalam perkembangan keturunan ini hanya Sam ibn Nuh-lah yang telah mengadakan
perjalanan panjang sehingga mendapat kekuasaan dan juga perluasan wilayah yang pada
akhirnya membentuk dan melahirkan berbagai bangsa dan bahasa, di antaranya adalah bangsa
Akkadia, Kan‟an, Arab, Aram dan Etopia.5

Bahasa ditinjau dari segi genitisnya bahasa Arab termasuk rumpun bahasa Semit, dan
dilihat dari segi geografisnya terbagi atas 2 (dua) bagian yaitu bahasa-bahasa timur dan barat.
Bahasa-bahasa timur ini terdiri atas Babil dan Assur yang sering disebut Akkadia. Sedangkan
bahasa-bahasa barat terbagi kepada utara dan selatan, sedangkan bahasa utara terbagi atas

2
Yayasan Kanisius, Teori Linguistik dan Bahasa Indonesia, (Yogyakarta, t.p, 1980), h. 32.

3
Sudaryanto, Predikat-Obyek dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1983), h. 22.

4
Mulyanto Sumardi, et.al., Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Agama Islam IAIN, (Jakarta: Proyek
Pengembangan Sistim Pendidikan RI, 1976), h. 29.

5
Khatibul Umam, et. al., Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi IAIN, (Jakarta: Proyek Pengembangan
Sistem Pendidikan Agama RI, 1975), h. 47. Lihat pula Bambang Yudi., Kristal-kristal Ilmu Bahasa, (Cet. I; Surabaya: Airlangga
University Press, 1995), h. 379.
dua bahasa besar, yaitu Kan‟an dan Aramin. Yang termasuk bahasa Kan‟an adalah bahasa
Kan‟an Kuno, Muab, Finiq, dan Ibriah. Sedang bagian selatan yang dibagi lagi menjadi 2 (dua)
bahasa besar yaitu Arab selatan dan Arab utara. Adapun yang termasuk bahasa Arab selatan
yaitu: dialek Main, Saba‟, Himyar Quataban, dan Hadramaut, sedang bahasa Arab utara terbagi
kepada bahasa Arab Baidah yang terdiri dari Lahyan, Samud, dan Shafa, sedang bahasa Arab
Baqiyah terbagi kepada 2 (dua) bagian yaitu: Arab Aribah yang terdiri dari Kahlan dan Himyar,
dan Arab Musta‟ribah, dari Musta‟ribah turun ke Bani Adnan, kemudian ke Bani Kinanah dan
baru sampai kepada suku Bani Quraisy.6

Tipologi Struktural

Jika dilihat strukturnya, maka bahasa-bahasa di dunia dapat digolongkan kepada 3 (tiga)
pembagian. Pembagian tipologi ini dipelopori oleh A. Von Schlegel tahun 1818. 7 Walaupun
bahasa-bahasa itu tidak satu rumpun, atau berjauhan letaknya, mungkin saja dapat digolongkan
kepada satu tipologi tersebut.

ِ ‫ ةُ ال َع‬-‫ اللُّ َغ‬atau ‫ ِّرفَ ِة‬-‫َص‬


.ُ‫ة‬-َ‫ازل‬ َ ‫( غَي ُراَل ُمت‬isolation leangue) seperti bahasa Cina yang tidak mempunyai
inflection, bahasa yang tidak berkonjugasi. Bentuk katanya tidak berubah-ubah.

.‫اإللصاقِيَّ ِة‬
َ ُ‫اللُّ َغة‬Bahasa-bahasa ini mempunyai prifik dan sufik yang ditambahkan kepada kata dasar,
tambahan itu artinya akan berubah dengan arti dasarnya, seperti bahasa Indonesia, Jepang dan
Turki.

.ُ‫ ِرفَة‬-‫َص‬
َّ ‫(ال ُمت‬analitic) yaitu bahasa yang berkonjugasi yang berubah-ubah bentuk kata dasarnya
dengan adanya perubahan arti pula seperti bahasa Arab.

Pertumbuhan dan Perkembangan Bahasa Arab

Pertumbuhan Bahasa Arab

6
Latifah Salim, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Bahasa Arab. (Jurnal Diwan Vol. 3 Nomor 1/2017), h. 79

7
Crystal, Linguistics , h. 152. Lihat pula Subhi al- Shaleh, Dirâsat fî Fikh al- Lughah, (Cet II; Beirut: Mansyurat al- Maktabah al-
Ahliyah, 1962), h. 34.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa bahasa Arab adalah salah satu bahasa yang
termasuk rumpun bahasa-bahasa Semit yang berdiam di sebelah selatan, tepatnya di wilayah
Irak.8 Dengan demikian, hubungan antara bahasa Arab dengan Semit sangat kuat.

Menurut Abdul Wahid Wa'fi, informasi yang sempat terekam dalam sejarah yang sampai
kepada kita tentang sejarah bahasa Arab adalah temuan dari prasasti tentang Arab Baidah yang
diperkirakan hidup pada abad pertama sebelum masehi, sedangkan Arab Baqiyah nanti setelah
abad kelima masehi, sehingga priodisasi pertumbuhan bahasa Arab sangat sulit untuk dilacak. 9

Hal yang senada dikemukakan oleh Anwar G. Chejne bahwa data bahasa Arab secara
tertulis masih sangat sedikit jika dibanding dengan bahasa-bahasa lain, sehingga priodisasi
bahasa Arab dan kesusastraannya hanya terbatas pada masa Jahiliyah, masa munculnya Islam,
yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Masa Bani Umaiyyah, dan masa Bani Abbasiah, masa
kemunduran dan masa modern.10 Berkaitan dengan priodisasi tersebut di atas, bahwa yang
diperpegangi oleh para ahli tentang pertumbuhan bahasa Arab, yaitu sejak pra Islam (Jahiliyah)
yang mana pada saat itu sudah ada karya-karya sastra Arab baik syair ataupun pidato yang tidak
menonjolkan dialek-dialek tertentu, menggunakan bahasa yang mudah dipahami. 11 Dengan
jalan ini, kemudian terbentuklah suatu bahasa Arab kesusastraan, yang menjadi bahasa baku
(standar) yang dipergunakan oleh setiap penyair dalam menyampaikan ide-idenya.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa menjelang datangnya Islam telah lahir bahasa Arab
standar, yang menjadi lingua frangca bagi masyarakat Arab.

Sejarah Sastra Arab Pada Masa Turki Dan Mongol

Sejarah kesusastraan Arab telah mengalami perjalanan yang begitu panjang dari masa
kemasa diawali pada masa Jahili, masa Islam, masa dinasati Muawiyah, Abasiah, masa dinasti
Ustmani, dan masa moderen hingga sekarang. Dalam setiap periode perkembangan tersebut,
8
Abdul Wahid Wa'fi, Ilmu al- lughah (Cet. V; Misr: Maktabah Nahdhah Misr, 1962), h. 10-11

9
Abdul Wahid Wa'fi, Ilmu al- lughah (Cet. V; Misr: Maktabah Nahdhah Misr, 1962), h. 97

10
Mulyanto Sumardi., h. 34. Lihat pula Karl Brokleman, Târikh al- Adab al- Araby, Jilid I, (Cet. IV; al- Qahirah: Dar al- Ma'rif, t.th),
h. 36-38.

11
Muhammad Suyuti Suhaib., Kajian Puisi Arab Pra Islam, (Cet. I; Jakarta: al- Quswa, 1990), h. 1-2.
sastra Arab mengalami inovasi yang membedakannya dengan periode lainnya. Pada masa
Abbasiah merupakan masa ke emasan sastra Arab, dan mengalami kemunduran saat masa
Turki Usmani sampai Pada fase nahdah permulaan fase ini sejak pemerintahan Muhammad Ali
di Mesir setelah kolonialisasi Francis berakhir pada 1801. Sebagaimana diketahui bahwa sastra
Arab pernah mengalami kevakuman atau tidak mengalami perkembangan yang signifikan pada
masa Turki Usmani yang menguasai kawasan Arab dan sebagian besar dunia Islam lainnya.
Tidak berkembangnya sastra Arab di masa itu, karena adanya politik penguasa Turki Usmani
yang tidak terlalu menaruh perhatian terhadap segala hal yang berkaitan dengan Arab yang
menjadi wilayah kekuasaannya.

Sebagai penguasa, Turki Usmani menerapkan kebijakan Turkinisasi atau menanamkan


pengaruh Turki di setiap wilayah kekuasaannya, seperti bahasa Turki, tradisi Turki dan lain
sebagainya. Hal ini berakibat pada bahasa dan sastra Arab yang cenderung tidak mengalami
perkembangan yang berarti. Setelah beberapa kawasan Arab, seperti Mesir, diambil alih oleh
Prancis pada tahun 179812 yang memperkenalkan beragam perlengkapan modern seperti
peralatan cetak serta model-model bahasa dan sastra yang baru maka lambat laun sastra Arab
kembali menggeliat. Perkembangan sastra Arab mengalami perkembangan yang signifikan
setelah hengkangnya Prancis dari bumi piramida pada tahun 1801 dan disusul dengan naiknya
Muhammad Ali sebagai penguasa Mesir. Karena perhatian Ali yang cukup besar terhadap ilmu
pengetahuan, maka ia mengirimkan duta-duta Mesir 13 untuk menimba beragam ilmu
pengetahuan di berbagai negara Eropa seperti Prancis, Inggris dan Italia. Sekembalinya para
pelajar tersebut ke Mesir, maka dimulailah beragam inovasi terhadap aneka ilmu pengetahuan
yang termasuk di dalamnya sastra Arab.

Dari sini geliat kebangkitan sastra Arab semakin menampakkan eksistensinya yang
merupakan perpaduan dari proses panjang asimilasi dengan berbagai kebudayaan seperti
Prancis dan Inggris, penerjemahan beragam karya asing, peniruan berbagai naskah asing yang
dilakukan oleh beragam pihak yang berkecimpung dalam dunia sastra Arab.

12
Zainal Abidin, Mudzakarah fi Tarikhi al-Adab al-Arabi, (Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementrian Pendidikan Malaysia, 1987) h.
162

13
Moh. Kanif Anwari, Madzhab Puisi Arab Modern Dialektika Barat-Timur,( Yogyakarta: Adab Press 2012), h. 10
Pelopor aliran neoklasik puisi Arab atau biasa disebut al-Muhafizun adalah Mahmud Sami
al Barudi dan Ahmad Syauqi. Fenomena kemunculan pemikiran dan gerakan neo-klasik memiliki
peranan penting dalam sejarah Arab modern, sebagaimana halnya gerakan yang sama terjadi
dalam kebudayaan Barat. Apabila neoklasik dalam kebudayaan Barat berorientasi
menghidupkan sastra Yunani dan Latin kuno, maka neoklasik Arab berkeinginan untuk
membangkitkan kembali keindahan puisi Abbasiyah, seperti puisi Abu Nuwas, Abu Tamam, Ibnu
Rumi, al-Mutanabbi, al-Ma'arri, dan al-Buhturi. Keindahan puisi Abbasiyah secara stilistika
dikombinasikan dengan semangat baru.14

Kemunculan aliran ini menandai dimulainya sastra Arab berada dalam fase moderennya,
disebabkan karena adanya beragam pengaruh dari luar sebagai hasil interaksi dengan banyak
budaya dan tradisi, baik yang datang secara langsung karena penjajahan maupun yang dibawa
oleh para duta Mesir yang menimba ilmu pengetahuan di Eropa. Meskipun demikian, beragam
inovasi yang dimunculkan oleh para pengusung Neo-Klasik ternyata tidak sepenuhnya
melepaskan mereka dari ikatan tradisi terhadap karya-karya pendahulu dalam penggubahan
puisi, terutama dalam aspek metode (ulsub) dan bahasa yang digunakan.15

Sastrawan Arab Masa Turki dan Mongol Dan Karya-Karyanya

Al Barudiy

Nama aslinya adalah Jarkasiy. Sedangkan nama panjangnya Mahmud Sami Ibnu Husni Al
Barudiy. Dia merupakan salah satu tokoh revolusi Arab dan penyair tersohor di Mesir serta
peloporberdirinya aliran neoklasik dalam dunia kesusastraan Arab. Dia memiliki beragam
sebutan, di antaranya:‫( ربّ السّيف و القلم‬Si Raja Pedang Dan Pena), ‫ير‬-‫( الشعراء ام‬Rajanya Penyair,
Dan ‫( شاعر األمراء‬Penyair Para Raja). Di sini penulis mengartikan ketiga sebutan di atas sebagai
julukan atau gelar yang dia dapati akibat kepiawaiannya di bidang militer dan kepenulisan serta
mahir dalam bersyair.

14
Taufiq A. Dardiri, Perkembangan Puisi Arab Modern,( Adabiyyat,¤ Vol. X, No. 2, Desember 2011), h. 290

15
Moh. Kanif Anwari, Madzhab Puisi Arab Modern Dialektika Barat-Timur, (Yogyakarta: Adab Press 2012), h. 14
ia dilahirkan pada tahun 1255 H 24/1839 M di kawasan Bakhirah tepatnya di desa Itay Al-
Barud, Sudan. Namun dalam literatur lain disebutkan bahwasannya Al Barudiy dilahirkan di
bumi Kairo. Dari namanya yang panjang, dia hanya dipanggil Al Barudiy, yang dinisbahkan pada
tempat kelahirannya. Dalam bahasa kamus, kata al Barudy dinisbatkan pada "bedil" yang
menjadi salah satu senjata di kancah pertempuran. Dia mendapat pendidikan langsung dari
ayahnya "Hasan Husni Bik" Karena ayahnya wafat, dia diasuh oleh keluarganya, sampai usia 11
tahun, kemudian pada usia 12 tahun dimasukkan ke Akademi Militer Mesir. Dia berhasil
menjadi salah seorang perwira militer pada tahun 1855 M. Dia kemudian mempelajari bahasa
Turki dan Persi di Qustantiniah,ketika diutus membantu Turki melawan Rusia.27Pangkatnya
terus menanjak dengan menjadi pemimpin pasukan Mesir yang diperbantukan kepada Daulah
Usmaniyah, ketika terjadi pemberontakan Balqan dan Iqrithis.

Selain Al Barudiy terkenal sebagai raja pedang di bidang kemiliteran, dia juga tersohor di
bidang sastra, sebagai raja pena pelopor aliran neoklasik. Wafatnya Sang ayah di masa kecilnya
tidak sekedar membekaskan kepedihan, melainkan juga terdapat banyak hikmah di sana. Di
tengah kesunyiannya, dia memanfaatkan waktu luangnya untuk membaca banyak buku. Saat
itu Al Barudiy sangat gemar menelaah buku-buku sastra klasik terutama yang berkaitan dengan
tema peperangan, patriotisme dan kepahlawanan. Dia menulis syair sejak kecil tanpa guru dan
tanpa belajar Ilmu Al Arudh Wa Al Qawafi, Nahwu, Sharaf, dan Balaghah. mengenai syair-syair
secara otodidak, dengan menirukan dan mengritik syair-syair milik penyair terdahulu.

Dia juga banyak menghafalkan syair-syair itu kemudian meringkasnya, sehingga tampak
keterpengaruhan Al Barudiy oleh para penyair pujaannya seperti Umrul Qais dan Ibnu Mutaz.
Karenanya, tidak heran jika syair-syairnya yang awal senada dan senilai dengan milik penyair-
penyair abad -3 dan -4 M. Bahasanya mengalun begitu indah dengan kata-kata manis dan
makna yang agung serta gaya bahasa yang kuat.

Pada masa Turki Ustmani, model puisinya sangat dangkal dan artifisial. Mungkin
dikarenakan bahasa Arab bercampur dengan dialek Ustmani yang sempit. Ditambah lagi pada
masa itu, pemerintah disibukkan dengan mengawasi hegemoni daerah taklukan Turki yang
sangat luas. Apalagi pada masa Al Barudiy, banyak daerah Arab yang diduduki Turki
memberontak, sehingga perhatian penguasa sangat kurang dalam memajukan keilmuaan dan
peradaban khususnya sastra dan syair Arab.

Karya sastra

‫ضر َوا ْلنَ َوا ِدي‬


ِ ‫بَيْنَ ا ْل ُم َحا‬ ْ ‫َأنَا َم‬
ْ ‫ص َد ُر ا ْل َكلِم ا ْلبَ َوا ِد‬
‫ي‬

‫فِ ْي ُك ِّل َم ْل َح َمة َونَادى‬ ِ ‫ارس َأنَا ش‬


‫َاع ٌر‬ ٌ َ‫َأنَا ف‬

‫فَِإ َذا َر ِكبْتُ فَِإنَّنِ ْي‬ ‫س فِ ْي ا ْل ِجاَل د‬


ِ ‫َز ْي ُد ا ْلفَ َوا ِر‬

‫َوِإ َذا نَطَ ْقتُ فَِإنَّنِ ْي‬ ‫ي‬


َ ‫سا ِع َد ِة اِإْل يَّا ِد‬
َ ُ‫قس بْن‬
ُّ

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Sejarah kesusastraan Arab telah mengalami perjalanan yang begitu panjang dari masa
kemasa diawali pada masa Jahili, masa Islam, masa dinasati Muawiyah, Abasiah, masa dinasti
Ustmani, dan masa moderen hingga sekarang. Pada masa Abbasiah merupakan masa ke
emasan sastra Arab, dan mengalami kemunduran saat masa Turki Usmani sampai Pada fase
nahdah permulaan fase ini sejak pemerintahan Muhammad Ali di Mesir setelah kolonialisasi
Francis berakhir pada 1801.

Pelopor aliran neoklasik puisi Arab atau biasa disebut Al Muhafizun adalah Mahmud Sami
al Barudi. Kemunculan aliran neoklasik ini mulanya sebagai reaksi atas kedatangan Napoleon ke
Mesir tahun 1798, yang menandai masuknya kebudayaan Perancis ke dunia Arab. Aliran ini juga
masih memelihara kaidah puisi Arab secara kuat, misalnya keharusan menggunakan wazan,
qafiyah, jumlah katanya sangat banyak, uslub-nya sangat kuat, tema-temanya masih mengikuti
masa sebelumnya, seperti madah, ritsa (ratapan), ghazal, fakhr , dan adanya perpindahan dari
satu topik ke topik yang lain dalam satu qasidah (ode).
Daftar Pustaka

Abdul Wahid Wa'fi, Ilmu al- lughah (Cet. V; Misr: Maktabah Nahdhah Misr, 1962),

Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, Beberapa Pokok Pikiran. (Fak. Tarbiyah
IAIN Alauddin Ujung Pandang, 1997),

Crystal, Linguistics , h. 152. Lihat pula Subhi al- Shaleh, Dirâsat fî Fikh al- Lughah, (Cet II; Beirut:
Mansyurat al- Maktabah al- Ahliyah, 1962),

Latifah Salim, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Bahasa Arab. (Jurnal Diwan Vol. 3
Nomor 1/2017),

Khatibul Umam, et. al., Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi IAIN,
(Jakarta: Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama RI, 1975), h. 47. Lihat pula Bambang
Yudi., Kristal-kristal Ilmu Bahasa, (Cet. I; Surabaya: Airlangga University Press, 1995)

Mulyanto Sumardi., h. 34. Lihat pula Karl Brokleman, Târikh al- Adab al- Araby, Jilid I, (Cet. IV;
al- Qahirah: Dar al- Ma'rif, t.th),

Muhammad Suyuti Suhaib., Kajian Puisi Arab Pra Islam, (Cet. I; Jakarta: al- Quswa, 1990),

Moh. Kanif Anwari, Madzhab Puisi Arab Modern Dialektika Barat-Timur, (Yogyakarta: Adab
Press 2012)
Sudaryanto, Predikat-Obyek dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1983),

Taufiq A. Dardiri, Perkembangan Puisi Arab Modern,( Adabiyyat,¤ Vol. X, No. 2, Desember 2011)

Yayasan Kanisius, Teori Linguistik dan Bahasa Indonesia, (Yogyakarta, t.p, 1980),

Zainal Abidin, Mudzakarah fi Tarikhi al-Adab al-Arabi, (Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementrian
Pendidikan Malaysia, 1987)

Anda mungkin juga menyukai